Anda di halaman 1dari 51

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/361925092

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

Book · July 2022

CITATIONS READS
5 12,064

1 author:

Darmawan Dr
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
44 PUBLICATIONS 156 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Darmawan Dr on 12 July 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MANAJEMEN KEUANGAN
SYARIAH

Dr. Darmawan, M.A.B.


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA

Pasal 2
Undang-Undang ini berlaku terhadap:
a. semua Ciptaan dan produk Hak Terkait warga negara, penduduk, dan badan hukum
Indonesia;
b. semua Ciptaan dan produk Hak Terkait bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk
Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia yang untuk pertama kali dilakukan
Pengumuman di Indonesia;
c. semua Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dan pengguna Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum
Indonesia dengan ketentuan:
1. negaranya mempunyai perjanjian bilateral dengan negara Republik Indonesia mengenai
pelindungan Hak Cipta dan Hak Terkait; atau
2. negaranya dan negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta dalam
perjanjian multilateral yang sama mengenai pelindungan Hak Cipta dan Hak Terkait.

BAB XVII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 112
Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (3) dan/atau Pasal 52 untuk Penggunaan Secara Komersial, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah).
MANAJEMEN KEUANGAN
SYARIAH

Dr. Darmawan, M.A.B.

2022
MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH
Oleh:
Dr. Darmawan, M.A.B.

ISBN: 978-602-498-351-2
Edisi Pertama, Februari 2022

Diterbitkan dan dicetak oleh:


UNY Press
Jl. Gejayan, Gg. Alamanda, Komplek Fakultas Teknik UNY
Kampus UNY Karangmalang Yogyakarta 55281
Telp: 0274 – 589346
Mail: unypress.yogyakarta@gmail.com
© 2022 Dr. Darmawan, M.A.B.

Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)


Anggota Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI)

Tata Letak : PeTeWe


Desain Sampul : Ngadimin
Isi di luar tanggung jawab percetakan

iv
Pengantar
Manajemen keuangan syariah merupakan salah satu bidang
manajemen yang sedang berkembang dan mendapatkan perhatian
luas. Buku ini adalah ikhtiar penulis pada dua hal, pertama karena
kekhawatiran terhadap pemahaman umum tentang berbagai
transaksi keuangan dalam masyarakat Islam. Baik itu pada
Lembaga keuangan syariah maupun hubungan antar individu.
Banyak dari para pelaku transaksi keuangan islam tidak
memahami konsep awal islam tentang berbisnis, terutama tentang
hutang-piutang, yaitu tolong menolong. Sehingga adab dalam
seluruh tindakan para pelakunya seharusnya menjadikan hal itu
sebagai dasar utama. Kedua, perkembangan keuangan syariah
maupun program studi keuangan syariah (baik itu manajemen
keuangan islam/ syariah, perbankan syariah mapun akuntansi
syariah) begitu tinggi, tetapi tidak disertai oleh tingkat
pertumbuhan buku teks perkuliahan dan referensi berbahasa
Indonesia dalam bidang ini. MKS berhubungan dengan return
keputusan investasi dan keputusan pendanaan berdasarkan
prinsip-prinsip Syariah. Mata kuliah ini akan membahas mengenai
konsep dasar dan ruang lingkup manajemen keuangan syariah,
konsep fundamental dalam keuangan syariah, serta membahas
perkembangan sistem keuangan syariah, serta implikasi terhadap
manajemen keuangan syariah, sumber dana dan manajemen
pengunaan dana sesuai prinsip syariah beserta mekanisme
keuangannya. Capaian pembelajaran yang dibebankan pada mata
kuliah ini:

1. Mahasiswa memahami konsep dasar manajemen keuangan


syariah dan penerapannya.

v
2. Mahasiswa memahami konsep dan proses perencanaan
keuangan dan investasi dalam manajemen keuangan
syariah.

3. Mahasiswa memahami konsep dan proses pengambilan


keputusan pendanaan dalam manajamen keuangan syariah.

4. Mahasiswa memahami mekanisme keuangan berbasis jual


beli, bagi hasil, utang, dan sewa guna usaha.

5. Mahasiswa mampu menganalisis berbagai alternatif


keputusan pembelanjaan, pendanaan, dan investasi melalui
struktur modal.

Penulis mengucapkan syukur alhamdulillah atas selesainya buku


ini. Penulis ucapkan terima kasih pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Fakultas Ekonomi
Universitas Terbuka yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengajar dalam bidang ilmu manajemen keuangan,
terutama Herin Ratnaningsih, M.Pd.B.I yang banyak mensupport
penulisan buku-buku saya; terima kasih pada rekan rekan dosen
muda IAIN Metro yang telah banyak berkontribusi dalam buku-
buku saya: Yudhistira Ardana, M.E.K. (Ekonomi Pembangunan);
Misfi Laili Rohmi, M.Si. (Ekonomi Pembangunan); Nur Syamsiyah,
M.E. (Ekonomi Syariah); Lilis Renfiana, M.E. (Ekonomi Syariah); dan
Dr. Friska Mastarida, SE., MM.Tr. (Manajemen Pemasaran) dari
Binus University; Terima kasih yang sangat tak hingga untuk tim
riset saya: Novita Dwi Lestari, M.E. (Hukum Ekonomi Syariah);
Iklimah, M.E (Ekonomi Syariah); Achmad Jufri, M.E (Ekonomi
Syariah); Siti Ena Aisyah Simbolon, M.E (Perbankan Syariah) yang
telah banyak berkontribusi dalam membaca, menelaah dan
mengoreksi tulisan-tulisan saya. Penulis juga mengucapkan terima

vi
kasih pada Universitas Negeri Yogyakarta, khususnya UNY Press
yang telah berkenan menerbitkan buku-buku yang saya susun.

Akhir kata, penulis dengan segara kerendahan hati memohon


kebijaksanaan para pembaca untuk memberikan koreksi pada edisi
pertama ini, baik itu konsep, pengutipan atau penjelasan, bahkan
jika ada kesalahan ketik, tata bahasa, yang memungkinkan
pembaca bisa mensalahartikan pemahaman umum yang ingin
disampaikan dalam tulisan ini. Semoga Allah SWT memberkahi
semua niat baik kita, Aamiin..

Bandung-Yogyakarta, Januari 2022

Penulis

vii
ِ ْ ‫ َو‬، ُ‫اط َ َ �ن ِإلَ ْي ِه ْالقَ ْب‬
� ‫ا�ثْ ُم َ َح كَ فِ ال � ْ ِ َوت َ َ د�دَ فِ ال‬
‫ص ِْر َو ِإ ْن‬ ْ ‫اط َ َ �ن ِإلَ ْي ِه ال � ْ ُ َو‬
ْ َ � ِ ‫ال‬
َ‫س َوأَ ْف ُ ْ ك‬ ُ � ‫أَ ْف َ كَ ال‬

"Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu.


Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan
cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut
merupakan kebaikan."

(HR. Ahmad)
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PENGANTAR .............................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

............................
A. Konsep dasar manajemen keuangan Syariah.................................... 1
B. Landasan hukum manajemen keuangan Syariah ............................. 11
C. Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Syariah................................. 18
D. Aktualisasi Prinsip Syariah dalam Manajemen Keuangan
Syariah................................................................................................... 20

...............................................
A. Kebijakan dan Penentuan Tujuan Perusahaan Syariah ................... 25
B. Bentuk Organisasi Bisnis dalam Perekonomian Syariah ................. 34
C. Implementasi Syirkah dalam Perusahaan Bisnis .............................. 44
D. Kombinasi Mudharabah dan Musyarakah ......................................... 48
E. Elemen Akad atau Kontrak .................................................................. 59
F. Asas-asas Kontrak Syariah ................................................................... 61

A. Konsep Laporan Keuangan .................................................................. 63


B. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan..................................................... 67
C. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan ............................... 70
D. Analisis Laporan Keuangan Konvensional dan Syariah................... 74

ix
.............................................................
A. Konsep Nilai Waktu Uang .................................................................... 79
B. Time Value of Money dalam Ekonomi Konvensional dan
Syariah ................................................................................................... 87
C. Economic value of time ........................................................................ 92
D. Legitimasi Syariah Atas Time Value of Money.................................. 101

...........................
A. Teori Struktur Modal ........................................................................... 109
B. Pembatasan Utang dalam Keuangan Islam........................................ 112
C. Struktur Modal dalam Keuangan Islam ............................................. 114

.........................................................
A. Konsep Dasar Instrumen Keuangan Syariah..................................... 119
B. Pengelompokan Instrumen Keuangan............................................... 123
C. Instrument Keuangan Islam Derivatif................................................ 126
D. Pengembangan Instrument Keuangan Syariah ................................ 129

...................
A. Konsep Dasar Return dan Risiko......................................................... 139
B. Analisa Return Portofolio .................................................................... 148
C. Risiko dan Return Berdasarkan Kerangka Syariah........................... 153

A. Keuangan Syariah Berbasis Bagi Hasil ............................................... 157


B. Mekanisme Mudharabah ..................................................................... 163
C. Mekanisme Musyarakah ...................................................................... 181

x
............
A. Murabahah ............................................................................................ 193
B. Salam ...................................................................................................... 211
C. Istisna ..................................................................................................... 215

.........................
A. Konsep Dasar Pembiayaan Berbasis Utang........................................ 219
B. Al-Qard ................................................................................................... 224

......
A. Konsep Dasar Ijarah.............................................................................. 235
B. Mekanisme Ijarah ................................................................................. 241
C. Jenis-jenis Ijarah ................................................................................... 251

.....................
A. Konsep Dasar Sukuk.............................................................................. 255
B. Mekanisme Berdasarkan Pengelompokkan Sukuk ............................. 260

...........
A. Konsep Dasar Takaful ........................................................................... 287
B. Asuransi pada Tabungan dan Investasi.............................................. 298

....
A. Manajemen Keuangan Syariah............................................................ 305
B. Peluang Manajemen Keuangan Syariah............................................. 307
C. Tantangan Manajemen Keuangan Syariah ........................................ 312

xi
..........................................................................
..........................................................................

xii
Dr. Darmawan, M.AB.

BAB I
KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

Keberadaan Ekonomi Islam menjadi isu internasional serta memberikan


dampak pada disiplin-disiplin ilmu, salah satunya ilmu manajemen
keuangan 1. Hal tersebut menjadi pengantar perbedaan antara keuangan
konvesional dengan keuangan islam baik dari aplikasi maupun konsepnya.
Meskipun konsep keuangan Islam dapat ditelusuri kembali sekitar 1.400
tahun, sejarahnya baru-baru ini dapat ditelusuri hingga tahun 1970-an
ketika bank-bank Islam di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab diluncurkan.
Bahrain dan Malaysia muncul sebagai pusat keunggulan pada 1990-an.
Sekarang diperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar US $ 1 triliun aset
dikelola di bawah aturan keuangan Islam.

1
Lihat Zaman, A. (2009). Islamic Economics: A Survey of the Literature: I. Islamic
Studies, 48(3), 395–424; Toseef Azid (2010). Anthology of Islamic Economics: Review
of Some Basic Issues. Review of Islamic Economics, Vol. 13, No. 2, 2010; Sani Kabiru
Saidu, Abubakar Sambo Junaidu and Rabiu Saminu Jibril (October 24th 2018).
Financial Instruments: Islamic Versus Conventional, Accounting from a Cross-Cultural
Perspective, Asma Salman and Muthanna G. Abdul Razzaq, IntechOpen;

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -1


Di sisi lain, manajemen keuangan Islam secara konsep maupun aplikasinya
dapat dilacak dari zaman nabi Muhammad ‫ ﷺ‬begitupula khalifah-khalifah
setelah Rasulullah.

‫ب َ ِ ٌ أَن‬ َ ْ َ‫َ ْ ُ ُ هُ ۚ َو ْ َ ْ ُ � ْ َ ُ ْ َ ِ ٌ ِ ْ َ ْ ِل ۚ َو َ ي‬ َ � ٍ ‫يَ َ �ي َ ٱ � ِي َ َءا َ ُ ۟ا إِذَا َ َايَ ُ ِ َ ْي ٍ إِ َ أَ َج‬


‫ش ْـ ۚ َ ِن َ نَ ٱ � ِى‬ َ ُ ْ ِ ْ َ ْ َ‫يَ ْ ُ َ َ َ َ � َ ُ ٱ � ُ ۚ َ ْ َ ْ ُ ْ َو ْ ُ ْ ِ ِ ٱ � ِى َ َ ْ ِ ٱ ْ َ � َو ْ َ � ِ ٱ � َ َر � ُۥ َو َ ي‬
ِ ِ ‫ش ِ َ ْي‬ ۟ ِ ْ َ ْ ‫َ َ ْ ِ ٱ ْ َ � َ ِ ً أَ ْو َ ِ ً أَ ْو َ يَ ْ َ ِ ُع أَن يُ ِ � ُ َ َ ْ ُ ْ ِ ْ َو ِ � ُۥ ِ ْ َ ْ ِل ۚ َوٱ‬
َ ‫ُوا‬
َ ِ َ ُ َ َ ُ َ ْ ‫ِر َج ِ ُ ْ ۖ َ ِن � ْ يَ ُ َ َر ُج َ ْ ِ َ َ ُج ٌ َوٱ ْ َ أَ َ ِن ِ � َ ْ َ ْ نَ ِ َ ٱ � َ َاءِ أَن َ ِ � ِإ‬
َ ‫ب ٱ � َ َا ُء ِإذَا َ دُ ُ ۟ا ۚ َو َ َ ْـ ُ ۟ا أَن َ ْ ُ ُ ُه‬
ْ ُ ِ َ‫ص ِ ً ا أَ ْو َ ِ ً ا ِإ َ أَ َج ِ ِۦ ۚ ذ‬ َ ْ ‫ِإ ْ َ ُ َ ْٱ� ُ ْخ َ ى ۚ َو َ َي‬
ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ‫أَ ْ َ ُ ِ َ ٱ � ِ َوأَ ْ َ ُم ِ � َ َةِ َوأَدْ َ أَ � َ ْ َ ُ ۟ا ۖ إِ � أَن َ ُ نَ ِ َ َ ة ً َ ِ َ ة ً ُ ِي ُ و‬
‫ش ِ ٌ ۚ َو ِإن َ ْ َ ُ ۟ا َ ِ � ۥُ ُ ُ ٌق ِ ُ ْ ۗ َوٱ � ُ ۟ا‬ َ َ ‫ح أَ � َ ْ ُ ُ َ ۗ َوأَ ْش ِ ُو ۟ا ِإذَا َ َ َي ْ ُ ْ ۚ َو َ يُ َ �ر َ ِ ٌ َو‬ ٌ َ ‫ُج‬
ٌ ِ َ ٍ‫ش ْ ء‬ َ ِ ُ ِ ُ � ‫ٱ � َ ۖ َويُ َ ِ ُ ُ ُ ٱ � ُ ۗ َوٱ‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak


secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa
yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka
(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan
lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)

2- BAB I : KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


Dr. Darmawan, M.AB.

kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan
(yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada
dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (Surat Al Baqarah ayat 282)

Melalui ayat-ayat al-Quran, manajemen keuangan Islam secara konsep


mampu menggambarkan persuasi normatif untuk pemeluknya supaya
melakukan pencatatan atas semua transaksi dengan benar dan adil (Qs. Al-
Baqarah:282). Sedangkan melalui laporan keuangan dan pencatatan,
manajemen keuangan secara aplikasi mampu diamati dan dipraktikkan
oleh bendaharawan-bendaharawan Negara kala itu (Hakim, 2018).

Sejarah Islam begitu kaya, kaum Muslim adalah orang pertama yang
mengembangkan aljabar2. Bagdad House of Wisdom (Bayt al-Ḥikmah )
adalah lembaga pendidikan terkemuka di dunia selama abad kesembilan.
Muslim menciptakan musik, karya seni visual, dan puisi yang luar biasa 3.
Tidak mengherankan jika umat Islam termasuk di antara para bankir dan
pemodal pertama. Sejarah keuangan Islam panjang dan beragam, namun
hanya sedikit orang yang tahu banyak tentangnya. Wilayah Arab telah
terlibat dalam keuangan sejak abad ke-2 Masehi. Karena terletak di antara
Cina dan Eropa, sebuah Silk Road4 melintasi Semenanjung Arab dan Afrika

2
Kontribusi Islam untuk matematika dimulai sekitar tahun 825 M, ketika
matematikawan Baghdad Muḥammad ibn Mūsā al-Khwārizm menulis risalahnya
yang terkenal al-Kitāb al-mukhtaṣar fī isāb al-jabr wa'l-muqābala (diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin pada abad ke-12 sebagai Aljabar et Almucabal, dari mana istilah
modern aljabar diturunkan).
3
Bayt al-Ḥikmah bertindak sebagai komunitas didirikan oleh khalifah Abbasiyah
Harun al-Rashid dan putranya al-Ma'mun yang memerintah dari tahun 813-833 M.
Berbasis di Bagdad dari abad ke-9 hingga ke-13, banyak cendekiawan Muslim yang
paling terpelajar adalah bagian dari lembaga penelitian dan pendidikan yang luar
biasa ini.
4
Jalur ini digunakan secara teratur dari 130 SM, ketika Dinasti Han (202 SM - 220 M)
secara resmi membuka perdagangan dengan barat, hingga 1453 M, ketika
Kekaisaran Ottoman memboikot perdagangan dengan barat dan menutup rute.

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -3


Utara. Pedagang mendirikan toko dan kota untuk menjual barang
dagangan kepada pelancong. Penduduk mengembangkan ekonomi
berdasarkan perdagangan, memberikan benih pertama proto-kapitalisme5
(Mokrzycki, 1997). Kelas baru dalam masyarakat hadir pada era proto
kapitalisme yakni kelas borjuis6. Awalnya mereka hanya memulai usaha
perdagangan biasa selanjutnya mereka memulai mode produksi kapitalis.
(Prasetyo, 2012)

Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬hidup dari tahun 570 M hingga 632 M. Rasullullah ‫ﷺ‬
menarik banyak pengikut selama dekade awal abad ke-7. Setelah
kematiannya, ajarannya terus menyebar ke seluruh Afrika dan Asia. Pada
awal-awal Islam, umat Islam mengambil pengalaman mereka dalam
berdagang lalu kemudian memasukkannya ke dalam prinsip-prinsip
Islam7. Misalnya ketika, Al-Qur'an berbicara dengan tegas menentang
bunga.

َ‫يَ َ �ي َ ٱ � ِي َ َءا َ ُ ۟ا َ َ ْ ُ ُ ۟ا ٱ ِ َ ۟ا أَ ْ َ ً � َ َ َ ً ۖ َوٱ � ُ ۟ا ٱ � َ َ َ � ُ ْ ُ ْ ِ ُ ن‬

Orang Eropa telah terbiasa dengan barang-barang dari timur dan, ketika Jalur Sutra
ditutup, para pedagang perlu mencari rute perdagangan baru untuk memenuhi
permintaan barang-barang ini. Penutupan Jalur Sutra memprakarsai Zaman Zaman
Eksplorasi (1453-1660 M) yang akan ditentukan oleh penjelajah Eropa yang turun ke
laut dan memetakan rute air baru untuk menggantikan perdagangan darat. Jalur
Sutra, dari pembukaan hingga penutupannya, memiliki dampak yang begitu besar
pada perkembangan peradaban dunia sehingga sulit membayangkan dunia modern
tanpanya.
5
proto-industrialisasi atau kapitalisme awal
6
Bourgeoisie, tatanan sosial yang didominasi oleh kelas menengah. Dalam teori
sosial dan politik, gagasan tentang borjuasi sebagian besar merupakan konstruksi
Karl Marx (1818-1883) dan mereka yang dipengaruhi olehnya. Dalam pidato populer,
istilah ini berkonotasi filistinisme, materialisme, dan kepedulian yang berjuang untuk
kehormatan, yang semuanya terkenal diejek oleh Molière (1622–73) dan dikritik
oleh penulis avant-garde sejak Henrik Ibsen (1828–1906).
7
Banyak catatan menarik bisa di baca pada The Rise and Spread of Islam bab
Muhammad and the Rise of Islam dari Boundless World History yang
menggambarkan keadaan masyarakat pada masa itu.

4- BAB I : KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


Dr. Darmawan, M.AB.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba


dengan berlipat ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan. (Surat Al Imran ayat 130)

Kalimat ini terselip di antara kisah perang Uhud. Mereka diperintahkan


untuk meninggalkan riba dan menginfakkan harta mereka di jalan Allah
dan mempersiapkan diri untuk menyebarkan Islam. Dan sebagaimana
diketahui bahwa haramnya riba berlaku dalam keadaan apapun, akan
tetapi ia disebutkan di sini untuk mengingatkan apa yang mereka dahulu
lakukan; dahulu mereka melakukan riba dengan memberi batas waktu
tertentu dan apabila telah habis batas waktu tersebut mereka
menambahnya lagi dan begitu seterusnya sampai berulang-ulang sehingga
orang yang mengambil riba mendapatkan berkali-kali lipat dari hutang
yang ia berikan pada kali pertama.

Banyak ayat Al-Qur’an yang menentang keras perbuatan riba, seperti Al-
Qur’an Surat Ar-Rum ayat 39,

ِ � ‫َو َ َءا َ ْ ُ ِ ِر ً ِ َ ْ ُ َ ۟ا ِ أَ ْ َ ِل ٱ � ِس َ َ َي ْ ُ ۟ا ِ َ ٱ � ِ ۖ َو َ َءا َ ْ ُ ِ زَ َ ةٍ ُ ِ ي ُونَ َوجْ َ ٱ‬


َ‫َ ُ ۟و َئِكَ ُ ُ ٱ ْ ُ ْ ِ ُ ن‬

artinya: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi
Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya) .

Surat Al-Baqarah ayat 278-280,

َ ِ ِ ْ‫وا َ َ ِ َ ِ َ ٱ ِ َ ۟ا ِإن ُ ُ � ؤ‬
۟ ‫َي َ �ي َ ٱ � ِي َ َءا َ ُ ۟ا ٱ � ُ ۟ا ٱ � َ َوذَ ُر‬

ْ ُ َ ‫ظ ِ ُ نَ َو‬
َ‫ظ َ ُ ن‬ ْ َ َ ْ ُ ِ َ ْ َ‫وس أ‬ ٍ ْ َ ِ ‫َ ِن � ْ َ ْ َ ُ ۟ا َ ْذَ ُ ۟ا‬
ُ ‫ب ِ َ ٱ � ِ َو َر ُ ِِۦ ۖ َوإِن ُ ْ ُ ْ َ َ ُ ْ ُر ُء‬

َ‫َ ْ َ َ ةٍ ۚ َوأَن َ َ � ُ ۟ا َخ ْ ٌ � ُ ْ ۖ ِإن ُ ُ ْ َ ْ َ ُ ن‬ َ ‫َو ِإن َ نَ ذُو ُ ْ َ ٍة َ َظِ َ ة ٌ ِإ‬

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -5


Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan


sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka


ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 161

ً ِ َ‫َوأَ ْخ ِ ِ ُ ٱ ِ َ ۟ا َو َ ْ ُ ُ ۟ا َ ْ ُ َوأَ ْ ِ ِ ْ أَ ْ َ َل ٱ � ِس ِ ْ َ ِ ِ ۚ َوأَ ْ َ ْ َ ِ ْ َ ِ ِ ي َ ِ ْ ُ ْ َ َا ً أ‬

Artinya: Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya


mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta
benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.

dan Surat Al-Baqarah ayat 276.

ٍ ِ َ‫� َ َ ِ ۗ َوٱ � ُ َ يُ ِ � ُ � َ � ٍر أ‬ ‫يَ ْ َ ُ ٱ � ُ ٱ ِ َ ۟ا َويُ ْ ِ ٱ‬

Artinya: Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah


tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu
berbuat dosa.

Selanjutnya dipertegas dengan hadis yang berbunyi

ْ َ ِ ْ َ � ‫ش ْ َ َ َ ُ ا َ � َ َ ُ َ ْ ٌ أَ ْخ َ َ َ أَ ُ ا‬ َ ِ َ‫ب َو ُ ْ َ ُن ْ ُ أ‬ ِ �� ‫َ �ََ ُ َ � ُ ْ ُ ا‬
ٍ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ ‫ح َو ُز‬
َ ‫ص � � ُ َ َ ْ ِ َو َ � َ آ ِ َ ا ِ َ َو ُ ؤْ ِ َ ُ َو َ ِ َ ُ َو‬
‫ش ِ َ ْي ِ َو َ َل ُ ْ َ َ ا ٌء‬ َ ِ � ‫َج ِ ٍ َ َل َ َ َ َر ُ ُل‬

“… Dari Jabir ra bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬melaknat pemakan riba, yang


memberikannya, pencatatnya dan saksi-saksinya.” (HR. Muslim)

6- BAB I : KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


Dr. Darmawan, M.AB.

Karena larangan ini maka para pengusaha Islam harus mengembangkan


cara lain untuk mengumpulkan modal. Hal Inilah pangkal tolak awal
penciptaan modal, bukan hutang dalam transaksi keuangan Islam. Mereka
menciptakan tagihan pertukaran dan bentuk awal kemitraan, yang
disebut mufawada. Ini memungkinkan pebisnis untuk bermitra dalam
usaha, dengan semua mitra menerima bagian keuntungan yang sama.
Mufawada berarti 'sama'8. Dalam shirkat al-mufawada, semua mitra bisnis
berbagi secara setara dalam aspek fundamental permodalan, manajemen
investasi, rasio keuntungan, dan profil risiko. Jika salah satu dari unsur-
unsur ini kekurangan, kemitraan secara otomatis dikategorikan sebagai
shirkat al-inan, (inan berarti 'tidak setara'). Semua mitra adalah wali dan
agen satu sama lain.

Selama berabad-abad, umat Islam mengembangkan cek, perusahaan baru,


dan rekening transaksional. Muslim adalah yang pertama
mengembangkan perusahaan yang independen dari negara (Kuran T. ,
2005). Jaringan perdagangan menghubungkan bisnis Muslim ke benua
Asia, Afrika, dan Eropa. Kebanyakan pebisnis Muslim mengikuti prinsip-
prinsip Syariah. Mereka menghindari kepentingan dan perusahaan yang
merugikan. Namun filsafat ekonomi Islam tidak muncul sampai abad ke-20
(Kuran T. , 1997; Zaman, 2009). Pada abad ke-20 terlihat kemajuan luar
biasa dalam keuangan Islam. Ekonom Muslim meneliti ekonomi Barat
konvensional dan menemukan beberapa masalah. Sebagian besar ekonomi
Barat didasarkan pada bunga dan pembiayaan praktik berbahaya.

Untuk memungkinkan kaum muslim mengikuti nilai-nilai islam,


perbankan Islam (di Indonesia lebih sering disebut sebagai perbakan
syariah) mulai berjalan. Bank Tabungan Mit Ghamr dibuka pada tahun
1963 di Mesir. Bank tersebut tidak ada lagi, tetapi menginspirasi banyak
ekonom Islam lainnya untuk membuka bank berdasarkan nilai-nilai islam.
Bank Pembangunan Islam dibuka di Arab Saudi pada tahun 1975. Bank

8
Untuk memahami salah satu kontrak komersial dari 3 kontrak utama mazhab
Hanafi ini bisa dipelajari pada buku A Comparative Evolution of Business Partnerships
halaman 77, tentang the ottoman mufawada partnership (Çizakça, 1996).

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -7


berkembang dengan cepat, memperluas kesepakatan ke negara-negara
anggota di seluruh dunia. Ini menempatkan keuangan Islam di panggung
dunia, memungkinkannya untuk bersaing dengan prinsip-prinsip Barat.
Perusahaan Asuransi Islam Sudan adalah perusahaan pertama yang
menawarkan asuransi syariah pada tahun 1979. Asuransi ini menghindari
transaksi berbasis bunga dan investasi perjudian. Pada tahun 1996,
Citibank membuka divisi perbankan syariah. Citi Islamic Investment Bank
menjadi bank Islam pertama yang didirikan oleh lembaga keuangan besar.
Perusahaan lain segera menyusul, menawarkan sub-divisi perbankan
syariah.

Untuk mengatur industri yang berkembang pesat, Organisasi Akuntansi


dan Audit untuk Lembaga Keuangan Islam (The Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions / AAOIFI) dibuka pada tahun
1990. AAOIFI menyediakan lebih dari 100 standar audit dan etika.
Beberapa badan industri, terutama AAOIFI di Bahrain, juga telah bekerja
menuju standar umum. Mengutip situs web AAOFI, AAOIFI didukung oleh
anggota institusional (200 anggota dari 45 negara, sejauh ini ketika buku
ini ditulis) termasuk bank sentral, lembaga keuangan Islam, dan peserta
lain dari industri perbankan dan keuangan Islam internasional, di seluruh
dunia. AAOIFI telah memperoleh dukungan yang meyakinkan untuk
penerapan standarnya, yang sekarang diadopsi di Kerajaan Bahrain, Pusat
Keuangan Internasional Dubai, Yordania, Lebanon, Qatar, Sudan, dan
Suriah. Otoritas terkait di Australia, Indonesia, Malaysia, Pakistan,
Kerajaan Arab Saudi, dan Afrika Selatan telah mengeluarkan pedoman
yang didasarkan pada standar dan pernyataan AAOIFI.

Keuangan Islam tetap kuat sampai hari ini. Jantung keuangan Islam
memang terletak di semenanjung Arab, tetapi negara-negara Barat telah
mengakui kekuatan prinsip-prinsip investasi Islam. Pada tahun 2004, Bank
Islam Inggris ( The Islamic Bank of Britain) membuka pintunya. Bank
tersebut adalah bank komersial Islam pertama yang didirikan oleh para
pebisnis di luar dunia Muslim. Keuangan Islam tetap stabil setelah krisis
ekonomi 2008 (Hassan, 2018). Ini membawa lebih banyak perhatian pada

8- BAB I : KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


Dr. Darmawan, M.AB.

keuangan Islam di Barat. Inggris memiliki lima bank syariah berlisensi,


dengan 20 lainnya menawarkan produk keuangan syariah. Amerika tetap
merupakan pasar yang sebagian besar belum dimanfaatkan. Beberapa
bank menawarkan layanan yang sesuai dengan Syariah di Amerika Serikat,
tetapi layanan ini sedikit dan jarang. Bank Islam pertama di Amerika
Selatan dibuka pada tahun 2017.

َ ِ ُ
ٌ ‫ش ْ ءٍ َ ِي‬ َ َ َ ُ ‫ض َو َ ِ ِ � ۚ َو‬ ِ َ َ � ‫ِ � ِ ُ ْكُ ٱ‬
ِ ‫ت َو ْٱ� َ ْر‬

Artinya: Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada
di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Surat Al Maidah
ayat 120)

Ide utama dalam Syariah adalah bahwa Allah memiliki semua kekayaan.
Manusia adalah penjamin kekayaan-Nya, tetapi kita harus mengikuti
perintah-Nya. Kita dapat menikmati kekayaan, tetapi kita tidak dapat
menghancurkan sumber daya saat melakukannya. Pengejaran kita dalam
mencari materi membutuhkan keseimbangan. Kebutuhan juga harus
seimbang. Seorang Muslim harus menafkahi dirinya dan keluarganya.
Tetapi mereka harus menggunakan sumber daya dengan baik, menyisakan
cukup bagi orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Ekonomi pasar bebas diperbolehkan, setiap muslim bisa mendapatkan


keuntungan dari usaha bisnis mereka. Muslim dapat mendiversifikasi
investasi mereka, menyebarkan aset mereka di sejumlah industri. Mereka
dapat melakukan usaha dengan non-Muslim, dan non-Muslim dapat
berinvestasi dalam bisnis Muslim. Islam mengarahkan mekanisme pasar
melalui hukum dan etika. Setiap orang harus berada dalam posisi untuk
memenuhi kebutuhan mereka, dengan keseimbangan sumber daya yang
sama. Larangan utama dalam keuangan Islam adalah terhadap bunga. Riba
menciptakan ketidakadilan sosial, karena kreditur mendapatkan kekayaan
tanpa berusaha. Ini menentang kerja keras, cara yang sungguh-sungguh
untuk mencari nafkah.

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -9


Al-Qur'an juga melarang ketidakpastian, yang dikenal sebagai gharar,
dijelaskan dalam Surah Al Baqarah ayat 188 dan Surah An Nisa ayat 29.
Ketika dua orang terlibat dalam interaksi finansial, kedua belah pihak
harus tahu apa yang diharapkan. Jika salah satu pihak kekurangan
informasi yang lengkap, itu dianggap tidak bermoral. Al-Qur'an berisi
beberapa ayat yang mengutuk perjudian, seperti yang dijelaskan pada
Surah Al Baqarah ayat 219 dan Surah Al Ma’idah ayat 90.

ْ ُ � َ َ ‫َي َي� َ ٱ � ِي َ َءا َ ُ ۟ا ِإ � َ ٱ ْ َ ْ ُ َوٱ ْ َ ْ ِ ُ َو ْٱ� َ َ بُ َو ْٱ� َ ْز َ ُ ِرجْ ٌ ِ ْ َ َ ِ ٱ � ْ َ ِ َ جْ َ ِ ُ ُه‬


َ‫ُ ْ ِ ُ ن‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)


khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Al-Qur'an membagi perjudian menjadi dua praktik, Maysir dan Qimar.


Kedua kegiatan ini tidak bermoral karena alasan yang sama, bahwa minat
dan ketidakpastian tidak bermoral. Seseorang menghasilkan kekayaan
tanpa berusaha. Perjudian didasarkan pada ketidakpastian karena tidak
ada yang tahu apakah taruhan mereka akan membuahkan hasil. Muslim
tidak dapat berinvestasi atau menjalankan perusahaan di industri apa pun
yang berbahaya. Ini termasuk alkohol, prostitusi, dan tembakau.

Kontrak harus mengikuti beberapa prinsip dasar agar valid. Sebuah


kontrak harus memiliki beberapa subjek hukum. Itu harus mengikuti
peraturan lokal dan hukum etika Islam. Sebuah kontrak harus
menguntungkan setidaknya satu Muslim. Itu harus menghindari
ketidakpastian, memberikan informasi spesifik tentang syarat dan
ketentuan. Layanan yang dijelaskan kontrak harus ada saat kontrak
dibuat. Penjual harus memiliki layanan, dan mereka harus dapat
mengirimkannya. Berdasarkan prinsip-prinsip ini, ada beberapa kategori
kontrak. Kontrak kemitraan membangun hubungan keuangan di antara
para pihak. Mudharabah melibatkan satu pihak memberikan uang kepada

10- BAB I : KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


Dr. Darmawan, M.AB.

pihak lain. Pihak kedua menginvestasikan uang, dan kedua belah pihak
berbagi keuntungan. Jika investasi gagal, hanya investor yang kehilangan
uang. Namun pengelola dana harus bertanggung jawab jika kerugian
terjadi karena kelalaiannya. Musyarakah menciptakan usaha patungan
yang lengkap. Kedua belah pihak memberikan modal dan
menginvestasikannya. Jika investasi mereka gagal, kedua belah pihak
menderita kerugian. Murabahah adalah kontrak biaya-plus. Seorang
Muslim menjual komoditas mereka untuk biaya ditambah margin
keuntungan. Kedua belah pihak mengetahui persyaratan sebelumnya, dan
pembeli kemudian melakukan pembayaran. Salam adalah kontrak
pekerjaan di masa depan. Pembeli membayar barang mereka di muka, dan
penjual mengirimkan barang segera setelah itu. Wadia mendelegasikan
persyaratan di mana pemilik memberikan properti mereka kepada orang
lain untuk diamankan. Wadia memotivasi rekening giro dan tabungan
dalam keuangan Islam.

Sebuah pengelolaan dengan hasil maksimal yang bermuara pada Ridha


Allah SWT merupakan segala hal yang berkenaan dengan manajemen
ekuangan syariah. Maka tidak heran jika seluruh keputusan dan langkah
yang diterapkan tidak jauh dari apa yang ada dalam aturan-aturan Allah
SWT (Rambe, 2021). Keuangan Islam bersandar pada penerapan hukum
Islam, atau Syariah, yang sumber utamanya adalah Al-Qur'an dan ucapan
serta praktik Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Syariah, dan sangat banyak dalam
konteks keuangan Islam, menekankan keadilan dan kemitraan. Perbedaan
utama antara keuangan Islam dan konvensional adalah perlakuan risiko,
dan bagaimana risiko dibagi. Dua bentuk utama keuangan Islam adalah
keuangan bank dan menerbitkan sekuritas syariah (disebut sukuk). Secara
umum sangat mungkin dianggap sebagai pinjaman bank dan masalah
obligasi, tetapi itu tidak akurat. Kategori tersebut tidak dapat diterapkan
pada keuangan Islam murni. Dalam keuangan Islam, bunga dilarang. Jika
suatu perusahaan dibiayai oleh utang dengan kewajiban untuk membayar
bunga, risiko bisnis tidak dibagi secara adil. Sebaliknya, keuangan Islam

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -11


mensyaratkan bahwa keuangan disediakan berdasarkan prinsip bagi hasil
dan kerugian. Di bawah hukum syariah keuangan dapat diberikan melalui
beberapa jenis kontrak. Setiap jenis menentukan bagaimana risiko dibagi
antara perusahaan dan pemasok keuangan.

Salah satu kontrak tersebut adalah mudharabah. Ini menentukan terlebih


dahulu bagaimana keuntungan dan kerugian harus dibagi antara pemodal
dan pengusaha. Keuntungan dibagi dalam rasio yang telah ditentukan,
sehingga pengembalian pemodal berfluktuasi sesuai dengan profitabilitas
bisnis. Kerugian, kecuali yang disebabkan oleh penipuan atau kelalaian
pengusaha, ditanggung sepenuhnya oleh pemberi dana. Bandingkan
dengan pinjaman konvensional di mana pemodal memiliki hak
kontraktual untuk menerima bunga (dan pembayaran modal) terlepas dari
kondisi bisnis peminjam.

Bank syariah dan sukuk saat ini didasarkan pada kontrak yang secara
formal sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh hukum syariah. Tetapi
banyak ahli berpendapat bahwa cara mereka beroperasi tidak berdasarkan
pembagian untung dan rugi sesuai ajaran Islam. Seperti penelitian (Khan
F. , 2010) menyebutkan produk yang ada di perbankan syariah hanya label
nama berbahasa Arab, pelaksanaannya sama saja dengan bank
konvensional. Seorang pembeli sukuk, misalnya, mengharapkan untuk
menerima hasil yang terjamin sebanding dengan obligasi berbunga.
Pemilik simpanan bank mengharapkan kepastian modal yang sebanding
dengan simpanan di bank konvensional. Bank syariah memuluskan
fluktuasi keuntungan untuk memberikan kepastian modal ini. Dan mereka
menyalurkan sebagian besar pinjaman mereka melalui metode sesuai
syariah yang, tidak seperti mudharabah, artinya tidak melibatkan
partisipasi dalam risiko perusahaan. Persoalan ini akan kita dapati di
hampir semua bank syariah, penyebabnya karena tentu saja persoalan
bisnis. Tujuan utama semua nasabah kurang lebih sama, mendapatkan
keuntungan. Ketika keuntungan tidak bisa ditawarkan oleh lembaga
keuangan syariah maka sangat mungkin nasabah akan memalingkan
harapannya pada lembaga keuangan konvensional. Oleh karena itu,

12- BAB I : KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


Dr. Darmawan, M.AB.

sejumlah ahli mengamati bahwa sebagian besar keuangan Islam secara


substansi tidak berbeda dengan keuangan konvensional.

Prinsip utama keuangan Islam adalah:

1. Kekayaan harus dihasilkan dari perdagangan yang sah dan


investasi berbasis aset. (Penggunaan uang untuk tujuan
menghasilkan uang secara tegas dilarang)

ٍِْ ُ ِ ُ ِ ‫ط َ ُ ا ْ َ َ ِل َو‬
َ َ ٌ ‫اج‬ َ

Artinya: Mencari (harta) yang halal adalah wajib bagi setiap


Muslim (HR ath-Thabarani)

ِ ْ �ِ ْ ِ ‫َو َ َ ْ ُ ُ ۟ا أَ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ ِ ْ َ ِ ِ َو ُ ْ ُ ۟ا ِ َ ِإ َ ٱ ْ ُ � ِم ِ َ ْ ُ ُ ۟ا َ ِ ي ً ِ ْ أَ ْ َ ِل ٱ � ِس‬

َ‫َوأَ ُ ْ َ ْ َ ُ ن‬

Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta


sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,
supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui. (Surat Al-Baqarah Ayat 188)

Cara yang batil, misalnya dengan sumpah yang dusta, merampas,


mencuri, risywah (suap), riba, khianat ketika dititipi barang atau
diberi pinjaman dsb. Termasuk ke dalam ayat ini adalah
mu'amalah yang haram, seperti riba, judi dengan semua
bentuknya, melakukan penipuan (ghisy) dalam jual beli dan sewa-
menyewa, jual beli gharar, mengangkat karyawan namun dimakan
gajinya, mengambil upah dari pekerjaan yang mereka tidak
melakukannya. Bahkan termasuk pula orang-orang yang
melakukan ibadah dengan niat memperoleh dunia, di mana asas

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -13


penggeraknya adalah dunia, mereka tidak mau menjadi muazzin
kecuali jika mendapatkan imbalan, dsb. Demikian pula mengambil
zakat, sedekah, waqf maupun wasiat padahal mereka tidak berhak
atau melebihi haknya.
2. Investasi juga harus memiliki manfaat sosial dan etika bagi
masyarakat luas di luar keuntungan murni.

‫ض ۖ َو َ َ َ � ُ ۟ا‬
ِ ‫ط ِ َ ِ َ َ َ ْ ُ ْ َو ِ � أَ ْخ َ جْ َ َ ُ ِ َ ْٱ� َ ْر‬ َ ِ ‫يَ َي� َ ٱ � ِي َ َءا َ ُ ۟ا أَ ِ ُ ۟ا‬
َ َ � ‫ٱ ْ َ ِ ثَ ِ ْ ُ ُ ِ ُ نَ َو َ ْ ُ ِـ خِ ِي ِ ِإ � أَن ُ ْ ِ ُ ۟ا ِ ِ ۚ َوٱ ْ َ ُ ۟ا أَ �ن ٱ‬
ٌ ِ َ � ِ‫غ‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan


allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji. (Surat Al-Baqarah Ayat 267)

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Al Barra' ia berkata: Ayat


tersebut turun berkenaan dengan kami kaum Anshar, di mana
kami adalah para pemilik kebun kurma. Terkadang seseorang
datang dari kebunnya dengan membawa kurma, tergantung
banyak kurma atau sedikitnya. Ada pula seseorang yang datang
membawa satu atau dua tangkai (berisi kurma), lalu ia
menggantungkannya di masjid. Ketika itu penghuni Shuffah
(pelataran masjid) tidak memiliki makanan, salah seorang di
antara mereka apabila datang (ke masjid), mendatangi tangkai
tersebut, lalu ia pukul dengan tongkatnya, kemudian jatuhlah
kurma muda dan kurma kering, lalu ia makan. Ada beberapa orang
yang kurang peduli dengan kebaikan, datang membawa tangkai
kurma berisi kurma yang kurang baik dan yang jelek, serta
membawa tangkai yang sudah patah, lalu ia gantungkan di masjid.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Jika salah seorang di antara kamu diberi

14- BAB I : KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


Dr. Darmawan, M.AB.

hadiah sama seperti yang dia berikan, tentu dia tidak akan
mengambilnya kecuali dengan memicingkan mata atau malu."
Setelah itu, salah seorang di antara kami datang dengan membawa
kurma yang baik yang ada di sisinya.
Allah menganjurkan kepada hamba-hambaNya untuk
menginfakkan sebagian yang mereka dapatkan dalam berniaga,
serta sebagian apa yang mereka panen dari tanaman dari biji-bjian
maupun buah-buahan, hal ini mencakup zakat uang maupun
seluruh dagangan yang dipersiapkan untuk di jual belikan, juga
hasil pertanian dari biji-bijian dan buah-buahan, Termasuk dalam
keumuman ayat ini, infak yang wajib maupun sunah. Allah
memerintahkan untuk memilih yang baik dari itu semua dan tidak
memilih yang buruk, yaitu yang jelek lagi rendah mutunya lalu
mereka sedekahkan kerena Allah, yang seandainya mereka
memberikan barang seperti itu kepada orang-orang yang berhak
memerimanya, pastilah merekapun tidak akan meridhoinya,
mereka tidak akan menerimanya kecuali dengan kedongkolan dan
memicingkan mata. Maka yang seharusnya mengeluarkan yang
tengah-tengah dari semua itu, dan yang paling sempurna adalah
mengeluarkan yang paling baik. Dan yang dilarang adalah
mengeluarkan yang jelek, kerena yang ini tidaklah memenuhi
infak yang wajib dan tidak akan memperoleh pahala yang
sempurna dalam infak yang sunah.
3. Risiko harus dibagi, adapun konsep pembagian risiko adalah pusat
perbankan dan keuangan Islam. Penting untuk memahami peran
pembagian risiko dalam meningkatkan modal. Pada saat yang
sama, keuangan Islam menuntut penghindaran riba dan gharar
(ambiguitas atau penipuan).

‫ُ ُ ٱ � ْ َ ُ ِ َ ٱ ْ َ ِ ۚ ذَ ِكَ ِ َ � ُ ْ َ ُ ۟ا‬ � َ َ ‫نَ ٱ ِ َ ۟ا َ يَ ُ ُ نَ إِ � َ َ يَ ُ ُم ٱ � ِى َي‬ ُ ُ ْ ‫ٱ � ِي َ َي‬


َ ُ‫ظ ٌ ِ �ر ِِۦ َ َ َ َ َ ۥ‬ َ ِ ْ َ ‫َج َءهُۥ‬ َ َ ۚ ‫ِ ْ ُ ٱ ِ َ ۟ا ۗ َوأَ َ � ٱ � ُ ٱ ْ َ ْ َع َو َ � َم ٱ ِ َ ۟ا‬ ‫ِإ � َ ٱ ْ َ ْ ُع‬
َ‫ُ ْ ِ َ َخ ِ ُون‬ ۖ ‫ص َ ُ ٱ � ِر‬ ْ َ‫ُ ُهۥ ِإ َ ٱ � ِ ۖ َو َ ْ َ دَ َ ُ ۟و َئِكَ أ‬ ْ َ‫ف َوأ‬ َ ََ

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -15


Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya. (Surat Al-Baqarah Ayat 275)

Allah menjelaskan bahwa Dia menghalalkan jual-beli karena di


dalamnya terdapat keuntungan yang umum dan khusus. Dan Allah
mengharamkan riba karena di dalamnya terdapat kezaliman dan
tindakan memakan harta orang lain secara batil tanpa imbalan
apapun. Dari penjelasan ini maka kita menjadi mudah memahami
bahwa pembagian keuantungan dan kerugian (risiko) merupakan
pokok penting pembeda antara jual beli yang dihalalkan dan riba.
Setiap orang akan mendapatkan keuntungan dan kerugian sesuai
dengan tindakan yang dilakukannya dan imbalan yang
diterimanya.
4. Semua Kegiatan Berbahaya Harus Dihindari
‫اَ � َ ُر يُ َ ا ُل‬
Artinya: Kemudharatan Dihilangkan Sebisa Mungkin

Kaidah ‫ض َ ُر يُ َزا ُل‬� َ‫ ا‬berkaitan dengan kemudharatan yang terjadi di


antara para hamba, di mana kemudharatan, kesulitan, dan
sejenisnya sebisa mungkin dihilangkan di antara para hamba.
Kaidah ‫ض َ ُر ُي َزا ُل‬
� َ‫ ا‬berasal dari sabda Nabi Muhammad ‫ﷺ‬,
‫ار‬
َ ِ ‫َ َ َر و‬
“Tidak boleh berbuat dharar, begitu pula tidak pula berbuat
dhirar.” (HR Ibnu Majah no. 2340, shahih)

16- BAB I : KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


Dr. Darmawan, M.AB.

Dharar adalah memberi kemudharatan kepada orang lain agar


dirinya mendapatkan manfaat dengan hal tersebut.

Keuangan Islam secara ketat mematuhi Syariah. Keuangan Islam


kontemporer didasarkan pada sejumlah larangan yang tidak selalu ilegal
di negara-negara tempat lembaga keuangan Islam beroperasi:

1. Memungut dan menerima bunga (riba). Gagasan tentang pemberi


pinjaman yang membebankan bunga langsung, terlepas dari
bagaimana harga aset yang mendasarinya, melanggar konsep
pembagian risiko, kemitraan, dan keadilan. Ini mewakili uang itu
sendiri yang digunakan untuk menghasilkan uang. Ini juga
melarang investasi di perusahaan yang memiliki terlalu banyak
pinjaman (biasanya didefinisikan memiliki utang dengan total
lebih dari 33% dari nilai pasar saham rata-rata perusahaan selama
12 bulan terakhir).
2. Investasi dalam bisnis yang berhubungan dengan alkohol,
perjudian, obat-obatan, babi, pornografi atau apa pun yang
menurut Syariah melanggar hukum atau tidak diinginkan (haram).
3. Ketidakpastian (maysir), di mana transaksi melibatkan spekulasi,
atau risiko ekstrim. Ini dianggap mirip dengan perjudian.
Larangan ini, misalnya, akan mengesampingkan spekulasi di pasar
berjangka dan opsi. Asuransi bersama (yang berkaitan dengan
ketidakpastian) diperbolehkan jika terkait dengan risiko bisnis
yang wajar dan tidak dapat dihindari. Ini didasarkan pada prinsip
tanggung jawab bersama untuk keamanan finansial bersama, dan
bahwa anggota berkontribusi pada reksa dana, bukan untuk
keuntungan, tetapi jika salah satu anggota menderita kemalangan.
4. Ketidakpastian (gharar) tentang subjek dan syarat kontrak, ini
termasuk larangan menjual sesuatu yang bukan miliknya. Ada
teknik keuangan khusus yang tersedia untuk kontrak dalam
memproduksi produk untuk pelanggan. Hal ini diperlukan karena
produk tidak ada, dan karena itu tidak dapat dimiliki, sebelum
dibuat. Produsen dapat berjanji untuk memproduksi produk

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -17


tertentu di bawah spesifikasi yang disepakati pada harga yang
ditentukan dan pada tanggal yang tetap. Secara khusus, dalam hal
ini, risiko yang diambil adalah oleh bank yang akan menugaskan
pembuatan dan menjual barang kepada pelanggan dengan
keuntungan yang wajar untuk melakukan risiko ini. Sekali lagi
bank dihadapkan pada risiko yang cukup besar. Menghindari
risiko kontraktual dengan cara ini, berarti bahwa transaksi harus
didefinisikan secara eksplisit sejak awal. Oleh karena itu,
instrumen derivatif yang kompleks dan penjualan pendek
konvensional atau penjualan dengan margin dilarang di bawah
keuangan Islam.

Saat ini, Perbankan dan Pembiayaan Syariah adalah salah satu sektor
ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia yang telah menjadi
pembicaraan dunia keuangan selama dua dekade terakhir. Sektor yang
beragam ini memiliki banyak peluang dan sangat sedikit persaingan
hingga saat ini karena potensi sebenarnya belum terwujud, sektor ini
mendefinisikan ulang praktik keuangan di banyak negara di dunia yang
mencakup negara-negara Muslim dan non-Muslim. Raksasa ekonomi
meluncurkan diri mereka ke dalam keuangan Islam untuk menarik
perhatian investor secara global, terutama dari Timur Tengah dan negara-
negara Islam untuk berinvestasi dalam bisnis yang sesuai dengan Syariah.

Evolusi dan kemajuan bertahap keuangan Islam telah membawa aspek


baru pada kebijakan keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Ini tidak hanya
memberi Muslim kesempatan untuk berinvestasi dalam proyek atau
portofolio dengan cara Islam yang sah, tetapi keuangan Islam memiliki
banyak hal untuk ditawarkan, mulai dari ekonomi yang komprehensif dan
dapat diandalkan secara moral hingga evakuasi kemelaratan dan
demoralisasi produk tertentu yang merusak kepada masyarakat Islam.
Keuangan Islam memiliki segalanya di dalamnya yang merupakan

18- BAB I : KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


Dr. Darmawan, M.AB.

kebutuhan waktu, namun bukan dalam cara berpikir atau wacana agama
tetapi sebagai teknik dan instrumen menuju kemajuan.

Saat ini, banyak negara Islam besar dan signifikan mengikuti praktik
perbankan dan pembiayaan yang sesuai dengan Syariah. Negara-negara
non-Muslim yang berbagi hubungan bisnis dan ekonomi dengan pusat
perbankan Islam seperti Bahrain, Oman, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat
Arab, Kuwait, dan Malaysia, berurusan dengan mereka menggunakan
Keuangan Islam sebagai alat yang efektif untuk pembangunan keuangan
dan ekonomi secara global. Perbankan dan keuangan Islam didasarkan
pada lima aturan Syariah yang secara jelas memisahkannya dari
perbankan dan keuangan konvensional. Lima aturan syariah ini adalah:
riba (Bunga), tidak adanya gharar (ketidakpastian dan risiko) dalam
kegiatan ekonomi dan perdagangan, larangan maysir (spekulasi atau
perjudian) saat terlibat dalam kontrak bisnis atau komersial, menghindari
produksi atau investasi dalam kegiatan yang haram (bertentangan dengan
hukum Islam), serta pengenalan zakat.

Prinsip-prinsip dan pedoman perbankan Islam secara mendalam


ditetapkan dalam agama yang harus dipelajari dan dipahami secara
menyeluruh sebelum memulai karir. Aturan perbankan dan keuangan
Islam sangat luas dan berbelit-belit serta sangat ketat. Bidang khusus ini
membutuhkan kepatuhan yang ketat terhadap aturan dan pedoman
Syariah karena tidak ada margin untuk kesalahan dan apa pun. Meskipun
merupakan bidang profesi yang menuntut mengikuti aturan dengan
sempurna, profesi ini berpotensi menawarkan jalur karir yang sangat
menguntungkan, aman, dan menjanjikan. Saat ini, ada kekosongan di
sektor keuangan yang berkembang ini, sehingga ada peluang untuk dapat
membangun karir yang hebat di bidang ini karena akan merevolusi
layanan perbankan dan keuangan pada umumnya secara global dalam
beberapa tahun ke depan. Ruang lingkup bidang ini meliputi:

1. Konsep dasar manajemen keuangan syariah dan penerapannya.

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -19


2. Konsep dan proses perencanaan keuangan dan investasi dalam
manajemen keuangan syariah.
3. Konsep dan proses pengambilan keputusan pendanaan dalam
manajamen keuangan syariah.
4. Mekanisme keuangan berbasis jual beli, bagi hasil, utang, dan sewa
guna usaha
5. Analisis berbagai alternatif keputusan pembelanjaan, pendanaan,
dan investasi melalui struktur modal biaya modal.
Menurut literatur lain ruang lingkup manajemen keuangan
syariah itu meliputi lembaga keuangan bank, di mana untuk
lembaga keuangan bank terbagi menjadi dua. Pertama, Bank
Umum Syariah (BUS). Kedua, Bank Pembiayaan rakyat Syariah
(BPRS). Ruang lingkup selanjutnya yaitu lembaga keuangan non-
bank berupa pasar modal, pasar uang, perusahaan asuransi, dana
pensiun, perusahaan modal ventura, lembaga pembiayaan. Di
mana untuk lembaga pembiayaan terdiri dari beberapa turunan
lagi yaitu: lembaga sewa guna usaha (Leasing), perusahaan anjak
piutang (factoring), perusahaan kartu plastik, pembiayaan
konsumen (consumer finance), perusahaan pegadaian, dan
lembaga keuangan syariah mikro (Rambe, 2021).
Selain itu, apabila dilihat dari segi aktivitasnya, meliputi aktivitas
pengumpulan dana seperti dalam memperoleh dana untuk
investasi melalui akan bagi hasil atau jual beli, aktivitas perolehan
aktivitas seperti pada reksadana dan bank syariah dimana dalam
aktivitas investasi melibatkan aktivitas lain sebagai Lembaga
perantara dan aktivitas penyaluran dana seperti pembiayaan
(Sobana, 2018).

Keuangan syariah adalah jenis kegiatan pembiayaan yang harus sesuai


dengan Syariah (Hukum Islam). Konsep ini juga dapat merujuk pada
investasi yang diperbolehkan menurut Syariah. Perbedaan utama antara
keuangan konvensional dan keuangan Islam adalah bahwa beberapa

20- BAB I : KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


Dr. Darmawan, M.AB.

praktik dan prinsip yang digunakan dalam keuangan konvensional


dilarang keras di bawah hukum Syariah.

Ada sejumlah instrumen keuangan Islam yang disebutkan dalam silabus


Manajemen Keuangan dan yang dapat menyediakan keuangan yang sesuai
dengan Syariah, yakni diantaranya:

1. Murabahah adalah bentuk kredit perdagangan untuk akuisisi aset


yang menghindari pembayaran bunga. Sebagai gantinya, bank
membeli barang tersebut dan kemudian menjualnya kepada
pelanggan dengan dasar yang ditangguhkan dengan harga yang
mencakup mark-up yang disepakati untuk keuntungan. Mark-up
ditetapkan di muka dan tidak dapat ditingkatkan, bahkan jika
klien tidak mengambil barang dalam waktu yang disepakati dalam
kontrak. Pembayaran dapat dilakukan dengan cara mencicil.
Dengan demikian, bank menghadapi risiko bisnis karena jika
nasabahnya tidak mengambil barang, kenaikan mark-up tidak
diperbolehkan dan barang-barang milik bank dapat turun
nilainya.
2. Ijarah adalah perjanjian sewa pembiayaan di mana bank membeli
barang untuk pelanggan dan kemudian menyewakannya kembali
selama periode tertentu dengan jumlah yang disepakati.
Kepemilikan aset tetap pada lessor bank, yang akan berusaha
untuk memulihkan biaya modal peralatan ditambah margin
keuntungan dari utang sewa.
3. Mudharabah pada dasarnya seperti keuangan ekuitas di mana
bank dan pelanggan berbagi keuntungan. Bank akan menyediakan
modal, dan peminjam, menggunakan keahlian dan pengetahuan
mereka, akan menginvestasikan modal. Keuntungan akan dibagi
sesuai dengan perjanjian pembiayaan, tetapi seperti pembiayaan
ekuitas, tidak ada kepastian bahwa akan ada keuntungan, juga
tidak ada kepastian bahwa modal akan diperoleh kembali. Ini
menghadapkan bank pada risiko investasi yang cukup besar.
Dalam praktiknya, sebagian besar bank syariah menggunakan ini

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -21


sebagai bentuk produk investasi pada sisi kewajiban dari laporan
posisi keuangan mereka, di mana investor atau nasabah (sebagai
penyedia modal) menyimpan dana pada bank, dan banklah yang
bertindak sebagai manajer investasi (pengelola dana).
4. Musyarakah adalah usaha patungan atau kemitraan investasi
antara dua pihak. Kedua belah pihak memberikan modal untuk
pembiayaan proyek dan kedua belah pihak berbagi keuntungan
dalam proporsi yang disepakati. Hal ini memungkinkan kedua
belah pihak untuk dihargai atas pasokan modal dan keterampilan
manajerial mereka. Kerugian biasanya akan dibagi berdasarkan
ekuitas yang awalnya disumbangkan ke usaha tersebut. Karena
kedua belah pihak terlibat erat dengan manajemen proyek yang
sedang berjalan, bank tidak sering menggunakan transaksi
musyarakah karena mereka lebih suka lepas tangan.
5. Sukuk adalah surat berharga yang sering disebut dengan obligasi
syariah. Catatan pinjaman konvensional non-Islam adalah utang
sederhana, dan pengembalian pemegang utang untuk
menyediakan modal kepada penerbit obligasi berbentuk bunga.
Obligasi Islam, atau sukuk, tidak dapat dikenakan bunga. Agar
sukuk tersebut sesuai dengan syariah, pemegang sukuk harus
memiliki hak kepemilikan atas aset yang dibiayai. Pengembalian
pemegang sukuk untuk menyediakan pembiayaan adalah bagian
dari pendapatan yang dihasilkan oleh aset. Sebagian besar sukuk,
adalah berbasis aset, bukan didukung aset, memberi investor
kepemilikan arus kas tetapi bukan aset itu sendiri. Berbasis aset
jelas lebih berisiko daripada aset yang didukung jika terjadi
default.
6. Wakalah adalah jasa pelayanan pengalihan kekuasaan dari pihak
satu kepada pihak lain yang diwakilkan. Dalam hal ini, bank
menjadi wakil dari pihak nasabah. Di mana nasabah melimpahkan
kuasanya kepada pihak bank untuk melakukan sesuatu.
7. Kafalah adalah jasa pelayanan dalam hal jaminan. Dalam hal ini
penjamin akan memberikan jaminan kepada pihak ketiga, hal ini
dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak

22- BAB I : KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


Dr. Darmawan, M.AB.

yang ditanggung. Jasa pelayanan ini merupakan pengalihan


tanggung jawab satu pihak kepada pihak lain.
8. Hawalah merupakan jasa pelayanan pengalihan tanggungan
(utang). Di mana terjadinya pemindahan utang dari pihak yang
tidak mampu untuk melanjutkan pembayaran kepada pihak yang
sanggup untuk membayarkan hutang tersebut. Sehingga utang
tersebut terbayarkan kepada pihak yang memberikan utang.
9. Rahn adalah jasa pelayanan dalam bentuk jaminan titik di mana
satu pihak akan memberikan barang kepada pihak lain sebagai
jaminan untuk mendapatkan pinjaman. Jaminan yang diberikan
bernilai ekonomis sehingga pihak yang mendapatkan jaminan
dapat menukar uang jaminan tersebut sebagai ganti dari pinjaman
yang diberikan. Hal ini dilakukan ketika pihak yang diberi jaminan
tidak mampu untuk melunasi pinjaman yang diberikan.
10. Qard al-Qardul Hasan adalah jasa pelayanan yang bernilai sosial
dalam rangka memberi pertolongan Untuk meringankan beban
seseorang titik bank akan memberikan pinjaman kepada pihak
nasabah. Nasabah akan mengembalikan pinjaman tersebut sesuai
dengan jumlah yang diterima dan waktu yang telah ditentukan.
(Sobana, Manajamen Keuangan Syari'ah, 2017)

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -23


Dr. Darmawan, M.AB.

BAB II
LANDASAN AKAD DALAM PERUSAHAAN

Perbedaan paling mendasar antara bisnis syariah dan bisnis konvensional


adalah hukum Islam atau Syariah atau Syariat yang menjadi landasan
operasional bisnis. Dalam menjalankan bisnis syariah, tujuannya bukan
hanya mendapatkan keuntungan materi, tetapi juga mendapatkan rezeki
dari Tuhan. Saat bisnis dijadikan media untuk mencari rezeki ditambah
dengan pembangunan konsep untuk menyiapkan akhirat yang identik
dengan fondasi iman, takwa, jujur, menjaga dari hal yang dimurkai Allah,
tawakal, dan menafkahi keluarga tanggungan. Maka, di saat itu pula
Allah akan memudahkan rezeki yang baik dan melancarkan segala urusan
bisnisnya, namun dengan catatan harus rutin dan tetap berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk mencapainya. Sehingga pada saat berhasil tidak
lupa mensyukuri dengan cara menunaikan segala kewajiban yang berlaku
seperti mengelurkan zakat, infak dan shadaqah alhasil dari awal sampai
akhir bisnis yang dilakoni padat dengan keberkahan (Hasan, 2015).
Berdasarkan pemikiran ini, penting untuk menghormati dan mematuhi
Syariah saat melakukan bisnis. Syariah dalam arti umum berarti jalan, dan
dengan demikian Syariah adalah jalan yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬. Allah SWT berfirman:

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -25


َ � َ َ َ َ � ْ َ ‫ث ُ � َج‬
َ‫ش ِ ي َ ٍ ِ َ ْٱ� َ ْ ِ فَ � ِ ْ َ َو َ� َ � ِ ْع أ َ ْه َ آ َء ٱ � ِي َ َ� َي ْ َ ُ ن‬

Artinya: Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat


(peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui
(Surat Al-Jatsiyah Ayat 18).

Teks wahyu ini telah dipahami dan ditafsirkan berdasarkan penerapan


Nabi Muhammad ‫ﷺ‬serta ijtihad para ulama selama berabad-abad. Syariah
dalam arti yang lebih spesifik berarti undang-undang, Allah SWT
berfirman:

�َ ‫ِ َ ٓ أ َ زَ َل ٱ � ُ ۖ َو‬ ِ َ� ِ ْ ‫َ ٱ‬
ُ َ ْ َ ُ ْ‫ب َو ُ َ ْ ِ ً َ َ ْ ِ ۖ فَ ح‬ ِ ِ ‫ص ِد ً ِ َ َ ْ َ َيدَ ْي‬ َ ُ ‫ق‬ِ َ ْ ِ ‫ب‬ َ َ � ِ ْ ‫َوأ َ زَ ْ َ ٓ ِإ َ ْ َ ٱ‬
ً ‫َ َ َ ُ ْ أ ُ � ً � َوحِ دَة‬ َ ْ َ ‫ُ ْ ِش ْ َ ً َو ِ ْ َ ًج ۚ َو‬
َ ُ � ‫ش ٓ َء ٱ‬ ْ
ِ َ َ ‫ق ۚ ِ ٍ َج‬ ُ ْ
ِ َ ‫َٱ‬ ِ َ‫َ � ِ ْع أ َ ْه َ آ َءهُ ْ َ � َج ٓ َءك‬
َ‫ُ ْ فِ ِ َ ْ َ ِ ُ ن‬ ُ َ ِ ُ ُ ‫ٱ � ِ َ ْ ِج ُ ُ ْ َج ِ ً فَ ُ َ ِئ‬ َ ‫ت ۚ ِإ‬ ْ ۟
ِ َ � ْ َ ‫ۖ فَ ْ َ ِ ُ ا ٱ‬ ْ ُ � َ ‫َو � َ ِ ِ َ ْ ُ َ ُ ْ فِ َ ٓ َءا‬

Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa


kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali
kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu (Surat Al-Ma’idah Ayat 48).

َ ْ َ ‫( ِ ُ ٍ َج‬Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami


ۚ ‫ِ ُ ْ ِش ْ َ ً َو ِ ْ َ ًج‬
berikan aturan dan jalan yang terang) yakni menjadikan Taurat bagi
pemeluk agama Yahudi dan Injil bagi pemeluk Nasrani, dan ini ketika
Syariat-Syariat terdahulu belum dinasakh atau digantikan oleh Al-Qur’an.
Adapun setelahnya, maka tidak ada Syariat/Syariah, aturan dan jalan
hidup kecuali harus dengan apa yang didatangkan oleh Nabi Muhammad

26- BAB II : LANDASAN AKAD DALAM PERUSAHAAN


Dr. Darmawan, M.AB.

‫ﷺ‬. Hukum Islam merupakan makna, hukum, aturan dan prinsip tentang
tindakan manusia. Secara khusus, ini bertujuan untuk mengidentifikasi
keputusan hukum atas tindakan orang-orang yang berwenang secara
hukum. ۖ ُ ‫( فَ حْ ُ َ ْ َ ُ ِ َ آ أ َ زَ َل‬maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang Allah turunkan). Syariah merupakan seperangkat hukum atau
perintah Tuhan yang mengatur perilaku umat manusia dalam kehidupan
individual dan sosialnya. Dalam Syariah, terdapat peraturan-peraturan
umum dan peraturan atau perintah khusus, seperti: Aqaid, terkait
keyakinan dan ibadah; Akhlaq, terkait disiplin diri; Ahkam, terkait sistem
sosio-ekonomi dan hukum; Faraidh, merupakan kewajiban; dan Nahawi,
berupa larangan-larangan. Adapun, ekonomi Islam secara langsung dan
tidak langsung terkait dengan peraturan-peraturan tersebut (Ayub, 2009).
Pengertian Syariah pada paragraf sebelumnya menurut Ayub diartikan
secara luas, sedangkan apabila Syariah diartikan secara sempit, maka
Syariah dipisahkan dari akidah dan akhlak. Syariah merupakan
ketentuan-ketentuan dari Allah terkait bagaimana hamba Allah
seharusnya berperilaku dan bagaimana seharusnya sikap kalbunya.
Artinya, apabila hamba Allah tersebut menghadapi suatu kondisi,
kejadian, orang atau orang-orang lain, atau lingkungan hidupnya, serta
dalam berhubungan dengan Allah SWT, sebagaimana diwajibkan dalam
Syariah dan sebaliknya (Sjahdeini, 2014). Maka, Syariah secara sempit
terdiri dari (2) dua bagian utama, yakni terdiri dari:
1. Ibadah, merupakan ketentuan yang berkaitan dengan hubungan
manusia dengan Allah. (vertikal) Tata cara dan syarat maupun
rukunnya terinci dalam Al-Qur’am dan Hadits Nabi Muhammad ‫ﷺ‬,
contohnya yakni ketentuan terkait shalat, zakat, puasa, naik haji
dan umrah.

2. Muamalah, yakni ketentuan yang berkaitan dengan hubungan


manusia dan lingkungannya (horisontal). Adapun, ranah
muamalah ini tidak tertuang rinci seperti ranah ibadah dalam Al-
Qur’an dan Hadits, sehingga penetapan hukum muamalah ini
melalui jalur yang besar seperti melalui ijtihad para ahli hukum
Islam (Fuqaha) di setiap perkembangan zaman.

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -27


Para ahli hukum Muslim (Fuqaha) telah mengembangkan sistem tujuan
yang lebih tinggi yang sesuai dengan maksud dan tujuan Islam, sehingga
kedatangannya untuk menyampaikan kepada umat manusia dan
melestarikan semangat Syariah. Sistem tujuan ini disebut Maqashid.
Pendekatan yang lebih umum yang menunjukkan tujuan di balik
kumpulan keputusan (al-ahkam at-tashri`iyyah) yang ditemukan dalam
sumber-sumber kitab suci adalah apa yang menurut para ahli hukum
Muslim diperlukan. Tujuan mereka adalah untuk mengekstrak dan
mengklasifikasikan tujuan hukum yang lebih tinggi ( Maqashid asy-
Syariah) dan dengan demikian membentuk filosofi umum hukum Islam
yang dapat diintegrasikan dalam produksi keputusan hukum, fatwa dan
perilaku yang baik.
Adapun tujuan mendasar dari Syariah yakni memenuhi kesejahteraan
orang-orang di kehidupan dunia dan juga akhirat. Tujuan keseluruhan
Syariah di balik perintah-perintah tersebut yakni untuk kesejahteraan dan
kebahagiaan umat manusia baik di dunia maupun akhirat. Di mana semua
hal yang menjamin kesejahteraan dan pemenuhan kepentingan utama
dari umat manusia tertuang dalam tujuan-tujuan Syariah ( Maqashid asy-
Syariah) (Ayub, 2009).
Istilah maqasid mengacu pada maksud, tujuan, prinsip, tujuan, atau akhir.
Maqasid Syariah adalah maksud/tujuan/niat/tujuan/asas di balik aturan-
aturannya. Syariah pada umumnya telah memberikan manfaat bagi
individu dan masyarakat, dan oleh karena itu, hukumnya dirancang untuk
melindungi manfaat ini dan untuk memfasilitasi peningkatan dan
kesempurnaan kondisi kehidupan manusia. Allah SWT berfirman:

َ ِ َ َ � ْ ِ ً َ ْ‫َو َ ٓ أ َ ْر َ ْ � َ َ إِ �� َرح‬

Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)


rahmat bagi semesta alam (Surat Al-Anbiya Ayat 107).

َ ِ َ � ْ ِ ً َ ْ‫( ِإ �� َرح‬melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam),


yang berarti bahwa Al-Qur'an menyatakan rahmat sebagai tujuan

28- BAB II : LANDASAN AKAD DALAM PERUSAHAAN


Dr. Darmawan, M.AB.

terpenting dari kenabian Muhammad ‫ﷺ‬: Ini juga dapat dilihat dalam
penggambaran Al-Qur'an tentang dirinya sebagai:

َ ِ ِ ْ‫ُور َوهُدًى َو َرحْ َ ٌ ِ ْ ُ ؤ‬


ِ ‫صد‬� ‫ظ ٌ ِ �ر ِ ُ ْ َو ِش َ ٓ ٌء ِ َ ِف ٱ‬ ُ � ‫� َٓي َ �ي َ ٱ‬
َ ِ ْ � ُ ْ ‫س َدْ َج ٓ َء‬

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran


dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(Surat Yunus Ayat 57)

ٌ َ ْ‫( َو َرح‬serta rahmat ), hal-hal dalam Al-Qur’an yang menjadi sebab


turunnya rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya. Jadi, rahmat berperan
sebagai tujuan syariah yang menyeluruh.
Abû Ishâq ash-Shâtibî melalui Al-Muwafaqat fi Usul al-Ahkam adalah
seorang tokoh Muslim terkemuka dalam kategorisasi tujuan-tujuan
universal yang lebih tinggi dari Syariah mengemukakan terkait 5 (lima)
tujuan utama yang harus dipertimbangkan sebagai tujuan tinggi Syariah,
yakni antara lain:
1. Pelestarian Agama (Hifdzu Ad-Diin)

Agama adalah kumpulan kepercayaan, ritual, dan aturan yang


diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan satu sama
lain. Tuhan Yang Maha Tinggi telah bermaksud melalui ketentuan-
ketentuan itu untuk menegakkan agama dan menanamkannya
dalam jiwa manusia saat mereka mengikutinya. Reservasi agama
dilegitimasi dalam banyak teks Syariah yang menyerukan iman
dan mendorongnya serta melarang kekafiran.

2. Pelestarian Diri/Jiwa (Hifdzu An-Nafs)

Islam telah mencurahkan sejumlah besar teks dan ajaran untuk


menetapkan pelestarian jiwa seseorang sebagai prinsip paling
mendasar dari semuanya. Melalui kehidupan inilah manusia
mampu memelihara atau melestarikan segala ketentuan dan
prinsip Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, Islam tidak hanya

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -29


melindungi jiwa dari pembunuhan atau pemborosan, tetapi juga
menetapkan seperangkat aturan untuk memastikan
kesejahteraannya secara spiritual dan manusiawi, yaitu untuk
mengamankan kebutuhan hidup seperti makanan, pernikahan,
tempat tinggal, minuman dan pakaian, serta menetapkan aturan
yang menyangkal dan melarang segala hal yang dapat menganggu
atau merusak diri, seperti pengharaman khamr, membuka aurat
dan sebagainya. Semua hal tersebut bertujuan untuk menjaga diri
atau jiwa.

3. Pelestarian Pikiran (Hifdzu Al-‘Aql)

Allah SWT telah memerintahkan kita untuk menjaga pikiran kita


dan melarang segala cara untuk melumpuhkannya melalui racun,
alkohol. Artinya, Allah SWT telah menganugerahkan dan
membedakan manusia dari semua makhluk lainnya dengan
karunia akal, yang berarti kemampuan untuk membedakan dan
membuat pilihan, serta memecahkan kesulitan yang dihadapi
dalam hidup. Allah telah menjadikan manusia, oleh karena itu,
sebagai pengganti-Nya di bumi, sehingga mereka perlu menjaga
pikiran mereka, yang menjadi dasar wacana suksesi di bumi.
Sejumlah besar ajaran Islam menasihati realisasi pikiran,
pentingnya, dan menggambarkannya sebagai rahmat yang besar.

4. Pelestarian Garis Keturunan/Keturunan (Hifdzu An-Nasl)

Demi kelangsungan keturunan manusia, Syariat telah melegitimasi


perkawinan dan reproduksi, dan demi melindunginya, Syariat
telah melarang perzinahan dan memberikan hukuman hukum
(memiliki) bagi siapa pun yang melakukannya. Selain itu, Syariat
juga menetapkan hukuman hukum bagi siapa pun yang berbohong
atau membuat seseorang bersalah secara tidak adil karena
melakukannya ( Had al-Qazf). Hal ini membuktikan bahwa dalam
memelihara garis keturunan diperlukan kesucian keturunan dari
segala kemungkinan penyimpangan atau kerusakan dengan cara

30- BAB II : LANDASAN AKAD DALAM PERUSAHAAN


Dr. Darmawan, M.AB.

mencampurkannya sehingga tidak diketahui siapa orang tuanya


atau siapa anaknya sendiri.

5. Pelestarian Kekayaan (Hifdzu Al-Maal)

Syariah telah memerintahkan, untuk tujuan melestarikan


kekayaan manusia, mengejar mencari nafkah dan memungkinkan
transaksi dan pertukaran serta perdagangan. Syariah juga, demi
menjaga kekayaan, melarang dan menjatuhkan hukuman atas
pencurian, penipuan, pengkhianatan dan memakan kekayaan
orang secara tidak adil, di samping mencegah pemborosan uang.

Selanjutnya, menurut Ayub (2009) yang berlandaskan dari banyak ahli


hukum Islam mengemukakan bahwa terdapat (2) kelompok tujuan
dari Syariah, yakni tujuan-tujuan utama dan tujuan-tujuan sekunder.
Adapun, untuk tujuan-tujuan utama dari Syariah terdiri atas:

1. Perlindungan Terhadap Agama, yakni untuk mencapai tujuan


penyembahan kepada Allah SWT. Adapun dalam Islam, terdapat
sistem yang komprehensif terkait keyakinan, serta Syariah
yang menjadikannya tanggung jawab negara untuk ikut serta
mengimplementasikan tuntutan-tuntutan yang tertuang dalam
Syariah berkaitan dengan keyakinannya.

2. Perlindungan keturunan atau anggota keluarga, yakni berkaitan


dengan pernikahan dan institusi keluarga dengan tujuannya yaitu
perihal menjadi orang tua, perlindungan terhadap kurangnya
kesucian diri, dan asuhan anak yang layak dan memungkinkan
mereka menjadi umat manusia maupun Muslim yang baik, serta
perihal menciptakan kedamaian dan ketenteraman ke dalam
masyarakat. Adapun cara-cara yang dipergunakan untuk
mewujudkan perlindungan keturunan atau anggota keluarga ini
yakni dengan mendukung kontrak pernikahan, ajaran-ajaran yang
berhubungan dengan kehidupan berkeluarga serta larangan
perzinahan.

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -31


3. Perlindungan terhadap kekayaan dan properti, di mana hal ini
mengacu pada kesucian kekayaan dari semua anggota masyarakat
dengan menekankan perolehan penghasilan yang halal atau sah,
serta tidak menganjurkan tindakan penimbunan kekayaan yang
berakibat melebarnya ketimpangan ekonomi dalam masyarakat.
Maka, untuk tujuan ini, Islam menyediakan hukum yang
komprehensif yang mengatur muamalat atau transaksi-transaksi
di antara anggota masyarakat.

4. Peningkatan intelek manusia, yakni mengacu pada perolehan ilmu


pengetahuan, sehingga dimungkinkan untuk orang mampu
membedakan mana yang baik dan yang buruk, serta agar juga
orang mampu memainkan peranannya dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

5. Perlindungan kehormatan dan martabat manusia, yakni terkait


larangan melakukan tuduhan palsu, hak privasi, serta kesucian
kehidupan pribadi.

Adapun, untuk tujuan-tujuan sekunder menurut Ayub lebih mengacu


pada tujuan-tujuan utama, yakni terdiri atas:

1. Penegakan keadilan dan kesamaan dalam masyarakat.

2. Peningkatan keamanan sosial, sikap saling bantu, dan solidaritas.


Khususnya membantu yang miskin dan yang membutuhkan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar mereka.

3. Pemeliharaan kedamaian dan keamanan.

4. Peningkatan kerja sama dalam hal kebaikan dan larangan


melakukan perbuatan yang jahat.

5. Peningkatan nilai moral universal yang utama dan seluruh


tindakan yang perlu untuk memelihara dan penguasaan alam.

Maka, menurut Ayub, berdasarkan penelaahan Al-Qur’an dan Hadits,


terdapat beberapa hak sosio-ekonomi dasar dari umat manusia yakni

32- BAB II : LANDASAN AKAD DALAM PERUSAHAAN


Dr. Darmawan, M.AB.

terdiri dari: Hak atas keselamatan; Hak untuk mendapatkan informasi;


Hak untuk memilih; Hak untuk didengar; Hak atas pemenuhan
kebutuhan dasar; Hak atas ganti rugi; Hak atas pendidikan; dan Hak
atas lingkungan yang sehat.
Selanjutnya, terkait pelestarian atau perlindungan kekayaan, tentunya
berkaitan erat dengan Uang, hal ini diartikan sebagai segala sesuatu,
adalah milik Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menganugerahkan
manusia status penerus di bumi, dan karena itu mereka diperintahkan
untuk memelihara anugerah tersebut agar tidak menyia-nyiakannya.
Allah SWT berfirman:
ْ ُ َ ‫َو َ� َ ْ ُ ُ ٓ ۟ا أَ ْ � َ َ ُ َ ْ َ ُ ِ ْ � َ ِط ِ َو ُدْ ُ ۟ا ِ َ ٓ ِإ َ ٱ ْ ُ � ِم ِ َ ْ ُ ُ ۟ا فَ ِ ي ً ِ ْ أ َ ْ � َ ِل ٱ � ِس ِ ْ ِ� ْث ِ َوأ‬
َ‫َ ْ َ ُ ن‬
Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (Surat Al-Baqarah
Ayat 188).

Kemudian, terdapat klasifikasi seluruh rentang maqhasid (prinsip)


berdasarkan kepentingan manusia ke dalam (3) tiga kategori penting,
yakni di antaranya:
1. Esensial, yakni yang terpenting adalah lima tujuan dalam
maqhasid asy syariah , sebagaimana dapat dipahami sebagai
persyaratan mutlak untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan
spiritual individu, sejauh kehancuran atau keruntuhan mereka
akan memicu kekacauan dan runtuhnya tatanan normal dalam
masyarakat. Syariah, secara keseluruhan, berusaha, terutama
untuk melindungi dan mempromosikan nilai-nilai penting ini, dan
memvalidasi semua tindakan yang diperlukan untuk pelestarian
serta kemajuannya. Ada juga kesepakatan umum bahwa
pelestarian kebutuhan ini adalah tujuan di balik hukum yang
diturunkan, bukan hanya hukum Islam.

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -33


2. Pelengkap (hajiyat), kurang esensial bagi kehidupan manusia.
Contohnya adalah perkawinan, perdagangan, dan alat
transportasi. Islam mendorong dan mengatur kebutuhan tersebut.
Namun, kekurangan salah satu dari kebutuhan ini bukanlah
masalah hidup dan mati, terutama secara individu.

3. Diinginkan atau kemewahan (tahsiniyat), bertujuan


mempercantik, seperti menggunakan wewangian, pakaian yang
bergaya, dan rumah yang indah. Ini adalah hal-hal yang
dianjurkan Islam, tetapi juga menegaskan bagaimana mereka
harus mengambil prioritas yang lebih rendah dalam kehidupan
seseorang.

Untuk dapat menjalankan bisnis syariah, maka kita harus mengikuti


beberapa aturan syariah dalam setiap aktivitas bisnis. Berikut aturan
utama bisnis syariah yang harus diketahui, antaranya yakni:
1. Kehadiran Akad

Akad dalam syariah pada dasarnya adalah perjanjian yang


mengesahkan transaksi syariah antara lebih dari satu pihak.
Adapun dalam istilah Fiqih, secara umum akad diartikan sebagai
sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik
yang muncul dari satu pihak (Ascarya, Akad dan Produk Bank
Syariah, 2017). Serta, secara khusus, yang dimaksud akad menurut
Santoso (2003) yakni keterkaitan antara ijab (pernyataan
penawaran/pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan
penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan dan
berpengaruh terhadap sesuatu (Ascarya, 2017)

2. Produk dan Layanan Halal

Aturan kedua merupakan aturan mutlak di mana produk dan jasa


yang Anda jual harus halal zatnya. Jual beli barang haram, seperti
daging babi, daging anjing, darah, atau minuman beralkohol;
termasuk salah satunya dalam sektor jasa atau layanan adalah

34- BAB II : LANDASAN AKAD DALAM PERUSAHAAN


Dr. Darmawan, M.AB.

menyewakan bangunan untuk kegiatan haram dan maksiat seperti


perjudian dan prostitusi dilarang di mata Syariah meskipun
akadnya sah.

3. Perjanjian Transaksi Tidak Termasuk Maisir, Riba, dan Gharar

Salah satu tujuan utama memulai bisnis syariah adalah


mendapatkan ridha Allah SWT. Untuk mendapatkan berkah itu,
maka Anda harus berkomitmen bahwa setiap transaksi bisnis
didasarkan pada niat dan tata cara yang baik. Rincian transaksi
bisnis syariah diatur dalam suatu perjanjian atau Akad yang di
dalamnya tidak mengandung unsur Maisir (perjudian), Riba
(tambahan yang tidak sesuai Syariah), dan Gharar
(ketidakpastian).

Adapun yang dimaksud maisir atau spekulasi adalah transaksi yang


digantungkan pada suatu kondisi yang tidak pasti dan bersifat untung-
untungan, sehingga dinilai seperti perjudian. Gharar yakni transaksi yang
objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau
tidak bisa diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain
dalam Syariah. Serta riba merupakan kepastian penambahan pendapatan
secara tidak sah ( batil) (Ayub, 2009).

Diharamkannya suatu transaksi bukan hanya disebabkan oleh keharaman


zatnya saja, namun ada dua kategori penting selain zat yang menyebabkan
suatu transaksi menjadi haram untuk dilakukan (Karim A. A., 2013).
Pertama, karena melanggar prinsip ‘an taradhin minkum. Kedua, karena
melanggar prinsip la tazhlimuna wa la tuzhlamun. Adapun yang
melanggar prinsip pertama adalah tadlis (penipuan). Tadlis sangat
berpotensi menyebabkan ketidakrelaan dari salah satu pihak karena ada
pihak yang merasa dicurangi atau ditipu. Sehingga agar sebuah transaksi
diperbolehkan oleh syariah, maka kedua belah pihak harus memiliki
informasi yang sama di mana tidak ada hal yang ditutup-tutupi dari objek
transaksi. Pelanggaran semacam ini seringkali dilakukan oleh penjual
untuk membuat barang dagangannya laku.

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -35


Terdapat 4 (empat) hal yang termasuk dalam kategori tadlis, yaitu:

1. Jumlah; yakni mengurangi timbangan atau takaran.

2. Kualitas; yakni menyembunyikan cacat dari barang yang dijual.

3. Harga; yakni mengenakan harga yang lebih mahal kepada


konsumen atau pembeli yang tidak mengetahui harga pasar. Tadlis
semacam ini sering terjadi pada pembeli asing (turis) atau orang
luar daerah. Dalam istilah fiqh, tadlis ini disebut ghaban.

4. Waktu; yaitu ketidaksesuaian waktu penyerahan barang atau


penyelesaian pekerjaan dari perjanjian awal yang disengaja.

Adapun hal-hal yang melanggar prinsip kedua adalah sebagai berikut:

1. Gharar sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

2. Adanya rekayasa dalam penawaran (ikhtikar). Ikhtikar merupakan


istilah fiqh yang pada umunya dikenal dengan istilah monopoli
dan penimbunan. Ikhtikar terjadi ketika penjual mengurangi
persediaan suatu barang di pasar dengan cara membeli dengan
jumlah yang banyak dan menyimpannya untuk sementara
kemudian dijual kembali ketika harga barang tersebut tinggi yang
diakibatkan oleh kelangkaan barang tersebut. Dengan demikian,
penjual akan memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan
menjadi pemain tunggal di pasar.

3. Adanya rekayasa dalam permintaan (Bai’ Najasy). Ini terjadi ketika


produsen membuat permintaan palsu untuk menarik minat beli
konsumen dengan menjadikan barang yang dijualnya seolah-olah
banyak diminta dan dibeli oleh orang-orang dengan tujuan untuk
menaikkan harga. Praktik seperti ini salah satunya dapat
ditemukan di platform-platform e-commerce mulai dari
memberikan testimoni atau review tidak benar terhadap suatu
barang sampai melakukan pembelian palsu untuk meningkatkan
volume penjualan sehingga tercipta harga yang lebih tinggi

36- BAB II : LANDASAN AKAD DALAM PERUSAHAAN


View publication stats

Dr. Darmawan, M.AB.

dibandingkan dengan barang-barang yang sejenis lainnya. Dengan


demikian, sentimen pasar akan terbentuk untuk kemudian
menarik konsumen untuk membeli barang tersebut.

Hal yang dapat dijadikan tolok ukur kredibilitas suatu toko online adalah
review dan rating produk (Agustina, Fayardi, & Irwansyah, 2018). Dengan
demikian, konsumen dapat memiliki informasi dukungan dari konsumen
lain yang telah melakukan pembelian terkait kualitas produk dan
kredibilitas toko.

1. Maysir; sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

2. Suap-meyuap atau risywah. Ini terjadi ketika seseorang


memberikan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk
memperoleh sesuatu yang bukan haknya. Syarat suatu
perbuatan dikatakan risywah adalah ketika dua pihak yang
terlibat, baik pemberi atau orang yang diberi melakukannya
secara sukarela. Artinya ketika misalnya pemberi tidak rela
atau terpaksa melakukannya, maka apabila mendapatkan hal
yang memang benar-benar haknya, itu tidak disebut risywah,
melainkan pemerasan.

3. Riba; sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Riba ini merupakan larangan syariah yang paling populer, yakni banyak
perdebatan yang membahas hukumnya. Ada beberapa jenis Riba yang
harus Anda hindari dalam berbisnis untuk menghormati Syariah, yakni di
antaranya:

1. Riba Qardh

Merupakan biaya tambahan atau uang yang dibebankan


kepada debitur. Contoh utama dari riba qardh adalah tingkat
bunga utang. Riba dalam pinjaman ini mencakup semua
keuntungan dari pinjaman dan utang, serta apapun yang
melebihi dan di atas pokok pinjaman serta utang dan meliputi
semua bentuk bunga atas pinjaman komersial maupun pribadi.

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH -37

Anda mungkin juga menyukai