Bahan 3
Bahan 3
Abstract
The formulation of the problem of how the legal protection of third parties in the recovery of
goods hers were seized under a court decision in a corruption case and how the procedure of filing
a legal remedy of appeal a third party against a court decision on confiscation of goods in
corruption under the Act, the purpose of the study was to assess the legal protection for third
parties in the recovery of her belongings were seized under a court decision in a corruption case
and review procedures for filing legal remedy of appeal a third party against a court decision on
confiscation of goods in corruption according to the legislation and judicial practice, using the
method of normative research with the research shows that a third party is acting in good faith in
regain her belongings were seized in the corruption has gained legal protection throughout the
third party is able to prove that he is not related to criminal offenses committed by the convict,
legal protection for third parties is not optimal, because in fact the judge was inconsistent in
applying the provisions of Article 19 law No. 31 of 1999 Jo law No. 20 of 2001 on Corruption
Eradication and procedure of filing a legal remedy of appeal pursuant to Article 19 of law No. 31
of 1999 Jo law No. 20 of 2001 on Corruption Eradication still rise to various interpretations due to
the vagueness of norms , consequently the court decision in the case of third parties acting in good
faith objections tends to vary depending on their interpretation of Judges that do not reflect the
justice and legal certainty.
Keywords: Legal protection, third party, objected
Korupsi merupakan gejala masyarakat tersebut diperoleh dari hasil tindak pidana
yang sangat kompleks dan rumit, seakan korupsi.
mudah dikenal tetapi sulit di dekat oleh Negara melalui lembaga Legislatif
hukum. Hal ini disebabkan perbuatan korupsi telah mengesahkan produk hukum yakni
terbungkus dengan kerahasiaan yang Undang-Undang No 31 tahun 1999 Jo UU
melibatkan banyak orang, baik sebagai No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan
pelaku maupun sebagai pihak yang Tindak Pidana Korupsi dan Undang-undang
menikmati secara langsung hasil kejahatan No. 8 tahun 2019 tentang Pencegahan dan
atau dalam bentuk lainnya sehingga pihak Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
yang terlibat saling menutupi, dan rapi untuk Uang, yang tentunya telah mencantumkan
menghilangkan jejak supaya tidak terjerat berbagai ketentuan pidana baik pidana
hukum. penjara, denda maupun pidana tambahan.
Pihak-pihak yang menikmati hasil Keberadaan hukum ditengah
kejahatan ada yang secara nyata mengetahui masyarakat, sebenarnya tidak hanya dapat
bahwa barang tersebut diduga hasil diartikan sebagai sarana untuk menertibkan
kejahatan, tetapi banyak juga pihak yang kehidupan masyarakat, melainkan juga
tidak, bahkan tidak mengetahui bahwa dijadikan sarana yang mampu merubah pola
pemberian seseorang yang pada akhirnya pikir dan pola perilaku warga masyarakat.
baru mengetahui bahwa ternyata pemberian Perubahaan sosial warga masyarakat yang
semakin kompleks, juga memperngaruhi
217
218 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 217-228 ISSN: 2302-2019
terdakwa tidak dapat dijatuhkan, apabila umum di cela oleh masyarakat, celaan
hak-hak pihak ketiga yang beritikad baik datang dari sikap batin pembuat yang
akan dirugikan. Ketentuan pasal 19 ayat 1 tidak memiliki itikad baik, sikap batin
UU No 31 tahun 1999 Jo UU No 20 tahun disini mengarah pada kesengajaan sebagai
2001 tidak memberikan definisi atau kesalahan pembuat yang secara psikologi
pengertian dari pihak ketiga dan itikad menyadari perbuatannya serta akibat yang
baik. melekat atau mungkin timbul dari pada
KUHAP mengintrudusir istilah pihak perbuatan tersebut.
ketiga pada pasal 80 KUHAP tentang Berdasarkan uraian tentang pihak ketiga
pemeriksaan untuk memeriksa sah atau dan itikad baik tersebut diatas, dikaitkan
tidaknya suatu penghentian penyidikan dengan pengembalian barang bukti kepada
atau penuntutan dapat diajukan oleh yang berhak sebagai pihak ketiga yang
penyidik atau penuntut umum, pihak dipandang memiliki itikad baik, maka
ketiga yang berkepentingan kepada Ketua yang harus dibuktikan sebaliknya oleh
Pengadilan Negeri dengan menyebutkan pihak ketiga adalah:
alasannya. Pengertian pihak ketiga yang 1. Orang yang beritikad baik menaruh
berkepentingan tidak secara tegas kepercayaan sepenuhnya kepada pihak
dijelaskan oleh pembuat undang-undang lawan, yang dianggapnya jujur dan
sehingga menimbulkan berbagai tidak menyembunyikan sesuatu yang
penafsiran. Dari beberapa pendapat ahli buruk yang dikemudian hari akan
hukum penulis menyimpulkan bahwa menimbulkan kesulitan-kesulitan.
konteks pengertian pihak ketiga menurut 2. Kejujuran seseorang dalam melakukan
pasal 19 dan 38 UU No 31 tahun 1999 Jo suatu perbuatan hukum yaitu apa yang
UU No. 20 tahun 2001 adalah pemilik terletak pada sikap batin seseorang
atau yang berhak atas suatu barang yang pada waktu diadakan perbuatan hukum.
disita secara sah menurut hukum, dimana 3. Harus mengindahkan norma-norma
pihak tersebut tidak ada kaitannya secara kepatutan dan kesusilaan.
hukum dalam proses terwujudnya suatu 2. Dirampas untuk kepentingan negara atau
delik. Demikian halnya dengan pengertian dimusnahkan atau dirusak.
itikad baik, pembuat undang-undang, Putusan pengadilan dapat pula berbunyi
tidak menjelaskan definisi atau pengertian bahwa barang bukti di rampas untuk
dari itikad baik. Dari beberapa konsep kepentingan negara atau dimusnahkan
pengertian itikad baik yang dikemukakan atau dirusak sehingga tidak dapat
baik dalam ketentuan 1963, 1977, 531, dipergunakan lagi (Pasal 194 ayat 1
548 KUHPerdata dan pendapat dari para KUHAP). Akan tetapi apa yang dimaksud
Ahli hukum, dikaitkan dengan ketentuan dengan barang bukti yang dirampas untuk
pasal 19 dan 38 UU No 31 tahun 1999 Jo kepentingan negara atau dirampas untuk
UU No 20 tahun 2001, penulis dimusnahkan atau dirusak, tidak
berpendapat bahwa keberadaan itikad baik dijelaskan lebih lanjut. Menurut Susilo,
dalam setiap hubungan dengan barang yang dapat dirampas itu dapat
masyarakat memberi arti penting bagi dibedakan atas dua macam ialah:
ketertiban masyarakat, itikad baik sebagai a) Barang barang (termasuk pula
sikap batin untuk tidak melukai hak orang binatang) yang diperoleh dengan
lain menjadi jaminan bagi hubungan melakukan kejahatan. Barang ini bisa
masyarakat yang lebih tertib. Ketiadaan disebut ³FRUSRUD GHOLFWL´, dan
itikad baik dalam hubungan masyarakat senantiasa dapat dirampas asal
mengarah pada perbuatan yang secara kepunyaan terhukum dan asal dari
Muhamad Nur Ibrahim, Perlindungan Hukum Pihak Ketiga Terhadap Keberatan Atas Putusan ««««« 221
perkara lain/barang bukti dikembalikan pihak ketiga yang beritikad baik akan
kepada Penuntut Umum untuk dirugikan.
dipergunakan dalam rangka pembuktian Hal ini dapat dilihat pada amar putusan
perkara lain. barang bukti yang diajukan oleh Penuntut
Berdasarkan uraian-uraian tentang umum yang pada kenyataannya barang bukti
status barang bukti dapat dipahami bahwa tersebut adalah milik/ kepunyaan serta dalam
prinsip perampasan barang bukti, baik penguasaan pihak ketiga, bukan kepunyaan
menurut KUHAP maupun KUHP harus Terdakwa, akan tetapi Hakim tetap
mempunyai relevansi sedemikian rupa menjatuhkan putusan barang bukti dirampas
dengan kesalahan, sebagaimana asas yang untuk negara dan hasil pelelangannya
dikenal dalam hukum acara pidana yaitu geen dikompensasikan dengan senilai uang yang
straf zonder schuld (tiada pemidanaan tanpa digunakan untuk pencucian uang oleh
kesalahan) atau setidak tidaknya barang Terdakwa dan selebihnya dikembalikan
tersebut karena sifatnya adalah barang kepada pihak ketiga yang beritikad baik
terlarang. lainnya.
Disatu pihak Hakim memberikan
Perlindungan hukum melalui Hakim perlindungan hukum kepada pihak ketiga
(Judge). selaku Kreditur, untuk mendapatkan kembali
Berdasarkan hasil penelitian penulis hak-haknya atas barang bukti yang dirampas
atas putusan Pengadilan Tindak Pidana berdasarkan putusan pengadilan, dipihak lain
Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Hakim tidak memberikan perlindungan
Pusat dan Pengadilan Negeri Palu tentang hukum kepada pihak ketiga lainnya yang
perlindungan hukum pihak ketiga yang secara jelas barang bukti atas nama,
beritikad baik dalam perolehan kembali kepunyaan pihak ketiga serta dalam
barang yang dirampas berdasarkan putusan penguasaan pihak ketiga.
pengadilan dalam perkara korupsi sebagai Pihak yang menerima pemberian
berikut: barang dari Terdakwa jika dikaitkan dengan
1. Putusan Pengadilan Tindak Pidana pengertian hak-hak pihak ketiga yang
Korupsi pada Pengadilan Negeri beritikad baik sebagaimana penjelasan Pasal
Jakarta Pusat No 19 ayat 1 UU No 31 tahun 1999 adalah jika
39/Pid.Sus/TPK/2013/PN.Jkt.Pst pihak ketiga tidak menyadari bahwa dengan
tanggal 4 Nopember 2013. mendapat barang-barang tersebut dari
terdakwa, ia telah merugikan orang lain,
Putusan pengadilan tentang barang diperjelas pula dalam Pasal 532 KUHPerdata
bukti ditemukan bahwa Hakim tidak bahwa yang dimaksud dengan pihak ketiga
konsisten dan salah dalam menerapkan mendapat barang-barang dari terdakwa
ketentuan Pasal 19 Undang-undang No 31 dengan itikad buruk adalah jika pihak ketiga
tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak menyadari bahwa dengan mendapat barang-
pidana Korupsi sebagaimana telah diubah barang tersebut dari terdakwa, ia telah
dan ditambah dengan Undang-Undang No 20 merugikan orang lain, dengan demikian
tahun 2001 tentang perubahaan atas Undang- menurut pihak yang memiliki, menguasai
Undang No 31 tahun 1999 tentang barang bukti yang diperoleh dengan cara
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ayat 1 tidak melawan hukum, dipandang sebagai
yaitu : Putusan pengadilan mengenai pihak ketiga yang beritikad baik sehingga
perampasan barang-barang bukan kepunyaan harus mendapat perlindungan hukum dari
terdakwa tidak dijatuhkan, apabila hak-hak negara melalui putusan pengadilan.
Muhamad Nur Ibrahim, Perlindungan Hukum Pihak Ketiga Terhadap Keberatan Atas Putusan ««««« 223
Putusan tersebut diatas dari kacamata dibuktikan dengan saksi tersebut mengajukan
teori Keadilan oleh Aristoteles tidak alat bukti bahwa barang bukti yang disita
mencerminkan keadilan yang dipahami oleh penyidik yang dijadikan barang bukti
sebagai kesamaan yaitu kesamaan warga dalam perkara terdakwa bukan diperoleh dari
dihadapaan hukum. Aturan hukum yang hasil kejahatan yang dilakukan oleh terdakwa
sama harusnya diterapkan dan ditegakkan , melainkan sumber atau asal usul uang
kepada setiap orang tanpa membeda bedakan diperoleh dari orang tua saksi.Seharusnya
orang. Setiap orang sama kedudukan hukum saksi dapat meminta kepada Penuntut Umum
dan pemerintahan. atau kepada terdakwa atau Penasihat
Putusan hakim harus memenuhi rasa Hukumnya untuk mengajukan saksi yaitu
keadilan yakni keadilan yang dirasakan oleh orang tua dari saksi.
para pihak yang berperkara. Keadilan yang Alat bukti yang diajukan oleh saksi
dicari ialah keadilan substansial dan bukan dalam kedudukan sebagai pihak ketiga dari
hanya keadilan formal. Keadilan Substansial perspektif teori pembuktian, tidak cukup
ialan keadilan yang secara riil diterima dan bukti sehingga menurut penulis, Hakim yang
dirasakan oleh para pihak. Sedang keadilan memeriksa dan memutus perkara Terdakwa
formal ialah keadilan yang berdasarkan telah tepat mempertimbangkan bahwa
hukum semata mata yang belum tentu dapat saksi/pihak ketiga tersebut tidak mampu
diterima dan dirasakan adil oleh para pihak. membuktikan keterangannya dengan alat
2. Putusan Pengadilan Tindak Pidana bukti yang sah menurut hukum sebagaimana
Korupsi pada Pengadilan Negeri Palu ketentuan pasal 184 KUHAP.
Nomor 74/Pid.Sus-TPK/2014/PN Pal Pihak ketiga adalah pihak yang
tanggal 5 Mei 2015. mengajukan keberatan atas putusan
Hakim yang menerima pengajuan alat pengadilan, dan atas keberatan dari pihak
bukti yang diajukan oleh saksi dimuka ketiga, Hakim telah mempertimbangkan
persidangan untuk membuktikan bahwa tentang kedudukan pihak ketiga, jangka
barang bukti yang disita bukan diperoleh dari waktu pengajuan keberatan serta alat bukti
hasil kejahatan, adalah wujud nyata Hakim dan barang bukti yang diajukan oleh pihak
menegakkan asas imparsial, penegakkan ketiga dalam satu produk hukum yaitu
keadilan prosedural, meskipun saksi tersebut penetapan.
diajukan oleh penuntut umum untuk Pertimbangan hakim dalam Penetapan
membuktikan dakwaannya, bahwa Terdakwa atas keberatan dari perspektif perlindungan
adalah pelaku tindak pidana, akan tetapi pada hukum bagi pihak ketiga dalam memperoleh
saat yang bersamaan, saksi juga harus barang yang dirampas berdasarkan putusan
membuktikan bahwa barang bukti yang disita pengadilan telah memenuhi rasa keadilan dan
tersebut, bukan merupakan hasil atau perlindungan hukum kepada pihak ketiga.
diperoleh dari tindak pidana korupsi yang Hakim telah memberikan kesempatan yang
dilakukan oleh Terdakwa. Hal ini adalah sama bagi para pihak untuk membuktikan
suatu sikap yang progresif untuk menegakan setiap dalil permohonan keberatan yang
keadilan yang dinamakan keadilan diajukan oleh Pemohon dan dalil bantahan
prosedural. yang diajukan oleh Termohon. Hal ini
Hakim telah menerima saksi yang memberikan pemahaman bahwa dari
dajukan oleh Penuntut Umum untuk pendekatan keadilan prosedural, pihak ketiga
membuktikan surat dakwaan Penuntut telah diakomodir kepentingan hukumnya
Umum, pada waktu yang bersamaan, Hakim untuk mengajukan upaya hukum, sekaligus
juga memandang dan menempatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
kedudukan saksi sebagai pihak ketiga. Hal ini
224 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 217-228 ISSN: 2302-2019
hukum lainnya, harus mengacu pada Hukum (Pasal 244 KUHAP), sementara yang
Acara. termasuk dalam upaya hukum luar biasa
Hukum Acara menurut R.Soeroso adalah Kasasi demi kepentingan hukum
adalah : (Pasal 259 KUHAP) dan Peninjuaan Kembali
³.umpulan ketentuan-ketentuan dengan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai
tujuan memberikan pedoman dalam usaha kekuatan hukum tetap (Pasal 263 KUHAP).
mencari kebenaran dan keadilan bila terjadi Dalam kaitan dengan upaya hukum yang
perkosaan atas suatu ketentuan hukum dalam disebut dalam Pasal 19 ayat 2 dan Pasal 38
hukum materiil yang berarti memberikan ayat 7 UU No 31 tahun 1999 Jo UU No 20
kepada hukum acara suatu hubungan yang tahun 2001 GHQJDQ WHUPLQRORJL ³NHEHUDWDQ´
PHQJDEGL NHSDGD KXNXP PDWHULLO´. terhadap putusan dan penetapan. KUHAP
Demikian pula menurut Moeljatno PHPDQJ PHQJLQWURGXVLU LVWLODK ³NHEHUDWDQ´
memberikan batasan tentang pengertian tersebut tetapi bukan dalam konteks upaya
hukum formil (hukum acara) adalah: hukum sebagaimana dimaksud di atas.
³hukum yang mengatur tata cara Ada beberapa alternatif solusi bagi
melaksanakan hukum materiel (hukum pihak ketiga yang berkeberatan atas proses
pidana), dan hukum acara pidana (hukum penegakan hukum pidana berkaitan dengan
pidana formil) adalah hukum yang mengatur barang bukti antara lain :
tata cara melaksanakan/ mempertahankan - Praperadilan atas penyitaan barang bukti
KXNXP SLGDQD PDWHULHO´ sebagaimana ketentuan pasal 1 butir 10 Jo
Ketentuan Pasal 19 ayat 2 Undang- Pasal 77 KUHAP.
undang No 31 tahun 1999 tentang - Keberatan atas putusan pengadilan tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi perampasan barang bukti sebagaimana
sebagaimana telah diubah dan ditambah diatur dalam pasal 19 dan 38 UU No 31
dengan Undang-undang No 20 tahun 2001 tahun 1999 Jo UU No 20 tahun 2001.
tentang perubahaan atas Undang-undang No Ada dua kemungkinan alternatif solusi
31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak dari penerapan upaya hukum keberatan
pidana korupsi menyebutkan : sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan
³'DODP KDO Sutusan pengadilan sebagaimana Pasal 38 UU No 31 tahun 1999 meskipun
dimaksud dalam ayat 1 termasuk juga barang masing masing tetap membuka peluang
pihak ketiga yang mempunyai itikad baik, permasalahan baru atau tidak secara
maka pihak ketiga tersebut dapat mengajukan komprehensif dan tuntas menyelesaikan
surat keberatan kepada pengadilan yang masalah yaitu :
bersangkutan, dalam waktu paling lambat 2 a. Alternatif pertama adalah menempelkan
(dua) bulan setelah putusan pengadilan upaya hukum keberatan tersebut kedalam
GLXFDSNDQ GL VLGDQJ WHUEXND XQWXN XPXP´ upaya hukum yang sudah dikenal saat ini,
Terhadap putusan lembaga peradilan bukan dalam konteks hukum acara pidana
dalam perkara pidana, apabila para pihak tetapi dalam konstruksi hukum acara
yaitu Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa perdata yaitu dengan memilih antara
tidak puas dan hendak melawan putusan gugatan atau permohonan, karena dalam
tersebut, sistem hukum acara pidana lapangan hukum acara pidana (yang diatur
Indonesia mengakomodasikannya melalui dalam KUHAP) sebagaimana diuraikan
dua jenis upaya hukum yaitu upaya hukum sebelumnya tidak ada analognya atau,
biasa dan upaya hukum luar biasa. Uapaya b. Alternatif kedua adalah dengan
hukum biasa meliputi pengajuan banding ke melakukan terobosan hukum sebelum
Pengadilan Tinggi (Pasal 67 dan Pasal 233 adanya revisi UU No 31 tahun 1999 atau
KUHAP) dan kasasi ke Mahkamah Agung revisi KUHAP melalui penciptaan
226 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 5, Mei 2016 hlm 217-228 ISSN: 2302-2019