Anda di halaman 1dari 5

I.

POSISI KASUS


MULA BULAN N, KAYU GELONDONGAN BEBAS PAJAK

JAKARTA. ni jelas kabar yang menggembirakan bagi pelaku usaha di sektor kehutanan.
Akhirnya pemerintah membebaskan kayu gelondongan (log) dari pungutan pajak pertambahan
nilai (PPN) sebesar 10%. Kebijakan itu berlaku mulai Mei 2010 ini.
Menteri Keuangan yang lama Sri Mulyani ndrawati telah mengabulkan permintaan
Kementerian Kehutanan untuk tidak mengenakan PPN sebesar 10% atas produk kayu
gelondongan. "Memang tak seharusnya dikenai pajak kecuali produk akhirnya, kata Menteri
Kehutanan Zulkifli Hasan, Senin (24/5).
Zulkifli menyatakan, selain akan membebani industri yang membutuhkan bahan baku
kayu log, pengenaan pajak tersebut juga bisa menimbulkan pajak ganda karena produk jadinya
juga tersebut terkena PPN 10%.
Nah, dengan pembebasan PPN atas kayu log ini, menurut Zulkifli, ada kesempatan bagi
industri yang memanfaatkan bahan baku kayu gelondongan guna meningkatkan produksi
sekaligus daya saing produk mereka.
Di sisi pemerintah, Zulkifli menjelaskan, kebijakan ini akan mendukung upaya
Kementerian Kehutanan menambah areal hutan tanaman rakyat, sebagai salah satu pemasok
kayu bagi industri. Selama ini, "Pengenaan PPN atas kayu log telah membuat hasil hutan
terutama hutan rakyat jadi tidak kompetitif lagi, ungkap menteri dari Partai Amanat Nasional ini.
Sekadar Anda tahu, pengenaan PPN sebesar 10% terhadap kayu bulat termasuk rotan,
bambu, dan getah pinus mengacu pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN
dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). Padahal, dalam aturan sebelumnya, yaitu Pasal
4 A UU Nomor 18/2000, komoditas hasil hutan ini masuk dalam kategori barang strategis
sehingga bebas PPN, yang diperkuat Peraturan Pemerintah Nomor 7/2007 yang merupakan
produk turunan dari UU tersebut. Namun, "Dalam UU PPN dan PPnBM yang baru, pasal ini
dihapus dan membuat peraturan pemerintahnya tidak lagi punya payung hukum, ujar Zulkifli.
Dengan pembebasan PPN tersebut, Kementerian Kehutanan saat ini sedang melakukan
kajian terhadap ekspor kayu log. Tujuannya, untuk mengukur dampak ekspor kayu bulat atas
industri kayu rakyat. "Mudah-mudahan dalam tahun ini hasil kajiannya rampung, kata Direktur
Jenderal Bina Produksi Kehutanan Hadi Daryanto.
Kalau rencana ekspor tersebut jadi, sebagai tahap awal, kayu log yang dijual ke luar
negeri, adalah milik Perum Perhutani. Setelah itu, kayu-kayu log yang berasal hutan tanaman
rakyat.
Direktur Utama Perhutani Upik Rosalina Wasrin bilang, pihaknya akan diuntungkan
dengan rencana ekspor tersebut. Pasalnya, kayu log Jati dengan spesifikasi fancy di dalam
negeri cuma dihargai Rp 9 juta-Rp 10 juta permeter kubik. tu pun jarang yang mau beli. "Di
pasar internasional, bisa Rp 20 juta per meter kubik, kata Upik.

Dikutip dari Kontan Online.com, 25 Mei 2010



II. ANALISA KASUS

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk simpanan publik (public saving) yang
merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik (public investment). Dari
pengertian tersebut, peralihan kekayaan termasuk salah satu ciri-ciri pajak. Peralihan kekayaan
tersebut terjadi karena adanya tiga objek yang menimbulkan munculnya pajak. Ketiga objek
tersebut seringkali dikenal dengan istilah 9,9-089,3/.
%atbestand adalah keadaan, peristiwa, atau perbuatan yang menurut ketentuan undang-
undang dapat dikenai pajak. Apabila dikaitkan dengan tatbestand, contoh kasus yang diuraikan
di atas termasuk dalam peristiwa menimbulkan pajak.
Peristiwa turunnya tingkat kompetitif dari hasil hutan di ndonesia merupakan peristiwa
yang menyebabkan dikeluarkannya kebijakan bebas pajak untuk penjualan log (kayu
gelondongan). PPn 0% Pemerintah mengharapkan dengan dikeluarkannya kebijakan ini maka
para pemasok log dapat lebih meningkatkan tingkat kompetensinya. Berkaitan dengan
landasan filosofis pajak yang berorientai pada benefit approach, yaitu pendekatan pajak yang
berpusat pada keuntungan, tentu hal ini sempat dikhawatirkan akan mengurangi asupan dana
pemerintah dari sektor pajak, akan tetapi dengan pemberlakuan kebijakan tersebut justru akan
meningkatkan penghasilan pemerintah di sektor yang lainnya yaitu peningkatan di sektor
ekonomi (dari peningkatan produksi di sektor industri dan peningkatan penghasilan dari
eksport). Adanya kebijakan PPn 0% akan mempengaruhi harga beli log tersebut. Semakin
sedikit atau berkurangnya pajak yang dikenakan maka semakin murah pula harga yang sampai
pada konsumen, karena harga suatu barang juga ditentukan banyak tidaknya mata rantai jalur
produksi barang kena pajak(multistage tax) karena dengan tidak adanya pajak maka harga
kayu gelondongan akan lebih terjangkau sehingga dapat menaikkan popularitas kayu
gelondongan di pasaran dalam negeri dan luar negeri. Terlebih pemasaran kayu gelondongan
di luar negeri akan lebih membawa keuntungan baik bagi pemasok(produsen) maupun bagi
pemerintah. Harga jual yang tinggi akan banyak memberikan keuntungan bagi pemasok dan
distributor (eksportir) dan selain itu dari kegiatan eksport kayu gelondongan tersebut akan
mendatangkan devisa untuk Negara.
Kebijakan penurunan atau pembebasan pajak pada kayu gelondongan berkaitan
dengan fungsi pajak regulerend, yaitu termasuk dalam fungsi pajak positif, dimana fungsi ini
dipergunakan untuk mengatur atau untuk mencapai tujuan tertentu khususnya di bidang
ekonomi. Maksud dari fungsi pajak positif yaitu peringanan pajak ini dapat memacu semangat
para pemasok dan eksportir untuk bisa lebih meningkatkan penghasilannya sehingga tujuan
dari meningkatkan pendapatan pemerintah dari sektor ekonomi dapat tercapai. Kebijakan PPn
0% pada kayu gelondongan ini memang harus diberlakukan, sebab sebelum peraturan ini
berlaku pajak pada kayu gelondongan adalah tarif ganda, sedangkan dalam ketentuannya,
Undang-Undang PPN tahun 2000, PPn haruslah bertarif tunggal. Selanjutnya, dengan adanya
kebijakan tersebut kemungkinan prosentase illegal logging akan berkurang.



. KESMPULAN

Peristiwa turunnya tingkat kompetensi para pemasok kayu gelondongan dan produk-
produk akhir dari kayu gelondongan menyebabkan pemerintah mengeluarkan kebijakan
pembebasan pajak pada penjualan kayu gelondongan. Dapat disimpulkan bahwa kasus
tersebut tergolong dalam salah satu objek %atbestand yaitu termauk dalam peristiwa pajak.
Pada kasus di atas juga ditemui pelaksanaan dari salah satu fungsi pajak yaitu fungsi
regulerend (fungsi mengatur), dipergunakan untuk mengatur atau untuk mencapai tujuan
tertentu (dalam kasus ini tujuannya adalah untuk meningkatkan tingkat kompetensi dari kayu
gelondongan dan barang barang olahan dari kayu gelondongan agar dapat bersaing untuk
menjadi salah satu produk yang dapat dipersaingkan dengan produk lainnya) khususnya di
bidang ekonomi, dan dari contoh kasus di atas telah terbukti dengan dikeluarkannya kebijakan
pembebasan pajak, maka pemerintah telah merealisasikan fungsi pajak positif. Selain itu
kebijakan pajak tersebut dapat membawa efek positif pada semua pihak, baik pihak pemerintah
sendiri maupun para pemasok dan eksportir.





























ANALISA KASUS TENTANG PAJAK MENGENAI
PEMBEBASAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA
KAYU GELONDONGAN
tugas terstruktur mata kuliah Hukum Pajak




OIeh:
TYAS SEFTIE WULAN
0910110085

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010

Anda mungkin juga menyukai