Anda di halaman 1dari 12

PERLINDUNGAN HUKUM PIHAK KETIGA TERHADAP KEBERATAN

ATAS PUTUSAN PENGADILAN DALAM PERKARA KORUPSI


Muhamad Nur Ibrahim
noeribra76@g.mail.com
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
The formulation of the problem of how the legal protection of third parties in the recovery of
goods hers were seized under a court decision in a corruption case and how the procedure of filing
a legal remedy of appeal a third party against a court decision on confiscation of goods in
corruption under the Act, the purpose of the study was to assess the legal protection for third
parties in the recovery of her belongings were seized under a court decision in a corruption case
and review procedures for filing legal remedy of appeal a third party against a court decision on
confiscation of goods in corruption according to the legislation and judicial practice, using the
method of normative research with the research shows that a third party is acting in good faith in
regain her belongings were seized in the corruption has gained legal protection throughout the
third party is able to prove that he is not related to criminal offenses committed by the convict,
legal protection for third parties is not optimal, because in fact the judge was inconsistent in
applying the provisions of Article 19 law No. 31 of 1999 Jo law No. 20 of 2001 on Corruption
Eradication and procedure of filing a legal remedy of appeal pursuant to Article 19 of law No. 31
of 1999 Jo law No. 20 of 2001 on Corruption Eradication still rise to various interpretations due to
the vagueness of norms , consequently the court decision in the case of third parties acting in good
faith objections tends to vary depending on their interpretation of Judges that do not reflect the
justice and legal certainty.
Keywords: Legal protection, third party, objected

Korupsi merupakan gejala masyarakat tersebut diperoleh dari hasil tindak pidana
yang sangat kompleks dan rumit, seakan korupsi.
mudah dikenal tetapi sulit di dekat oleh Negara melalui lembaga Legislatif
hukum. Hal ini disebabkan perbuatan korupsi telah mengesahkan produk hukum yakni
terbungkus dengan kerahasiaan yang Undang-Undang No 31 tahun 1999 Jo UU
melibatkan banyak orang, baik sebagai No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan
pelaku maupun sebagai pihak yang Tindak Pidana Korupsi dan Undang-undang
menikmati secara langsung hasil kejahatan No. 8 tahun 2019 tentang Pencegahan dan
atau dalam bentuk lainnya sehingga pihak Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
yang terlibat saling menutupi, dan rapi untuk Uang, yang tentunya telah mencantumkan
menghilangkan jejak supaya tidak terjerat berbagai ketentuan pidana baik pidana
hukum. penjara, denda maupun pidana tambahan.
Pihak-pihak yang menikmati hasil Keberadaan hukum ditengah
kejahatan ada yang secara nyata mengetahui masyarakat, sebenarnya tidak hanya dapat
bahwa barang tersebut diduga hasil diartikan sebagai sarana untuk menertibkan
kejahatan, tetapi banyak juga pihak yang kehidupan masyarakat, melainkan juga
tidak, bahkan tidak mengetahui bahwa dijadikan sarana yang mampu merubah pola
pemberian seseorang yang pada akhirnya pikir dan pola perilaku warga masyarakat.
baru mengetahui bahwa ternyata pemberian Perubahaan sosial warga masyarakat yang
semakin kompleks, juga memperngaruhi

217
218 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 217-228 ISSN: 2302-2019

bekerjanya hukum dalam mencapai Salah satu penyebab perlunya


tujuannya, oleh karena itu pembuatan hukum penemuan Hukum oleh Hakim baik berupa
seharusnya mampu mengeliminasi setiap interpretasi dan konstruksi adalah
konflik yang diperkirakan terjadi dalam berhubungan dengan eksistensi bahasa dan
masyarakat. Norma hukum dalam fungsinya kesubjektivan pengertian kata-kata dari
sebagai perlindungan kepentingan manusia, bahasa itu, khususnya yang digunakan dalam
mempunyai tujuan. Adapun tujuan pokok perundang-undangan. Sering dalam
hukum adalah mencapai tatanan masyarakat penjelasan peraturan perundang-undangan,
yang tertib memciptakan ketertiban dan pembuat undang-udang menyatakan cukup
keseimbangan. Dengan terciptanya ketertiban jelas. Ketentuan hukum \DQJ ³FXNXS MHODV
dalam masyarakat diharapkan kepentingan NHWLGDNMHODVDDQ\D´ \DQJ GLPDNsudkan disini
manusia akan terlindungi.Tujuan penegakan adalam ketentuan Pasal 19 Undang-undang
hukum pidana adalah untuk melindungi No 31 tahun 1999 Korupsi sebagaimana telah
kepentingan perorangam (Individu) atau Hak diubah dan ditambah dengan Undang-
Asasi Manusia, baik pelaku maupun korban Undang N0 20 tahun 2001 tentang
kejahatan termasuk pihak ketiga, serta perubahaan atas Undang-undang No 31 tahun
melindungi kepentingan seluruh masyarakat 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
dan negara dengan perimbangan yang serasi Korupsi.
dari pelaku kejahatan/perbuatan tercela disatu Praktek Peradilan ditemukan terdapat
pihak dan dari tindakan penguasa yang beragam penafsiran tentang ketentuan Pasal
sewenang-wenang dilain pihak. 19 Undang-undang No 31 tahun 1999
Undang-undang No 31 tahun 1999 Jo Korupsi sebagaimana telah diubah dan
UU No. 20 tahun 2001 tentang ditambah dengan Undang-Undang No 20
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, tahun 2001 tentang perubahaan atas Undang-
sedikit sekali ketentuan hukum yang Undang No 31 tahun 1999 tentang
mengatur Perlindungan Hukum bagi pihak Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
ketiga. Pengaturan dan pembahasannya Penasiran pertama bahwa terminologi
hanya terbatas pada upaya hukum berupa keberatan dimaksudkan adalah sama dan
surat keberatan ke Pengadilan dalam jangka sejiwa dengan upaya gugatan dalam perkara
waktu 2 (dua) bulan setelah putusan perdata. Penafsiran kedua adalah terminologi
pengadilan tentang perampasan tersebut keberatan adalah sama dengan upaya
diucapkan, selanjutnya Hakim meminta Praperadilan dalam KUHAP tetapi tata cara
keterangan Penuntut Umum dan pihak yang pemeriksaan seperti dalam hukum acara
berkepentingan, serta produk Hakim atas perdata (quasi perdata), sehingga keberatan
keberatan tersebut berupa Penetapan serta disini tunduk pada ranah hukum acara
penetapan tersebut dapat diajukan kasasi ke pidana.
Mahkamah Agung oleh Pemohon atau Beberapa kasus yang melibatkan pihak
Penuntut Umum sedangkan bagaimana tata ketiga, yang tidak pernah mengetahui,
cara atau mekanisme untuk melakukan menyadari ataupun memiliki niat untuk
pemeriksaan terhadap acara keberatan, UU mendapatkan sesuatu barang dengan cara
tersebut tidak mengaturnya. Ketika melawan hukum antara lain Putusan
UU/peraturan dalam tataran teknisnya, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada
terlebih dalam implementasinya belum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No
mampu berfungsi sebagai instrumen untuk 39/Pid.Sus/TPK/2013/PN .Jkt.Pst tanggal 4
melakukan transformasi politik dan hukum, Nopember 2013, dan Putusan Pengadilan
maka sesungguhnya kita masih bisa berharap Negeri Palu No 74/Pid.Sus-TPK/2014/PN
pada hakim. Pal tanggal 5 Mei 2015, akan tetapi
Muhamad Nur Ibrahim, Perlindungan Hukum Pihak Ketiga Terhadap Keberatan Atas Putusan ««««« .......219

berdasarkan putusan menetapkan bahwa negara hukum dan demokrasi. Demokrasi


barang bukti sebagaimana penyitaan oleh hanya ada apabila terdapat independence of
penyidik dirampas oleh negara. judiciary. Dengan demikian peradilan yang
bebas sebagai sendi utama negara hukum dan
METODE demokrasi meniscayakan kedudukan
kekuasaan kehakiman yang independen.
Jenis penelitian ini merupakan
Prinsip Independensi peradilan melekat
penelitian hukum normatif. Penelitian ini,
sangat dalam dan harus tercermin dalam
akan menganalisis norma hukum yang
proses pemeriksaan dan pengambilan
mengatur upaya keberatan pihak ketiga yang
keputusan atas setiap perkara dan terkait erat
beritikad baik atas putusan pengadilan
dengan independensi pengadilan sebagai
tentang perampasan barang dalam perkara
institusi peradilan yang berwibawa,
tindak pidana korupsi serta menghubungkan
bermartabat, dan terpercaya. Kemerdekaan
dengan konsep teori keadilan sehingga dapat
hakim sangat berkaitan erat dengan sikap
ditemukan asas-asas, doktrin atau konsep
tidak berpihak atau sikap imparsial hakim,
hukum yang melandasi norma tersebut.
baik dalam pemeriksaan maupun dalam
Dengan demikian penulis dapat mengetahui,
pengambilan keputusan. Hakim yang tidak
memahamai dan menilai upaya hukum
independen tidak dapat diharapkan bersikap
keberatan pihak ketiga yang beritikad baik
netral atau imparsial dalam menjalankan
dalam kerangka negara hukum berupa
tugasnya. Kemerdekaan hakim bukan
perlindungan hukum bagi pihak ketiga yang
merupakan privilege atau hak istimewa
beritikad baik.
hakim, melainkan merupakan hak yang
melekat (indispensable right atau inherent
HASIL DAN PEMBAHASAN
right) pada hakim dalam rangka menjamin
pemenuhan hak asasi dari warga negara
Keberatan pihak ketiga atas putusan
untuk memperoleh peradilan yang bebas dan
pengadilan tentang perampasan barang
tidak berpihak (fair trial).
dalam perkara korupsi
Putusan adalah Mahkota Hakim. Setiap
putusan pengadilan baik pemidanaan maupun
Perlindungan hukum melalui undang-
pembebasan atau pelepasan dari segala
undang (rule)
tuntutan hukum, harus ditegaskan penentuan
Konsep negara hukum secara umum,
status barang bukti, kecuali dalam perkara
diidealkan bahwa yang harus dijadikan
yang bersangkutan tidak ada barang bukti.
panglima dalam dinamika kehidupan
Penentuan status barang bukti dalam putusan
kenegaraan adalah hukum. Hukum
pengadilan, berpedoman pada ketentuan
merupakan sumber tertinggi (supremasi
Pasal 194 KUHAP. Dari ketentuan ini ada
hukum) dalam mengatur dan menentukan
beberapa alternatif yang dapat diterapkan
mekanisme hubungan hukum antara negara
pengadilan sesuai dengan keadaan maupun
dan masyarakat atau antar anggota
jenis barang bukti yang disita.
masyarakat yang satu dengan yang lain.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan 194
Kekuasaan kehakiman merupakan
KUHAP dikaitkan dengan ketentuan pasal
kekuasaan yang merdeka untuk
19 ayat 1 UU No. 31 tahun 1999 Jo UU No.
menyelenggarakan peradilan guna
20 tahun 2001 adalah tentang status barang
menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan
bukti akan dikemukakan sebagai berikut:
Kehakiman (yudikatif) adalah independen
1. Dikembalikan kepada yang paling berhak.
dan diselenggarakan demi keadilan
Putusan pengadilan dalam perkara korupsi
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
terhadap barang bukti bukan kepunyaan
Tanpa peradilan yang bebas maka tidak ada
220 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 217-228 ISSN: 2302-2019

terdakwa tidak dapat dijatuhkan, apabila umum di cela oleh masyarakat, celaan
hak-hak pihak ketiga yang beritikad baik datang dari sikap batin pembuat yang
akan dirugikan. Ketentuan pasal 19 ayat 1 tidak memiliki itikad baik, sikap batin
UU No 31 tahun 1999 Jo UU No 20 tahun disini mengarah pada kesengajaan sebagai
2001 tidak memberikan definisi atau kesalahan pembuat yang secara psikologi
pengertian dari pihak ketiga dan itikad menyadari perbuatannya serta akibat yang
baik. melekat atau mungkin timbul dari pada
KUHAP mengintrudusir istilah pihak perbuatan tersebut.
ketiga pada pasal 80 KUHAP tentang Berdasarkan uraian tentang pihak ketiga
pemeriksaan untuk memeriksa sah atau dan itikad baik tersebut diatas, dikaitkan
tidaknya suatu penghentian penyidikan dengan pengembalian barang bukti kepada
atau penuntutan dapat diajukan oleh yang berhak sebagai pihak ketiga yang
penyidik atau penuntut umum, pihak dipandang memiliki itikad baik, maka
ketiga yang berkepentingan kepada Ketua yang harus dibuktikan sebaliknya oleh
Pengadilan Negeri dengan menyebutkan pihak ketiga adalah:
alasannya. Pengertian pihak ketiga yang 1. Orang yang beritikad baik menaruh
berkepentingan tidak secara tegas kepercayaan sepenuhnya kepada pihak
dijelaskan oleh pembuat undang-undang lawan, yang dianggapnya jujur dan
sehingga menimbulkan berbagai tidak menyembunyikan sesuatu yang
penafsiran. Dari beberapa pendapat ahli buruk yang dikemudian hari akan
hukum penulis menyimpulkan bahwa menimbulkan kesulitan-kesulitan.
konteks pengertian pihak ketiga menurut 2. Kejujuran seseorang dalam melakukan
pasal 19 dan 38 UU No 31 tahun 1999 Jo suatu perbuatan hukum yaitu apa yang
UU No. 20 tahun 2001 adalah pemilik terletak pada sikap batin seseorang
atau yang berhak atas suatu barang yang pada waktu diadakan perbuatan hukum.
disita secara sah menurut hukum, dimana 3. Harus mengindahkan norma-norma
pihak tersebut tidak ada kaitannya secara kepatutan dan kesusilaan.
hukum dalam proses terwujudnya suatu 2. Dirampas untuk kepentingan negara atau
delik. Demikian halnya dengan pengertian dimusnahkan atau dirusak.
itikad baik, pembuat undang-undang, Putusan pengadilan dapat pula berbunyi
tidak menjelaskan definisi atau pengertian bahwa barang bukti di rampas untuk
dari itikad baik. Dari beberapa konsep kepentingan negara atau dimusnahkan
pengertian itikad baik yang dikemukakan atau dirusak sehingga tidak dapat
baik dalam ketentuan 1963, 1977, 531, dipergunakan lagi (Pasal 194 ayat 1
548 KUHPerdata dan pendapat dari para KUHAP). Akan tetapi apa yang dimaksud
Ahli hukum, dikaitkan dengan ketentuan dengan barang bukti yang dirampas untuk
pasal 19 dan 38 UU No 31 tahun 1999 Jo kepentingan negara atau dirampas untuk
UU No 20 tahun 2001, penulis dimusnahkan atau dirusak, tidak
berpendapat bahwa keberadaan itikad baik dijelaskan lebih lanjut. Menurut Susilo,
dalam setiap hubungan dengan barang yang dapat dirampas itu dapat
masyarakat memberi arti penting bagi dibedakan atas dua macam ialah:
ketertiban masyarakat, itikad baik sebagai a) Barang barang (termasuk pula
sikap batin untuk tidak melukai hak orang binatang) yang diperoleh dengan
lain menjadi jaminan bagi hubungan melakukan kejahatan. Barang ini bisa
masyarakat yang lebih tertib. Ketiadaan disebut ³FRUSRUD GHOLFWL´, dan
itikad baik dalam hubungan masyarakat senantiasa dapat dirampas asal
mengarah pada perbuatan yang secara kepunyaan terhukum dan asal dari
Muhamad Nur Ibrahim, Perlindungan Hukum Pihak Ketiga Terhadap Keberatan Atas Putusan ««««« 221

kejahatan (baik kejahatan dolus bahwa Penuntut Umum dapat


maupun culpa). Apabila diperoleh membuktikan dakwaannya bahwa barang
dengan pelanggaran, barang-barang itu bukti yang disita diperoleh dari hasil
hanya dapat dirampas dalam hal-hal tindak pidana korupsi, dengan didukung
yang ditentukan, misalnya Pasal 549 alat bukti yang sah menurut hukum serta
(2), 519 (2), 502 (2) KUHP dan lain- memiliki nilai pembuktian yang kuat dan
lainnya. menentukan. Apabila pengadilan
b) Barang-barang (termasuk pula menetapkan bahwa barang bukti yang
binatang) yang dengan sengaja dipakai disita dirampas untuk negara, maka
melakukan kejahatan, misalnya: golok berdasar pada ketentuan pasal 19 ayat 2
atau senjata api yang dipakai untuk UU No 31 tahun 1999 Jo UU No 20 tahun
melakukan pembunuhan, alat-alat yang 2001, pihak ketiga dapat mengajukan
dipakai untuk menggugurkan surat keberatan kepada pengadilan dalam
kandungan dan sebagainya, biasanya jangka waktu 2 bulan setelah putusan
dinamakan ³LQVWUXPHQWD GHOLFWD´ pengadilan diucapkan dalam sidang yang
Perampasan terhadap barang barang terbuka untuk umum. Keberatan disini
tertentu merupakan salah satu dari adalah sarana baru dalam tatanan Hukum
hukuman tambahan sebagaimana Acara Pidana Indonesia yang diatur secara
tercantum dalam pasal 10 huruf b angka 2 khusus di dalam Pasal 19 dan 38 UU No
KUHP, dalam Pasal 39 KUHP 31 tahun 1999 Jo UU No 20 tahun 2001.
dicantumkan: Dari perspektif perlindungan hukum pihak
1. Barang-barang kepunyaan terpidana ketiga melalui undang-undang(rule),
yang diperoleh dari kejahatan atau yang sesungguhnya pembuat undang-undang
sengaja digunakan untuk melakukan telah mengakomodir kepentingan pihak
kejahatan dapat dirampas. ketiga untuk mengajukan keberatan ke
2. Dalam hal pemidanaan karena pengadilan dalam jangka waktu 2 bulan
kejahatan yang tidak dilakukan dengan sesudah putusan pengadilan di ucapkan
sengaja atau karena pelanggaran, dapat dalam sidang yang terbuka untuk umum.
juga dijatuhkan putusan perampasan Ditinjau dari perspektif keadilan
berdasarkan hal hal yang ditentukan prosedural, sesungguhnya telah ada
dalam undang-undang. perlindungan hukum kepada pihak ketiga,
3. Perampasan dapat dilakukan terhadap yang selanjutnya apakah instrumen hukum
orang yang bersalah yang diserahkan tersebut digunakan atau tidak oleh pihak
kepada Pemerintah, tetapi hanya atas ketiga dan apakah pihak ketiga dapat
barang barang yang telah disita. membuktikan dirinya sebagai pihak ketiga
Putusan pengadilan tentang yang beritikad baik atau tidak, hal ini
perampasan barang bukti untuk kembali kepada beban pembuktian dari
kepentingan negara sebagaimana para pihak.
ketentuan pasal 194 KUHAP dihubungkan 3. Tetap di dalam kekuasaan kejaksaan sebab
dengan ketentuan pasal 19 UU No 31 barang bukti tersebut masih diperlukan
tahun 1999, Pasal 10 huruf b KUHP, Pasal dalam perkara lain.
39 KUHP, menurut penulis apabila Apabila barang bukti masih
putusan pengadilan menetapkan barang diperlukan dalam perkara lain, maka
bukti yang disita dirampas untuk negara, putusan pengadilan yang berkenaan
maka dari perspektif pembuktian dalam dengan barang bukti tersebut menyatakan
perkara pidana sebagaimana ketentuan bahwa barang bukti masih tetap dikuasai
pasal 184 KUHAP, Hakim memandang kejaksaan, karena masih diperlukan dalam
222 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 217-228 ISSN: 2302-2019

perkara lain/barang bukti dikembalikan pihak ketiga yang beritikad baik akan
kepada Penuntut Umum untuk dirugikan.
dipergunakan dalam rangka pembuktian Hal ini dapat dilihat pada amar putusan
perkara lain. barang bukti yang diajukan oleh Penuntut
Berdasarkan uraian-uraian tentang umum yang pada kenyataannya barang bukti
status barang bukti dapat dipahami bahwa tersebut adalah milik/ kepunyaan serta dalam
prinsip perampasan barang bukti, baik penguasaan pihak ketiga, bukan kepunyaan
menurut KUHAP maupun KUHP harus Terdakwa, akan tetapi Hakim tetap
mempunyai relevansi sedemikian rupa menjatuhkan putusan barang bukti dirampas
dengan kesalahan, sebagaimana asas yang untuk negara dan hasil pelelangannya
dikenal dalam hukum acara pidana yaitu geen dikompensasikan dengan senilai uang yang
straf zonder schuld (tiada pemidanaan tanpa digunakan untuk pencucian uang oleh
kesalahan) atau setidak tidaknya barang Terdakwa dan selebihnya dikembalikan
tersebut karena sifatnya adalah barang kepada pihak ketiga yang beritikad baik
terlarang. lainnya.
Disatu pihak Hakim memberikan
Perlindungan hukum melalui Hakim perlindungan hukum kepada pihak ketiga
(Judge). selaku Kreditur, untuk mendapatkan kembali
Berdasarkan hasil penelitian penulis hak-haknya atas barang bukti yang dirampas
atas putusan Pengadilan Tindak Pidana berdasarkan putusan pengadilan, dipihak lain
Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Hakim tidak memberikan perlindungan
Pusat dan Pengadilan Negeri Palu tentang hukum kepada pihak ketiga lainnya yang
perlindungan hukum pihak ketiga yang secara jelas barang bukti atas nama,
beritikad baik dalam perolehan kembali kepunyaan pihak ketiga serta dalam
barang yang dirampas berdasarkan putusan penguasaan pihak ketiga.
pengadilan dalam perkara korupsi sebagai Pihak yang menerima pemberian
berikut: barang dari Terdakwa jika dikaitkan dengan
1. Putusan Pengadilan Tindak Pidana pengertian hak-hak pihak ketiga yang
Korupsi pada Pengadilan Negeri beritikad baik sebagaimana penjelasan Pasal
Jakarta Pusat No 19 ayat 1 UU No 31 tahun 1999 adalah jika
39/Pid.Sus/TPK/2013/PN.Jkt.Pst pihak ketiga tidak menyadari bahwa dengan
tanggal 4 Nopember 2013. mendapat barang-barang tersebut dari
terdakwa, ia telah merugikan orang lain,
Putusan pengadilan tentang barang diperjelas pula dalam Pasal 532 KUHPerdata
bukti ditemukan bahwa Hakim tidak bahwa yang dimaksud dengan pihak ketiga
konsisten dan salah dalam menerapkan mendapat barang-barang dari terdakwa
ketentuan Pasal 19 Undang-undang No 31 dengan itikad buruk adalah jika pihak ketiga
tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak menyadari bahwa dengan mendapat barang-
pidana Korupsi sebagaimana telah diubah barang tersebut dari terdakwa, ia telah
dan ditambah dengan Undang-Undang No 20 merugikan orang lain, dengan demikian
tahun 2001 tentang perubahaan atas Undang- menurut pihak yang memiliki, menguasai
Undang No 31 tahun 1999 tentang barang bukti yang diperoleh dengan cara
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ayat 1 tidak melawan hukum, dipandang sebagai
yaitu : Putusan pengadilan mengenai pihak ketiga yang beritikad baik sehingga
perampasan barang-barang bukan kepunyaan harus mendapat perlindungan hukum dari
terdakwa tidak dijatuhkan, apabila hak-hak negara melalui putusan pengadilan.
Muhamad Nur Ibrahim, Perlindungan Hukum Pihak Ketiga Terhadap Keberatan Atas Putusan ««««« 223

Putusan tersebut diatas dari kacamata dibuktikan dengan saksi tersebut mengajukan
teori Keadilan oleh Aristoteles tidak alat bukti bahwa barang bukti yang disita
mencerminkan keadilan yang dipahami oleh penyidik yang dijadikan barang bukti
sebagai kesamaan yaitu kesamaan warga dalam perkara terdakwa bukan diperoleh dari
dihadapaan hukum. Aturan hukum yang hasil kejahatan yang dilakukan oleh terdakwa
sama harusnya diterapkan dan ditegakkan , melainkan sumber atau asal usul uang
kepada setiap orang tanpa membeda bedakan diperoleh dari orang tua saksi.Seharusnya
orang. Setiap orang sama kedudukan hukum saksi dapat meminta kepada Penuntut Umum
dan pemerintahan. atau kepada terdakwa atau Penasihat
Putusan hakim harus memenuhi rasa Hukumnya untuk mengajukan saksi yaitu
keadilan yakni keadilan yang dirasakan oleh orang tua dari saksi.
para pihak yang berperkara. Keadilan yang Alat bukti yang diajukan oleh saksi
dicari ialah keadilan substansial dan bukan dalam kedudukan sebagai pihak ketiga dari
hanya keadilan formal. Keadilan Substansial perspektif teori pembuktian, tidak cukup
ialan keadilan yang secara riil diterima dan bukti sehingga menurut penulis, Hakim yang
dirasakan oleh para pihak. Sedang keadilan memeriksa dan memutus perkara Terdakwa
formal ialah keadilan yang berdasarkan telah tepat mempertimbangkan bahwa
hukum semata mata yang belum tentu dapat saksi/pihak ketiga tersebut tidak mampu
diterima dan dirasakan adil oleh para pihak. membuktikan keterangannya dengan alat
2. Putusan Pengadilan Tindak Pidana bukti yang sah menurut hukum sebagaimana
Korupsi pada Pengadilan Negeri Palu ketentuan pasal 184 KUHAP.
Nomor 74/Pid.Sus-TPK/2014/PN Pal Pihak ketiga adalah pihak yang
tanggal 5 Mei 2015. mengajukan keberatan atas putusan
Hakim yang menerima pengajuan alat pengadilan, dan atas keberatan dari pihak
bukti yang diajukan oleh saksi dimuka ketiga, Hakim telah mempertimbangkan
persidangan untuk membuktikan bahwa tentang kedudukan pihak ketiga, jangka
barang bukti yang disita bukan diperoleh dari waktu pengajuan keberatan serta alat bukti
hasil kejahatan, adalah wujud nyata Hakim dan barang bukti yang diajukan oleh pihak
menegakkan asas imparsial, penegakkan ketiga dalam satu produk hukum yaitu
keadilan prosedural, meskipun saksi tersebut penetapan.
diajukan oleh penuntut umum untuk Pertimbangan hakim dalam Penetapan
membuktikan dakwaannya, bahwa Terdakwa atas keberatan dari perspektif perlindungan
adalah pelaku tindak pidana, akan tetapi pada hukum bagi pihak ketiga dalam memperoleh
saat yang bersamaan, saksi juga harus barang yang dirampas berdasarkan putusan
membuktikan bahwa barang bukti yang disita pengadilan telah memenuhi rasa keadilan dan
tersebut, bukan merupakan hasil atau perlindungan hukum kepada pihak ketiga.
diperoleh dari tindak pidana korupsi yang Hakim telah memberikan kesempatan yang
dilakukan oleh Terdakwa. Hal ini adalah sama bagi para pihak untuk membuktikan
suatu sikap yang progresif untuk menegakan setiap dalil permohonan keberatan yang
keadilan yang dinamakan keadilan diajukan oleh Pemohon dan dalil bantahan
prosedural. yang diajukan oleh Termohon. Hal ini
Hakim telah menerima saksi yang memberikan pemahaman bahwa dari
dajukan oleh Penuntut Umum untuk pendekatan keadilan prosedural, pihak ketiga
membuktikan surat dakwaan Penuntut telah diakomodir kepentingan hukumnya
Umum, pada waktu yang bersamaan, Hakim untuk mengajukan upaya hukum, sekaligus
juga memandang dan menempatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
kedudukan saksi sebagai pihak ketiga. Hal ini
224 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 217-228 ISSN: 2302-2019

membuktikan keberatannya dipersidangan keadilan (misalnya hak : kepastian hukum,


yang terbuka untuk umum. persamaan di depan hukum).
Penetapan ini pula telah menegakkan Pengaturan upaya keberatan di dalam
prinsip keadilan substansial yaitu keadilan Pasal 19 dan 38 UURI No 31 tahun 1999 Jo
yang didapatkan dari prosedur hukum yang UU No 20 tahun 2001 tentang pemberantasan
berkeadilan, penegakan prinsip imparsial, tindak pidana korupsi adalah manifestasi
integritas dan penilaian atas alat bukti. Negara telah melakukan tugas dan
Hakim tidak semata-mata menegakan kewajibannya dalam rangka melindungi hak-
keadilan prosedural tetapi telah menegakkan hak warga negara di bidang penegakkan
keadilan substantif, pertimbangan hukum hukum. Keberatan atas putusan pengadilan
rasional, logis dengan berdasar pada alat tentang perampasan barang bukti adalah
bukti yang sah menurut hukum. Hakim sarana baru bagi pihak ketiga untuk
memiliki keberanian dalam menjatuhkan mendapatkan keadilan. Keadilan dari
penetapan pengembalian barang bukti kepada perspektif prosedural, sesungguhnya negara
yang berhak, meskipun pemeriksaan atas telah memberikan intrumen hukumnya yaitu
pokok perkara masih pada tahap upaya melalui sarana keberatan. Namun dalam
hukum kasasi. Demi perlindungan hukum kenyataannya, apakah sarana baru berupa
kepada pihak ketiga yang beritikad baik dan keberatan tersebut digunakan oleh pihak
terwujudnya keadilan subtantif, Hakim telah ketiga atau tidak, merupakan hak dari pihak
menegakkan hukum dengan membuat sebuah ketiga selaku warga negara. Dari perspektif
terobosan hukum demi terwujudnya keadilan keadilan numerik sebagaimana yang
dan kepastian hukum. kemukakan oleh Aristoteles dimaknai
Perlindungan Hukum menurut Hak Asasi sebagai kesamaan dalam hukum dan
Manusia. pemerintahan.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Pemaparan yang dikemukakan penulis
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi diatas, telah mencerminkan bahwa
Manusia menegaskan hak asasi manusia sesungguhnya penegakkan hukum yang
adalah seperangkat hak yang melekat pada berkeadilan telah menegakkan sebahagian
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk kecil dari Hak Asasi Manusia itu sendiri.
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan Penegakkan hukum bagi pihak ketiga yang
anugerah-Nya yang wajib dihormati, mengajukan keberatan atas putusan
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, pengadilan tentang perampasan barang bukti
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi dilaksanakan oleh Hakim dengan penetapan
kehormatan serta perlindungan harkat dan atau putusan yang progresif dengan
martabat manusia. mengedepankan tujuan hukum yaitu keadilan
Upaya untuk menjabarkan ketentuan adalah wujud nyata Hakim telah menegakkan
hak asasi manusia telah dilakukan melalui Hak Asasi Manusia dari perspektif UU No 39
amandemen UUD 1945 dan diundangkannya tahun 1999.
Undang-Undang Republik Indonesia (UURI)
Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM serta Tata cara pengajuan Upaya hukum
meratifikasi beberapa konvensi internasional keberatan atas putusan pengadilan
tentang HAM. Dalam amandemen UUD tentang perampasan barang dalam tindak
1945 ke dua, Bab X A yang bersikan pasal 28 pidana korupsi
A s.d 28 J. Dalam UURI Nomor 39 Tahun
1999 jaminan HAM lebih terinci lagi. Salah Berbicara tentang upaya hukum atau
satu pengaturan di dalam ketentuan UURI mekanisme atau tata cara pemeriksaan upaya
No 39 tahun 1999 adalah hak memperoleh keberatan, sama halnya dengan upaya-upaya
Muhamad Nur Ibrahim, Perlindungan Hukum Pihak Ketiga Terhadap Keberatan Atas Putusan ««««« 225

hukum lainnya, harus mengacu pada Hukum (Pasal 244 KUHAP), sementara yang
Acara. termasuk dalam upaya hukum luar biasa
Hukum Acara menurut R.Soeroso adalah Kasasi demi kepentingan hukum
adalah : (Pasal 259 KUHAP) dan Peninjuaan Kembali
³.umpulan ketentuan-ketentuan dengan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai
tujuan memberikan pedoman dalam usaha kekuatan hukum tetap (Pasal 263 KUHAP).
mencari kebenaran dan keadilan bila terjadi Dalam kaitan dengan upaya hukum yang
perkosaan atas suatu ketentuan hukum dalam disebut dalam Pasal 19 ayat 2 dan Pasal 38
hukum materiil yang berarti memberikan ayat 7 UU No 31 tahun 1999 Jo UU No 20
kepada hukum acara suatu hubungan yang tahun 2001 GHQJDQ WHUPLQRORJL ³NHEHUDWDQ´
PHQJDEGL NHSDGD KXNXP PDWHULLO´. terhadap putusan dan penetapan. KUHAP
Demikian pula menurut Moeljatno PHPDQJ PHQJLQWURGXVLU LVWLODK ³NHEHUDWDQ´
memberikan batasan tentang pengertian tersebut tetapi bukan dalam konteks upaya
hukum formil (hukum acara) adalah: hukum sebagaimana dimaksud di atas.
³hukum yang mengatur tata cara Ada beberapa alternatif solusi bagi
melaksanakan hukum materiel (hukum pihak ketiga yang berkeberatan atas proses
pidana), dan hukum acara pidana (hukum penegakan hukum pidana berkaitan dengan
pidana formil) adalah hukum yang mengatur barang bukti antara lain :
tata cara melaksanakan/ mempertahankan - Praperadilan atas penyitaan barang bukti
KXNXP SLGDQD PDWHULHO´ sebagaimana ketentuan pasal 1 butir 10 Jo
Ketentuan Pasal 19 ayat 2 Undang- Pasal 77 KUHAP.
undang No 31 tahun 1999 tentang - Keberatan atas putusan pengadilan tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi perampasan barang bukti sebagaimana
sebagaimana telah diubah dan ditambah diatur dalam pasal 19 dan 38 UU No 31
dengan Undang-undang No 20 tahun 2001 tahun 1999 Jo UU No 20 tahun 2001.
tentang perubahaan atas Undang-undang No Ada dua kemungkinan alternatif solusi
31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak dari penerapan upaya hukum keberatan
pidana korupsi menyebutkan : sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan
³'DODP KDO Sutusan pengadilan sebagaimana Pasal 38 UU No 31 tahun 1999 meskipun
dimaksud dalam ayat 1 termasuk juga barang masing masing tetap membuka peluang
pihak ketiga yang mempunyai itikad baik, permasalahan baru atau tidak secara
maka pihak ketiga tersebut dapat mengajukan komprehensif dan tuntas menyelesaikan
surat keberatan kepada pengadilan yang masalah yaitu :
bersangkutan, dalam waktu paling lambat 2 a. Alternatif pertama adalah menempelkan
(dua) bulan setelah putusan pengadilan upaya hukum keberatan tersebut kedalam
GLXFDSNDQ GL VLGDQJ WHUEXND XQWXN XPXP´ upaya hukum yang sudah dikenal saat ini,
Terhadap putusan lembaga peradilan bukan dalam konteks hukum acara pidana
dalam perkara pidana, apabila para pihak tetapi dalam konstruksi hukum acara
yaitu Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa perdata yaitu dengan memilih antara
tidak puas dan hendak melawan putusan gugatan atau permohonan, karena dalam
tersebut, sistem hukum acara pidana lapangan hukum acara pidana (yang diatur
Indonesia mengakomodasikannya melalui dalam KUHAP) sebagaimana diuraikan
dua jenis upaya hukum yaitu upaya hukum sebelumnya tidak ada analognya atau,
biasa dan upaya hukum luar biasa. Uapaya b. Alternatif kedua adalah dengan
hukum biasa meliputi pengajuan banding ke melakukan terobosan hukum sebelum
Pengadilan Tinggi (Pasal 67 dan Pasal 233 adanya revisi UU No 31 tahun 1999 atau
KUHAP) dan kasasi ke Mahkamah Agung revisi KUHAP melalui penciptaan
226 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 217-228 ISSN: 2302-2019

prosedur/mekanisme tersendiri (sui 5. Persidangan pertama Pemohon dan


generis) yang selama ini belum dikenal Termohon atau pihak yang
dalam hukum acara pidana maupun berkepentingan lainnya hadir, maka
hukum acara perdata dengan tetap persidangan dilanjutkan dengan
menggunakan istilah upaya hukum pembacaan surat pemohonan keberatan,
keberatan pihak ketiga tetapi tetap dalam apabila salah satu pihak tidak hadir, maka
kerangka hukum acara pidana. persidangan ditunda dengan melakukan
Hasil Penelitian penulis pada pemanggilan kembali kepada para pihak
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada yang tidak hadir dengan meneliti secara
Pengadilan Negeri Palu dan Pengadilan seksama relaas panggilan apakah telah
Jakarta Pusat, tentang upaya dan tata cara dilakukan pemanggilan secara sah dan
pengajuan keberatan atas putusan pengadilan patut. Apabila Pemohon telah dipanggil
tentang perampasan barang dapat secara sah dan patut tidak hadir tanpa
dikontruksikan sebagai berikut : alasan yang sah maka hakim akan
1. Pemohon keberatan mengajukan surat menjatuhkan penetapan gugur dan apabila
keberatan kepada Ketua Pengadilan pada persidangan selanjutnya, Pemohon
Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan hadir sedangkan Termohon tidak hadir
Negeri Palu yang dibuat sekurang padahal yang bersangkutan telah dipanggil
kurangnya 3 rangkap. secara sah dan patut akan tetapi tidak
2. Surat Permohonan keberatan di daftar hadir tanpa alasan yang sah, maka Hakim
dalam buku register yang dibuat akan menjatuhkan penetapan dengan
tersendiri, terpisah dari buku induk verstek (tanpa kehadiran termohon).
register perkara tindak pidana korupsi, 6. Apabila Pemohon dan Termohon hadir
karena belum ada form baku atau petunjuk persidangan dilanjutkan dengan
dari Mahkamah Agung sebagaimana buku pembacaan surat permohonan keberatan,
register induk perkara lainnya dan selanjutnya tanggapan atau jawaban dari
diberikan nomor perkara yaitu Termohon, replik dan duplik.
No,,,,,,,,,,,,,,,,,/ keberatan/Pid.Sus- 7. Pembuktian dari Pemohon dan Termohon
TPK/tahun /PN....... baik alat bukti surat maupun saksi.
3. Ketua Pengadilan Tindak Pidana Korupsi 8. Kesimpulan (conclusi).
pada Pengadilan Negeri Palu menunjuk 9. Musyawarah Hakim dan Penetapan.
Hakim yang memeriksa dan memutus Pemaparan tentang mekanisme atau
perkara permohonan keberatan dengan tata cara pengajuan keberatan berdasarkan
susunan 3 orang hakim yang terdiri atas ketentuan Undang-undang No 31 tahun 1999
Hakim tindak pidana korupsi (semuanya Jo UU No 20 tahun 2001 dan praktek
Hakim karir) dan Panitera Pengadilan peradilan yang dilaksanakan pada Pengadilan
menetapkan Panitera Pengganti untuk Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan
membantu Hakim dalam membuat risalah Negeri Palu, penulis berpendapat bahwa
persidangan dalam bentuk Berita Acara terdapat kekosongan hukum acara tentang
Persidangan tata cara pemeriksaan upaya keberatan,
4. Hakim Ketua Majelis membuat penetapan sehingga untuk mengisi kekosongan hukum
hari sidang dan memerintahkan jutu sita tersebut, Hakim dituntut untuk melakukan
pengadilan untuk memanggil para pihak terobosan hukum berupa penemuan hukum.
yaitu pemohon keberatan dan termohon Penetapan penunjukan Hakim oleh
keberatan yaitu Penuntut Umum atau Ketua Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
pihak yang berkepentingan lainnya; pada Pengadilan Negeri Palu dan Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat dengan menetapkan
Muhamad Nur Ibrahim, Perlindungan Hukum Pihak Ketiga Terhadap Keberatan Atas Putusan ««««« .227

susunan Majelis Hakim sebanyak 3 orang Rekomendasi.


yang terdiri dari Hakim karir tipikor tidak Merujuk pada pembahasan dan
melibatkan hakim ad hoc tipikor telah kesimpulan yang penulis uraikan tersebut di
bertentangan dengan ketentuan Pasal 26 UU atas, adapun yang dapat menjadi
No 46 tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak rekomendasi dalam tulisan ini adalah ::
Pidana Korupsi ayat 1 : Dalam memeriksa, 1. Mahkamah Agung melakukan Rapat
mengadili, dan memutus perkara tindak Koordinasi dengan seluruh Ketua
pidana korupsi dilakukan dengan majelis Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
hakim berjumlah ganjil sekurang-kurangnya diseluruh Indonesia untuk menyamakan
3 (tiga) orang hakim dan sebanyak- persepsi tentang upaya keberatan
banyaknya 5 (lima) orang hakim, terdiri dari sebagaimana ketentuan Pasal 19 dan Pasal
Hakim Karier dan Hakim ad hoc. 38 UU No 31 tahun 1999 Jo UU No 20
tahun 2001 dan Hakim yang menangani
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI perkara keberatan lebih progresif dalam
menjatuhkan penetapan atas keberatan
Kesimpulan dari pihak ketiga, dalam rangka
Sebagai kesimpulan yang dapat ditarik perlindungan hukum bagi pihak ketiga
dari hasil penelitian ini berdasarkan yang beritikad baik, meskipun perkara
pembahasan di atas adalah: pokok sementara dalam pemeriksaan baik
1. Pihak ketiga yang beritikad baik dalam pada tingkat banding atau kasasi.
memperoleh kembali barang miliknya 2. Pendaftaran dan pemeriksaan perkara
yang dirampas dalam tindak pidana keberatan sebagaimana ketentuan pasal 19
korupsi telah mendapatkan perlindungan dan 38 UU N0 31 tahun 1999 Jo UU No
hukum sepanjang pihak ketiga mampu 20 tahun 2001 adalah wewenang
membuktikan bahwa dirinya tidak terkait Pengadilan Tindak Pidana Korupsi,
dengan tindak pidana yang dilakukan oleh dengan komposisi Hakim yang memeriksa
terpidana. Hasil Penelitian menunjukkan dan mengadili perkara keberatan
bahwa perlindungan hukum bagi pihak sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim
ketiga belum optimal, sebab secara faktual dan sebanyak- banyaknya 5 (lima) orang
Hakim tidak konsisten dalam menerapkan hakim, terdiri dari Hakim Karier dan
ketentuan Pasal 19 UU No 31 tahun 1999 Hakim ad hoc Tipikor, sehingga untuk
Jo UU No 20 tahun 2001 tentang mengisi kekosongan hukum tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. mekanisme atau tata cara pemeriksaan
2. Tata cara pengajuan upaya hukum upaya keberatan, maka segera Mahkamah
keberatan berdasarkan ketentuan Pasal 19 Agung mengeluarkan regulasi berupa
UU No 31 tahun 1999 Jo UU No 20 tahun Peraturan Mahkamah Agung Republik
2001 tentang Pemberantasan Tindak Indonesia dan dalam jangka panjang
Pidana Korupsi berdasarkan temuan Pemerintah bersama dengan Dewan
penelitian masih menimbulkan beragam Perwakilan Rakyat (DPR) melakukan
penafsiran karena ketidakjelasan norma, revisi atas ketentuan Pasal 19 atau 38 UU
akibatnya putusan Hakim dalam perkara No 31 tahun 1999 Jo UU No 20 tahun
keberatan pihak ketiga beritikad baik 2001 untuk mengatur secara tegas tentang
cenderung beragam bergantung penafsiran upaya keberatan.
masing-masing Hakim sehingga tidak
mencerminkan keadilan dan kepastian UCAPAN TERIMA KASIH
hukum. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dr Jubair,S.H.,M.H dan Dr. H.
228 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 217-228 ISSN: 2302-2019

Sulbadana, S.H.,M.H. selaku pembimbing KUHAP, Jakarta : Sinar Grafika, Edisi


yang telah membantu dalam penyelesaian Kedua.
artikel ini. Manan, Bagir, 2003, Teori dan Politik
Konstitusi : UII Press , Jakarta.
DAFTAR RUJUKAN Muqoddas, Busyro, 2009, Menemukan
Ali Achmad, 2002, Menguak Tabir Hukum substansi dalam keadilan Prosedural
(Suatu Kajian Filosofis dan ³/DSRUDQ 3HQHOLWLDQ 3XWXVDQ .DVXV
Sosiologis): PT Gunung Agung Tbk, Pidana Pengadilan Negeri : Komisi
Jakarta. Yudisial, Jakarta.
Moelyatno, Hukum Acara Pidana, Bagian
Asshiddiqie, Jimly, 2007, Pokok-Pokok
Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Pertama, Seksi Kepidanaan, Fakultas
Reformasi : Bhuana Ilmu Populer (BIP) Hukum UGM, Yogyakarta.
Kelompok Gramedia, Jakarta. Mas, Marwan, 2004, Pengantar Ilmu Hukum,
________________, 2009, Komentar atas Ghalia Indonesia, Jakarta.
Undang-Undang Dasar Negara Soesilo.R. 2005, Kitab Undang Undang
Republik Indonesia tahun 1945, Sinar Hukum Acara Pidana serta Komentar
Grafika, Jakarta. Komentarnya Lengkap Pasal Demi
Harahap, Yahya, M, 2005, Pembahasan Pasal : Politea, Bogor.
Permasalahan dan Penerapan

Anda mungkin juga menyukai