Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRATIKUM HYGIENE INDUSTRI

VENTILASI

Disusun Oleh:
Nama Agxel Christofel Kauripan
NRP 0523040002
Kelas K3-2A
Kelompok 05

DOSEN PENGAMPU:
AULIA NADIA RACHMAT, S.ST., M.T
Dr. INDRI SANTIASIH, S.KM., M.T

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2024
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pada saat ini penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan kerja
sangat dibutuhkan. Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sendiri memiliki
manfaat yang sangat penting yaitu agar dapat meminimalisir kemungkingan bahaya.
Selain itu juga untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman.
Salah satu sumber bahaya yang ada pada lingkungan kerja adalah gangguan ventilasi.
Ventilasi adalah proses pertukaran udara dengan cara mengatur agar terjadi
pemasukan udara segar ke dalam ruangan dan pembuangan udara yang pengap. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kualitas udara di ruangan tersebut. Tersedianya udara segar
dalam ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak memiiki
sistem ventilasi yang baik dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang
dapat merugikan kesehatan. Ventilasi dalam sangat diperlukan untuk mengolah udara
secara serempak dengan mengendalikan temperatur, kelembaban, kebersihan, dan
distribusinya untuk memperoleh kenyamanan penghuni dalam ruang yang dikondisikan.
Ventilasi dalam lingkup ruangan pekerjaan sangat dibutuhkan karena dapat
mempengaruhi kuliatas pekerja
Oleh karena itu, pada praktikum ini dilakukan pengukuran ventilasi agar dapat
mengetahui seberapa besar resiko yang timbul dari pekerjaan yang dilakukan dalam
suatu ruangan yang dapat mengganggu. Sehingga kita dapat menganalisis dan
meminimalisir potensi bahaya yang mungkin bisa terjadi, Menurut United States
Environmental Protection Agency (EPA) bahwa polutan yang berada dalam ruangan
menimbulkan risiko kesehatan yang lebih tinggi daripadadi luar ruangan. Kualitas udara
dalam ruangan tergantung pada keberadaan dan banyaknya polutan membahayakan di
lingkungan dalam ruangan, seperti polutan kimiadan biologi berupa gas, cair atau padat.
Manusia setidaknya menghabiskan 90% waktunya di dalam ruangan dan banyak
menghirup udara dan partikel-partikel yangterkandung dalam ruangan tersebut. Kondisi
udara ruang yang buruk dapatmenyebabkan penyakit terkait bangunan (sick building
syndrome) bagi penggunanya (Ratnasari and Asharhani, 2021). Penyakit yang dapat
ditimbulkan antara lain asma,iritasi, dan sakit kepala.
Menurut National Institute of Occuptional Safety and Health (CDC-NIOSH)
timbulnya permasalahan yang mengganggu kualitas udara dalam ruangan
umumnyadisebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya ventilasi udara (52%) adanya
sumber kontaminasi di dalam ruangan (16%) kontaminasi dari luar ruangan (10%),
mikroba(5%), bahan material bangunan (4%), lain-lain (13%).
Meperoleh udara yang bersih dan segar adalah salah satu hal yang
diinginkanoleh semua orang, khusunya bagi pekerja. Seseorang akan merasa aman dan
nyamanapabila berada pada lingkungan yang mempunyai kualitas udara yang baik.
Karenadengan memiliki udara yang bersih dan segar merupakan salah satu faktor untuk
meningkatkan produktifitas pekerja (Pandianganet al., 2013). Dari hal tersebut
diperlukan ruangan atau bangunan yang memiliki sirkulasi udara yang baik agar
udarasegar dari luar dapat membantu mengencerkan konsentrat polutan yang dihasilkan
didalam ruangan. Oleh karena itu, dalam mewujudkannya diperlukan pengukuran
mengenai kebutuhan ventilasi pada suatu ruangandan membandingkannya dengan
standar yang berlaku.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menggunakan alatanemometerdalam pengukuran ventilasi pada
suatu ruangan?
2. Bagaimana cara melakukan perhitungan terhadap kebutuhan ventilasi padasuatu
ruangan?
3. Bagaimana cara menganalisis hasil pengukuran terhadap kebutuhan ventilasi pada
suatu ruangan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui cara menghitung kebutuhan ventilasi pada suatu ruangan.
2. Mengetahui dan mampu menganalisis hasil pengukuran terhadap kebutuhan
ventilasi pada suatu ruangan.
3. Memahami fungsi ventilasi
4. Memahami fugsi alat ukur anemometer
5. Memahami cara menghitung nilai pergantian udara per jam, waktu pergantian
6. Tiap udara, aliran udara per luas area, dan volume udara per orang?
7. Memahami rancangan dan rekomendasi mengatasi gangguang pada ventilasi?
1.4. Ruang Lingkup
Pelaksanaan praktikum pengukuran ventilasi ini dilakukan di Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya tepatnya di bengkel Las 2 pada hari selasa tanggal 19 maret
2024. Praktikum ini dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan selesai. Alat yang akan
digunakan dalam mengukur kebutuhan ventilasi pada praktikum ini yaituanemometer.
Adapun nama kelompok yang akan melakukan praktikum kebisingan ini sebagai
berikut:
1. Agxel Christofel Kauripan (0523040002)
2. Ahmad Ridlo Hafidz (0523040003)
3. Daniella Agatha (0523040007)
4. Aina Cheryl Aulia (0523040013)
BAB 2

DASAR TEORI

2.1. Ventilasi

Ventilasi adalah proses pertukaran udara dengan cara pengeluaran udara terkontaminasi
dari suatu ruang kerja, melalui saluran buang, dan pemasukan udara segar melalui
saluran masuk. Menurut SNI 03-6572-2001, ventilasi merupakan proses untuk mencatu
udara segar ke dalam bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan (Santiasih,
Arninputranto and Rachmat, 2015). Tujuan dari adanya ventilasi menurut SNI 03-6572-
2001 adalah :
a. Menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh keringat
dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan
dan proses-proses pembakaran.
b. Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya.

c. Menghilangkan kalor yang berlebihan.

d. Membantu mendapatkan kenyamanan termal.

Menurut Hamzah er al (2017) faktor utama yang mempengaruhi pola aliran udara
memasuki bangunan adalah ukuran dan bentuk lubang inlet, lokasi bukaan, jenis dan
konfigurasi dari inlet termasuk konfigurasi dari unsur-unsur yang berdekatan lainnya
seperti partisi internal, proyeksi dan vegetasi. Sistem ventilasi dirancang untuk
meningkatkan kenyamanan termal pekerja. Tahapan yang dilakukan dimulai dari
pengkajian sistem ventilasi aktual. Semua komponen sistem ventilasi dicatat dalam
lembar pengamatan. Pengamatan mencakup jumlah dan posisi penempatan komponen
sistem ventilasi. Selanjutnya akan dianalisis jumlah dan posisi penempatan sistem
ventilasi berdasarkan rumus perhitungan. Hasil yang didapat berdasarkan perhitungan
akan dibandingkan dengan kondisi aktual. Sistem ventilasi dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Sistem Ventilasi Alami

Ventilasi alami atau natural merupakan sistem supply udara (Intake Air) dan sistem
pengeluaran udara (Exhaust Air) keduanya menggunakan aliran udara alami, yaitu
dengan membuat bukaan atau opening sehingga udara dapat mengalir dengan
sendirinya. Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu
bangunan gedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya perbedaan
temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam saluran ventilasi.
Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu
atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan jumlah bukaan ventilasi tidak kurang
dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi serta arah yang
menghadap ke halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, atau daerah yang
terbuka keatas, teras terbuka, pelataran parkir, atau sejenis. Faktor yang
mempengaruhi laju ventilasi yang disebabkan gaya angin termasuk kecepatan
ratarata, arah angin yang kuat, variasi kecepatan dan arah angin musiman dan harian,
serta hambatan setempat, seperti bangunan yang berdekatan, bukit, pohon, dan
semak-semak.

Gambar 2.1: Sistem Ventilasi Natural

Sumber : Santiasih, Indri & Arninputranto, Wibowo

& Nadia Rachmat, Aulia, 2019

b. Sistem Ventilasi Mekanik

Sistem ventilasi mekanik dapat atau harus diberikan jika ventilasi alami yang
memenuhi syarat tidak memadai. Sistem ini merupakan sistem Intake Air dan
Exhaust Air, menggunakan bantuan Fan. Kelebihan sistem ini kita dapat
mengkondisikan supply udara yang bersih sesuai dengan kebutuhan dengan
penggunaan filter. Sistem ventilasi mekanik harus bekerja terus menerus selama
ruang tersebut dihuni. Ketentuan lain, Bangunan atau ruang parkir tertutup harus
dilengkapi sistem ventilasi mekanis untuk membuang udara kotor dari dalam dan
minimal 2/3 volume udara ruang harus terdapat pada ketinggian maksimal 0,6 meter
dari lantai. Selain itu ruang parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri
dari lebih satu lantai, gas buang mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu
udara bersih pada lantai lainnya.
Gambar 2.2: Sistem Ventilasi Mekanik

Sumber : Santiasih, Indri & Arninputranto, Wibowo

& Nadia Rachmat, Aulia, 2019

c. Sistem Ventilasi Kombinasi

System ini mengkombinasi antara sistem ventilasi alami dan ventilasi mekanik.

Gambar 2.3: Sistem Ventilasi Kombinasi

Sumber : Santiasih, Indri & Arninputranto, Wibowo

& Nadia Rachmat, Aulia, 2019

2.2. Standar Ventilasi

Dalam menentukan standar ventilasi, hal ini telah diatur pada SNI 03-6572-2001
tentang tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan
gedung. Standar ventilasi menurut SNI 03-6572-2001 dapat ditinjau dari dua aspek,
yaitu pergantian aliran udara per jam dan laju udara per menit per orang (Standar
Nasional Indonesia, 2001).
Tabel 2.1 : Kebutuhan Ventilasi Mekanis

Catu udara segar minimum


Tipe
Pertukaran udara/jam m3/jam per orang

Kantor 6 18

Restoran/kantin 6 18

Toko, pasar swalayan 6 18

Pabrik, bengkel 6 18

Kelas, Bioskop 8

Lobi, koridor, tangga 4

Kamar mandi, peterusan 10

Dapur 20

Tempat Parkir 6
Sumber : SNI 03-6572-2001, Diakses pada 27 Maret 2023

Tabel 2.2 : Kebutuhan Laju Udara Ventilasi

Kebutuhan udara luar


No Fungsi gedung Satuan Tidak merokok
Merokok

1. Laundri (m3/min)/orang 1,05 0,46

2. Restoran:
a. Ruang makan
(m3/min)/orang 1,05 0,21
b. Dapur - 0,30
(m3/min)/orang
c. Fast food 1,05 0,21
(m3/min)/orang

3. Service mobil :
a. Garasi (tertutup)
(m3/min)/orang 0,21 0,21
b. Bengkel 0,21 0,21
(m3/min)/orang
4. Hotel, Motel, dsb :

a. Kamar tidur (m3/min)/orang 0,42 0,21

b. Ruang (m3/min)/orang - 0,75


tamu/ruang duduk
c. Kamar
(m3/min)/orang - -
mandi/toilet
d. Lobi 0,45 0,15
(m3/min)/orang

e. Ruang pertemuan 1,05 0,21


(m3/min)/orang
(kecil)
f. Ruang rapat 1,05 0,21
(m3/min)/orang

5. Kantor :
a. Ruang kerja
(m3/min)/orang 0,60 0,15
b. Ruang pertemuan 1,05 0,21
(m3/min)/orang

6. Ruang umum :

a. Koridor (m3/min)/orang - -

b. WC umum (m3/min)/kloset 2,25 2,25

c. Ruang (m3/min)/orang 1,05 0,45


locker/ruang ganti
baju
Sumber : SNI 03-6572-2001, Diakses pada 27 Maret 2023
Kebutuhan udara luar

No Fungsi gedung Satuan Tidak


Merokok
merokok

7. Pertokoan :

a. Basemen & lantai (m3/min)/orang 0,75 0,15


dasar
b. Lantai atas kamar
(m3/min)/orang 0,75 0,15
tidur
c. Mal & arcade

d. Lif (m3/min)/orang 0,30 0,15

e. Ruang merokok - 0,45


(m3/min)/orang
1,59 -
(m3/min)/orang

8. Ruang kecantikan :

a. Panti cukur & (m3/min)/orang 0,87 0,60


salon
b. Ruang olahraga
(m3/min)/orang - 0,42
c. Toko kembang
(m3/min)/m3 - 0,15
d. Salon binatang
- 0,30
peliharaan (m3/min)/orang

9. Ruang hiburan :

a. Disco & bowling (m3/min)/orang - 0,21

b. Lantai gerak, (m3/min)/orang - 0,60\


gymnasium
c. Ruang penonton
(m3/min)/orang 1,05 0,21
d. Ruang bermain
1,05 0,21
(m3/min)/orang
e. Kolam renang
- 0,15
(m3/min)/m3
10. Teater

a. Loket (m3/min)/orang 0,60 0,15

b. Lobi & lounge (m3/min)/orang 1,05 0,21

c. Panggung & (m3/min)/orang - 0,30


studio

11. Transportasi :
a. Ruang tunggu,
(m3/min)/orang 1,05 0,21
peron, dsb

Sumber : SNI 03-6572-2001, Diakses pada 27 Maret 2023

Kebutuhan udara luar


No Fungsi gedung Satuan Tidak merokok
Merokok

12. Ruang kerja :


a. Proses makanan - 0,15
(m3/min)/orang
b. Khazanah bank - 0,15
(m3/min)/orang
c. Farmasi - 0,21
(m3/min)/orang
d. Studio fotografi - 0,21
(m3/min)/orang
e. Ruang gelap - 0,60
(m3/min)/orang
f. Ruang duplikasi - 0,15
(m3/min)/orang
cetak foto

13. Sekolah :
a. Ruang kelas 0,75 0,15
(m3/min)/orang
b. Laboratorium - 0,30
(m3/min)/orang
c. perpustakaan - 0,15
(m3/min)/orang
14. Rumah sakit:

a. Ruang pasien (m3/min)/bed 1,05 0,21

b. Ruang periksa (m3/min)/orang 1,05 0,21

c. Ruang bedah (m3/min)/orang - 1,20

d. Ruang gawat - 0,45


(m3/min)/orang
darurat/terapi
e. Ruang otopsi
- 3,00
(m3/min)/kloset

15. Rumah tinggal :


a. Ruang duduk - 0,30
(m3/min)/kamar
b. Ruang tidur 0,75 0,30
(m3/min)/kamar
c. Dapur 0,75 3,00
(m3/min)/kamar
d. Toilet 0,30 1,50
(m3/min)/kamar
e. Garasi (rumah) - 3,00
(m3/min)/mobil
f. Garasi bersama 1,50 0,45
(m3/min)/m3
Sumber : SNI 03-6572-2001, Diakses pada 27 Maret 2023

Kebutuhan udara luar


No Fungsi gedung Satuan
Merokok Tidak merokok

16. Industri :

a. Aktivitas tinggi (m3/min)/orang 1,05 0,60

b. Aktivitas sedang (m3/min)/orang 1,05 0,30

c. Aktivitas rendah (m3/min)/orang 1,05 0,21

Sumber : SNI 03-6572-2001, Diakses pada 27 Maret 2023

2.3. Rumus Perhitungan Ventilasi

Data yang diperlukan untuk menentukan kapasitas ventilasi adalah :


a. Mengetahui fungsi ruangan

b. Mengetahui volume ruangan ( Panjang x Lebar x Tinggi ruangan)

c. Menentukan berapa kali per jam sirkulasi udara yang kita inginkan

d. Setelah didapatkan kapasitasnya, menentukan kapasitas fan yang sesuai dan berapa
ukuran bukaan (opening) yang dibutuhkan.
Berikut berberapa rumus dan perhitungan yang sering dipakai untuk pengukuran
ventilasi umum :
a. Pergantian udara per jam (air change per hour)

𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒


= …………… 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

b. Waktu setiap pergantan udara

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= …………… 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒

c. Aliran udara per unit luas area (air floor per unit floor area)

𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒


= …………… cmm/𝑚
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖

d. Volume udara setiap orang (air volume per person)

𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒


= …………… cmm/𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

BAB 3

METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan

1. Anemometer

2. Alat tulis

3.2. Prosedur Penggunaan Alat

Gambar 3.1: Anemometer


Sumber: Santiasih, Indri & Arninputranto, Wibowo
& Nadia Rachmat, Aulia, 2019

1. Memasukkan battery dan menghdiupkan anemometer dengan menekan tombol


On/Off (no.7 pada gambar).
2. Mengatur unit velocity (satuan kecepatan angin) dengan menekan tombol UNITS
(no.5 pada gambar)
3. Mengatur unit temperature (Celcius atau Farenheit) dengan menekan tombol °C/°F
(no.3 pada gambar)
4. Mengatur luasan area / ruang (cm2, m2, atau ft2) dengan menekan UNITS hingga
pilihan yang diinginkan tampil di LCD. Untuk menaikan besaran data tekan
MAX/MIN, dan untuk menurunkan besaran data tekan UNITS. Air Volume akan
tampil x100, artinya data yang tampil dikali 100.
5. Mengarahkan sensor ke ventilasi yang akan diukur. Menekan tombol HOLD apabila
ingin data yang ditampilkan tidak berubah.
6. Jika telah selesai, anemometer dapat dimatikan dengan menekan tombol On/Off.
3.3. Prosedur Pengukuran

1. Membaca dan memahami prosedur penggunaan alat.

2. Melakulan pengukuran pada Bengkel Konstruksi Politeknik Perkapalan Negeri


Surabaya pada saat jam kerja.
3. Menghidupkan dan mengantur alat Anemometer sesuai petunjuk penggunaan alat.

4. Mengamatai dan mencatat pengukuran yang telah dilakukan.

5. Melakukan perhitungan dan analisis data yang telah diperoleh.

6. Menyusun laporan resmi sesuai data dan perhitungan yang telah diperoleh.

3.4. Flowchart Praktikum


BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

4.1 Data Pengukuran


Bengkel Las

Panjang : 27,55 meter

Lebar : 21 meter

Tinggi : 13,5 meter

No Jenis Ventilasi Luas Kecepatan Suhu Cv GVR

Bukaan Inlet Udara (℃) (m3/detik)

(m2) (m/s)
1 Jendela 1 1,06 1,5 32,5 0,25 0,397
2 Jendela 2 1,06 1,5 32,6 0,25 0,397
3 Jendela 3 1,06 2,3 31,8 0,25 0,609
4 Jendela 4 1,06 2,9 31,7 0,25 0,768
5 Jendela 5 1,06 0 32,1 0,25 0
6 Jendela 6 1,06 2,2 33,5 0,25 0,583
7 Jendela 7 1,06 2,2 33,7 0,25 0,583
8 Jendela 8 1,06 1,8 31,9 0,25 0,447
9 Jendela 9 1,06 2 32,1 0,25 0,53
10 Jendela 10 1,06 2,1 32 0,25 0,556
11 Jendela 11 1,06 1,9 31,8 0,25 0,503
12 Jendela 12 1,06 1,9 31,9 0,25 0,503
13 Jendela 13 1,06 1,7 32 0,25 0,450
14 Kipas 1 0,441 2,8 31,7 0,6 0,740
15 Kipas 2 0,441 2,1 32,3 0,6 0,555
16 Kipas 3 0,441 2,1 32 0,6 0,555
17 Kipas 4 0,441 1,3 32,3 0,6 0,343
18 Pintu utama 10,54 2 31,8 0,35 7,378
19 Ventilasi bawah 0,576 0 32,5 0,25 0
20 Ventilasi atas 0,72 0 32,5 0,25 0
21 Blower 0,125 0 32,3 0,25 0
Total 15,897
Jumlah orang : 31 orang

4.2 Perhitungan
a. General Ventilation Rate (GVR)

Q = Cv.A.v

Sehingga dihasilkan Qtotal sebesar:

Qtotal = 15,897 m3/detik

= 15,897 m3/detik x 60 s/menit

= 953,82 m3/menit x 60 menit/jam

= 57.229,2 m3/jam

b. Pergantian udara per jam (air change per hour)

𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒 57.229,2 57.229,2


= =
= 96,6 kali/jam
volume ruangan 27,55 × 21 × 13,5 592,05

c. Waktu setiap pergantian udara

volume ruangan 592,05


= =
0,62 menit 𝐺𝑉𝑅 953,82

d. Aliran udara per unit luas area (air floor per unit floor care)

𝐺𝑉𝑅 = 953,82
= 953,55 = 1,65 cmm/m2 luas daerah lantai 27,55 × 21 578,55

e. Volume udara setiap orang (air volume per person)

𝐺𝑉𝑅 953,55
= = 30,75 cmm/orang
jumlah pekerja 31
4.3 Analisa

Setelah melakukan pengukuran/pengambilan di ruang bengkel, maka


didapatkan data primer yaitu air flow (aliran udara) dan velocity (kecepatan udara)
yang berbeda tiap titik pengambilan data. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan laju
aliran udara di tiap titik ruang menggunakan digital anemometer.

Pengujian kelayakan laju ventilasi di tiap ruangan harus disesuaikan


berdasarkan SNI 03-6572-2001. Pada SNI 03-6572-2001 menyebutkan bahwa untuk
ruangan bengkel mempunyai kebutuhan pertukaran udara per jam sebesar 6 kali/jam
dan kebutuhan volume udara tiap orang pada ruang bengkel minimum adalah 18
m3/jam per orang. Apabila kebutuhan pertukaran udara per jam dan kebutuhan volume
udara tiap orang kurang dari standar yang telah ditentukan, maka akan dilakukan
perancangan ulang sistem sirkulasi di ruangan bengkel tersebut.

Pada saat melakukan praktikum pengukuran di bengkel las, didapatkan data


perhitungan ventilasi pada setiap ruangan yang harus disesuaikan dalam Permenaker
No. PER.05/2018 dan SNI 03-6572-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem
Ventilasi dan

Pengondisian Udara pada Bangunan Gedung. Maka dari itu, perlu dilakukan
pengendalian agar tidak menimbulkan dan menyebabkan Penyakit akibat Kerja (PAK).

Dalam pengendalian ventilasi pada setiap ruangan bengkel las kita dapat
menggunakan metode menurut konsep Hygiene Industri yang memuat empat tahapan,
yaitu AREP:

1. Antisipasi (A)

Melakukan analisis terhadap kondisi bengkel las saat beroperasi dan


memprediksi bahaya yang dapat terjadi pada bengkel tersebut. Pada praktikum
ventilasi ini, yang harus diamati ialah ventilasi atau sumber udara yang terdapat di
dalam bengkel tersebut. Pada bengkel las terdapat 42 jendela berukuran 0,72 x
1,48 meter dengan rincian 13 jendela terbuka dan 29 jendela tertutup. Selain itu
juga terdapat 42 ventilasi atas dan ventilasi bawah, 7 buah blower, 4 kipas angin
menyala, serta 1 buah pintu utama berukuran 3,1 x 3,4 meter yang terbuka lebar.
Di bengkel tersebut juga terdapat 31 orang sedang melakukan aktivitas praktik.
Dari hal tersebut potensi bahaya di dalam ruangan tersebut hamper tidak ada,
namun alangkah baiknya jika semua jendela dapat difungsikan dengan sebaik-
baiknya.
2. Rekognisi (R)

Setelah dilakukan pengukuran dan perhitungan ventilasi dengan menggunakan


alat anemometer di bengkel las mulai dari puku 08.00 – 10.00 WIB. Kita dapat
mengetahui nilai perhitungan ventilasi pada bengkel las, apakah sesuai dengan
peraturan yang terdapat dalam Permenaker No. PER.05/2018 dan SNI 03-6572-
2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengondisian Udara
pada Bangunan Gendung. Hasil yang diperoleh dari pengukuran serta perhitungan,
antara lain sebgaai berikut:

a. Laju aliran udara total/ General Ventilation Rate (GVR) pada bengkel las =

57.229,2 m3/jam.

b. Pergantian udara per jam (air change per hour) = 96,6 kali/jam.

c. Waktu setiap pergantian udara = 0,62 menit.

d. Aliran udara per unit luas area (air floor per unit floor care) = 1,65 cmm/m2.

e. Volume udara setiap orang (air volume per person) = 30,75 cmm/orang.

3. Evaluasi (E)

Dari perhitungan dan analisis yang telah didapatkan, kemudian membandingkan


hasil pengukuran kebutuhan laju udara ventilasi dengan peraturan yang terdapat
dalam Permenaker No. PER.05/2018 dan SNI 03-6572-2001. Dari data yang
dipaparkan pada tahap rekognisi di atas, dapat diketahui bahwa pergantian udara
per jam pada bengkel sesuai standar, yaitu 96,6 kali/jam yang batas minimumnya
ialah 6 kali/jam. Pada volume udara tiap orang di bengkel las juga sudah
memenuhi standar yaitu 30,75 cmm/orang dengan batas minimum 18 cmm/orang.

4. Pengendalian (P)

a. Eliminasi: tidak dapat menghilangkan atau mengurangi alat atau mesin yang
sudah tersedia di dalam ruangan bengkel las karena akan justru mengurangi
laju udara pada bengkel tersebut.
b. Subtitusi: tidak perlu dilakukan karena sumber udara sudah memenuhi standar
menurut Permenaker No. 05 Tahun 2018 dan SNI 03-6572-2001.
c. Rekayasa Teknik: dapat dilakukan dengan memanfaatkan semua jendela yang
ada dengan sepenuhnya.
d. Pengendalian administrasi: dapat dilakukan dengan cara membuat peringatan
sebelum dimulainya pekerjaan semua jendela dibuka agar dapat meningkatkan
kondisi kualitas udara di dalam bengkel las tersebut.
e. Manajemen APD: tidak perlu menggunakan APD.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum pengukuran ventilasi yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan :
a. Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur ventilasi pada suatu
ruangan. Untuk menyalakan alat dapat dengan menekan tombol on/off yang berada
di bagian samping alat. Setelah itu bisa mengatur unit velocity (satuan kecepatan
angina), unit temperature (celcius atau Fahrenheit) dan mengatur satuan luasan
area (cm2, m2 atau ft2). Setelah semua sudah siap alat dapat langsung diarahkan ke
sumber ventilasi atau sumber udara dan secara otomatis lcd pada alat tersebut akan
menampilkan besarnya kecepatan udara pada ventilasi tersebut.
b. Dalam menghung kebutuhan ventilasi terdapat 4 rumus yang digunakan. Berikut
berberapa rumus dan perhitungan yang sering dipakai untuk pengukuran ventilasi
umum :
Pergantian udara per jam (air change per hour)
𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒
= ………𝑘𝑎𝑙𝑖/𝑗𝑎𝑚
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

Waktu setiap pergantan udara


𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= …………… 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒

Aliran udara per unit luas area (air floor per unit floor area)
𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒
= …………… m/s
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖

Volume udara setiap orang (air volume per person)


𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒
= …………… m3/s/𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
c. Untuk menganalisis hasil yang didapat, dapat menggunakan pembanding pada
peraturan yang berlaku atau standar yang diperkenankan. Pada praktikum
mengenai ventilasi ini digunakan pembanding dengan standar nasional yakni SNI
03-65722001.

5.2. Saran
Untuk pengukuran ventilasi disuatu ruangan baiknya di ruangan tersebut juga
menyediakan alat untuk naik seperti tangga, agar pengambilan data ventilasi dapat dilakukan
menyeluruh dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Pandiangan, K.C. et al. (2013) ‘Analisis Perancangan Sistem Ventilasi Dalam Meningkatkan
Kenyamanan Termal Pekerja Di Ruangan Formulasi Pt Xyz’, Jurnal Teknik Industri FT USU,
1(1), pp. 1–6.

Nasional, [BSN] Badan Standarisasi (2001) ‘Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung’, Sni 03 - 6572 - 2001, pp. 1–55.

Ratnasari, A. and Asharhani, I.S. (2021) ‘Aspek Kualitas Udara, Kenyamanan Termal Dan
Ventilasi Sebagai Acuan Adaptasi Hunian Pada Masa Pandemi’, Arsir, p. 24.
doi:10.32502/arsir.v0i0.3646.

Santiasih, I., Arninputranto, W. and Rachmat, A.N. (2015) Pengukuran Lingkungan Kerja.

Available at: https://qhseconbloc.wordpress.com/2012/03/15/pengukuran-lingkungan-kerja/.

Badan Standarisasi Nasional. 2001. SNI 03-6572-2001.Ventlasi dan Pengkondisian Udara


TUGAS PENDAHULUAN

1. Apa yang dimaksud dengan velocity, acceleration dan displacement ?

Jawaban :

a. Velocity (kecepatan getaran) adalah h ukuran kecepatan suatu benda pada saat
bergerak atau bergetar selama berisolasi. Kecepatan suatu benda adalah nol pada
batas yang lebih tinggi atau lebih rendah, dimulai ketika berhenti pada suatu titik
sebelum berubah arah dan mulai untuk bergerak kearah berlawanan. Velocity dapat
ditunjukkan dalam Satuan Internasional (SI) meter per detik (m/s).
b. Acceleration (percepatan) adalah parameter yang penting dalam analisis
mesinmesin yang berputar (rotation equipment) dan sangat bermanfaat dalam
mendeteksi kerusakan bearing dan masalah pada gearbox berkecepatan tinggi lebih
cepat dan lebih awal. Acceleration diartikan sebagai perubahan dari velocity yang
diukur dalam satuan gravitasi atau meter per detik kuadrat (m/s2).
c. Displacement (perpindahan) adalah ukuran jumlah gerakan massa pada suatu
benda yang menunjukkan sejauh mana benda bergerak maju mundur (bolak-balik)
ketika mengalami vibrasi. Displacement juga dapat diartikan sebagai perubahaan
tempat atau posisi pada suatu objek atau benda menuju suatu titik pusat (dalam hal
ini massa benda berada dalam posisi netral).
2. Mengapa ventilasi sangat penting diperhatikan?

Jawaban :

Karena dengan adanya ventilasi maka dapat mengurangi terjadinya penyakit akibat
kerja dan penyakit terkait bangunan (sick building syndrome) yang diakibatkan oleh
kualitas udara dalam ruangan yang buruk atau banyaknya polutan membahayakan di
lingkungan dalam ruangan, termasuk di dalamnya, polutan kimia dan biologi berupa
gas, cair atau padat. Dengan adanya ventilasi maka akan terjadi proses pertukaran
udara dengan cara pengeluaran udara terkontaminasi dari suatu ruang kerja, melalui
saluran buang, dan pemasukan udara segar melalui saluran masuk. Sistem ventilasi
dirancang untuk meningkatkan kenyamanan termal para pekerja.
3. Kapan ventilasi natural, mekanikan dan kombinasi harus diterapkan? Jelaskan!

Jawaban :

a. Ventilasi natural/alami dapat diterapkan jika pada suatu tempat kerja tersebut
masih dimungkinkan untuk mencatu udara segar dari luar bangunan gedung ke
dalam bangunan gedung sesuai jumlah yang sesuai kebutuhan. Selain itu ventilasi
alami dapat diterapkan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
laju ventilasi pada lingkungan kerja tersebut, seperti kecepatan rata-rata, arah
angin, variasi kecepatan dan arah angin musiman dan harian, serta hambatan
setempat.
b. Ventilasi mekanik dapat diterapkan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat
tidak memadai atau tidak sesuai syarat untuk memenuhi kualitas udara dalam
ruangan. Biasanya ventilasi mekanik diterapkan pada bangunan atau tempat parkir
yang tertutup dan ruang bawah tanah (basement)
c. Ventilasi kombinasi, sistem yang mengkombinasikan anatara sistem ventilasi alami
dan mekanis ini dapat diterapkan pada tempat kerja yang mempunyai ukuran yang
luas sehingga diharapkan dengan diterapkannya sistem ventilasi kombinasi dapat
memenuhi standar yang ada seperti pada SNI 03-6572-2001 tentang tata cara
perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung.
4. Bagaimana penerapan ventilasi untuk ruang yang tidak akses ke udara bebas?
Jawaban :
Penerapan ventilasi untuk ruang yang tidak akses ke udara bebas dengan cara
melakukan perancangan sistem ventilasi mekanis, baik menggunakan cerobong udara
(ducting) atau kipas angin/AC yang dipasang pada dinding/atap dengan tetap
memperhatikan kebutuhan udara ventilasi yang diperlukan sesuai fungsi ruangan

JURNAL

Anda mungkin juga menyukai