Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG PORANG (Amorphophallus oncophyllus) PADA

TEPUNG TAPIOKA TERHADAP KADAR AIR, PROTEIN, LEMAK, RASA DAN


TEKSTURNUGGET AYAM

Lionel Cato, Djalal Rosyidi, dan Imam Thohari


Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
E-mail leonetcato04@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian nugget ayam yang ditambahkan tepung porang ini adalah
mengetahui pengaruh penambahan tepung porang yang berbeda jumlahnya dalam nugget
ayam dan mengetahui pengaruh tepung porang terhadap sifat kimia dan organoleptik nugget
ayam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan dengan menggunakan
rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan yang dilakukan
adalah: P0 = nugget ayam dengan 0% tepung porang; P1 = nugget ayam dengan 5% tepung
porang; P2 = nugget ayam dengan 10% tepung porang; P3 = nugget ayam dengan 15% tepung
porang; dan P4 = nugget ayam dengan 20% tepung porang. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa penambahan tepung porang pada nugget ayam memberikan perbedaan
yang sangat nyata (P<0.01)terhadap kadar air, rasa, dan tekstur, sedangkan pada kadar
protein dan lemak tidak memberikan perbedaan yang sangat nyata (P>0.05). Perlakuan
terbaik pada penelitiian ini adalah penambahan tepung porang 10% pada nugget ayam,
hasilnya menunjukan pada kadar air (9,65±1,98%), kadar protein (11,19±0,13%), kadar lemak
(3,19±0,06%), rasa (3,68±0,62) dan tekstur (3,52±0,50).

Kata Kunci : tepung porang, nugget ayam, uji kima, uji organoleptik

EFFECT OF PORANG FLOUR (Amorphophallus oncophyllus)SUBSTITUTION FOR


CASSAVA FLOURON WATER CONTENT, PROTEIN, FAT, TASTE AND
TEXTURE OF CHICKEN NUGGET

ABSTRACT

The purpose of this research was to know the influence of porang flour addition in
chicken nugget production. The method of this research was laboratory experiment with
Completely Randomized Design (CRD) usingfive treatments and five replication, if there
were significant difference would be continued by Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).
The addition of flour porang on chicken nugget wereP0 = 0% (without porang flour), P1 = 5%
porang flour, P2 = 10% porang flour, P3 = 15% porang flour, and P4 = 20% porang flour.The
result showed that porang flour additionwere significantly effect (P<0,01) on water content,
taste, and texture, but weren’t significantly effect (P>0,05) onprotein content and fat content.
The conclusion of this research showed that P4 has the lowest water content with 7.24±0.73%
water content, the highest protein content was 11.38±0.15% on P4, the lowest fat content is
3.19±0.06 on P2,organoleptic test show the highest taste value is on P2 with 3.68±0.62 and
highest texture value was on P1 with 3.64±0.63. The best result of porang flour addition in
chicken nugget was P2 (10% added porang flour).

Keyword: porang Flour, chicken nugget, chemical test, organoleptic test

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 15-23, 2015 15


PENDAHULUAN sebanyak 67%. Glukomanan mempunyai
Daging merupakan urat daging (otot) kemampuan sebagai gelling agents yang
yang telah dikuliti dengan baik, berasal mampu menggantikan fungsi STPP.
dari sapi, babi, domba atau kambing dan Pembentukan gel dari glukomanan harus
unggas yang telah cukup dewasa dan sehat diberikan air dengan perbandingan 1:8
pada saat penyembelihan, terdiri dari otot- (Anggraeni, 2014). Tepung porang yang
otot pada rangka, lidah, diafragma, saat ini berada di Indonesia memiliki
jantung, dan esofagus, tetapi tidak kelemahan yaitu terdapatnya kalsium
termasuk otot-otot pada bibir, oksalat. Kalsium oksalat pada tepung
hidung/moncong, dan telinga. Daging yang porang menyebabkan rasa gatal dan iritasi
sering dipergunakan oleh masyarakat di saat dikosumsi. Konsumsi makanan yang
Indonesia adalah urat yang melekat pada mengandung kalsium oksalat dapat
kerangka suatu ternak, kecuali urat daging menyebabkan kristalisasi dalam ginjal dan
bagian bibir, hidung, dan telinga, yang gangguan-gangguan kesehatan lainnya
berasal dari hewan yang sehat saat (Kusuma, 2011).
dipotong (Subhan, 2007).Konsumsi daging Berdasarkan pemaparan di atas maka
yang terus meningkat di Indonesia dilakukan penelitian lebih lanjut terkait
menyebabkan banyak berdiri usaha perbedaan kualitas nugget ayam yang
peternakan ayam pedaging untuk ditambahkan tepung porang maupun yang
memenuhi kebutuhan daging yang terus tidak ditambahkan tepung porang yang
meningkat. Badan Pusat Statistik (2012) ditinjau dari sifat kimia (kadar air, kadar
menyatakan bahwa peternakan ayam yang protein dan kadar lemak) dan organoleptik
berskala sedang dan besar terdata sebanyak (rasa dan teksur).
1128 peternakan. Ayam pedaging sering
digunakan untuk ayam goreng atau
dimasak ala rumah tangga saja, selain itu MATERI DAN METODE
daging dari ayam pedaging dapat Lokasi dan Waktu Penelitian
digunakan sebagai bahan baku nugget Penelitian ini dilakukan pada
daging ayam. Laboratorium di Gedung 4 Fakultas
Dewasa ini masyarakat mulai gemar Peternakan Universitas Brawijaya Malang,
mengkonsumsi akan produk olahan dari pembuatan nuggetdilakukan pada ruangan
hasil ternak, salah satunya produk yang pengolahan daging Bagian Teknologi Hasil
paling dikenal dan dikonsumsi oleh Ternak, Laboratorium Fisiko Kimia, dan
kebanyakan kalangan masyarakat adalah Laboratorium Analisa Bahan Pakan
nugget.Nugget adalah suatu bentuk olahan Ternak.Penelitian dilakukan pada tanggal
dari daging yang menggunakan teknologi 27 Mei – 21 Juni 2014
restructured meat, dalam proses ini
dilakukan penggilingan serta pencampuran Materi
bumbu, bahan pengisi, dan bahan pengikat, Alat-alat yang diperlukan antara
setelah adonan selesai dibuat maka lain oven 105 oC, cawan alumunium, labu
dilanjutkan ke tahap pengukusan, setalah kjeldahl, alat ektraksi Soxhlet, kapas wool
melalui proses pengukusan maka kukusan tanpa lemak, kertas saring, timbangan
dilumuri dengan telur dan tepung roti stopwatch, desikator, pisau, loyang,
kemudian dimasukkan ke dalam freezer plastik, kompor, food prosecor, dan alat
selama 1 hari (Afrisanti, 2010). memasak yang lainnya. Bahan yang
Penambahan tepung porang diharapkan diperlukan antara petrolium ether, larutan
dapat memperbaiki kualitas dari nugget asam (asam sulfat pekat), tabel destruksi
yang dibuat. Tepung porang memiliki dan NaOH 10%, daging dada ayam dan
glukomanan, glukomanan yang terdapat tepung porang.
dalam umbi porang sangat besar yaitu

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 15-23, 2015 16


Pembuatan Nugget Ayam 15% dan P4 = nugget ayam dengan
Pembuatan nugget ayam dimulai penambahan tepung porang sebesar 20%.
dengan pemilihan daging ayam terlebih Nilai dari masing-masing variabel
dahulu. Daging ayam yang digunakan (kadar air, kadar protein, kada lemak, rasa
adalah daging ayam yang berasal dari dada dan tekstur) akan dianalisis menggunakan
ayam. Daging yang digunakan harus masih analisa ragam (ANOVA) dan dilanjutkan
dalam keadaan segar, setelah daging ayam dengan Uji jarak berganda Duncan
dipilih maka daging ayam digiling bersama (UJBD)apabila perlakukan memberikan
bumbu-bumbu ditambah dengan air pengaruh yang nyata terhadap variabel.
dingin/es batu. Nugget ayam yang
digunakan dalam penelitian ini Variabel
menggunakan perlakuan penambahan Pengukuran Kadar Air
tepung porang sebanyak 0%, 5%, 10%, Kadar air dianalisis menggunakan
15% dan 20%. Daging ayam yang telah metode gravimetri menurutAssociation of
digiling dimasuk kedalam loyang yang Official Analytical Chemist/AOAC (2002).
telah diberi lapisan plastik agar adonan Cawan aluminiumdikeringkan dalam oven
daging ayam tidak lengket pada loyang, pada suhu 105°C selama 15 menit,
dengan ketebalan 3 centimeter. kemudiandidinginkan lalu ditimbang (A).
Pengukusan dilakukan selama kurang lebih Sampel ditimbang sebanyak 5 g (B),setelah
15 menit, setelah adonan matang itu cawan berisi sampel dikeringkan dalam
didinginkan terlebih dahulu sebelum oven pada suhu 105°Cselama 6 jam
dipotong-potong. Potongan nugget ayam kemudian didinginkan dalam desikator dan
Kadar Air (%) = [B - (C – A)] ditimbang hingga diperoleh bobot tetap.
(C – A) x 100%
Pengukuran Kadar Lemak
dibuat sesuai dengan selera. Nugget ayam Kadar lemak dianalisis menggunakan
yang diuji sifat kimianya tidak dilanjutkan metode Soxhlet dari sumber AOAC (2002).
pada proses pelumuran dengan telur, Labulemak yang ukurannya sesuai dengan
sedangkan yang diuji organoleptik alat ektraksi Soxhlet dikeringkan dalam
dilanjutakan dengan pelumuran telur dan oven,kemudian didinginkan dalam
pembalutan dengan tepung roti. Nugget desikator dan ditimbang hingga bobottetap.
ayam yang telah selesai dimasukan Sebanyak lima gram sampel dibungkus
kedalam freezer selama 1 hari, kemudian dengan kertas. kondensor ditasnya dan
baru digoreng. labu lemak di bawahnya. Pelarut
lemak(Petrolium ether) dituangkan ke
Metode Penelitian dan Analisis Data dalam labu lemak secukupnya
Metode penelitian yang digunakan sesuaidengan ukuran yang digunakan.
adalah percobaan. Rancangan yang Selanjutnya dilakukan minimum 5-6 jam.
digunakan dalam penelitian ini adalah Pelarut yang ada di dalam labu lemak
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 didestilasi dan ditampung. Kemudianlabu
perlakuan dan 5 kali ulangan untuk lemak yang berisi hasil ekstraksi
variabel kadar air, kadar protein, kada dipanaskan dalam oven pada suhu105
lemak, rasa dan tekstur. Perlakuan yang °C,selanjutnya didinginkan dalam
dicobakan yaitu P0 = nugget ayam yang desikator dan dilakukan penimbangan
tanpa penambahan tepung porang hingga diperoleh bobot tetap.
(Kontrol), P1 = nugget ayam dengan Berat lemak (g)
penambahan tepung porang sebesar 5%, P2 KadarLemak (%) = X 100
Berat sampel (g)
= nugget ayam dengan penambahan tepung
porang sebesar 10%, P3 = nugget ayam
dengan penambahan tepung porang sebesar

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 15-23, 2015 17


Pengukuran Kadar Protein mengetahui kualitas masing-masing
Kadar protein dianalisis sampel nuggetdaging ayam penambahan
menggunakan metode Lowry modifikasi tepung porang eksperimen terhadap rasa
dari sumber Arthur(2005). Sampeldihitung dengan menggunakan empat klasifikasi
sebanyak 0,5 sampai 3,0 g laludimasukkan dan diberi skor.
ke dalam labu destruksi dan didestruksi
dengan menggunakan 20 ml asam sulfat Penilaian Tekstur
pekat denganpemanasan sampai terjadi Uji organoleptik merupakan
larutan berwarna jernih. Larutan hasil pengujian yang panelisnya
destruksidiencerkan dan didestilasi dengan cenderungmelakukan penilaian
penambahan 1000 ml berdasarkan kesukaan (Hedonict
NaOH 10%. Destilatditampung dalam 25 test)(Kusnandar. 2010.). Dalam pengujian
ml lalu dibaca panjang gelombang dengan ini panelis menggunakan respon
menggunakan spektrofotometri.Hasil yangberupa suka atau tidak sukanya
pembacaan gelombangdari terhadap sifat produk hasil eksperimen
Spektrofotometri ini total nitrogen dapat yang diuji yaitu nugget daging ayam
diketahui. Kadar protein sampel dihitung dengan penambahan tepung porang.
dengan mengalikan total nitrogen dan
faktor koreksi. Cara penghitungan kadar
nitrogen dari gelombang.
Penilaian Rasa Absorsi x Faktor Pengencer
Uji rasa adalah suatu pengujian Total Nitrogen (%) = x presentase : Slop
terhadap sifat karakteristik bahanpangan Bobot Sampel x 105
dengan menggunakan indera manusia Kadar Protein (%) = Total Nitrogen x 6,25
termasuk perasa (Kusnandar, 2010.). Uji
rasa digunakandengan tujuan untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN


Rata-rata
Perlakuan Kadar Air Kadar Protein Kadar Lemak Rasa Tekstur
(%) (%) (%)
P0 16,26a±1,28 11,04±0,25 3,76±0,18 2,88a±0,43 3,16ab±0,47
P1 15,02a±0,96 11,05±0,16 3,44±0,15 3,44ab±0,50 3,64d±0,63
b
P2 9,65 ±1,98 11,19±0,13 3,19±0,06 3,68bc±0,62 3,52cd±0,50
P3 7,77c±0,64 11,31±0,37 3,31±0,08 3,2ab±0,40 3,28bc±0,45
c
P4 7,24 ±0,73 11,38±0,15 3,29±0,13 2,96ab±0,2 2,88a±0,43
Tabel 1. Rata-rata hasil uji kadar air, kadar protein, kadar lemak, rasa dan tekstur

Kadar Air untuk menyerap molekul air dari


Kadar air merupakan kunci dari lingkungannya baik. Faktor mendukung
keberhasilan suatu proses pengolahan adalah tepung porang memiliki kandungan
bahan pangan. Hasil kadar air pada nugget serat pangan larut yang struktur dan
ayam dapat dilihat pada Tabel 1, kadar air fungsinya mirip dengan pektin yang
semakin menurun seiring penambahan disebut juga glukomanan. Glukomanan
tepung porang dalam nugget ayam. Faktor mempunyai kemampuan sebagai gelling
utama yang mempengaruhi penurunan agents yang mampu menggantikan fungsi
kadar air dalam nugget ayam adalah sifat STPP (Sodium Tri Poli Phospat).
higroskopis, yang dimana tepung porang Pembentukan gel dari glukomanan harus
menyerap air yang berada disekitarnya. diberikan air dengan perbandingan 1 : 8
Higroskopis adalah kemampuan suatu zat (Anggraeni, 2014).

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 15-23, 2015 18


Hasil dari uji kadar air nugget ayam bola. Protein ini mudah sekali beubah.
yang dimana menujukan sampel P0 Perubahan itu dapat meliputi pengaruh
16,26±1,28%; penurunan kadar air tidak suhu, apabila ditambahkan konsentrasi
terlalu banyak pada sampel P1 dengan garam mudah mengalami denaturasi
penambahan tepung porang 5% (Soeparno, 2005), disisi lain protein tidak
mendapatkan hasil P1 16,26±1,28%. hanya berasal hewani saja tetapi dapat
Penurunan kadar air mulai terlihat pada berasal dari nabati. Protein nabati
sampel P2-P4 yang ditambahkan tepung didapatkan dari tumbuhan, contoh dalam
porang 10-20%. Penurunan kadar air pada penelitian ini adalah protein dalam tepung
sampel P2 9,65±1,98%; penurunan kadar porang. Protein yang ada didalam tepung
air terus terjadi pada sampel P3 porang sebesar 2,13% dai bahan kering
7,77±0,64%; dan mencapai maksimal tepung porang. Tepung porang juga
penurunan kadar terjadi pada sampel P4 memiliki 2 macam protein yaitu
7,24±0,73%. Hasil dari Kadar air pada proteinsederhana dan protein gabungan.
sampel P0 masih tinggi hal ini disebabkan Protein sederhana adalah protein yang
oleh tepung tapioka dapat mengikat air hanya terdiri atas molekul asam-asam
dengan sempurna dan tidak mudah amino, sedangkan protein gabungan adalah
terlepaskan, sedangkan sedang pada P1-P4 protein yang terdiri atas protein dan gugus
yang ditambahkan tepung porang memiliki bukan protein (Suprayogi,2010).
sifat higroskopis tetapi pada penambahan Pada Tabel 1 dapat dilihat hasil uji
tepung porang, hal tersebut disebabkan kadar protein dari nugget ayam. Hasilnya
glukomanan dapat terbentuk dengan ditunjukan sebagai berikut: P0
sempurna diberikan air perbandingan 11,04±0,259%; P1 11,05±0,162%; P2
dengan tepung porang sebesar 11,19±0,132%; P3 11,31±0,374% dan P4
1:8(Anggraeni, 2014). Pengolahan bahan 11,38±0,154% terjadi perbedaan yang
mentah pada sampel P2-P4 perbandingan tidak nyata, hal tersebut terlihat dari hasil
air dengan tepung porang tidak sampai 1:8, yang diperoleh diatas. Faktor yang
sedangkan sampel P1 perbandingan air dan mempengaruhi dalam uji protein adalah
Tepung porang mencapai 1:8. Sampel P0 proses pembuatan nugget sebelum
merupakan sampel nugget ayam yang dilakukan uji kadar protein terlebih dahulu
tanpa penambahan tepung porang sehingga melalui proses pengukusan. Pengukusan
pati dalam tepung tapioka yang dilakukan dengan suhu yang tinggi dengan
berfungsimenangkap air dalam proses waktu kurang lebih 15 menit pada sampel
pengolah dibandingkan dengan yang P0-P4. Proses pengukusan ini pada sampel
ditambahkan tepung porang, yang dimana P0-P4 diperkirakan terjadi kerusakan pada
penangkapan air terjadi pada tepung protein. Protein tersendiri merupakan salah
porang dan tepung tapioka sehingga tepung kandungan nutrisi dari bahan pangan yang
porang yang tidak tercukupi airnya sangat mudah rusak oleh panas (Permadi,
menyebabkan penurunan kadar air. 2010). Suprayogi (2010) menyatakan hal
yang mendukung bahwa tepung porang
Kadar Protein juga memiliki 2 macam protein yaitu
Protein merupakan salah kandungan protein sederhana dan protein gabungan.
nutrisi dalam bahan pangan yang sangat Tepung porang pada proses pemanasan
dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan terjadi denaturasi pada protein yang
nutrisi manusia. Protein merupakan salah bersifat sederhana yang mana terjadi
satu makromelekul polimer yang tersusun kerusakan pada susun molekul asam-asam
atas monomer yang sering disebut dengan amino. Tepung porang sebelum digunakan
asam amino. Protein pada daging dilakukan pemurnian dengan etanol, hal ini
umumnya adalah protein yang berbentuk menyebabkan terjadinya kerusakan pada
globular, protein globular biasa berbentuk

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 15-23, 2015 19


protein tepung porang akibat pencucian pengujian, hal tersebut didukung oleh
dengan etanol 40% pendapat Rizki (2011) yang menyatakan
bahwa lemak dan kalsium oksalat yang
Kadar Lemak berada didalam tepung porang, bila
Lemak dalam bahasa ilmiah sering bertemu pada susunan rantai kimia tepung
disebut lipid, lemak merupakan suatu zat akan membentuk reaksi saponifikasi.
organik hidrofobik yang sangat sesuai Saponifikasi melindungi lemak yang sudah
terlarut dalam air karena sifat lemak adalah terikat dengan kalsium oksalat saat proses
polar, sehingga untuk melarutkan lemak pengujian kadar, sehingga kadar lemak
diperlukan pelarut polar. Daging ayam tersebut tidak terlarut dalam bahan pelarut
yang digunakan dalamnugget ayam juga lemak seperti etanol, petrolium eter dan
memiliki lemak, baik lemak yang ada alcohol
didalam daging (marbling) maupun lemak
yang ada dikulit dan dibawah jaringan Rasa
kulit. Lemak juga terbanyak ada didalam Rasa merupakan salah satu hal pokok
tubuh ayam yang terbanyak didapatkan yang harus diperhatikan dalam pembuatan
pada kulit dan jaringan dibawah kulit bahan pangan, terutama bagi industri
(Andarwulan, 2011) Pembuatan nugget pengolahan bahan pangan yang bertujuan
ayam yang diberikan dengan tepung untuk dijual kepada konsumen. Nugget
porang memiliki tujuan penambahan STPP ayam pada umum menggunakan bahan
(Sodium tri poli phospat) pengikat menggunakan tepung tapioka
alami(Ayustaning, 2010). saja, tetapi kali bahan pengikat Nugget
Sampel P1 3,44±0,154%; P2 ayam ditambahkan dengan tepung porang.
3,19±0,056%; P3 3,31±0,085%; dan P4 Tepung porang memiliki kelemahan yaitu
3,29±0,132% terpengaruhi oleh kandungan tingginya kadar kalsium oksalat yang
Lemak yang berada didalam tepung porang cukup tinggi apabila di konsumsi melebihi
yang hanya 0,17% yang dinyatakan Bayu ambang batas normal maka dapat
(2005), oleh sebab itu kandungan yang mengakibatkan gatal – gatal pada lidah,
terdapat pada sampel P1-P4 sangat sedikit kulit manusia, dan bila berkelanjutan terus
tidak berbeda jauh dengan sampel P0 menerus dapat menyebabkan batu
3,76±0,178%. Sampel P1-P2 terjadi ginjal(Afrisanti, 2010).konsumsi kalsium
perbedaan dengan sampel P3-P4 didalam oksalat melebihi 7mg/100g dari bahan
kandungan lemaknya, hal disebabkan oleh kering produk pangan maka akan terjadi
adanya penambahan tepung porang dalam gangguan kesehatan pada ginjal oleh
nugget ayam yang ditujukkan sebagai karena itu pada tepung porang yang harus
pengemulsi. Tujuan utama dari pengemulsi dilakukan pencucian terlebih dahulu untuk
adalah menyatukan air dan lemak, menurunkan kalsium oksalat yang
sehingga menjadi dalam sautu kesatuan terkandung (Lawless, 2008). Tepung
seperti yang dipaparkan oleh Ayustaning porang yang telah melalui proses
(2010). Lemak pada sampel nugget ayam pencucian kalsium oksalah yang
pada saat di uji kadar lemak tidak semua terkandung sebesar 0,0028g/100g tepung
lemak terlarut pada saat proses pelarutan porang (Faridah, 2012).
lemak, lemak yang terikat oleh rantai Tabel 1 menunjukan hasil pada
kosong pada susunan kimia tepung porang sampel P0 2,88±0,439 terus mengalami
tidak mudah untuk dilarutkan, sehingga peningkatan panelis yang suka pada nugget
kejadian naik dan turunan kadar lemak ayam sampai pada sampel P1 3,44±0,506
terkait erat dengan tepung porang yang dan P2 3,68±0,627. Penurunan kesukaan
dapat dikatakan sebagai pengemulsi alami. panelis nugget ayam terjadi pada sampel
Lemak yang sudah terikat erat dalam P3 3,2±0,408 dan P4 2,96±0,2. Penurunan
emulsi tidak dapat terlarut dalam proses pada tingkat kesukaan oleh panelis terjadi

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 15-23, 2015 20


karena tepung porang yang ditambahkan dalam suatu bahan pangan sangat berkaitan
pada sampel P3 (15%) dan P4 (20%), dengan kadar air dari bahan tersebut
didalam tepung porang memiliki (Suprayogi, 2010).
kandungan pati yang tinggi yang dimana Pengujian organoleptik (tekstur)
didukung oleh pendapat Anggraeni (2014) pada sampel P0 3,16±0,472 yang tidak
menyatakan bahwa pati didalam tepung ditambahkan tepung porang, sedang
sebanyak 22,4% dari bahan kering. Jumlah penambahan tepung porang pada sampel
kandungan pati yang tinggi pada P1 (3,64±0,637); P2 (3,52±0,509); P3
penambahan tepung porang dalam sampel (3,28±0,458) dan P4 (2,88±0,439).
P3-P4 menutupi cita rasa gurih yang Penurunan nilai kesukaan mulai sampel P1
ditumbulkan dari daging dada ayam, rasa dan terus menurun pada sampel P2-P4.
yang dirasakan oleh panelis lebih Penurunan kesukaan dipengaruhi oleh
cenderung kearah pati sehingga faktor tekstur dari nugget ayam. Sampel
menurunkan kesukaan dari panelis P2-P4 tingkat keremahannya sangat tinggi
tersebut. Panelis menyebut bahwa pada sehingga menurunkan nilai kesukaan
sampel P3 dan P4 terjadi rasa asam. Rasa panelis. Faktor yang mempengaruhi
asam yang timbul pada nugget ayam P3 kerahaman yaitu kadar air yang terkandung
dan P4 disebabkan oleh penambahan didalam nugget ayam. Tekstur memiliki
tepung porang yang melebihi batasan. Rasa peranan penting dalam pengolahan bahan
asam pada sampel P3 dan P4 terjadi saat pangan, tekstur yang terbentuk dalam suatu
permunian tepung porang yang dimana bahan pangan berkaitan erat dengan kadar
lemak pada tepung porang terjadi air dari bahan pangan tersebut. Semakin
kerusakan yang disebab oleh etanol tinggi kadar air yang terkandung dalam
sehingga membentuk senyawa asam asetat, suatu bahan pangan maka teksturnya akan
asam asetat yang dicampurkan ke dalam semakin lembek, begitu pula sebaliknya
bahan nugget dan kemudian dikukus akan apabila kekurangan air yang terkandung
terjadi kerusakan lemak pada bahan nugget dalam suatu bahan pangan teksturnya
yang disebabkan oleh asam asetat dan menjadi remah atau mudah terputus
kerusakan lemak oleh panas (Suprayogi, 2010).tekstur yang disuka oleh
(Allimentarius, 2007).rasa asam yang panelis pada sampel P1 dan P2, hal
terdapat dalam suatu bentuk bahan pangan tersebut berkaitan dengan kadar air yang
tergantung pada label yang tercantum terkandung dalam sampel P1 dan P2.
dikemasan sehinga tolak ukur suka dan Sampel P1 memiliki perbandingan air yang
tidak suka tergantung pada konsumen. tepat dalam pengolahan sehingga
Keasaman dalam bahan pangan bukan rasa teksturnya banyak disukai oleh panelis,
asam karena kadaluarsa, tetapi memang sedangkan pada sampel P2 perbandingan
sengaja dibuat rasa asam, contoh asinan air yang diberikan kurang tepat sehingga
atau permen (SNI, 2002). terjadi penurunan kesukaan panelis, hal
tersebut terlihat dari hasil uji organoleptik
Tekstur yang mendapatkan hasil bahwa P2
Tekstur merupakan kombinasi yang 3,52±0,50; lebih rendah dibandingkan
tidak dipisahkan dari rasa. Kombinasi dari dengan P1 3,64±0,63. Sampel P1-P4
rasa dan tekstur yang baik dalam mengalami penurunan kesukaan panelis,
pengolahan bahan pangan merupakan hal ini terjadi akibat perbandingan
kunci dalam meraih kesukaandari kekenyalan dan keremahan tidak sesuai
konsumen. Tekstur dari nugget ayam lagi. Menurut penyataan Jamal (2010)
dibuat dengan kombinasi tepung tapioka kadar air yang ada didalam nugget ayam
dengan tepung porang. Tepung porang mempengaruhi pembentukan kekenyalan
yang ditambakan memiliki tujuan sebagai dari nugget ayam tersebut. Penambahan air
gelling agents(Anggraeni, 2014). Tekstur yang tepat pada nugget ayam yang

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 15-23, 2015 21


ditambahkan tepung porang maka akan Kadar Lemak Bakso Ayam Petelur
menghasilkan kekenyalan yang bagus dan Afkhir. Jurnal Aplikasi Teknologi
tekstur yang bagus pula. Pangan (1) : 130-135
Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah
KESIMPULAN DAN SARAN Perusahaan Ayam Pedaging Menurut
Kesimpulan KegiatanUtama.www.bps.go.id/juml
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ahperusahaanayampedagingmenurut
penambahan tepung porang pada nugget kegiatan. Diakses pada tanggal 20
ayam dapat menurunkan kadar air, rasa dan Februari 2014
tektur, selain itu penambahan tepung Bayu, Y. 2005. Pengaruhan Lama
porang cenderung meningkatkan, kadar Perendaman Ketela Pohon (Manihot
lemak dan kadar protein. Penambahan esculenta) dalam Proses Pembuatan
tepung porang pada nugget ayam Tepung Tapioka. Jurnal Pertanian (1)
memperoleh hasil maksimal yaitu dengan : 91-113
penambahan 10% tepung porang. Faridah, A. 2012. Optimasi Produksi
Tepung Porang Dari Chip Porang
Saran Secara Mekanis Dengan Metode
Saran yang dapat diberikan yaitu Permukaan Respons. Jurnal Teknik
perlunya dilakukan penelitian lanjut Industri (3) : 158 – 166
tentang penggunaan tepung porang pda Jamal, K.M. 2010. Pengaruh Penambahan
pembuatan nugget ditinjau dari kualitas Tepung Porang Terhadap Kualitas
mikrobiologis, shelflifenya, dan upaya Bakso Daging Sapi. Teknologi
mengurangi kalsium oksalat pada tepung Pangan (1) : 515-21
porang. Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan:
komponen makro. Dian Rakyat.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.
Afrisanti, D. W. 2010. Kualitas Kimia Dan Kusuma, A.J. 2011. Optimasi Produksi
Organoleptik Nugget Daging Kelinci Tepung Porang Dari Chip Porang
dengan Penambahan Tepung Porang. Secara Mekanis dengan Metode
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan(4) Permukaan. Fakultas Teknologi
: 889- 893 Pertanian, Universitas Brawijaya.
Allimentarius, C. 2007. Hazard Analysis and Lawless, H.T. 2008. Sensory Evaluation Of
Critical Control System and Guidelines Food. Chapman & Hall. New York.
for Its Application.Alinorm 97/13 A. Permadi. 2010. Kadar Serat, Sifat
Rome : Codex Alimentarius Organoleptik dan Rendemen Nugget
Commission. Ayam yang Disubstitusi dengan
Andarwulan. 2011. Teknik pemurnian Jamur Tiram Putih (Plerotus
STP. PT. Cipta Adi Pustaka. Jakarta. Ostreatus). Jurnal Aplikasi
Anggraeni D.A, 2014, Proporsi Tepung Teknologi Pangan (1) : 115 – 120
Porang (Amorphophallus Rizki, M.F. 2011. Pedoman Kimia
Oncophyllus Blume) : Tepung Dasar. Gramedia. Jakarta
Maizena Terhadap Karakteristik Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi
Sosis Ayam. Jurnal Aplikasi Daging. CetakanKedua. UGM Press.
Teknologi Pangan(1) : 119- 131 Yogyakarta.
AOAC. 2002. Offical Methods Of Analysis.
Standart Nasional Indonesia. 2002.
16th Ed. AOAC Int.,Washington DC
Arthur. 2005. Evaluation Nutrients of Makanan dan Minuman Kemasan.
Food. Science Press Singapore. SNI 01-6687-2002
Singapore Subhan, A. 2007. Bahan Tambahan dalam
Ayustaning, F. 2010. Subtitusi Tepung Pengolahan Pangan. Kanisus.
Tapioka Dengan Tepung Terhadap Yogyakarta

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 15-23, 2015 22


Suprayogi, M.S. 2010. Proporsi Tepung
Porang (Amorphophallus
Oncophyllus Blume) : Tepung
Maizena Terhadap Karakteristik
Naget Itik Serati. Fakultas Teknik
Pangan. Universitas Pelita Harapan.
Jakarta.

J. Ternak Tropika Vol. 16, No.1: 15-23, 2015 23

Anda mungkin juga menyukai