Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH NILAI-NILAI MATEMATIKA

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DISUSUN OLEH:

Jelita Herdia Siregar 06081382227089

DOSEN PENGAMPU:

Dra. Nyimas Aisyah, M. Pd., Ph.D.

Dr. Meryansumayeka, S.Pd., M.Sc.

Zuli Nuraeni, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2024

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudul “Kemampuan
berfikir Kritis” dengan baik. Adapun makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata
Kuliah Nilai-nilai Matematika Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan dengan bimbingan dari dosen pengampu, yaitu Yth. Dra. Nyimas Aisyah, M.
Pd., Ph.D; Dr. Meryansumayeka, S.Pd., M.Sc; dan Zuli Nuraeni, S.Pd., M.Pd.

Saya selaku penyusun sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saya sangat terbuka atas kritik dan saran dari Yth. Dosen pengampu serta pembaca
agar perubahan makalah yang menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembelajaran maupun penelitian selanjutnya. Terima kasih.

Palembang, 26 Maret 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................4

1.1 Latar belakang ...............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................5

1.3 Tujuan Pembahasan .......................................................................................................5

Bab II PEMBAHASAN .............................................................................................................6

2.1 Definis Kemampuan bepikir Kristis ...............................................................................6

2.2 Aspek-aspek Kemampuan bepikir Kristis .......................................................................7

2.3 Karakteristik dan inidikator kemampuan berpikir Kritis .................................................7

2.4 Tahapan-tahapan Kemampuan berpikir Kritis.................................................................8

2.5 Hubungan / keterkaitan kemampuan berpikir kritis dalam matematika ...........................9

2.6 Upaya meningkatkan Kempuan Berpikir Kritis ............................................................ 11

Bab III PENUTUP .................................................................................................................. 13

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 13

3.2 Saran ........................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam menghadapi dunia yang penuh persaingan dan tantangan saat ini diperlukan sumber
daya manusia yang memiliki kemampuan tinggi dalam memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi. Seseorang yang memiliki kemampuan tinggi harus dapat berpikir logis, rasional, kritis
dan kreatif. Kemampuan berpikir logis, rasional, kritis dan kreatif termasuk dalam kemampuan
berfikir tingkat tinggi yang tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan diperoleh melalui
proses pendidikan khususnya pendidikan matematika di sekolah.

Setiap manusia akan berpikir, begitulah alaminya seorang manusia tercipta. Seorang filsuf
pernah berkata, ”Aku hidup karena berpikir”. Proses berpikir merupakan suatu hal yang natural,
lumrah, dan berada dalam lingkaranfitrah manusia yang hidup. Bahkan, seorang yang mengalami
gangguan jiwa punmerupakan seorang pemikir yang mempunyai dunia lain dalam hidupnya.
Saatkita berpikir, seringkali apa yang kita pikirkan menjadi bias, tidak mempunyaiarah yang
jelas, parsial, dan tidak jarang emosional atau terkesan egosentri. Matematika merupakan proses
bernalar, pembentukan karakter dan pola berfikir, pembentukan sikap objektif, jujur, sitematis,
kritis dan kreatif serta sebagai ilmu penunjang dalam pengambilan suatu kesimpulan (Wanti,
2017).

Sehubungan dengan pembelajaran matematika pada siswa di sekolah, maka sangat


diperlukan kemampuan berpikir kritis siswa dari aspek mengidentifikasi, menghubungkan,
mengevaluasi, menganalisis, dan memecahkan masalah berbagai persoalan matematika dan
aplikasinya. Saya selaku penyusun akan merinci lebih lanjut mengenai kemampuan pemahaman
matematis melalui makalah ini.

4
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Definisi kemampuan berpikir kritis?
2. Apa saja aspek-aspek kemampuan berpikir kritis?
3. Apa saja karakteristik dan indikator kemampuan berpikir kritis?
4. Apa saja tahapan-tahapan dalam kemampuan berpikir kritis?
5. Apa saja hubungan/keterkaitan dalam kemampuan berpikir kritis?
6. Bagaimana upaya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis?

1.3 Tujuan Pembahasan

Dari rumusan masalah yang diangkat, berikut tujuan diadakannya pembahasan ini:
1. Untuk mengetahui definisi dari kemampuan berpikir kritis.
2. Untuk mengetahui aspek-aspek dari kemampuan berpikir kritis.
3. Untuk mengetahui karakteristik dan inikator dari kemampuan berpikir kritis.
4. Untuk menghetahui tahapan-tahapan dalam kemampuan berpikir kritis.
5. Untuk mengetahui hubungan/keterkaitan kemampuan berpikir kritis
6. Untuk mengetahui upaya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

5
Bab II
PEMBAHASAN

2.1 Definis Kemampuan bepikir Kristis


Berpikir kritis merupakan suatu proses yang bertujuan agar kita dapat membuat keputusan-
keputusan yang masuk akal, sehingga apa yang kita anggap terbaik tentang suatu kebenaran dapat
kita lakukan dengan benar. Dengan selalu berpikir kritis, kamu bisa menganalisis,
mempertimbangkan, lalu menyimpulkan suatu hal.

Beberapa definisi yang berbeda mengenai berpikir kritis dikemukakan oleh beberapa para
ahli. Meskipun terdapat perbedaan, namun pada dasarnya terdapat kesamaan yang dapat
dijadikan sebagai landasan dalam menghasilkan suatu definisi operasional.
A. Steven (1991) memberikan definisi berfikir kritis sebagai berpikir dengan benar untuk
memperoleh pengetahuan yang relevan dan reliabel. Berpikir kritis merupakan berpikir
menggunakan penalaran, berpikir reflektif, bertanggung jawab, dan expert dalam berpikir
(dalam Rochaminah, 2008). Berdasarkan pengertian tersebut maka seseorang dikatakan
berpikir kritis apabila dapat memperoleh suatu pengetahuan dengan cara hati-hati, tidak
mudah menerima pendapat tetapi mempertimbangkan menggunakan penalaran, sehingga
kesimpulannya terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan.
B. Pengertian berpikir kritis menurut Krulik dan Rudnik (1993) adalah mengelompokkan,
mengorganisasi, mengingat, dan menganalisis informasi yang diperlukan, menguji,
menghubungkan dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah (dalam Rochaminah,
2008). Pengertian berpikir kritis yang dikemukakan Krulik dan Rudnik pada hakekatnya
sejalan dengan pengertian berpikir kritis menurut Steven karena keduanya menggunakan
langkah-langkah metode ilmiah dalam melakukan proses berfikir.
C. Menurut Beyer (Filsaime, 2008: 56) berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang
digunakan seseorang untuk mengevaluasivaliditas sesuatu (pernyataan-penyataan, ide-ide,
argumen, dan penelitian)‟
D. Sedangkan menurut Ennis (1996). “Berpikir kritis adalah sebuah proses yang dalam
mengungkapakan tujuan yang dilengkapi alasan yang tegas tentang suatu kepercayaan dan
kegiatan yang telah dilakukan.

6
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan para ahli di atas, terdapat satu kesamaan
pada aktivitas mental yang dilakukan menggunakan langkah-langkah metode ilmiah, yaitu:
memahami dan merumuskan masalah, mengumpulkan dan menganalisis informasi yang
diperlukan dan dapat dipercaya, merumuskan praduga dan hipotesis, menguji hipotesis secara
logis, mengambil kesimpulan secara hati-hati, melakukan evaluasi dan memutuskan sesuatu yang
akan diyakini atau sesuatu yang akan dilakukan, serta meramalkan konsekuensi yang mungkin
terjadi.

2.2 Aspek-aspek Kemampuan bepikir Kristis

Mengutip dari situs ung.ac.id. Setidaknya ada 5 aspek yang menjadi parameter kemampuan
berpikir kritis yang harus dimiliki setiap individu, yaitu:
1. Elementary Clarification
Aspek ini memberikan penjelasan sederhana dengan memfokuskan pertanyaan,
menganalisis argumen, bertanya, dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan
2. Basic Support
Dalam hal ini, berpikir kritis dapat membangun keterampilan dasar dengan
mempertimbangkan kredibilitas sumber dan melakukan pertimbangan observasi.
3. Inference
Pada aspek ini, seseorang yang berpikir kritis dapat menarik kesimpulan dengan menyusun
dan mempertimbangkan deduksi, menyusun dan memperimbangkan induksi, serta
menyusun keputusan dan mempertimbangkan hasilnya.
4. Advanced
Dalam aspek advanced, berpikir kritis dapat memberikan penjelasan lebih lanjut dengan
mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi serta mengidentifikasi asumsi.
5. Strategic and Tactics
Aspek yang terakhir adalah strategic and tactics, di mana berpikir kritis dapat menentukan
suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.

2.3 Karakteristik dan inidikator kemampuan berpikir Kritis


Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995: 12-15)
secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:

a) Watak Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis,
sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat,
respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda,
dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.

7
b) Kriteria dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Meskipun
sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai
kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan
kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, bebas
dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
c) Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan
berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
d) Pertimbangan atau pemikiranYaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau
beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa
pernyataan atau data.
e) Sudut pandang (point of view). Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan
dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis
akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
f) Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria). Prosedur penerapan berpikir
kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan
permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan.

Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis (abilities) Ennis (Costa,1985 : 54) dikembangkan
menjadi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari lima kelompok besar
yaitu:
1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification).
2. Membangun keterampilandasar (basic suppor).
3. Menyimpulkan (interference).
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification).
5. Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics).

2.4 Tahapan-tahapan Kemampuan berpikir Kritis


1. Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah struktur
ke dalam komponen-komponen. Tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep
global dengan cara menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian
yang lebih kecil dan terperinci.

8
2. Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan
keteramplian menganalisis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan
menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.
Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatu padukan semua informasi yang
diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak
dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaan.
3. Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah. Keterampilan ini merupakan
keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru dan menuntut pembaca
untuk memahami bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa
mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah
konsep. Bertujuan agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke
dalam permasalahan atau ruang lingkup baru.
4. Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan
pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai
pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru. Keterampilan ini menuntut pembaca
untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai
kepada suatu formula baru yaitu sebuah simpulan. sebuah proses berpikir yang
memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran
atau pengetahuan yang baru.
5. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai. Keterampilan ini menuntut pemikiran yang
matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Bertujuan
agar pembaca memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan
standar tertentu dan tahap ini siswa dituntut agar mampu mensinergikan aspek-aspek
kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep.

2.5 Hubungan / keterkaitan kemampuan berpikir kritis dalam matematika


Mata Pelajaran Matematika bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

1. memahami materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi dan relasi
matematis dan mengaplikasikannya secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah matematis (pemahaman matematis),
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematis

9
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika (penalaran dan pembuktian matematis),
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematis, menyelesaikan model atau menafsirkan solusi yang diperoleh (pemecahan
masalah matematis).
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah, serta menyajikan suatu situasi kedalam simbol atau
model matematis (komunikasi dan representasi matematis),
5. Mengaitkan materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi,
dan relasi matematis pada suatu bidang kajian, lintas bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan
dengan kehidupan (koneksi matematis), dan
6. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap kreatif, sabar,
mandiri, tekun, terbuka, tangguh, ulet, dan percaya diri dalam pemecahan masalah (disposisi
matematis).

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika menunjukkan sejumlah kemampuan


matematika yang harus dimiliki oleh siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Salah
satu diantaranya adalah kemampuan berpikir kritis siswa dalam matematika. Berpikir kritis
dalam matematika akan menjadikan siswa mampu mengorganisasi dan menggabungkan berpikir
matematis melalui komunikasi, mengkomunikasikan berpikir matematisnya secara koheren dan
jelas kepada siswa yang lain, guru, dan orang lain, menganalisis dan mengevaluasi berpikir
matematis dan strategi, menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide
matematis dengan tepat. Kompleksitas dan keunikan unsur pada matematika mengharuskan para
peserta didik yang mempelajari matematika mampu berpikir kritis.

Cara berpikir kritis dalam pembelajaran matematika dapat meminimalisir terjadinya


kesalahan saat menyelesaikan permasalahan, sehingga pada hasil akhir akan diperoleh suatu
penyelesaian dengan kesimpulan yang tepat. Hubungan matematika dengan berpikir kritis.
Berpikir kritis menurut Marivcica dan Spijunovicb dalam (2018) merupakan aktifitas intelektual
kompleks yang menekankan pada beberapa keterampilan yaitu:
1). Keterampilan merumuskan permasalah-an,
2). Evaluasi,
3). Sensitivitas terhadap masalah.

10
2.6 Upaya meningkatkan Kempuan Berpikir Kritis

Peserta didik di Indonesia ternyata masih kurang dalam keterampilan berpikir kritis. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil TIMSS. Hasil Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) tahun 2015 menyatakan skor matematika peserta didik di Indonesia menempati
peringkat 44 dari 49 negara dengan skor 397 menurut Nizam dalam (Hadi, 2019). Dengan kriteria
TIMSS membagi perolehan skor peserta survei ke dalam 4 tingkat: rendah dengan skor 400
(low), sedang dengan skor 475 (intermediate), tinggi dengan skor 550 (high) dan lanjut dengan
skor 625 (advanced) dari data di atas Indonesia menempati pada kriteria rendah.

Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
dengan cara memilih model pembelajaran yang sesuai atau tepat untuk digunakan.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat salah satunya adalah model discovery learning.
Model discovery learning merupakan model pembelajaran yang mengembangkan belajar
siswa aktif, yang mana siswa mencari dan menemukan sendiri konsep pembelajaran yang
dipelajari, sehingga hasil belajar yang didapatkan akan mudah ditangkap dalam ingatan
siswa, dan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan tidak akan mudah dilupakan oleh siswa
(Setianingrum dan Wardani, 2018). Model pembelajaran discovery learning dapat membantu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran model discovery learning dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis:
1. Stimulasi (pemberian rangsangan), pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan keingintahuaan siswa, kemudian dilanjutkan dengan tidak memberi tahu
secara utuh agar timbul keinginan siswa untuk menemukan sendiri.
2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), pada tahap ini guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengindentifikasi masalah yang relevan dengan materi
yang dipelajari, kemudian dipilih salah satu masalah dan dirumuskan hipotesisnya.
3. Data collecting (pengumpulan data), pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi.
4. Data processing (pengolahan data), pada tahap pengolahan data setiap siswa ditugaskan
untuk dapat mengolah informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui wawancara,
observasi dan sebagainya.

11
5. Verification (pembuktian), pada tahap pembuktian secara bergantian siswa menampilkan
hasil temuan yang didapatkan dari pengolahan data yang telah dilakukan, dan
siswa yang lain akan menanggapi dan melakukan tanya jawab terkait temuan yang
didapatkan.
6. Generalization(menarik kesimpulan/generalisasi), pada tahap akhir ini guru meminta
siswa menyimpulkan apa yang sudah dipahami dan juga guru akan memberikan
penguatan terhadap kesimpulan yang telah disampaikan siswa.
Langkah-langkah yang dimiliki model discovery learning sangatlah memicu peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa, yang mana setiap langkah penerapan model discovery learning
memberikan rangsangan kepada siswa dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis pada
proses pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan siswa harus terlibat secara aktif dalam
menemukan sendiri pengetahuan/mencari informasi, dan mengharuskan siswa berpikir kritis
karena siswa sendiri yang akan menemukan hasil akhir dari pendapat berbagai sumber untuk
menyimpulkan suatu konsep pembelajaran.

12
Bab III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berpikir kritis matematika merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
penting dikuasai siswa. Salah satu upaya yang perlu dikembangkan oleh guru agar kemampuan
berpikir kritis siswa dalam belajar matematika dapat ditingkatkan ialah menggunakan model
pembelajaran discovery learning. Berpikir kritis matematik adalah aktivitas mental dalam bidang
matematika yang dilakukan menggunakan langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu:
memahami dan merumuskan masalah, mengumpulkan dan menganalisis informasi yang
diperlukan dan dapat dipercaya, merumuskan praduga dan hipotesis, menguji hipotesis secara
logis, mengambil kesimpulan secara hati-hati, melakukan evaluasi dan memutuskan sesuatu yang
akan diyakini atau sesuatu yang akan dilakukan, serta meramalkan konsekuensi yang mungkin
terjadi.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa adanya ketidak sempurnaan dalam pembelajaranan makalah ini,
mohon untuk pembaca membaca dan memahami isi makalah, dan jugua membaca materi yang
terkait dengan kemampuan berpikir Kritis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tatang Mulyana, (2014). “KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF. Jurnal


pendidikan matematika

Ilham fiktiansyah, (2023). "Berpikir Kritis Adalah: Pengertian, Karakteristik, dan Manfaatnya".
apps.detik.com

Yuyun Kurnia Sari, (2014). “Pengaruh terhadap peningkatan berpikir kritis dan bermakna pada
siswa”. Makalah berpikir kritis

Abdullah (2013). “Berpikir kritis matematik”. Jurnal matematika dan pendidikan matematika

Kurniasih, A.W. (2012). Scaffolding sebagaiAlternatif. Vol 3(2). Jurusan Matematika FMIPA
UNNES

Fadilah Wulan Dari(1), Syafri Ahmad(2), (2020). ”Model Discovery LearningSebagai Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD”. Jurnal pendidikan Tambusai

14

Anda mungkin juga menyukai