Tentang Kekuasaan
Tentang Kekuasaan
Olch:
SITI KOMARIYAH
Skripsi
Diajukan Kcpada Fakultas Syari"ah & Hukum
Untuk Mcmcnuhi Salah Satu Syarat ',1cncapai
Gclar Sarjana Hukum Islam
Olch:
Siti Komarivah
NIM. 103045228201
Di Bawah Bimbingan
~/ --;'.,_,___· ~
/,X:J
;;am~r1i Zada.MA
NIP. 1fil26 892
I. Ketua
2. Sekretaris
3. Pembimbing I
4. Pembimbing II
5. Penguji I
6. Penguji II
KATA PENGANTAR
~Jll~Jll~I~!
J>.
Scluruh puji hanyalah milik Allah, seluruh kebaikan menjadi sempuma
karcna limpahan nikmat-Nya semata. Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah
S WT, yang telah memberikan, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Rahmat dan keselamatan mudah-mudahan
tercurah senantiasa keharibaan Baginda Nabi Muhammad SAW. Dialah satu-
satunya Rasul yang diutus Allah sebagai cinta kasih keseluruh penjuru semesta.
Demikian, segenap keluarga dan Sahabat beliau pun semoga teraliri shalawat dan
keselamatan serupa. Juga, seluruh umat yang mengikuti jejak kebaikan sampai
Hari Pembalasan.
Kendatipun skripsi ini masih jauh dari kesempumaan, namun ini
merupakan suatu hasil usaha yang maksimal, karena dalam penyelesaiannya tidak
scdikit kesulitan dan hambatan yang penulis temui. Namun berkat pertolongan
yang Maha Kasih Allah SWT dengan memberikan dorongan, kesabaran dan
semangat bagi penulis serta bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besamya kepada yang
terhormat:
I. Bapak Prof.Dr.I-I. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. selaku Dekan
Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Asmawi, M.Ag. selaku Ketua Prodi Jinayah Siyasah dan Ibu Sri
l!idayati, M.Ag. selaku Sekretaris Prodi Jinayah Siyasah yang telah
ban yak mcluangkan waktunya dalam membimbing dan sebagai konsultan
hagi penulis sclama menempuh studi di Prodi Jinayah Siyasah.
3. Bapak Asep Saepuddin Jahar, MA selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk mengoreksi, membimbing serta
mengarahkan penulis guna mendapatkan skripsi yang lebih baik.
4. Baoak Khamami Zada. MA selaku dosen nemhimhincr TT rlitPncr~h
waktunya untuk berdiskusi dan memberikan masukan yang bermanfaat
pada penyusunan skripsi ini.
5. Para Dosen yang telah membimbing clan membcrikan ilmunya dcngan
ikhlas kepada penulis sei:;na mcnempuh pcrkuliahan di Fakultas Syari"ah
dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. ·
6. Seluruh pengurus Staff Perpustakaan Utama UIN, Pcrpustakaan Fakultas
Syari'ah dan Hukum, dan Perpustakaan Iman Jama', Pcrpustakaan Umum
Tangerang yang telah membantu penu!is untuk mendapatkan referensi
berupa kepustakaan yang mengizinkan untuk memakai fasilitasnya.
7. Ayahancla Trijaya dan ibunda Rubiyah, selaku orang tua yang paling
penulis sayangi, yang senantiasa mengalirkan kasih sayang tiada henti.
Spesialnya untuk suamiku yang tercinta yang selalu memberikan motivasi
dan dorongan kepada penulis selaku istri
8. Kakak-kakak dan adik-adikku tercinta dengan hormat yang penulis tidak
sebutkan namanya masing-masing, yang senantiasa :memberiku semangat
baru sehingga muncul motivasi clan kesejukan bagi penulis.
9. Teman-teman seperjuangan Siyasah Syar'iyyah ar1gkatan 2003 (Atun,
Juju, Ana. P, Mae, !is, Owi, Nurma, Dinla, !mas, Bedur. Nawi. Babeh,
Iwa, Nazir, Syaipudclin, Ogi, Q-Roy, Jhoni, Fauzi, Husein, Ivan, Rois,
Kosim, Ana M (Keep our Friendship Forever).
Semoga atas segala bantuan clan amal baik yang telah diberikan kepacla
penulis akan dibalas oleh Allah SWT dengan pahala dan rizki yang
berlipat ganda. Akhimya penulis berharap semoga skripsi ini clapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya, scrta
semoga Allah senantiasa selalu membcrikan kemudahan bagi kita ;;cmua
dalam meniti hari esok yang lebih baik. Amiiien.
Pcnulis
DAFTAR ISi
BAB I PENDAHULUAN
5. Etika Berkuasa................................................................... 63
Al-Ghazali ................................................................................ 74
BABV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 79
B. Saran ......................................................................................... 80
ilmu politik. Kekuasaan dibe1i aiti sebagai suatu kapasitas, kapabilitas atau
dinamika umum dalam "drama" penciptaan dunia ini. Yang terekam sejarah
seolah-olah hanya satu hal, yaitu siapa yang berkuasa di suatu tempat dan waktu
bahkan menjadi salah satu tabiat manusia yang secara otomatis berimplikasi
generasi pertama umat Islam sesudah Nabi Muhammad SAW wafat adalah
masalah kekuasaan politik atau pengganti beliau yang akan memimpin mnat, atau
juga lazim disebut persoalan imamah. Al-Qur' an sebagai acuan utama di samping
Sunnah Nabi tidak sedikit pun menyirat petunjuk tentang penggantian Nabi atau
1
Rusadi l(antapranrira, /)'/s/etn l'o/itik Indonesia : Sua/u Model }Jen};a111ar. (Bandung;
Smar Baru, 1983). h. 45.
2
i\llirian1 Budiarjo. f)asar-/Jasar llrnu J>o/itik, (Jakarta~ Gran1edia Pus{aka U{ru.n-:::, ! 977},
h. 35.
2
yang diintrodusir oleh para pemikir tentru1g politik Islam_ Perbedaan konsep dan
pemikiran ini bertolak dari penafsiran dan pemahaman yrn1g lidak sama dalam
lrnbungan agama dan negara yang dikaitkan dengan kedudukan Nabi, dan
penafsiran terhadap ajaran !slam dan kaitannya dengan politik dan pemerintahan.'
bernegara. Penganut pola ini merasa tidak perlu menirn sistem politik dmi luar,
tetapi praktek Nabi SAW dan para sahabatnya sudah cukup untuk menjadi
pedoman bagi umat Islam. Kedua, yaitu golongan yang berpendapat sebaliknya
bahwa Islam sama sekali tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan, Nabi
Muhammad SAW hanya Rasul biasa seperti halnya Rasul-rasul sebelumnya yang
tidak mempunyai misi politik, dan golongan ketiga yaitu golongan yang menolak
pe1tama dan kedua dan berpendapat bahwa Islam tidak terdapat sistem
kehidupan bemegara_-J
Dalam pemikiran al-Ghazali bahwa agama dan politik, dunia dan akhirat
mempunyai kaitan erat yang tak dapat dipisahkan. Ia juga menyatakan bahwa
agama adalah dasar dan kekuasaan politik adalah penjaga.nya_ Oleh karena itu
tidak sempuma kecuali dengan dunia". Kekuasaan dan agama adalah saudara
kembar seperti dua orang bersaudara yang dilahirkan dari ;:atu perut yang sama.
Oleh karena itu wajib bagi para penguasa untuk menyempumakan agamanya dan
menjauhkan hawa nafsu, bid'ah, kemunkaran, keragu-raguan, dan setiap ha! yang
Yang tidak berasal atau beragama akan hancur, dan yang tidak berpenjaga atau
Allah SWT. 7
kejeniusan dan banyak kmya. la adalah pakar ilmu syar'iyyah pada dekadenya. 8
Al-Ghazali mernpakan salah satu cendekiawan utama yang muncul pada fase
kedua, di mana kondisi sosial politik mengalami degredasi yang cukup berarti.
Hal ini ditandai dengan te1jadinya disintegrasi bangsa, tingginya tingkat korupsi
Ghaza!i yang sejak kecil dididik dalarn lingkungan sufi, ~;angat mempengaruhi
corak pemikiran tokoh ini. Oleh karena itu al-Ghazali yang hidup pada masa
Dau!ah Abbasiyah, mulai dari khalifah al-Qa 'im (422 H/1031 M) sampai khalifah
5
Suyuthi Pulungan, F'iqh ,\'iyasah Ajaran, Sejarah don Pemikiran, {Jakarta:
Ra.iaGrafindo Persada, 2002), h. 237.
6
lmrun Abu Hamid fvluhaminad Al-Ghaza!i, l•,'tika Berkuasa: /'1asiha1-Nasihat Jn-uan Al-
(lhazali. fenerje111ah. Arief B. Iskandar, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1988)_ h. 90.
Ibid, h. 23.
8
Yusuf Qardha\vi. Al-CJhazali anlara J>ro dan Kontra, Penerjemah. Hasan Abrori,
(Surabaya; Pustaka Progressif, 1996), Cet. 3, h. 39.
4
juga dipengaruhi oleh Harits bin Asad al-Muhasibi (w. 243 H/859 M) dan Junaid
yang 01iginal, ahli tasawuf terkenal dan yang mendapat julukan Hz!f./ah al-Islam,
karena al-Ghazali juga seorang klitikus yang mempunyai otoritas dan berwibawa,
dengan hasil bahwa solusi yang ditawarkannya pun memiliki kewenangan atau
ot01itas dan wibawa yang sangat besar. Atas dasar inilah ia mendapatkan gelar
yang terbesar Ihya Ulum al-Din (Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama) yang
terdi1i daii enam jilid, yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai buku
baik yang menyangkut ibadah murni maupun yang berkaitan dengan aspek-aspek
dan diakui sebagai kilab klasik, dan mernpakan pendekatan terpendek memliu al-
mereka yang disebut dennawan dan peke1ja sosial, yang pada umumnya
9
Nur Chol is Madjid, Kaki Langil Peradaban Jslau1, (Jakarta; Parainadina, 1997), cet. L
h. 80.
5
'
l'epentmgan d''
m send'm.'10
Islam mernpakan agama yang mengatur cam hidup secara total, baik itu
kehidupan manusia, Islam memiliki nonna-norma yang khusus dan jelas tentang
satunya mengatur kehidupan bernegara (politik), atau yang dikenal kajian politik
Islam. 12
dunia, dan dalam lmbungannya dengan perubahan sosial di dunia Islam-" Dasar-
dasar politik Islam tergambar dalam finnan Allah SWT yang artinya sebagai
berikut:
orang yang beriman taatilah Allah dan taati/ah Ra.wt! (Nya), dan ulil amri
io Muna\vir Sjadzali, lslan1 dan Ta1a Negara : Ajaran. Sejarah, dan Pen1ikiran, (Jakarta:
Ul Press, 1993), It 70.
11
Muhammad Abdul Qadir. Sistem Polilik Islam, (Jakarta: Rabbani Press, 2000), h. 3.
12
l'vluna\vir Sjadza1i, f\·fan1 dan Tata Negara : Ajaran. S'ejarah. dan Penzikiran, (Jakrui~
UJ Press, 1993), h. Viii.
13
M. Din. Syan1suddin, ls/can dan J>oJitik :f<;ra ()rde Baru, (Jakarta: Logos, 2001). cet. l,
h. 9.
6
jika k{1n1u benar-benl1r beri111an lu!JJLuiL1 i.J.l!cth r.ian hari ke111udian. }?lutg
den:ikian flu lebih utatua (bugin1u) clllfl lebih baik (Ikibatn.va ". (Q5:..4.n-
Nisa': 58-59).
politik Islam yang mempunyai makna bentuk dan sistem pemeiintahan !slam
(Islamic Po/ii_}~, dan pengertian kedua politik Islam yang bennakna kegiatan
menyangkut isu-isu seputar soal kepala negara dan tats. earn pemilihannya,
bahwa politik Islam adalah kehidupan sosial bernegara yang diwarnai oleh ajaran
Islam yang berlaku untuk selurnh warga masyarakat dalam suatu negara, se1ta
fslam yang telah ditetapkan dalam nash yaitu al-Qm"an clan Sunnah Nabi.
pemikiran politik Imam al-Ghazali, karena ia adalah seorang tokoh yang diberi
gelar dengan Hu;jah al-Islam yang memiliki pandangan luas terhadap ajarm1
14
Zainal Abidin Ahn\ad, Jlmu l~olilik lslanz II : l{onsepsi Polilik dan Jdeologi Js!an1,
(Jakarta; Bulan Bintang,). h. 84.
15
Nanang1'ahqiq, Po/itik lsit11n, (Jakarta; Kencana, 2004), Cet l. h. xi.
7
corak pemikiran al-Ghazali. Akan tetapi karena luasnya spektrum pemikiran dan
banyaknya bidang keilmuan yang bisa dipelajmi dari al-Ghazali, maka pemikiran
kritis dan tuntas terhadap semua pemikirannya me11ia<li sangat sulit untuk dibahas
pada skripsi ini. Untuk itu penulis hanya membahas atau mengkaji persoalan-
sebagai be1ikut :
D. TIN.JAUAN PUSTAKA
mengkaji secara spesifik maupun yang menyinggung secara umum daiam tema
pokok kekuasaan dalam Islam. Berikut ini paparan tinjauan umum atas sebagian
Menurul Imam al-Ghazaff. Da!am karya ini membahas mengenai asal mula
timbulnya negara yang disebabkan karena rnanusia saling b•ergantungan dan tidak
agama dan akhlak dan juga membahas mengenai moral dan politik yang
bersendikan agama !slam. Dalam kaiya ini tidak menjelaskan dengan gamblang
sekitar etika politik atau etika penguasa yang disyari'atkan oleh Allah SWT dan
kepala negara yang berakhlak. Di mana dalam kmya ini al-Ghazali mengatakan
terhadap faham-faham agama, sifat amanah, dan sifat JUJUr dalam segala
kehidupan.
Kaiya iviunawir Sjadzall dengan JUdul ls/am dan JG/a Negara. rokus
kajian ka1ya ini adalah hubnngiui antata I:sla111 dau iaia nct;a1.·a ata·u pvhlli-.. dengai1
::,asara11 utatna iHCuc111uh.a1.1 jawatan icutang ada atau tidak .adanya slsie1n politik
dalat11 lsla1n. Daiam kaiya ini iiltiutUv1~ fr~.::nt;Citiau 1itcng0i1a; ~isle1i1 µoliiii-.., ::i1~te1n
tentang siapa sumber kekuct::iitdu negata, ~iapa pela~.-i(uia k0kt1asactti l~r.sebtu., apil
1nelaksanakan kekuasacui ittl dibt1 ~i<.aH, kcpada s:iaµa pelak.:1a11a ~0ku.a~ua11 ~ill
Vea tanggung jawab dau Uagi1i1nana Uentuk Langgung ja\vab itu. Dan di dalam
karya inijuga terdapat biogi"ati ai-UitaL.<iii Uau µetnlk.iit:ut poiitik ai-GhaL.dii ~i.;µ~rli
seperti asal 1nula timbulnya negatct, stunLc1 1".ckuasrta.11, unsur-11nsuf .negara, tuga~
da11 tujuan pcrne1 iutahan, dan iemi lcutang pimpinan negara. Di dalam kmya ini
tidak hanya memuat pemikirau dl-Gh1u.aii saja iernpi juga. banyak lokoh-tokoh
lainnya seperti Ibn Abi Rabi, al-ivlawardi, al-Farabi, lbn Khaidun, dan iain-
lamnya.
Kaiya M. Din Syamsuddin yang bettajuk Jsiam dan Politik . Era Orde
Ban1. Fokus kajiau dalam karya ini aualah mengenai politik Islam yang
berkembang menjadi dua lcma, yailu : (a) hubunga11 anlal" wahyu dau akaL (b)
lu1bungal! antara agama dan poliiik. Gi Jalam kaiya ini terdapat pemikiran al-
Ghazaii yang berkisar 1nengenu; :1ubuHe,an sirnbiotii... anHua aga1na dah µuiiti1..,
cahaya lllahi yang dibeti kekuatan dan kewenangan untuk dipalubi <lm1 ditaaii
oit:h rakyai11ya.
E. METODE PEI-...,,LiflA!'<i
2. Sumber l)afa
kekuasaan daiarn !slam kajian atas p<::mikirau politik al-Ghazali yang bersumber
A. Sumber pruner yaitu yang terdi1i dmi sumbe1 lerl:ulis lt;mtang konsep
kdniasaan daiam Islam <li antaranya buku At 'llhr al-Jvlashuk Fi Nasha 'ih al-
L_ Bahan hukum tersier yaitu yang mencakup kamus dan ensiklopedia yang
data menentukan kualitas penelitiaiL Adapun alat pengumµLLl data yang akan
peneliti gunakan adalah sluui <lokumentasi atau hahan pus1aka yang merupakan
awal dari setiap penelitian. Studi dokurnen bagi peneiiLi, mdipul[ sumber primer,
smnber sekunder dan sumber tersier yang berkaitan dengan konsep kekuasaan
dalam Islam. Setiap sumher ini hams diperiksa ulang valid1las <lan reabiiims11ya,
4. Analisis Data
datanya. Adapun µengolahan dan analisis data yang dilakukan penulis adalah
danjeias.
12
i'enulisan skripsi ini akan diban!,•un secara sistematis, yang terdiri dari
sistematika penulisan.
DALAM fSLAM
dan akhiran an. Dalam kamus, kata kekuasaan cliberi arti clengau kuasa (untuk
Seclangkan kata kuasa sencli1i dibe1i arti clengan : Kemarnpuan atau kesanggupan
(untuk berbuat sesuatu); kekuatan (selain baclan atau benda); Kewenangan atas
sebagai manusia politik (won politicon), jadi setiap manusia secara rnendasar
umum clapat cliartikan sebagai suatu kemampuan yang terdapat dalam diri
manusia atau sekelompok manusia yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang
atau sekelompok orang lain dalam interaksinya sehingga hasil dari interaksi yang
dilakukan secara aktif ini dapat menimbulkan hasil yang sesuai dengan tujuan clan
keinginan yang terclapat pacla orang atau sekelompok orang yang berkuasa itu. 2
1
Abdul !Vlu'in Salin1, J<iqh S'i.l'asah : Konse;;si Kekuasaan Politik da!atn Al-Qur·an,
Jaka11a: RajaGrafindo Persada.. 2002). Cet 3. h. 52.
2 Deden Faluroh111an dan \Va\van Sobari, J>enganlar Ilrnu l)olitik, (Malang; Universitas
M uha1111nadiyyah malang, 2002), h. 2 l.
14
laku orang lain baik secara langsung rnemberi perintah, maupuu secara tidak
masyarakat baik yang masih bersahaja rnaupun yang sudah besar atau rurnit
susunannya. Tetapi walaupun selalu ada kekuasaan tidak dapat dibagi rata kepada
semua anggota masyarakat. Justrn karena pernbagian yang tidak merata, timbul
makna yang pokok dari kekuasaan, yaitu kernarnpuan untuk rnempengaruhi pihak
suatu konsep kuantitatif, karena dapat dihitung hasilnya. Misalnya, berapa [uas
berapa lama yang bersangkutan berkuasa, berapa banyak uang dan barang yang
" Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ihnu Negara, (Jakarta; Gaya iVJedia Pra1a1na,
2000), cet. 4, h. 115.
15
Dari uraian di atas, berarti secara filsafati kekuasaan dapat meliputi ruang,
waktu, barang, dan rnanusia. Tetapi pada akhimya kekuasaan itu ditujukan pada
fenomena, yaitu :
kepadanya para individu sebagai rakyat atau bangsa. Kekuasaan ini merupakan
Karena eksistensi kekuasaau politik tertinggi iui berdasarkan pada rakyat, rnaka
sedangkan peme1intah tidak lain hanya sebatas alat pelaksana kekuasaan. Negara
'1 lnu Kencana Syafiie, Al-Qur 'an dan litnu l)oiitik, (Jakarra~ .Rlneka CipHl, 1996), Cet. j~
h. 90.
5
Samir Aliyah. ,)'istem J>en1erintahan, JJeradi/an C\':- Adat da/a1n Jslanz, Pene1jen1ah.
Asmuni Solihan Zamakhsyari, (Jakarta; KHALIF A, 2004), cet. !, h. 88.
16
rakyat.
- JOJO., n. 45.
17
negara dalam sistem non muslim. Dengan demikian, kekuasaan umum yang
dari itu badan ini sering dinamakan Dewan Perwakilan Rakyat; nama
lain yang sering dipakai adalah parlemen. Menurut teori yang berlaku,
perne1intah, dan hak budget. (2) Mengontrol badan eksekutif dalarn aiti
(4) Hak mosi yaitu yang pada umumnya dianggap hak kontrol yang
menjadi undang-undang. 8
adalah bahwa tiap negara hukum badan yudikatif hamslah bebas dari
terancarn. 9
sebagai berikut :
fiqih disebut sebagai "lembaga penengah dan pernberi fatwa" (Ahl al-Hall wa al-
kekuasaan legislatif dalam Islam maka pendapat yang kuat dalam fiqih Islam
9
Ibid., h. 227.
10
Abul A'la Al-Maududi, Hukian dan Konstilusi : Sisten1 f>o/itik Islam, pene~jemah.
Asep Hikmat, (Bandung; Mizan, 1993), h. 245.
20
kekuasaan ini dengan makna yang dimaksudkan oleh syari 'at. Kedua,
satu dari dua makna. Pertama, mewujudkan hukum barn. Kedua, menjelaskan
hukum yang dituntut oleh hukum yang telah ada. Adapun penetapm1 hukum sesuai
dengan makna pertama dalam persepktif Islam adalah hanya hak Allah SWT,
sebab Allahlah yang menentukan hukum barn dengan apa yang ditunmkan-Nya
dalam al-Qur'an, apa yang ditetapkan Rasul-Nya, dan apa yang dibangun
berdasarkan dalil. Dengan makna ini, maka tiada yang berhak menentukan hukum
melainkan Allah SWT. Sedm1gkan dalam malma yang kedua, yaitu menjelaskan
hukum yang menjadi tuntutan syaii'at yang telah ada, maka ha! ini adalah yang
ditangani setelah Rasulullah SAW oleh para khalifah dari ulama sahabat
kemudian para pengganti mereka dari fuqaha tabi'in dan tabi'it-tabi'in dari para
imam mujtahid. Mereka itu pada dasarnya tidak menentukan hukum barn, namun
menyimpulkan hukum dari nash-nash dan dari apa yang telah ditetapkan oleh
penentu syari'at (Allah dan Rasul-Nya) tentang dalil, serta apa yang ditentukan
Sebab Allah adalah penentu hnkum te1tinggi di negara Islam. Dan bahwa apa
yang disampaikan Allah dalain al-Qur'mi dan apa yang dijelaskan oleh Sunnah
syari'at Islam yang hams dihonnati dan diterapkan di negara Islam. Tidak
21
seorang pun yang memiliki kekuasaan untuk mernbah atau mengganti sesuatu pun
. 11
dannya.
Jadi prinsip badan legislatif dalam negara Islam sama sekali tidak berhak
Allah dan Rasul-Nya. Lembaga legislatif dalam negara Islam memiliki sejumlah
fimgsi yang barns dilakttlrnn, yaitu : (I) Jika terdapat pedoman-pedoman yang
jelas dari Allah dan Rasul-Nya, meskipun badan legislatif tidak dapat mengubah
satu, maka legislatiflah yang berhak memutuskan penafsiran mana yang hams
ditempatkan dalam Kitab Undang-Undang Dasar.(3) Jika tidak ada isyarat yang
dijelaskan dalam nash, fimgsi lembaga legislatif ini adalah untuk menegakkan
hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah yang sama, tentunya dengan selalu
menjagajiwa hukum Islam. Danjika sudah ada lmkum-hukmn dalam bidang yang
sama yang telah tercantum dalam kitab-kitab fiqih, maka dia bertugas untuk
menganut salah satu di antaranya. (4) Jika dalau1 masalah apapun nash tidak
memberikan pedoman yang sifatnya dasar sekalipun, atau masalah ini juga tidak
ada dalam konvensi Al-Khulafa Al-Rasyidun, maka dalam kasus seperti ini
Samir Aliyah, Sisle1n Penierintahcrn, Peradilan &: Adat dafcun Js/atn, Pene~jemah.
11
pemerintahan dan kemaslahatan umum. Lembaga ini terdiri daii semua yang
bertanggung jawab di pemerintahan, seperti kepala negara, para menteri, dan para
sistem kontemporer. Sebab lembaga ini terdiri dari para pejabat dai1 pegawai
umum di dalamnya dan alat tertinggi negara untuk mengungkapkan keinginan dan
Imam Akbar. Sebab ketiga istilah tersebut dalam satu makna, di mana ulama
Bentuk kepala negara ini klmsus dalam !slain dan tidak pada selainnya
sebeltun itu. Sebab bentuk ini merupakan kekuasaan yang komprehensif dan
12
Abul A'la A1-Maududi, Hukurn dan Konstitusi : Sisteni Pohtik Islam, Penerjemah.
Asep Hikmat. (Bandung; Mizan, J 993). h. 246.
23
negara mempakan keharusan atau kewajiban agama (Syar'i) yang tidak mungkin
Pemimpin dalam Islam bukan hanya sebatas pernimpin negara, tapi juga
kepala negara sebanyak tujuh syarat, yaitu adil; berilmu; kesehatan indera
Quraisy. Sedangkan menumt al-Ghazali ada sepuluh syarat yang hams dipenuhi
oleh kepala negara, yaitu hams laki-laki dewasa; berakal sehat; sehat pendengarnn
13
lbid .. h. 52.
i.iMuna\vir Sjadzali, Jsla1n Dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, lJan Pe1nikiran, (Jakarta:
UI Press, 1993), h. 76.
15
Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan JJen1ikiran, (Jakarta;
R~iaGrafindo Persada, 2002), h. 236.
16
Samir Aliyah, Siste1n J>e111erin1ahan, J)eradilan tV: Ada! da.!ani Jsla111, Penerjen1ah.
Asmuni Solihan Zamakhsyari, (Jakm1a; KHALIFA, 2004), eel. I, h. 56.
24
dan penglihatan; merdeka dan dari suku Quraisy; punya kekuasaan nyata (al-
Ketlua, Menteri
Kata wazir (menteri) secara etimologi adalah dari akar kata wizr, artinya :
sebutan yang tinggi dan kemampuan yang hebat deugau adanya wazir (mente1i)
yang salih, adil dan mampu. Tidak mungkin seorang penguasa mengatur
kebutuhannya itu.
Dan peuguasa juga tidak boleh menghalangi wazir dari tiga ha!, yaitu :
rakyatnya.
17
Suyuthi Pulungan, f'iqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pe1r1ikiran, (Jakarla;
RajaGrallndo Persada, 2002). h. 256.
111
Sainir Aliyah, Siste1n JJe1nerintahan, Peradi/an & Adat dalarn Isla1n, Penerjernah.
Asmuni Solihan Zamakhsyari, (Jakarta; KHALIF A, 2004), cet. I, h. 61.
25
kehebatan penguasa. 19
diangkatnya.
Terdapat beberapa makna untuk kata amir. Pada hari ini, ia dimutlakkan
kepada para putra raja, tokoh suatu kabilah, dan kepala-kepala daerah kecil yang
19
l1na111 Al-Ghazali, E"tika BerA·uasa ; Nasihat-Nasihal J111am .Al-Ghazali, Penerjen1ah.
ArieCB. Jskandar, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1988). h. 141.
20
Sainir Aliyah, Sistetn J>en1erintahan, J>cradilan & Adat dalan1 lslatn, Penerjemah_
Asmuni Solihan Zamakhsyari, (Jakarta: KHALIF A, 2004), cet I. h. 63.
26
cukup dengan gelar amir. Sebagaimana kata amir juga dimutlakkan kepada orang-
orang yang sukses dalam segala hal, seperti amir asy-.syu 'ara (para penyair) dan
amr a/-bulagha' (para sastrawan). Sedangkan pada masa lalu, ulama politik Islam
menggunakan kata amir dalam dua tempat. Pertama, amir a/jaisy, yaitu
komandan pasukan. Kedua, amir al-bi/ad (kepala daerah) yang dalam istilah
mencegah mereka dari kecurangan dalam pekerjaan dan produksi mereka dengan
kepada mereka tentang harga barang mereka. Dalam menjelaskan etika pengawas
ini al-Ghazali mengatakan "semua etika pengawas bersumber pada tiga sifat
dalam diri pengawas, yaitr1: ilmu, wara ', dan akhlak yang bagus". 22
Kelima, Kepolisian
Adapun tugas kepolisian seyogyanya orang yang arif, berwibawa, selalu diam,
banyak berpikir, dan janh dari agresifitas. Hams keras terhadap ahli keraguan
21
Ibid .. 67.
22
ln1an1 Al-Ghazali, E'ttka Berkuasa : Nasiha1-Nasihat bnatn Al-Ghazali, Pene~jemah.
AriefB. !skandar, (Bandung; Pustaka Hidayah, 1988), h. 153.
2
:- Samir Aliyal1, Sistetn l'e1nerintahan, JJeradilan & Adat da/a1n Js/a1n, Penerje1naJ1
Asmuni Solihan Zamakhsyari, (Jakarta; KHALIFA, 2004), eel. I, h. 73.
27
dan Sunnah serta untuk menyiapkan masyarakat agar mengakui dan menganut
membedakannya dari lembaga eksekutif negara non muslim. Kata ulu/-amri dan
dan pennusuhan, pidana dan penganiayaan, mengambil hak dari orang durjana
pengadilan. 25
Dalam nomokrasi Islam kekuasaan adalah suatu karunia atau nikmat Allah
SWT. Artinya, ia merupakan rahmat dan kebahagiaan baik bagi yang menerima
kekuasaan itu maupun bagi rakyatnya. Ini dapat terjadi apabila kekuasaan itu
SAW. Sebaliknya, jika kekuasaan itu diterapkan dengan cara yang menyimpang
atau bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar al-Qur'an dan tradisi Nabi, maka
akan hilanglah hakiki makna kekuasaan yaitu merupakan kanmia atau nikmat
24
Abu! A 'la Al-Maududi, flu/nun Jan Konstitusi : Sisten-1 Politik Islam, pene~ie1nah.
Asep Hikmat, (Bandung; Mizan. 1993), h. 247.
25
A. Hasjmy, Di Mana Letaknya Negara Islam, (Banda Aceh; Bina Ilmu, 1984), h. 249.
28
Allah. Dalam keadaan seperti ini, kekuasaan bukan lagi merupakan kamnia,
melainkan kekuasaan yang semacam ini akan menjadi bencana dan laknat Allah
SWT.26
seseorang atau kelompok lain sedemikian rnpa sehingga tingkah laku itu manjadi
sesuai dengan keinginan dan tujuan dmi orang yang mempunyai kekuasaan itu.
pihak lain untuk kehendak yang ada pada pemegang kekum:aan yang merupakan
kanmia atau nikmat Allah yang dilirnpahkan kepada pemegang keknasaan untuk
menjalankan kehidupan sosial bernegara yang diwarnai oleh ajaran Islam yang
berlaku untuk seluruh warga masyarakat dalam suatu negara, serta memiliki
26
Muhammad Tahir Azhari, Negara Jfu/...1Jm : Suatu Studi Tentang I>rfnsip-I>rinsipnya
/)ilihat dart 5'egi Hula1m Islam, In1p!e1nentasin;1a pada Periode Negara A!fadinah dan A!fasa Kini,
(Jakarta; Bulan Bintang, 2003), Cet. I, h. !06.
29
yang lainnya.
pasukan militer yang lrnat dan senjata yang eanggih untuk melawan
mus uh.
tabuk.
pasar-pasar. Para ahli ilmu dan para tukang hams dihimpun yang
27
tvl. l-lusain Abdullah, Studi fJasar-IJasar Pen1ikiran lslan1, Penerjemah. Zamroni,
(Bogor; Pustaka Thariqul lzzah, 2002), h. 121.
30
rakyatnya daii tindakan aniaya yang timbul dari mereka sendiri dan
dmi luar. 28
Suatu bangsa, umat dan negm·a tidak akan berdiri tegak tanpa adanya
2. Prinsip Pe1:mmaan
Priusip persamaan dalam Islam dapat dipahami antara lain dari al-
28
Suyuthi Pulungan, P'iqh SfJ;asah Ajaran, Sejarah dan Pe1nikiran, (Jakarta;
RaiaGrafindo Persada. 2002). h. 223.
31
. L..:il U:l'W
I-'9.) w ,. _<;\.. ,.. I .<:, .
. .J . .J"-'-" ~ .J ~ .J J-' c.I"
.<;~k wl
r-- <.>"
Uli '. ·w
"<r.< ••
Al-Hujurat: 13).
Tuhan.
29
Suyuthi Pulungan, f-i'iqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan J>ernikiran, (Jakarta:,
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 270.
32
4. Prinsip Perdamaian
suatu keluarga yang universal, yang berasal satu moyang yaitu Adam
dan Hawa. 30
30
Muha1nn1ad Tahir 1\zhari, Negara Hula11n : ,_)J1atu Sllllli Tcntang J)rinsip-l'rinsipnJYt
J)t/ihat dari Segi HuA.-iun Isla111, ltnple1nentasinya pada J1eriode Negara Madinah dan Masa Kini,
(Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. I, h. 149.
33
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan ". (QS. An-
Nisa' : 135).
karena Allah sekalipun terhadap diri sendiri, ibu bapak dan kaum
Dari ayat di atas sekuran1,YJ1ya dapat ditmik tiga garis hukum, yaitu :
yang be1iman.
6. Prinsip Musyawarah
sebagai salah satu prinsip dasar dalam nomokrnsi Islam. Ayat yang
pe11ama dalam surah Ali Imran I 3 : 159, yang artinya sebagai berikut :
1
' lbid .. h. 118.
34
Allah menyukai orang yang bertawaka/ kepada-Nya ". (QS. Ali hman :
l59).
Ayat ini apabila dijadikan sebagai suatu garis hukum maka ia dapat
sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka". (QS. Asy-
Syura: 38).
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu ".
32
Ibid" I 11.
36
10. Prinsip dalam Menetapkan Para Pejabat atau Pe/aksana suatu urusan
orang yang kuat /agi dapal dipercaya (dapat diserahi amanah) ". (QS.
Al-Qashash : 26).
kepada yang ma 'ruf; dan mencegah dari yang mun/car dan beriman
karena prinsip keadilan dalam Islam menempati posisi yang sangat berdekatan
33
Suyuthi Pu\ungan, F'iqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pen1ikiran, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada. 2002), h. 6.
37
mendorong kamu untuk ber/aku !idak adil. Ber/aku adi/lah karena adi/ itu
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ". (QS. Al-Maidah: 8). 34
34
Muham111ad Tahir Azhari, Negara Huicurn : Suatu Studi Tenlang l)rtnsip-J1rinsipnya
/)i/ihat dari Segi H1ilaun Jslan1, bnplenienlasinya pada I1 eriode Negara lvfadinah dan Masa Kini,
(Jakarta; Bulan Bintang, 2003), Cet. I, h. 107.
BAB 111
BIOGRAFI AL-GHAZAL!
lbn Ahmad, ia lahir pada talmn 450 H (I 058 M) di Thus salah satu kota di
dititipkan kepada salah seorang teman ayalmya, seorang sufi yang hidup sangat
Siapa di antara umat Islam yang tidak kenal nama Abu Hamid al-Ghazali
atau Imam al-Ghazali, seorang teolog terkemuka, ahli hukum, pemikir yang
yang terbesar lhya Ulum al-Din (Menghidupkan Kembali Ihnu-·llmu Agama) yang
terdiri dati enam jilid, yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai buku
1
Iman1 al-Ghazali, Kegelisahan Af-(Jhazali Sebuah (Jtobiografi lnteleklual,
Penerjemah. Aclunad Khudori Soleh. (Bandung; Pustaka Hidayah, 1998).
2
"'!.
l, h. 7.
Jamil Ahmad, Sera/us Muslim Terkemuka, (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1984), Cet. 3, h.
97.
3
lbid., h. 148.
39
baik yang menyangkut ibadah mumi maupun yang berkaitan dengan aspek-aspek
dan diakui sebagai kitab klasik, dan merupakan pendekatan t•erpendek menuju al-
mereka yang disebut dermawan dan peke1ja sosial, yang pada umumnya
pemikir ulung lslam 5. Al-Ghazali mempakan salah satu pemikir Islam yang
metafisika Islam 6 . Al-Ghazali meninggal pada hari Senin, 14 Jumadil Akhir pada
7
tahun 505 Ha tau 1111 M di Thus.
B. Pendidikan AI-Ghazali
kelahirannya, di bawah asuhan seorang pendidik dan ahli tasawuf, sahabat kaiib
4
Muna\vir Sjadzali, !slain dan Tata Negara: ,,.Jjaran, Sejarah, dan Pemikiran, {Jakarl~
UI Press. 1993), h. 70.
5
Jan1il Ahmad, Seratus Muslitn Terken-1uka, (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1984), Cet. Ke 3,
h. 97.
6
Ibid., h. l 01.
7
Achmad Ghalabi, Rekonstrukri Pemikiran Islam, (Jakai1a; l'IN Jakai1a Press, 2005),
Cet. l. h. \49.
8
Muna\vi Sjadzali, Isla1n dan Tata Negara. Ajaran, 5'ejarah, dan I'etnikiran, (Jakarta; UI
Press, 1993), h. 70.
40
faqih di kota kelahirannya, Thus, yaitu Ahmad al-Radzhami, lalu pergi ke Jurjan
9
dan belajar kepada Imam Abu Nashs al-Ismaili.
kelahirannya ke Nishabur dan Baghdad, yang pada masa itu kedua kota ini
Nishabur, dan Abu Ishaq Shirazi yang cemerlang di cakrawala sastra Baghdad.
Di Nishabur ia belajar tentang ilmu kalam atau teologi pada Abu al-Ma'ali
madzhab, teologi, ushul fiqh, logika dan membaca filsafat serta menguasm
cepat menimba ilmu, sehingga ia sambil menuntut ilmu, dapat menjadi pembantu
gurunyau Dan pada waktu itu ia sudah mulai menulis dan mengajar. Tetapi
9
Ach1nad Ghalabi. J?.ekonstruks·i J)e1nikiran ]J'/rnn, (Jakarla; UJN Jakarta Press, 2005),
Cel. I, h. 148.
10
Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1984), Cet. Ke 3,
h. 98.
11
Muna\vir Sjadzali, Jslan1 dan Tata Negara : Ajaran, Sejarah, dan J)enlikiran, (Jakarta~
UI Press, 1993), h. 70.
12
Achmad Ghalabi, Relo:mstruksi l'emikiran Islam, (Jakarta; UIN Jakarta Press, 2005),
Cet. l, h. 149.
13
Jamil Ahmad. Seratus Muslim Terkemuka, (Jakar1a: Pustaka Firdaus. 1984). Cet. Ke 3,
h. 98.
41
kiranya pada waktu itu pula sudah mulai timbul kebimbangan pada pikirannya
tentang kebenaran apa yang didapatkan dari gurunya. Selain bergmu pada Imam
Haramain Juwaini, al-Ghazali juga belajar kepada sejumlah ulama lain, tetapi
14
umumnya kurang begih1 terkenal.
Setelah gunmya, l-laramain Juwaini meninggal dunia pada tahun 478 l-1
(1085 M), al-Ghazali meninggalkan Nishabur menuju Al-Askar, dan pada waktu
itu umurnya belum 28 !alum, tetapi ia tidak tertandingi di seluruh dunia Islam dan
menggabungkan diri sebagai teman dan ilmuwan dengan k•elompok Nizham al-
Mulk yaih1 suatu kelompok yang waktu itu sangat menarik bagi para cendekiawan
muda Islam dan mernpakan sebuah pertemuan para ilmuwan. Dalam majelis ini
di Baghdad, empat tahun Iamanya ia mengajar pada lembaga yang kenamaan itu,
dan melalui jabatannya sebagai maha guru namanya melejit, sehingga ia terhitung
salah seorang ilmuwan yang disegani, dan ahli hukum yang dikagumi, tidak saja
Universitas Baghdad Nizhamiyah, perguruan tinggi utama pada waktu ih1, pada
umur 34 tahun. 16
14
l\!1una,vir Sjadzali, ls·!a1n dan Ta/a Negara: Ajaran, Sejarah, dan Petnikiran, (Jakarta:
UI Press. 1993). h. 70.
15
Ibid., h. 71
16
Ja1nil Ah1nad, Seratus A1us/irn Terke1nuka, (Jakarta~ Pustaka Firdaus, 1984), Cet. 3, h.
97.
42
Di samping kegiatannya sebagai maha guru dia terns mendalami ilmu filasafat dan
banyak menulis tentang cabang ilmu itu. Dan ia muak dengan segala kepalsuan
kemegahan dan pesta porn yang meliputi kehidupan sosial kerajaan di Baghdad, ia
mendambakan sesuatu yang lain, yang tidak terdapat dalam tumpukan buku
dengan kalangan sosial dan kerajaan, mogok makan secara tcrbatas, memaksakan
jatuh sakit dan menderita gangguan saraf, karenanya ia tidak dapat lagi mengajar
Baghdad dengan membe1i kesan akan pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah
haji, tetapi ternyata kepergiannya dari Baghdad itu hendak mengakhiri karimya
karena takut masuk neraka, sambil mengecam apa yang mem1rutnya kebobrokan
akhlaq dan meluasnya korupsi di kalangan para ulama dan ab.Ii hukum pada waktu
itu. Menurutnya kalau ia tetap tinggal di tengah-tengah masyarakat yang rusak itu,
17
lbid.• h. 98.
43
kaum Umayyah dan mengundurkan diri ke hidup berkhalwat dan berdoa. Dua
tahun ia tinggal di kota itu, dan berkali-kali ia membahas pokok persoalan mistik
tersirat.
karena seorang penceramah yang tidak mengenal dia banyak mengutip buku
Ghazali di dalam ceramahnya itu, dan dia pun segera meninggalkan Damaskus
agar tidak dikenal dan dip1tji-p1tji sehingga timbul rasa bangga pada dirinya, suatu
Muna\vir Sjadzali, Islani dan Tata Negara : A.Jaran, Sejarah, dan J)e1nikiran, (Jakarta~
18
memntnskan nntnk tetap berpegang pada tiga ha!, yaitu, perlama, tidak akan
mengnnjnngi balairung raja. Kedua, tidak akan menerima hadiah dari raja. Dan
ketiga, tidak akan pernah ambil bagian dari disknsi yang tak b<:rgnna.
bertebaran di daerah Islam yang lnas., menurut Ibn Asir, selama perjalanan itn
Ghazali menulis Ihya U/um al-Din, kaiya ntamanya yang memperbaharui dan
sangat mempengaruhi pandangan sosial dan religius Islam dalam berbagai segi. 20
Pada tahnn 498 H atan tahun 1105 M Ghazali dibnjnk oleh wazir Fakhr al-
Mulk, anak Nizham al-Mulk, agar kembali mengajar di Khurasan. Pada akhir
Nizhamiyah, Nizhabur, dan tidak lama setelah itu ia menulis salah satu bukunya
tempat lahirnya, dan mendirikan khalaqah bagi kaum sufi serta madrasah bagi
terhadap sihmsi keagamaan dan politik di dunia Islam ba1,,>ian Timur sedikit atan
20
Ibid., h. 100.
21
Muna\vir Sjadzali, Jsla1n dan Tata Negara : Ajaran, Sejarah, dan l'e1nikiran, (Jakarta;
UI Press, 1993), h. 73.
22
Achmad Ghalabi, Rekonstruksi Pemikiran Islam, (Jakarta; UIN Jakarta Press, 2005),
Cet. I, h. 149.
45
banyak telah terobati oleh perkembangan yang terjadi di bai,,>ian Barat dunia Islam.
Pada masanya di Afrika Utara sebelah Barnt telah berdiri dua kerajaan, yaitu
Murabithin yang dibangun oleh Abdullah bin Yasin dan Yusuf bin Tasyfin, clan
yang wilayalmya meliputi seluruh daerah Maghrib Arab.. Afrika Barnt dan
Andalusia. Al-Ghazali bersahabat dengan para pendiri dua dinasti itu. Yusuf bin
damai, clan kebijaksanaan politik negara. Persahabatan Ghazali yang lain, yang
juga menghasilkan lahimya suatu negara yang didasarkan atas pengarahan dan
pendi1i dinasti Muwahidin dengan Ghazali yang berlangsung selama tiga tahun
merupakan hubungan antara seorang murid clan seorang guru clan tutor. 23
fase kedua, di mana kondisi sosial politik mengalami de:gredasi yang cukup
bermti. Hal ini ditandai dengan te1jadinya disintegrasi bangsa, tingginya tingkat
belakang al-Ghazali yang sejak kecil dididik dalam Iingkungan sufi, sangat
B Ibid., h. 74.
46
mempengaruhi corak pemikiran tokoh ini. Oleh karena itu al··Ghazali yang hidup
pada masa Daulah Abbasiyah, mulai dari khalifah al-Qa'im (422 H/1031 M)
pemikiran al-Ghazali juga dipengaruhi oleh Harits bin Asad al-Muhasibi (w. 243
kehidupan duniawi adalah dicarinya ulama yang saleh, sufi atau asketis. Meskipun
pada awalnya ditentang oleh para ularna karena sejumlah konsep sufi yang
dianggap bertentangan dengan ajaran dasar· Islam, lambat !arm dapat diterima. Di
terhadap tantangan dalam kehidupan politik, sosial, dan ekonomi. Selain itu
Rasulullah SAW juga mengajarkan unh1k hidup seimbang, antara dunia dan
akhirat.
hal-hal yang membantu dan merintangi tercapainya tujuan tersebut. Motif ini
sangat tampak pada karyanya Ihya' Ulum al-Din. Dalam kaiya-kaiyanya yang lain
dan Nabi-Nya dalam al-Qur'an dan Sunnah. Dengan kata lain, bahwa mengetahui
24
argumen rumit yang dikemukakan beberapa teolog bukanlah prasyai·at iman.
Dalam bidang hukum, menilai benar dan salah dengan mernjuk pada teori,
konvensi sosial dan lainnya bat,ri al-Ghazali mernpakan hal yang tercela, karena
menyebut cinta dunia sebagai akar setiap kejahatan, karena mencintai Tuhan
adalah k1itis analitis. la berpendapat bahwa segala sesuatu patut dikaji dai1 diteliti.
John L. Esposito, Ensi/dopedi Oxff)rd: l)unia Js/aJJ1 Modern, (Bandung~ Mi_zan, 2001),
24
Vol. 2. h. 112.
48
berhasil memberikan kepastian mutlak, dan bahwa pandangan filosof bukan saja
tidak selaras dengan Islam, melainkan juga tidak memiliki konsistensi internal.
mengklaim berkompeten dalam suatu bidang tanpa dasar yang kukuh. Filosof
siapapun yang bernsaha memahami agama lslam secara luas dan mendalam. la
terkait erat dengan proses konsolidasi paham Sunni di luar Madzhab I-lambali
nama pemikir besar itu lagi-lagi tidak dapat dilepaskan dari dunia pemikiran dan
Persia (Iran) di masa al-Ghazali masih beraliran Sunni (Ahl al-Sunnah wa al-
sudah mulai tampil dalam hentuk gerakan (Syu'ubiyah) yang dipelopori oleh
M). Dengan demikian, al-Ghazali hidup dalam suasana Islam yang sudah mulai
25
Nur Cholis Madjid, Kaki Lang if I)eradaban Is/0111, (Jakarta; l?aramadina, \ 997), cet l,
h. 80.
49
Salah satu jasa al-Ghazali yang disepakati oleh dunia Islam ialah usaha
Islam : orientasi lahiri (yang diwakili oleh para ahli hukum Islam atau fiqh dan
biasanya erat kaitannya dengan susunan kekuasan politik) dan orientasi batini
(yang diwakili oleh kaum sufi), suatu bentuk populisme keagamaan yang sering
Besar dari Persia, Abu al-Qasim al-Qusyayri (w. 465 H/!072 M). Sedemikian
atau tasawuf falsafi. Nilai-nilai ini pula yang banyak mempengamhi pemikiran
politik al-Ghazali.
Di sisi lain al-Ghazali juga seoraug kritikus yang mempunyai otoritas dan
kewenangan atau otoritas dan wibawa yang sangat besar. Atas dasar inilah ia
mendapatkan gelar Hujjat al-ls/am ('' Argumentasi Islam", yakni pemikir yang
E. Karya-Karya al-Ghazali
karya-karya baik bempa kitab atau buku maupun berupa tulisan-tulisan kaiya
26
Ibid._ h. 86.
50
berbagai macam lapangan ilmu antara lain teologi Islam (ilmu kalam), filsafat,
mencapai 300 buah. Karangan-karangan al-Ghazali yang banyak itu tidak banyak
yang dapat diselamatkan ketika teijadi penghancuran kota Baghdad oleh tentara
Tartar-Mongol, sebagian besar buah kaiyanya ikut terbakar atau hanyut dibuaug
ke laut. 27
Dalam sebuah daftar yang dikemukakan oleh Prof. Djamil al-Rahman dari
Hyderabad dan Prof F. S. Gilani melalui surat sesuai dengan daftar yang dibuat
oleh Syibli dalam bahasa Urdu menyebutkan 59 buah buku al-Ghazali yang dibagi
ketetapan hukum)
yang terdiri dari 40 jilid ikut hilang bersama buku-buku yang lainnya, bahkan
buku yang berjudul Sirr al-Alamin yang isinya menerangkan tentang bagaimana
27
Sulaiman Dunya, Al-Haqiqah Fi Nazhar a/-Ghazali, (Kairo; Dar al-Hwa al-Kulub al-
Arabiyah, 1947), h. 6. ·
51
legal)
I. Hakikat Kelmasaan
Hal pettama yang hams diketahui oleh manusia adalah kedudukan dan
Allah Azza wa Jalla. Siapa saja yang menjalankan kekuasaan dengan benar, maka
ia akan memperoleh kebahagiaan yang tidak ada bandingannya, dan tidak ada
kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan itu. Siapa saja yang lalai dan tidak
menegakkan kekuasaan dengan benar, maka ia akan mendapa.t siksa karena kufur
kekuasaan, adalah apa yang diriwayatkan dati Rasulullah SAW, beliau bersabda
kalian dengan liga hat, yaitu jika mereka min/a kasih sayang dari kalian
kepulusan yang adi/ da/am umsan mereka, dan berbuat/ah seperti apa
yang kalian katakan. Siapa saja yang tidak melakukan liga ha! terse/JUI,
maka baginya /aknal Allah dan ma/aikat-Nya. Allah tidak akan menerima
amafnya baik yang wajib maupun yang sunah ". (HR. lbnu Abbas). 1
1
I1nam Al-GhazaJi, E'tika Berla1a'J'a : Nasihat-Nasilwt Imam ~41-(Jhazali, Penerjemah.
AriefB. Iskandar, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1988), h. 23.
53
didasarkan atas suatu konsep dunia metafisik serta implikasi etisnya. Berbeda
pada doktrin-doktJin tentang delegasi dan obligasi di mana kepatuhan pada imam
sendi1i dengan menyatakan bahwa kepatuhan pada raja didasarkan alas kenyataan
bahwa Tuhan memilih raja dan menganugerahinya dengan kekuatan dan cahaya
Ilahi (jarr-i-lzadi). Dalam kitabnya itu juga al-Ghazali menyatakan bahwa jika
Tuhan mengutus Nabi-nabi dan memberi mereka wahyu, Ia juga mengutus Raja-
yaug sama, yaitu kesejahteraan umat mmmsia. Dengan landasan ini ia juga
sebagaimana adanya paralelisme antara Nabi dan Raja dan antara wahyu danfarr-
i-lzadi. Dalam pemikiran al-Ghazali bahwa agama dan politik (kekuasaan), dunia
dan akhirat mempunyai kaitan erat yang tak dapat dipisahkan. Ia juga
menyatakan bahwa agama adalah dasar dan kekuasaan politik adalah penjaganya.
Oleh karena itu menurutnya agama dan politik saling bergantungan. 2 la juga
agama adalah saudara kembar seperti dua orang bersaudara yang dilahirkan dari
satu perut yang sama, oleh karena itu raja-raja hams dipatuhi dan diikuti sesuai
dengan pe1intah Tuhan. sebagaimana firman Allah SWT yang artinya sebagai
berikut:
2
Suyuthi Pulungan, Nqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta;
RajaGrafindo Persada; 2002). h. 237.
54
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Ra.11t! (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu be1:1·elisih /enlang
sesuatu, maka kembalilah kepada Allah dan Rasul, jika kamu beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian lebih utama (bagimu)
bnmi". Dalarn kitab Nashihat al-Mulk al-Ghazali berpendapat bahwa kata Mulk
yang dignnakan bnkan imarnah atan khilafah. Ini mungkin dilihatnya sebagai kata
generik, atau karena logika politik situasional di mana transfonnasi politik radikal
tidak perln bagi mereka. Bagi mereka adanya khilafah bnkan hanya tnntntan yang
didasarkan atas wahyu sebagaimana dikemukakan para fuqaha, tapi juga atas
3. Sumber Kekuasaan
manusia. Mereka adalah para Nabi yang bertugas nntuk memberikan petunjuk
kepada para harnba-hamba Allah mengenai tata cara beribadah kepada-Nya, dan
memberikan keterangan kepada mereka jalan yang harus ditempuh. Allah juga
3
M. Din. Syamsuddin, Islam clan Polilik: Era Onie Boru, (Jakarta; Logos, 2G(ll), ce\. l,
h. 105.
55
penganiayaan sebagian oleh sebagian yang lain. Kekuasaan mereka adalah alat
menyediakan tempat yang paling mulia bagi mereka. Dan menurnt al-Ghazali
penguasa adalah bayangan Allah di muka bumi, maka siapa saja yang diberi
kekuasaan oleh Allah dan dijadikan bayangan-Nya di burni wajib bagi para
membangkang dan menentaugnya selama penguasa itu masih berada dijalan yang
dikatakan teokrasi yang puncaknya berdiri seorang wakil Tuhan di muka bumi.
Teori ketuhanan atau disebut juga temi teokrasi mernpakan teori-teori yang
sistem teokrasi diajarkan bahwa para penguasa negara itu mendapat kuasa daii
Tuhan, seolah-olah para Raja dan penguasa lainnya merupakan wakil Tuhan. 5
adalah langsung dari Tuhan. Dan adanya negara di clunia ini adalah atas kehenclak
Tuhan dan yang memerintah adalah Tuhan. Misalnya, pada zaman dahulu raja-
raja Mesir dianggap oleh rakyatnya senagai Tuhan. Di atas selurnlmya itu rajalah
yang merupakan alat pemersatu dan untuk itu ia dipuja-pujanya sebagai Tuhan
4
Jrna1n Al-Ghw.aJi, Etika Berkuasa : Nasihat-Nasihat J1na1n Al-Ghazali, Penei:iemah.
Arief B. Iskandar, (Bandung; Pustaka Hidayah, 1988), h. 77.
5
C. S. T. Kansil, Pengantar I/mu Hu/mm Ji/id 1, (Jakarta; Balai Pus1aka, 2002), h. 33.
56
seperti ini muncul apa yang disebut sebagai teori teola"asi yang maksudnya hendak
membenarkan adanya negara yang didirikan atas kehendak Tuhan dan yang
diperintah oleh Tuhan sendi1i walaupun Tuhan itu berwujnd sebagai seorang
Raja. 6
melainkan Raja atas nama Tuhan. Raja memerintah atas kehendak Tuhan sebagai
karunia. Dalam teori ini hendak membenarkan negara dan kekuasaannya atas
pendelegasian kewenangan dari Allah, karena Allah adalah sumber dari segala
Dia dapat limpahkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, demikian pula Dia
mampu merenggut kekuasaan dari siapa saja yang Dia kehendaki, sehagaimana
6
Moh. Kusnardi dan Bjnlan R. Saragih, Jlmu Negara, (Jakarta; G&.ya Media Pratama,
2000), h. 62.
7
Ibid., h. 64.
57
Perlama, leori ketuhanan, yaitu kekuasaan yang berasal dati Tuhan (Divine
kekuasaan kepadanya. Kedua, teori kekuatan. Yaitu suatu teo1i yang mengatakan
Negara dibentuk oleh yang menang, dan kekuatanlah yang membentuk kekuasaan
dan pembuat hukum. Ketiga, teori kontrak sosial. Yaitu suatu teori yang
masyarakat kepada seseorang atau Jembaga. Melihat kepada tiga teori tersebut
terdapat banyak pandangan di antara para tokoh Islam. Ibn Abi Rabi' yang
demikian sumber kekuasaan kepala negara bukan berasal dari rakyat, melainkan
datang dari Allah yang melimpahkan-Nya kepada sejumlab kecil orang pilihan.
Demikian juga dengan pandangai1 al-Ghazali, yang berlandaskan pada surah An-
kepada Rasul-Nya dan kepada para pemimpin, dan surah Ali J'mran ayat 26 yang
negara atau sultan adalah bayangan Allah di atas bumi ini. Sedangkan Al-
Mawardi dan !bu Khaldun Iebih kepada teori kontrak sosial, karena menurut
58
mereka sumber kekuasaan berasaI dari rakyat, gagasan mereka tentang proses
terbentuknya negara adaiah atas dasar kehendak manusia sebagai makhiuk sosiaI
atau makhluk poiitik untuk berkumpuI di suatu tempat dalam rangka ke1ja sama
hanyalah sekedar amanah dari Allah Yang Maha Kuasa dan kekuasaan manusia
itu bersifat nisbi (reiatif) dan temporer, yang kelak hams dipmtangung jawabkan
di hadapan-Nya. 9
4. Prinsip-Prinsip Kekuasaan
diiakukan meiaiui suatu ikatan perjanjian. Ikatan ini teijaiin antara sang penguasa
dengan Allah SWT di satu pihak dan dengan makhluk (masyarakatnya) di pihak
Iain.
perjanjian antar manusia disebut dengan banyak kata, antara Iain baiat, mitsaq dan
antara dia dengan Yang Maha Kuasa merupakan amanat yang barns ditunaikan.
Dari sini, tidak heran jika perintah taat pada penguasa (uliI amri) didahului oieh
8
Suyuthi Pulungan, Fiqh S/J;asah Ajaran, S'ejarah dan I)e111ikiran, (Jakarla;
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 264.
9
Muhamn1ad Tahir Azhari, 1Vegara Hukurn : Suatu Studi Tentang Prinsip-I)rinsipnya
l)ilihal dart ._)'egi Hula.an 11/arn, !1nple1nentasinya pada J>eriode Negara Madinah dan Masa Kini,
(Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. l, h. l 05.
59
beriman taatilah Allah,dan taatilah Rasul dan ulil amri di antara kamu.
kepada Allah dan Rasul, jika kamu beriman kepada Allah dan hari
Menurut kedua ayat di atas Al-Ghazali mengatakan bahwa ada dua nilai-
nilai yang terdapat dalam p1insip kekuasaan dalam Islam yaitu, Pertama,
adanya persamaan antara orang yang tidak dikenal dan yang dikenal pada satu
tidak mengutamakan salah satu pihak dari pihak yang lain, karena yang satu kaya
Orang yang berakal tidak akan membakar di1inya dengan api neraka hanya gara-
gara kemarahan yang menggelegak. Jika seorang yang lemah datang kepada
undang-undang dan menerapkan hukum Allah SWT. Hendaklah dia berbuat adil
kepada hamba yang lemah tadi, mengasihinya, tidak berbuat zalim kepadanya dan
bertangan kuat, untuk rnencegah te1jadinya kezalirnan, baik dari pihak pegawai-
Keadilan yang dituntut ini bukan hanya terhadap kelompok, golongan atau
kaurn rnuslim saja, tetapi rnencakup seluruh manusia bahkan seluruh rnakhluk.
bagi orang yang rnemegang kekuasaan, maka hendaklah para. penguasa atau yang
dibe1i amanah hams dapat mengartikan kekuasaan itu sebagai sebuah amanah.
Penguasa yang adil adalah penguasa yang berbuat adil di antara manusia,
dan rnenahan diri dari berbuat jahat dan kerusakan. Penguasa zalim adalah
penguasa yang kejam, dan kekuasaannya tidak akan langgeng. Sebagaimana sabda
Dalam sejarah, kaum Majusi telah menguasa dunia selarna ernpat ribu
tahun. Kelanggengan kekuasaan hanya akan terjadi dengan perilaku adil terhadap
10
Imam Abu Ahmad Muhammad A\-Ghazali, Etika Berkuasa : Jtlasi11at-Nasihat Itncnn
Al-Ghazali, Penerjemah. AriefB. Iskandar, (Bandung; Pustaka Hidayah, 1988), h. 103.
JJ Zainal Abidin Ahn1ad, !hnu J>o/itik Isla1n II : Konsepsi J>ofilik dan Ideologi Jslarn,
(Jakarta; Bulan Bintang,), h. 19 l.
61
kepada para penguasanya. Jika penguasanya adil, maka dunia akan makmur dan
rakyat akan merasa aman. Jika penguasanya jahat, maka dunia akan runtuh. 12
Manusia yang paling berhak atas jabatan dan kekuasaan, adalah orang
yang dalam hatinya ada tempat untuk keadilan. Rumahnya adalah tempat tinggal
12
In1am Abu I-Iamid Muhmnmad AJ-Ghazali, l!:tika JJerkuasa: }/asihat-Nasihat J1na1n Al-
Ghazali. Penerjemah. AriefB. lskOlldar, (Bandung; Pustaka Hidayah. 1988), h. 78.
13
Ibid., h. 124.
62
dzalimnya.
membinasakan aka!, musuh dan penyakit aka!. Oleh karena itu seorang
tidak pula akan diridhai oleh rakyatnya. Jika ia meridhai mereka dalam
syara'.
5. Etilra Berkuasa
Yunani di dalam berbagai bidang, tetapi mengenai soal moral dan politik,
berpendapat bahwa moral dan politik adalah saudara kembar yang tidak boleh
menentukan nilai baik dan buruk atau salah dari setiap tinclakan dan keinginan
14
hnam Abu Hamid Muhammad A~-Gha:r..ah, J~rika Berku.asa: Nasihar-Nasihaf I111a1n Al-
Uhazali. Penerjemah. Arief B. lskandar, (Bandung; Pustaka Hidayah, 1988), h. 23.
64
rnasyarakat itu sesuai dengan aturan-aturan moral yang dit•~rima oleh anggota-
anggota masyarakat
Dan menurut al-Ghazali juga, moral dan politik bukan hanya saudara
kembar yang tidak boleh dipisahkan, tetapi keduanya adalah satu yang tidak dapat
moral politik atau politik moral inilah yaug merupakan pendirian Islam, yang
dengan tegas dinamakan "ideologi Islam". Semua ajaran Islam diarahkan kepada
pendirian ini, ialah terwujudnya moral politik, dan tercapainya politik moral. 15
kebahagiaan itu bukanlah merupakan dasar bagi moral. Dia berpendapat bahwa
dasar satu-satunya yang terbaik, baik bagi moral maupun bagi kebahagiaan, yang
tatanan politik yang diatur oleh norma-nonna Islam bukanlah tujuan itu sendi1i,
melainkan jalan untuk berbuat baik melalui penciptaan lingkungan sosial yang
15
Zainal Abidin Ahmad, Ilmu Politik Jsla1n II : Konsepsi f>ofitik Dan Jdeologi Islam,
(Jakarta; Bulan Bintang), h. 157.
16
Ibid., h. 163.
17
Ibid .. h. 82.
65
Al-Ghazali sebagaimana para pemikir muslim lain dan tidak sepe1ti para
rohani
Oleh karena itu menurnt al-Ghazali, mernpakan suatu keharnsan bagi para
yang membutuhkan dengan tidak melihat siapa yang akan dilayani, tapi ada dan
Yang lebih penting lagi mereka membina hubungan baik dan cinta kasih
dengan rakyat, sikap dan tindakannya tidak bertentangan dengan jiwa syari 'at,
rakyat yang taraf kehidupan ekonominya di bawah garis kemiskinan, dan lain
sebagainya.
Dalam rangka itu pula, antara golongan tersebut dan penguasa perlu
menjamin kerja sama yang baik. Sebab mereka kaya dengan pengetahuan
langsung mengatur urusan negara dan kepentingan rakyat Artinya kedua pihak
harus berpihak kepada golongan lemah dalam rangka memmaikan amanah dan
menegakkan keadilan. 18
Jadi etika berkuasa secara mmnn adalah membekali di1i dengan akhlak
yang mulia, sifat-sifat terpuji dalam bergaul dan berinteraksi dengan manusia,
atau keadaan dan perlakuan yang baik dan apa yang bisa menjaga da1i segala
kesalahan, atau sifat yang bisa menjaga seseorang dari ha! yang bisa
menghinanya. Etika ini berlaku pada manusia, tingkah laku, ilmu dan pengetahuan
secara mutlak, atau apa yang berkaitan dengannya. Maka ada istilah "etika
Dan bisa dikatakan bahwa etika tidak hanya ditujukan pada komitmen
akhlak saja, akan tetapi juga ditujukan pada komitmen terhadap syari'ah dan
hukum, sifat-sifat yang hams dimiliki oleh para penguasa yang berwenang, serta
Islam telah meningkatkan etika politik dan kekuasaan dari makna yang
sosial, ia tidak dapat hidup sendirian yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
Pertama, Kebutuhan akan ketunman demi kelangsungan hidup umat manusia, hal
itu hanya mungkin melalui pergaulan antara laki-laki dan perempuan serta
keluarga. Bukti bahwa manusia perseorangan tidak marnpu hidup sendiii adalah
dalarn ha! menge1jakan sawah dan ladang. Untuk itu ia rnernerlukan alat-alat
pertanian, yang untuk pengadaannya diperlukan pandai besi dan tukang kayu.
Untuk pengadaan rnakanan dibutuhkan penggiling gandurn dan pernbuat roti. Dan
untuk penyediaan pakaian diperlukan tukang tenun dan tukang jahit. Pendidikan
anak diperlukan ternpat dan guru serta alat-alat lain. Kedua, Saling rnembantu
19
Muna\vir Sjadzali, l-rla1n dan Tata J\legara. ;4jaran, Sejarah, dan Pe111ikiran, (Jakarla~
Ul Press, 1993), h. 74.
68
alami seperti dingin, panas dan hujan maupun gangguan yang bersifat rekayasa
seperti penjahat, pencuri dan Jain sebagainya. Untuk kehutuhan semua itu,
diperlukan mmah yang kuat dan kokoh. Untuk mengadakannya diperlukan kerja
sama dan bantu-membantu antar sesama. Dalam rangka merealisir kerja sama
untuk mewujudkan kebutuhan manusia dalam arti luas diperlukan adanya sebuah
negara. 20
yaitu :
7. Profesi Politik
pembat,rian tugas (Division ()f" Labow~ antara para anggota masyarakat, dan
sejumlah industri atau profesi, yang empat darinya mernpakan indushi atau
20
Muhammad A·Lhar, F"ifsafill Politik : l 1erbandinga11 aittara Jsla1n dan Barat, (Jakarta:,
PT RajaGrafindo Persada. 1997), Cet. I, h. 88.
Ajaran, Sejarah dan F'e1nikiran, (Jakarta~
21
Suyuthi Pulungan, Flqh Siyasah
R~jaGrafindo Persada, 2002), h. 227.
69
profesi inti bagi tegaknya negara, yaitu Pertaniau untuk pengadaan makanan,
pakaian, dan politik untuk penyusunau dan pengelolaan negara, pengaturan kerja
sengketa antara mereka serta perlindungan terhadap bahaya dan ancaman dari
luar. Dari empat industri atau profesi tersebut politiklah mernpakan profesi yang
paling penting dan paling mulia, dan oleh karenanya politik rnenghendaki tingkat
kesempurnaan yang lebih tinggi dari pada tiga industri atau profesi yang lain. 22
sebagai berikut :
negara
warga negara dari pelanggaran hak, baik oleh sesama warga negara
.. '3
atau olel1 negara send m. -
tersebut, yang menurut al-Ghazali hanya satu tingkat di bawah kenabian, maka
mereka yang terlibat dalam profesi itu harus betul-betul memiliki pengetahuan,
72
Muna\vir Sjadzah, Islam dan Tata Negara : Ajaran, Sejarah, dan J)emikiran, {Jakarta,
Ul Press, 1993), h 75.
23
Muhammad Azhar, fi'i.l-;qf(1t JJoiftik: JJerbandingan Antara Jslan1 J)an Baral, (Jakarta:,
RajaGrafindo Persada, 1997), Cet. 1. h. 88.
70
kemahiran dan kearifan yang memadai, dan harus dibebaskan dari tugas dan
. b yang Iam.
tanggung.1awa . 24
tidak semata-mata untuk memenuhi kebut1.1han material dan duniawi yang tidak
mungkin ia penuhi sendi1ian, tetapi lebih dari itu untuk mempersiapkan diri bagi
agama secara betul, sedangkan yang demikian itu tidak mungkin tanpa keserasian
kehidupan duniawi. 25
bai,ri kehidupan akhirat, dunia sebagai wahana 1mtl1k mcncari ridho Tuhan.
Dalam pada itu diperlukan seorang pemimpin negara yang ditaati, yang
membagikan tugas dan tangguug jawab kepada masing-masing warga negara dan
memberikan altematif bagi warganya tugas yang paling sesuai, dan mengelola
berdasarkan rasio, tetapi berdasarkan keharusan agama. Faktor keamanan jiwa dan
harta tidak akan tercapai tanpa Jantaran adanya penguasa dua saudara kembar.
pelindung akau sia-sia. Operasionalisasi tata aturan dunia tidak akan te1jamin
agama dan negara. Tidak ada sekulmisasi ajaran agama yang hanya umsan
saudara kembar seperti dua orang bersaudara yang dilahirkan dm·i satu pernt yang
sama. 27
mencakup 1itual, etika, hubungan antar anggota keluarga, masalah sosial ekonomi,
hukum perang dan damai, hukum intemasional, dan seternsnya. Ini berarti antara
agama dan negara te1jalin erat dan !mat bagi tegaknya kedaulatan negara melalui
26
1\iJuhatnmad Azhar, J;llsqfal J)o/itik : I'erbandingan antara l~la1n dan Baral, (Jakarta;
RajaGralindo Persada. 1997). Cet. 1, h. 89.
27
T1nam Al-Ghazali, Etika Berkuasa : Nasihat-Nasihat !main Al-Ghaza/i, Penerjen1al1
Arief B. lskandar. (Bandung: Pustaka Hidayah. 1988). h. 90.
72
negara merupakan keharusan atau kewajiban agama (c1yar 'i) yang tidak mungkin
28
dan tidak boleh diabaikan.
Dasamya adalah !jma' umat, dan kategori wajibnya fardhu kifayah. Jjma' umat
itu, menurut al-Ghazali terdapat dalam histmis umat Islam. Yaitu terjadinya ijma'
setelah beliau wafat. Sejak peristiwa itu sampai pada masa al--Ghazali, umat Islam
Jadi konsep ijma' bagi al-Ghazali adalah konsensus seluruh ulama dan
masyarakat awarn dalam waktu yang tidak terbatas. Baf,>i al-Ghazali yang penting
berpendapat bahwa ada sepuluh syarat yang harus dipenuhi 1.mhilc dapat diangkat
3) Merdeka
4) Laki-laki
5) Keh1runan Quraisy
28
Muna\\1r SjadzaJi, lr/am tlan Tata Negara : Ajaran, S'q"arah. dan J>e1nikiran, (Jakarta:
Ui Press, 1993), h. 76.
29
Ijn1a' dideflnisikan oleh al-Ghazali sebagai persetujuan seluruh umat Islam (ula1na dan
DJ.asya.r.a.kaJ iJ1vanJ)_, kbus.usnya tentang masalah yang berkajtan dengan agan1a. Dengan alasan bi Ia
ulama telah bersepakat maka masyarakat a\varn akan mengikuti mereka. Dasar hukumnya hadits
NAbi SAW : "Uinatku tidak akm1 bersepakat terhadap sesuatu yang sala11 atau sesat". (baca al-
Ghazali, "Al-Musthashfa min ·nm al-c!<hul ",Cairo, 1937, h. l lO).
30
Suyuthi Pulungan, Fiqh SiJ!Clsah Ajaran, Sejarah dan J_)e111ikiran, (Jakarta;
RaiaGrafindo Persada, 2002), h. 236.
73
8) Hidayah, yaitu daya pikir dan daya rancang yang kuat dan ditunjang
orang lain.
9) llmu pengetahuan
Allah yang penuh rahmat akan selalu ada di atas kepalanya melambai-
lambai.
31
Munawir Sjadza\i, lslarn dan Tala Negora : AJaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta;
U! Press, 1993), h. 78.
74
Ghazali
kemanusiaaan dan merupakan salah satu cendekiawan utama yang muncul pada
fase kedua, di mana kondisi sosial politik mengalami degredasi yang cukup
berarti. Hal ini ditandai dengan terjadinya disintegrasi bangsa, tingginya tingkat
kalangan birokrat, dan ia pun ingin meninggalkan itu semua yang dapat
membawanya kepada dosa, km·ena latar belakang al-Ghazali yang sejak kecil
kemewahan harta dan gemerlapnya dunia menuju jalan tasawuf dan khalwat.
original, ahli tasawuf terkenal dan yang mendapat julukan Hujjah al-Islam yaitu
yang memiliki pandangan yang luas terhadap ajaran Islam. Sehingga ia dapat
:;Q \m'i:\m a\-Ghazali, Me111ahan1i Js{ani : (~ara 'J'e!'baik Menana111kan Ni/ai-Nilai Agama,
penerjemah. Forum Kajian Kairo. (Jakarta; RajaGrafindo Persada, 2000), h. 11 I.
75
agama Islam yaitu Jhya U/um al-Din, dalam karyanya ini ia mencela habis-
habisan para birokrat yang disebut dennawan dan pekerja sosial, yang pada
Menurut al-Ghazali dalam bidang hukum, menilai benar dan salah dengan
men\iuk pada teori, konvensi sosial dan lainnya bagi al-Ghazali mempakan ha!
ruh, berarti mengalahkan tujuan hukum itu sendiri. Sedangkan dalam bidang etika,
serta menyebut cinta dunia sebagai akar setiap kejahatan, karena mencintai Tuhan
jawab atas dekadensi sosial dan moral masyarakat. Sedangkan dalam bidang
politik al-Ghazali tidak mernisahkan antara agama dan negara (kekuasaan), karena
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah dan dibagi. Dan menurutnya
juga kekuasaan merupakan anugerah dan nikmat dari Allah bagi siapa saja yang
rnendapatkannya.
maka hendaklah para penguasa atau yang diberi amanah ha11.1s dapat mengmtikan
kekuasaan itu sebagai sebuah arnanah. Penguasa berbuat adil dan tidak
rnembedakan satu dengan yang lain, dan kemaslahatan hidup rakyat bergantung
kepada para penguasanya, jika penguasanya adil maka dunia akan makmur dan
rakyat merasa aman, namun jika penguasanya jahat maka dunia akan nmtuh.
Keamanan merupakan basil dari politik penguasa. Oleh karena itu, penguasa harus
menjalankan politik dan menyertai politik itu dengan keadilan. Karena penguasa
adalah wakil Allah dan al-Ghazali pun berpendapat bahwa penguasa adalah
bayangan Allah di muka bumi, maka penguasa harus memiliki wibawa yang
membuat rakyat segan kepadanya, walaupun mereka jauh dminya. Penguasa hams
tidak memiliki politik dan wibawa, maka tidak diragukan lagi bahwa hal itu
satu nilai yang terdapat dalam prinsip kekuasaan dalam Islam selain ammiah I
kejujuran. Karena ia bersandar pada finnan Allah dalam surah An-Nisa' ayat 58-
59.
wewenang mendampingi penguasa dalam segala ha!. Jad1 menurut penulis al-
pendelegasian kewenangan dmi Allah, karena Allah adalah sumber dari segala
bumi, maka siapa saja yang diberi kekuasaan oleh Allah dan dijadikan bayangan-
Nya di bumi wajib bagi para makhluk untuk mencintai, mematuhi dan
penguasa itu masih berada di jalan yang benar yaitu mengikuti syari'at Islam.
negara merupakan keharusan atau kewajiban agama (syar 'i) yang tidak mungkin
pada dasamya ia tidak hanya bersandar pada syar'i saja melainkan juga bersandar
pada rasio yaitu dengan alasan yang menyebutkan bahwa faktor keamanan jiwa
(Division Of Labour) antara para anggota masyarakat, dan sejumlah industri atau
profesi, yang empat darinya merupakan industri atau profosi inti bagi tegaknya
negara, yaitu :
yang paling penting dan paling mulia, dan oleh karenanya politik menghendaki
tingkat kesempumaan yang lebih tinggi dari pada tiga industri atau profesi yang
lain. 33
D ivJutunvir SjadzaJJ, f<;/an1 Jan Tata 1Vegara. ,4jaran, Sejarah, dan J>e1nikiran, (Jakarta;
Ul Press .. 1993). h 75.
BABV
PENUTUP
A. Kesim1mlan
lain atas kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan yang merupakan karnnia
menjalankan kehidupan sosial bemegara yang diwai·nai oleh ajaran Islam yang
berlandaskan pada al-Qur'an dan Sunnah yang berlaku untuk seluruh warga
perdamaian, prinsip amar ma'rnf nahi mtmkar, p1insip dalam menetapkan para
dari Allah yang dibe1ikan kepada mereka yang memegang kekuasaan dan
dijadikan sebagai bayangan Allah di muka bumi untuk mengatur dan menjalankan
suatu kaum atau negara, dan kekuasaau mereka merupakan suatu pendelegasian
kewenangan dari Allah, karena Allah adalah sumber dari segala kekuasaan. Di
prinsip kekuasaan dalam Islam ada dua, yaitu : keadilan dan amanah. Sedangkan
kekuasaan, etika berkuasa, asal mula timbulnya negara, profosi politik, dan teori
B. Saran-saran
yang diberi amanah harus dapat mengattikan kekuasaan itu sebagai sebuah
amanah bukan sebagai alat untuk memperkaya di1i dan juga bukan sebagai alat
biclangnya, bukan hanya rnenganclalkan kekuatan dan mateii :mja, jika pemeiintah
konsisten dengan nilai dan nmma syari'at serta keadilan yang merupakan tujuan
Ali Maskhan Musa, "Kiai dan Politik dalam Wacana Civil Society", (Surabaya;
Anonim I Partai Politik Islam, "Mengenal Hizbut Tahrir'', Penerjemah. Abu Afif,
Cet. 5.
!nu Keneana Syafi'i, "A!-Qur'an dan I/mu Politik", (Jakarta; Rineka Cipta,
1996), eet. 1.
Utama, 1977).
Muhammad Abdul Qadir, "Sis/em Po/itik Islam, (Jakarta; Rabbani Press, 2000).
Muhammad Din Syamsuddin, "Islam dan Politik : Era Orde Baru ", (Jakai1a;
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, "I/mu Negara", (Jakai1a; Gaya Media
Pratama), eet. 4.
Peri ode Negara Madinah dan Masa Kini", (Jakaita; Bulan Bintang,
2003).
Munawir Sjadzali, "Islam dan Tata Negara : Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran ",
Nur Cholis Madjid, "Kaki Langit Peradaban !slam, (Jakarta; Paramadina, 1997),
cet. I.
2004 ), cet. I.
Suyuthi Pulungan, "Flqh siyasah : Ajaran Sejarah, dan Pemikiran '', (Jakarta;
Zainal Abidin Ahmad, "I/mu Po/itik Islam : Konsepsi Politik dan ldeo/ogi