RPKPU Pencalonan Pilkada-BiroTeknis-dan Lampiran-1
RPKPU Pencalonan Pilkada-BiroTeknis-dan Lampiran-1
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG
PENCALONAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI
DAN WAKIL BUPATI, SERTA WALIKOTA DAN WAKIL
WALIKOTA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan:
1. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota yang
selanjutnya disebut Pemilihan adalah pelaksanaan
kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan kabupaten/kota
untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota secara
langsung dan demokratis.
2. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah
sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah,
Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
3. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR
adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
-3-
Pasal 2
Penyelenggara Pemilihan berpedoman pada asas:
a. mandiri;
b. jujur;
c. adil;
d. berkepastian hukum;
e. tertib;
f. terbuka;
g. proporsional;
h. profesional;
i. akuntabel;
j. efektif;
k. efisien; dan
l. aksesibel.
Pasal 3
Peserta Pemilihan adalah:
a. Pasangan Calon yang diusulkan oleh Partai Politik Peserta
Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu;
dan/atau
b. Pasangan Calon perseorangan yang didukung oleh
sejumlah orang.
BAB II
TAHAPAN PENCALONAN
Pasal 4
(1) Tahapan pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil
Walikota meliputi:
a. pemenuhan persyaratan dukungan Pasangan Calon
perseorangan;
b. pendaftaran Pasangan Calon;
c. penelitian persyaratan calon; dan
d. penetapan Pasangan Calon.
(2) Tahapan pemenuhan persyaratan dukungan Pasangan
Calon perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. persiapan penyerahan dokumen syarat dukungan;
b. penyerahan dokumen syarat dukungan;
c. status penyerahan dokumen syarat dukungan;
d. verifikasi administrasi dokumen syarat dukungan;
e. verifikasi faktual kesatu dokumen syarat dukungan;
f. perbaikan dokumen syarat dukungan;
g. penyerahan perbaikan dokumen syarat dukungan;
h. verifikasi administrasi perbaikan dokumen syarat
dukungan;
i. verifikasi faktual kedua dokumen syarat dukungan;
j. tanggapan atas dukungan; dan
k. penetapan pemenuhan syarat dukungan.
(3) Tahapan pendaftaran Pasangan Calon sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
-6-
Pasal 5
(1) Kegiatan tahapan pencalonan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Wakil Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dilaksanakan berdasarkan program dan jadwal tahapan
pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota.
(2) Program dan jadwal tahapan pencalonan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
dan Wakil Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Komisi ini.
BAB III
PERSYARATAN PENCALONAN DAN CALON
Bagian Kesatu
Pencalonan Perseorangan
Paragraf 1
Persyaratan Pencalonan Perseorangan
Pasal 6
(1) Calon perseorangan dapat mendaftarkan diri sebagai calon
Gubernur dan calon Wakil Gubernur jika memenuhi
syarat dukungan dengan ketentuan:
a. provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan
2.000.000 (dua juta) jiwa harus didukung paling
sedikit 10% (sepuluh persen);
b. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari
2.000.000 (dua juta) jiwa sampai dengan 6.000.000
(enam juta) jiwa harus didukung paling sedikit 8,5%
(delapan setengah persen);
c. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari
6.000.000 (enam juta) jiwa sampai dengan
12.000.000 (dua belas juta) jiwa harus didukung
paling sedikit 7,5% (tujuh setengah persen);
d. provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari
12.000.000 (dua belas juta) jiwa harus didukung
paling sedikit 6,5% (enam setengah persen); dan
e. jumlah dukungan sebagaimana dimaksud pada huruf
a, huruf b, huruf c, dan huruf d tersebar di lebih dari
50% (lima puluh persen) jumlah kabupaten/kota di
provinsi dimaksud.
(2) Calon perseorangan dapat mendaftarkan diri sebagai calon
Bupati dan calon Wakil Bupati serta calon Walikota dan
-7-
Pasal 7
(1) Jumlah penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
merupakan jumlah penduduk yang termuat dalam daftar
pemilih tetap pada Pemilu terakhir di daerah
bersangkutan.
(2) Dalam hal hasil penghitungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 menghasilkan angka pecahan dilakukan
pembulatan ke atas.
(3) KPU Provinsi menetapkan persyaratan pencalonan berupa
jumlah dukungan dan persebarannya bagi Pasangan
Calon perseorangan di setiap provinsi dengan Keputusan
KPU Provinsi.
(4) KPU Kabupaten/Kota menetapkan persyaratan
pencalonan berupa jumlah dukungan dan persebarannya
bagi Pasangan Calon perseorangan di setiap
kabupaten/kota dengan Keputusan KPU Kabupaten/Kota.
Pasal 8
(1) Penduduk yang dapat memberikan dukungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 yaitu:
a. berusia 17 (tujuh belas) tahun terhitung pada Hari
terakhir masa penyerahan dukungan;
b. penduduk yang tercantum dalam Daftar Pemilih
Tetap Pemilu terakhir, Daftar Pemilih Sementara
Pemilihan, dan/atau Data Penduduk Potensial
Pemilih Pemilihan;
c. berdomisili di daerah Pemilihan, dibuktikan dengan
KTP-el atau Surat Keterangan; dan
d. tidak memiliki pekerjaan sebagai prajurit Tentara
Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia, aparatur sipil negara,
penyelenggara Pemilihan, PPK, PPS, Panitia Pengawas
Pemilihan Kecamatan, Pengawas Pemilihan
Lapangan, pegawai kesekretariatan penyelenggara
Pemilihan, Kepala Desa atau sebutan lain, perangkat
-8-
Pasal 9
Syarat berdomisili di daerah Pemilihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c dikecualikan bagi penduduk yang
memberikan dukungan kepada bakal Pasangan Calon pada
daerah pemekaran dengan KTP-el atau Surat Keterangan yang
diterbitkan oleh pemerintah daerah induk dan belum
melakukan perubahan administrasi kependudukan, sepanjang
pendukung tersebut masih berada dalam wilayah daerah
pemekaran.
Paragraf 2
Dokumen Persyaratan Pencalonan Perseorangan
Pasal 10
(1) Dokumen persyaratan pencalonan perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) meliputi:
a. surat penyerahan dukungan Pasangan Calon
perseorangan menggunakan formulir Model
B.PENYERAHAN.DUKUNGAN.KWK-
PERSEORANGAN;
b. jumlah dukungan menggunakan formulir Model
B.JUMLAH.DUKUNGAN.KWK; dan
c. surat pernyataan dukungan masing-masing
pendukung yang ditempel dengan fotokopi KTP-el
atau dilampiri Surat Keterangan menggunakan
formulir Model B.1-KWK-PERSEORANGAN.
(2) Jumlah dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dibuat dengan ketentuan:
a. setiap kelurahan/desa atau sebutan lain dan
kecamatan untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
atau Walikota dan Wakil Walikota; atau
b. setiap kelurahan/desa atau sebutan lain, kecamatan
dan kabupaten/kota untuk Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur.
(3) Dalam hal terdapat usia dan status perkawinan atau
status pekerjaan pendukung yang tercantum pada KTP-el
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tidak sesuai
dengan usia dan status perkawinan atau status pekerjaan
pendukung sebenarnya, pendukung menyertakan surat
pernyataan identitas pendukung dengan menggunakan
formulir Model
PERNYATAAN.IDENTITAS.PENDUKUNG.KWK yang
dilampiri dengan bukti yang menerangkan status
perkawinan atau status pekerjaan Pemilih.
(4) Ketentuan mengenai formulir Model
B.PENYERAHAN.DUKUNGAN.KWK-PERSEORANGAN
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Komisi ini.
-9-
Bagian Kedua
Pencalonan Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan
Partai Politik Peserta Pemilu
Paragraf 1
Persyaratan Pencalonan Partai Politik Peserta Pemilu atau
Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu
Pasal 11
(1) Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu dapat mendaftarkan Pasangan Calon jika
telah memenuhi persyaratan perolehan paling sedikit 20%
(dua puluh persen) dari jumlah kursi DPRD atau 25% (dua
puluh lima persen) dari akumulasi perolehan suara sah
dalam Pemilu anggota DPRD di daerah yang
bersangkutan.
(2) Dalam hal Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan
Partai Politik Peserta Pemilu dalam mengusulkan
Pasangan Calon menggunakan ketentuan memperoleh
paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi
DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jika hasil bagi
jumlah kursi DPRD menghasilkan angka pecahan maka
perolehan dari jumlah kursi dihitung dengan pembulatan
ke atas.
(3) Dalam hal Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan
Partai Politik Peserta Pemilu mengusulkan Pasangan
Calon menggunakan ketentuan memperoleh paling sedikit
25% (dua puluh lima persen) dari akumulasi perolehan
suara sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ketentuan itu hanya berlaku untuk Partai Politik Peserta
Pemilu yang memperoleh kursi di DPRD.
(4) Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat mengusulkan 1 (satu) Pasangan Calon.
(5) Jumlah persyaratan minimal perolehan kursi atau suara
sah untuk setiap provinsi dan kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan KPU.
- 10 -
Pasal 12
(1) Dalam hal Partai Politik Peserta Pemilu mengusulkan lebih
dari 1 (satu) Pasangan Calon, KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota melakukan klarifikasi kepada Partai
Politik Peserta Pemilu tingkat pusat melalui KPU.
(2) Klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam berita acara.
Paragraf 2
Dokumen Persyaratan Pencalonan Partai Politik Peserta
Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu
Pasal 13
(1) Dokumen persyaratan pencalonan Partai Politik Peserta
Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu terdiri
atas:
a. salinan keputusan Pimpinan Partai Politik Tingkat
Pusat tentang kepengurusan Partai Politik tingkat
pusat yang disahkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum dan hak asasi manusia.
b. salinan keputusan Pimpinan Partai Politik Tingkat
Pusat tentang kepengurusan Partai Politik tingkat
provinsi dan/atau salinan keputusan Pimpinan
Partai Politik Tingkat Pusat atau sesuai dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai
Politik tentang kepengurusan Partai Politik tingkat
kabupaten/kota;
c. surat pencalonan dan kesepakatan Partai Politik
Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta
Pemilu sesuai dengan tingkatannya yang telah
memenuhi persyaratan perolehan paling sedikit 20%
(dua puluh persen) dari jumlah kursi DPRD atau 25%
(dua puluh lima persen) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1) dengan bakal Pasangan Calon
menggunakan formulir Model
B.PENCALONAN.PARPOL.KWK yang menyatakan:
1. sepakat mendaftarkan bakal Pasangan Calon
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, atau Walikota dan Wakil Walikota;
2. tidak akan menarik bakal Pasangan Calon
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, atau Walikota dan Wakil Walikota
yang akan didaftarkan serta tidak menarik
pengusulan atas bakal Pasangan Calon;
3. sepakat antara Partai Politik atau Gabungan
Partai Politik dengan bakal Pasangan Calon
untuk mengikuti proses Pemilihan; dan
4. naskah visi, misi, dan program Pasangan Calon
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, atau Walikota dan Wakil Walikota
telah sesuai dengan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang daerah.
d. keputusan Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat
tentang persetujuan bakal Pasangan Calon
- 11 -
Bagian Ketiga
Persyaratan Calon
Pasal 14
(1) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang
sama untuk mencalonkan diri dan dicalonkan sebagai
Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan Calon
Wakil Walikota.
(2) Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati
dan Calon Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan Calon
Wakil Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat
atas atau sederajat;
d. berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk
Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur serta 25
(dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati dan
Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon
Wakil Walikota;
e. mampu secara jasmani, rohani, dan bebas dari
penyalahgunaan narkotika berdasarkan hasil
pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim;
f. tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih,
kecuali terhadap terpidana yang melakukan tindak
pidana kealpaan atau tindak pidana politik dalam
pengertian suatu perbuatan yang dinyatakan sebagai
tindak pidana dalam hukum positif hanya karena
pelakunya mempunyai pandangan politik yang
berbeda dengan rezim yang sedang berkuasa, bagi
mantan terpidana, telah melewati jangka waktu 5
(lima) tahun setelah mantan terpidana selesai
menjalani pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap dan secara jujur atau terbuka mengumumkan
- 12 -
Pasal 15
Syarat berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk Calon
Gubernur dan Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima)
tahun untuk Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta Calon
Walikota dan Calon Wakil Walikota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d terhitung pada saat penetapan
pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota.
Pasal 16
Syarat mampu secara jasmani dan rohani sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf e dikecualikan bagi
penyandang disabilitas yang memiliki kemampuan untuk
melakukan tugasnya sebagai Gubernur, Wakil Gubernur,
Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota.
Pasal 17
Syarat telah melewati jangka waktu 5 (lima) tahun setelah
mantan terpidana selesai menjalani pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (2) huruf f, terhitung sejak tanggal selesai menjalani masa
pidananya sehingga tidak mempunyai hubungan secara teknis
dan administratif dengan kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi
manusia, dan terhitung sampai dengan Hari penetapan
Pasangan Calon.
Pasal 18
Syarat tidak pernah melakukan perbuatan tercela sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf h dikecualikan bagi:
a. pemakai narkotika karena alasan kesehatan;
b. mantan pemakai narkotika yang karena kesadarannya
sendiri melaporkan diri dan telah selesai menjalani proses
rehabilitasi;
c. mantan pemakai narkotika yang terbukti sebagai korban
yang berdasarkan penetapan/putusan pengadilan
diperintahkan untuk menjalani rehabilitasi dan telah
dinyatakan selesai menjalani proses rehabilitasi; dan/atau
- 14 -
Pasal 19
Syarat belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Wakil
Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota
selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf m
memiliki ketentuan:
a. penghitungan 2 (dua) kali masa jabatan dihitung
berdasarkan jumlah pelantikan dalam jabatan yang sama
yaitu masa jabatan pertama selama 5 (lima) tahun penuh
dan masa jabatan kedua paling singkat selama 2 ½ (dua
setengah) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan sampai
dengan akhir masa jabatan Gubernur, Wakil Gubernur,
Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota;
b. jabatan yang sama sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
adalah jabatan Gubernur dengan Gubernur, jabatan Wakil
Gubernur dengan Wakil Gubernur, jabatan
Bupati/Walikota dengan Bupati/Walikota, dan jabatan
Wakil Bupati/Walikota dengan Wakil Bupati/Walikota;
c. 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama
sebagaimana dimaksud dalam huruf a meliputi:
1. telah 2 (dua) kali berturut-turut dalam jabatan yang
sama;
2. telah 2 (dua) kali dalam jabatan yang sama tidak
berturut-turut; atau
3. 2 (dua) kali dalam jabatan yang sama di daerah yang
sama atau di daerah yang berbeda;
d. ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai
dengan huruf c, berlaku untuk:
1. jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur, atau Bupati
dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil Walikota
yang dipilih secara langsung melalui Pemilihan, dan
yang diangkat oleh DPRD provinsi atau DPRD
kabupaten/kota; atau
2. jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur, atau Bupati
dan Wakil Bupati atau Walikota, dan Wakil Walikota
karena perubahan nama provinsi atau
kabupaten/kota.
Bagian Keempat
Dokumen Persyaratan Calon
Pasal 20
(1) Pendaftaran Pasangan Calon disertai dengan
penyampaian kelengkapan dokumen persyaratan.
(2) Dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. surat pernyataan, yang dibuat dan ditandatangani
oleh calon sendiri, sebagai bukti pemenuhan syarat
calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2)
huruf a, huruf b, huruf f, huruf m, huruf n, huruf o,
- 15 -
Pasal 21
Bakal calon dengan status terpidana yang melakukan tindak
pidana kealpaan atau tindak pidana politik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf f, harus menyerahkan:
a. salinan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap; dan
b. surat keterangan dari kejaksaan yang menerangkan
bahwa yang bersangkutan terpidana atau mantan
terpidana karena kealpaan atau tindak pidana politik
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
Pasal 22
Bakal calon dengan status mantan terpidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf f, harus menyerahkan:
a. surat dari pemimpin redaksi media massa Harian lokal
sesuai daerah calon yang bersangkutan mencalonkan diri
dan/atau nasional yang terverifikasi pada Dewan Pers,
yang menerangkan bahwa bakal calon telah secara jujur
atau terbuka mengemukakan kepada publik sebagai
mantan terpidana dan jenis tindak pidananya dengan
disertai buktinya;
b. surat keterangan dari kepala lembaga pemasyarakatan
dan/atau kepala balai pemasyarakatan yang
menerangkan bahwa bakal calon yang bersangkutan telah
selesai menjalani masa pidana penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap dan bukan sebagai pelaku kejahatan yang
berulang-ulang sehingga tidak ada lagi hubungan secara
teknis dan administratif dengan kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum dan hak asasi manusia;
c. salinan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap; dan
d. surat keterangan yang menyatakan bahwa bakal calon
yang bersangkutan bukan sebagai pelaku kejahatan yang
berulang-ulang.
Pasal 23
(1) Bakal calon menjabat sebagai Gubernur, Wakil Gubernur,
Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota yang
mencalonkan diri di daerah lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (2) huruf o, harus menyerahkan
keputusan pemberhentian atas pengunduran diri yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang paling lambat 5
(lima) Hari sejak Bakal calon ditetapkan sebagai calon.
(2) Dalam hal keputusan pemberhentian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) belum diterbitkan, bakal calon
menyerahkan:
a. surat pengunduran diri sebagai Gubernur, Wakil
Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil
Walikota;
b. tanda terima dari pejabat yang berwenang atas
penyerahan surat pengunduran diri sebagaimana
dimaksud dalam huruf a; dan
- 18 -
Pasal 24
(1) Bakal calon perseorangan yang berstatus sebagai penjabat
Gubernur, penjabat Bupati, atau penjabat Walikota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf p,
harus menyerahkan keputusan pemberhentian atas
pengunduran diri yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang pada saat penyerahan dukungan.
(2) Bakal calon yang diusulkan Partai Politik Peserta Pemilu
atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu yang
berstatus sebagai penjabat Gubernur, penjabat Bupati,
atau penjabat Walikota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2) huruf p, harus menyerahkan keputusan
pemberhentian atas pengunduran diri yang diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang pada saat pendaftaran bakal
Pasangan Calon.
Pasal 25
(1) Bakal calon yang berstatus sebagai anggota DPR, anggota
DPD, dan anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2) huruf q, harus menyerahkan keputusan
pemberhentian atas pengunduran diri yang diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang paling lambat 5 (lima) Hari
sejak bakal calon ditetapkan sebagai calon.
(2) Dalam hal Keputusan pemberhentian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) belum diterbitkan, bakal calon
menyerahkan:
a. surat pengajuan pengunduran diri sebagai anggota
DPR, anggota DPD, dan anggota DPRD;
b. tanda terima dari pejabat yang berwenang atas
penyerahan surat pengajuan pengunduran diri
sebagaimana dimaksud dalam huruf a; dan
c. surat keterangan bahwa pengajuan pengunduran diri
sebagaimana dimaksud dalam huruf a sedang
diproses oleh pejabat yang berwenang.
Pasal 26
(1) Bakal calon yang berstatus sebagai anggota Tentara
Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
dan Aparatur Sipil Negara serta Kepala Desa atau sebutan
lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf
r, harus menyerahkan keputusan pemberhentian atas
pengunduran diri yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang paling lambat 5 (lima) Hari sejak bakal calon
ditetapkan sebagai calon.
(2) Dalam hal keputusan pemberhentian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) belum diterbitkan, bakal calon
menyerahkan:
a. surat pengajuan pengunduran diri sebagai anggota
Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, dan Aparatur Sipil Negara serta
Kepala Desa atau sebutan lain;
- 19 -
Pasal 27
(1) Bakal calon yang menjabat pada badan usaha milik negara
atau badan usaha milik daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (2) huruf s, harus menyerahkan
keputusan pemberhentian atas pengunduran diri yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang paling lambat 5
(lima) Hari sejak bakal calon ditetapkan sebagai calon.
(2) Dalam hal keputusan pemberhentian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) belum diterbitkan, bakal calon
menyerahkan:
a. surat pengajuan pengunduran diri sebagai pejabat
pada badan usaha milik negara atau badan usaha
milik daerah;
b. tanda terima dari pejabat yang berwenang atas
penyerahan surat pengajuan pengunduran diri
sebagaimana dimaksud dalam huruf a; dan
c. surat keterangan bahwa pengajuan pengunduran diri
sebagaimana dimaksud dalam huruf a sedang
diproses oleh pejabat yang berwenang.
Pasal 28
(1) Bakal calon yang menyerahkan bukti kelulusan sekolah
menengah atas dari luar negeri yang menggunakan
kurikulum asing harus menyertakan surat mengenai
penyetaraan ijazah luar negeri yang menyatakan bahwa
bukti kelulusan sekolah menengah atas dari luar negeri
yang menggunakan kurikulum asing tersebut setara
dengan bukti kelulusan sekolah menengah atas atau
sederajat di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 ayat (2) huruf c yang diterbitkan oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan atau kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang agama.
(2) Dalam hal bukti kelulusan sekolah menengah atas dari
luar negeri yang menggunakan kurikulum asing tidak
setara dengan bukti kelulusan sekolah menengah atas
atau sederajat di Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bakal calon harus menyertakan surat penyetaraan
ijazah perguruan tinggi luar negeri yang diterbitkan oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan atau kementerian
- 20 -
Pasal 29
Bakal calon dengan status pemakai narkotika atau mantan
pemakai narkotika wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 huruf a, huruf b, dan huruf c menyerahkan surat
keterangan catatan kepolisian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (2) huruf b angka 4 dengan melengkapi:
a. surat keterangan dokter yang merawat pemakai narkotika
karena alasan kesehatan;
b. surat keterangan dari institusi penerima wajib lapor yang
menyatakan bakal calon mantan pemakai narkotika telah
melaporkan diri dan selesai menjalani proses rehabilitasi;
atau
c. salinan penetapan/putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap dan surat keterangan dari
institusi penerima wajib lapor yang menyatakan bakal
calon mantan pemakai narkotika telah selesai menjalani
proses rehabilitasi.
Pasal 30
Bakal calon yang berstatus sebagai anggota KPU, KPU Provinsi,
KPU Kabupaten/Kota, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, atau
Bawaslu Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 ayat (3) huruf b menyampaikan surat pengunduran diri
sebelum pembentukan PPK dan PPS.
Bagian Kelima
Pencantuman Gelar Bakal calon
Pasal 31
(1) Bakal calon dapat mencantumkan gelar akademik, gelar
sosial/adat, gelar keagamaan, dan/atau gelar lainnya
pada dokumen persyaratan calon.
(2) Pencantuman gelar akademik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibuktikan dengan fotokopi ijazah atau surat
keterangan pengganti ijazah perguruan tinggi yang
dilegalisasi oleh instansi yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
disampaikan pada saat pendaftaran bakal Pasangan
Calon.
(3) Fotokopi ijazah atau surat keterangan pengganti ijazah
yang disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sesuai dengan tingkat dan status gelar yang digunakan
dalam persyaratan calon.
(4) Bakal calon yang mencantumkan gelar lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyertakan
dokumen pendukung sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 21 -
BAB IV
PEMENUHAN PERSYARATAN DUKUNGAN PASANGAN CALON
PERSEORANGAN
Bagian Kesatu
Persiapan Penyerahan Dokumen Syarat Dukungan
Pasal 32
(1) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota mengumumkan
persiapan penyerahan dokumen syarat dukungan
Pasangan Calon perseorangan sebelum masa penyerahan
dokumen syarat dukungan.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui laman dan media sosial KPU Provinsi
dan KPU Kabupaten/Kota.
(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencantumkan:
a. Keputusan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
mengenai ketentuan persyaratan jumlah dukungan
Pasangan Calon perseorangan dan persebarannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan
ayat (4); dan
b. waktu persiapan penyerahan dokumen syarat
dukungan Pasangan Calon perseorangan; dan
c. tata cara persiapan penyerahan dokumen syarat
dukungan Pasangan Calon perseorangan.
Pasal 33
(1) Bakal Pasangan Calon perseorangan mengajukan
permohonan pembukaan akses Silon kepada KPU Provinsi
dan KPU Kabupaten/Kota.
(2) Bakal Pasangan Calon perseorangan Gubernur dan Wakil
Gubernur menunjuk:
a. 1 (satu) orang admin Silon;
b. paling banyak 2 (dua) orang petugas penghubung di
tingkat provinsi; dan
c. paling banyak 2 (dua) orang petugas penghubung di
tingkat kabupaten/kota yang terdapat dukungan.
(3) Bakal Pasangan Calon perseorangan Bupati dan Wakil
Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota menunjuk:
a. 1 (satu) orang admin Silon; dan
b. paling banyak 2 (dua) orang petugas penghubung di
tingkat kabupaten/kota.
(4) Penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) disertai dengan surat penunjukan yang
ditandatangani oleh bakal Pasangan Calon.
(5) Pengajuan permohonan pembukaan akses Silon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh
petugas penghubung yang ditunjuk oleh Pasangan Calon
perseorangan dengan menyerahkan surat permohonan
pembukaan akses Silon menggunakan formulir MODEL
PERMOHONAN.SILON.PERSEORANGAN.KWK yang
ditandatangani oleh Pasangan Calon perseorangan serta
dilampiri dengan surat penunjukan.
(6) Ketentuan mengenai formulir MODEL
PERMOHONAN.SILON.PERSEORANGAN.KWK
- 22 -
Pasal 34
(1) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota memberikan
tanda pembukaan akses Silon kepada bakal Pasangan
Calon perseorangan atau petugas penghubung.
(2) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota menyusun
rekapitulasi pembukaan akses Silon sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ke dalam berita acara.
Pasal 35
(1) Bakal Pasangan Calon perseorangan atau admin Silon
melakukan penginputan data dan pengunggahan
dokumen syarat dukungan Pasangan Calon perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ke dalam Silon.
(2) Selain melakukan penginputan data dan pengunggahan
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bakal
Pasangan Calon perseorangan melakukan penginputan
data dan pengunggahan dokumen identitas:
a. bakal Pasangan Calon perseorangan;
b. petugas penghubung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (2) huruf b dan huruf c serta ayat (3)
huruf b; dan
c. admin Silon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (2) huruf a dan ayat (3) huruf a.
Pasal 36
(1) Bakal Pasangan Calon perseorangan mengunduh melalui
Silon dokumen sebagai berikut:
a. surat penyerahan dukungan bakal Pasangan Calon
perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) huruf a; dan
b. jumlah dukungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf b.
(2) Pengunduhan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan setelah proses penginputan data dan
pengunggahan dokumen surat pernyataan dukungan
masing-masing pendukung yang ditempel dengan fotokopi
KTP-el atau dilampiri Surat Keterangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c.
(3) Surat penyerahan dukungan Pasangan Calon
perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a ditandatangani oleh bakal Pasangan Calon perseorangan
dan dibubuhi meterai.
(4) Jumlah dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b ditandatangani oleh bakal Pasangan Calon
perseorangan dan dibubuhi meterai.
Pasal 37
(1) Penginputan data dan pengunggahan dokumen syarat
dukungan Pasangan Calon perseorangan ke dalam Silon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dapat
dilakukan hingga akhir masa penyerahan dokumen syarat
dukungan.
- 23 -
Bagian Kedua
Penyerahan Dokumen Syarat Dukungan
Pasal 38
(1) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota mengumumkan
kegiatan penyerahan dokumen syarat dukungan
Pasangan Calon perseorangan sebelum masa penyerahan
dokumen syarat dukungan.
(2) Pengumuman kegiatan penyerahan dokumen syarat
dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dilakukan melalui laman dan media sosial KPU Provinsi
dan KPU Kabupaten/Kota.
(3) Pengumuman kegiatan penyerahan dokumen syarat
dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
informasi:
a. Keputusan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
mengenai ketentuan persyaratan jumlah dukungan
Pasangan Calon perseorangan dan persebarannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan
ayat (4);
b. waktu dan tempat penyerahan dokumen syarat
dukungan Pasangan Calon perseorangan; dan
c. dokumen syarat dukungan Pasangan Calon
perseorangan yang diserahkan.
Pasal 39
(1) Waktu penyerahan dokumen syarat dukungan Pasangan
Calon perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 ayat (3) huruf b, dilaksanakan mulai pukul 08.00
sampai dengan pukul 16.00 waktu setempat.
(2) Hari terakhir waktu penyerahan dokumen syarat
dukungan Pasangan Calon perseorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan mulai pukul 08.00
sampai pukul 23.59 waktu setempat.
Pasal 40
(1) Bakal Pasangan Calon perseorangan menyerahkan
dokumen syarat dukungan Pasangan Calon perseorangan
setelah mengirimkan data dan dokumen melalui Silon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 kepada KPU
Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan
tingkatannya.
(2) Bakal Pasangan Calon perseorangan menyerahkan
dokumen syarat dukungan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39.
(3) Penyerahan dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan oleh bakal Pasangan Calon perseorangan.
(4) Dalam hal bakal Pasangan Calon perseorangan tidak
dapat hadir pada saat penyerahan dokumen syarat
dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
penyerahan dokumen syarat dukungan Pasangan Calon
perseorangan dapat diwakili oleh petugas penghubung
- 24 -
Pasal 41
(1) Dokumen syarat dukungan bakal Pasangan Calon
perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
meliputi:
a. surat penyerahan dukungan bakal Pasangan Calon
perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) huruf a dan jumlah dukungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b yang
diserahkan dalam bentuk:
1. naskah bentuk digital yang diunggah melalui
Silon; dan
2. naskah bentuk fisik; dan
b. surat pernyataan dukungan masing-masing
pendukung yang ditempel dengan fotokopi KTP-el
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf
c dan surat pernyataan identitas pendukung jika
terdapat kondisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (3) diserahkan dalam naskah bentuk digital
yang diunggah melalui Silon.
(2) Naskah bentuk fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a angka 2 disampaikan kepada KPU Provinsi atau
KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya
sebanyak 1 (satu) rangkap.
Pasal 42
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota menerima penyerahan
dokumen syarat dukungan Pasangan Calon perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dengan tata cara
sebagai berikut:
a. memastikan waktu penyerahan dokumen dukungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39;
b. memeriksa kelengkapan naskah bentuk fisik surat
penyerahan dokumen dukungan Pasangan Calon
perseorangan dan jumlah dukungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf a;
c. memeriksa kesesuaian surat penyerahan dokumen
dukungan Pasangan Calon perseorangan dan jumlah
dukungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1)
huruf a untuk memastikan:
1. kesesuaian dokumen sebagai dokumen yang sah; dan
2. kesesuaian dengan dokumen dan data isian pada
Silon; dan
d. memeriksa kelengkapan surat pernyataan dukungan
masing-masing pendukung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (1) huruf b memeriksa kelengkapan
dokumen Laporan pencalonan kepada pejabat pembina
kepegawaian atau sebutan lain dan tanda terima bagi
bakal calon perseorangan yang berstatus sebagai anggota
Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, dan Aparatur Sipil Negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3).
e. memeriksa kelengkapan dokumen surat pengunduran diri
bagi bakal calon perseorangan yang berstatus sebagai
- 25 -
Pasal 43
Apabila pemeriksaan penyerahan dukungan Pasangan Calon
perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 melewati
waktu penyerahan pada Hari terakhir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 ayat (2), KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
melanjutkan pemeriksaan dokumen syarat dukungan
Pasangan Calon perseorangan hingga seluruh proses
diselesaikan.
Bagian Ketiga
Status Penyerahan Dokumen Syarat Dukungan
Pasal 44
(1) Status penyerahan dokumen syarat dukungan Bakal
Pasangan Calon perseorangan diterima jika:
a. surat penyerahan dukungan Pasangan Calon
perseorangan dan jumlah dukungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf a lengkap;
b. surat penyerahan dukungan Pasangan Calon
perseorangan dan jumlah dukungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf b sesuai; dan
c. surat pernyataan dukungan masing-masing
pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
ayat (2) huruf c memenuhi syarat jumlah minimal dan
sebaran dukungan Pasangan Calon perseorangan.
(2) Dalam hal status penyerahan dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dinyatakan diterima, KPU Provinsi
dan KPU Kabupaten/Kota menyimpan dokumen naskah
bentuk fisik dan memberikan kepada bakal Pasangan
Calon:
a. tanda terima sebagai bukti penerimaan dokumen
syarat dukungan; dan
b. berita acara penerimaan dukungan.
Pasal 45
(1) Status penyerahan dokumen syarat dukungan Bakal
Pasangan Calon perseorangan dikembalikan jika:
a. surat penyerahan dukungan Pasangan Calon
perseorangan dan jumlah dukungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf a tidak
lengkap;
b. surat penyerahan dukungan Pasangan Calon
perseorangan dan jumlah dukungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf b tidak
sesuai; dan/atau
c. surat pernyataan dukungan masing-masing
pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
ayat (2) huruf c tidak memenuhi syarat jumlah
minimal dan sebaran dukungan Pasangan Calon
perseorangan.
(2) Dalam hal status penyerahan dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dikembalikan, KPU
- 26 -
Pasal 46
(1) Dalam hal status penyerahan dokumen syarat dukungan
Pasangan Calon perseorangan dikembalikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45, bakal Pasangan Calon
perseorangan memperbaiki data dan dokumen syarat
dukungan Pasangan Calon perseorangan.
(2) Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
selama masa penyerahan dokumen syarat dukungan
Pasangan Calon perseorangan.
(3) Data dan dokumen syarat dukungan Pasangan Calon
perseorangan yang telah diperbaiki sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diserahkan dalam jangka waktu
penyerahan dokumen syarat dukungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39.
Pasal 47
(3) Dalam hal hasil pemeriksaan dokumen syarat dukungan
Pasangan Calon perseorangan yang melewati waktu
penyerahan pada Hari terakhir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 dinyatakan tidak lengkap, tidak sesuai,
dan/atau tidak memenuhi syarat dukungan dan sebaran
Pasangan Calon perseorangan, KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota mengembalikan dokumen naskah
bentuk fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat
(1) huruf a.
(4) Selain mengembalikan dokumen naskah bentuk fisik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPU Provinsi dan
KPU Kabupaten/Kota memberikan tanda pengembalian.
Pasal 48
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota menyusun berita acara
rekapitulasi penyerahan dokumen syarat dukungan Pasangan
Calon perseorangan.
Bagian Keempat
Verifikasi Administrasi Dokumen Syarat Dukungan
Pasal 49
(1) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota melakukan
verifikasi administrasi dokumen syarat dukungan yang
statusnya diterima.
(2) Dalam melakukan verifikasi administrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota dapat dibantu oleh PPK dan PPS.
Pasal 50
(1) Verifikasi administrasi dilakukan untuk memeriksa:
a. kesesuaian antara nama, NIK, jenis kelamin, alamat,
tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, dan status
perkawinan pendukung pada formulir Model B.1-
KWK Perseorangan, fotokopi KTP-el atau Surat
Keterangan dan data pendukung yang diinput ke
- 27 -
dalam Silon;
b. tanda tangan, cap jempol jari tangan, atau cap jari
lainnya pada formulir Model B.1-KWK
PERSEORANGAN;
c. keberadaan dalam daftar pemilih tetap pada Pemilu
terakhir, Daftar Pemilih Sementara Pemilihan,
dan/atau daftar penduduk potensial pemilih
Pemilihan dari kementerian yang menyelenggarakan
fungsi di bidang dalam negeri;
d. kesesuaian alamat pendukung dengan daerah
Pemilihan;
e. pemenuhan syarat usia pendukung dan/atau status
perkawinan;
f. pemenuhan syarat status pekerjaan;
g. kegandaan dukungan bakal Pasangan Calon
perseorangan; dan
h. surat pernyataan bagi pendukung dengan usia
dan/atau pekerjaan yang tercantum pada fotokopi
KTP-el atau Surat Keterangan tidak memenuhi syarat
pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
(2) Selain untuk memeriksa hal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), verifikasi administrasi dilakukan untuk
memeriksa:
a. dokumen Laporan pencalonan kepada pejabat
pembina kepegawaian atau sebutan lain dan tanda
terima bagi bakal calon perseorangan yang berstatus
sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia,
Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Aparatur
Sipil Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
ayat (3).
b. dokumen surat pengunduran diri bagi bakal calon
perseorangan yang berstatus sebagai anggota KPU,
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30.
Pasal 51
(1) Dukungan ganda terhadap bakal Pasangan Calon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) huruf g
terjadi apabila:
a. 1 (satu) orang memberikan dukungan lebih dari 1
(satu) kali kepada 1 (satu) Bakal Pasangan Calon
perseorangan, meliputi:
1. kesamaan NIK, nama, jenis kelamin, alamat,
rukun tetangga/rukun warga, tempat dan
tanggal lahir, dan status perkawinan; atau
2. kesamaan NIK; atau
b. 1 (satu) orang memberikan dukungan kepada lebih
dari 1 (satu) Bakal Pasangan Calon pada satu tingkat
pemilihan.
(2) Dukungan ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a angka 1 hanya dihitung 1 (satu) dan dukungan
kelebihannya dinyatakan tidak memenuhi syarat.
(3) Dukungan ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a angka 2 dan huruf b dinyatakan belum memenuhi
syarat dan selanjutnya diklarifikasi saat verifikasi faktual.
- 28 -
Pasal 52
Dalam hal berdasarkan hasil verifikasi administrasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) ditemukan:
a. dukungan tidak dilengkapi dengan fotokopi KTP-el atau
Surat Keterangan;
b. formulir Model B.1-KWK PERSEORANGAN tidak
ditandatangani, tidak dicap jempol jari tangan, atau tidak
dicap jari lainnya;
c. NIK, nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir
pendukung pada formulir Model B.1-KWK-
PERSEORANGAN tidak sesuai secara nyata dengan
fotokopi KTP el atau Surat Keterangan
d. pendukung belum berusia 17 (tujuh belas) tahun dan
dilengkapi dengan surat pernyataan yang dilampiri bukti,
tetapi surat pernyataan dan/atau bukti tidak dapat
terpenuhi atau tidak dapat diyakini kebenarannya;
e. pendukung memiliki pekerjaan sebagai prajurit Tentara
Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, aparatur sipil negara, penyelenggara Pemilihan,
PPK, PPS, Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan,
Pengawas Pemilihan Lapangan, Kepala Desa, Perangkat
Desa, atau jabatan lainnya yang dilarang oleh peraturan
perundang-undangan dan dilengkapi dengan surat
pernyataan yang dilampiri bukti, tetapi surat pernyataan
dan/atau bukti tidak dapat terpenuhi atau tidak dapat
diyakini kebenarannya;
f. pendukung belum berusia 17 (tujuh belas) tahun dan
tidak dilengkapi dengan surat pernyataan yang dilampiri
bukti yang menerangkan bahwa pendukung yang
bersangkutan sudah berusia 17 (tujuh belas) tahun, atau
sudah atau pernah kawin;
g. pendukung memiliki pekerjaan sebagai prajurit Tentara
Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, aparatur sipil negara, penyelenggara Pemilihan,
PPK, PPS, Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan,
Pengawas Pemilihan Lapangan, Kepala Desa, perangkat
desa, atau jabatan lainnya yang dilarang oleh peraturan
perundang-undangan dan tidak dilengkapi dengan surat
pernyataan yang disertai bukti yang menerangkan bahwa
pendukung yang bersangkutan bukan prajurit Tentara
Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, aparatur sipil negara, penyelenggara Pemilihan,
PPK, PPS, Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan,
Pengawas Pemilihan Lapangan, Kepala Desa, Perangkat
Desa, atau jabatan lainnya yang dilarang oleh peraturan
perundang-undangan;
h. data pendukung tidak tercantum di dalam daftar Pemilih
tetap pada Pemilu, Daftar Pemilih Sementara Pemilihan,
dan/atau daftar penduduk potensial Pemilih Pemilu
terakhir; dan/atau
i. alamat pendukung tidak sesuai dengan daerah pemilihan,
dukungan dinyatakan tidak memenuhi syarat.
- 29 -
Pasal 53
Dalam hal berdasarkan hasil verifikasi administrasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) ditemukan:
a. dokumen Laporan pencalonan kepada pejabat pembina
kepegawaian atau sebutan lain dan/atau tanda terima
bagi bakal calon perseorangan yang berstatus sebagai
anggota Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, dan Aparatur Sipil Negara tidak dapat
terpenuhi atau tidak dapat diyakini kebenarannya.
b. dokumen surat pengunduran diri bagi bakal calon
perseorangan yang berstatus sebagai anggota KPU, KPU
Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, atau Bawaslu Kabupaten/Kota tidak dapat
terpenuhi atau tidak dapat diyakini kebenarannya bakal
Pasangan Calon dinyatakan tidak memenuhi syarat tidak
dapat melanjutkan pada tahap selanjutnya.
Pasal 54
(1) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota melakukan
rekapitulasi hasil verifikasi administrasi setelah
melaksanakan verifikasi administrasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50.
(2) Proses rekapitulasi hasil verifikasi administrasi perbaikan
kesatu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihadiri oleh:
a. bakal Pasangan Calon dan/atau Petugas
Penghubung; dan
b. Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
(3) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota menyusun hasil
verifikasi administrasi ke dalam berita acara.
Pasal 55
Dalam hal berdasarkan hasil verifikasi administrasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1), dukungan
bakal Pasangan Calon:
a. dinyatakan memenuhi syarat dukungan dan persebaran,
dukungan bakal Pasangan Calon dilanjutkan pada tahap
verifikasi faktual; atau
b. dinyatakan tidak memenuhi syarat jumlah dukungan dan
persebaran, dukungan bakal Pasangan Calon tidak dapat
dilanjutkan pada tahap verifikasi faktual dan bakal
Pasangan Calon tidak dapat melanjutkan pada tahap
selanjutnya.
Pasal 56
(1) Bakal Pasangan Calon dan/atau petugas penghubung dan
Bawaslu Provinsi dapat mengajukan keberatan terhadap
status suatu dukungan dengan disertai bukti.
(2) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota mencatat setiap
pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan kejadian khusus yang terjadi pada saat proses
rekapitulasi verifikasi administrasi dalam catatan kejadian
khusus.
(3) Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterima, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
melakukan pembetulan pada dukungan tersebut.
- 30 -
Bagian Kelima
Verifikasi faktual Kesatu Dokumen Syarat Dukungan
Pasal 57
(1) KPU Provinsi dan Kabupaten/Kota menyusun lembar
kerja verifikasi faktual PPS.
(2) KPU Provinsi menyampaikan formulir lembar kerja
verifikasi faktual PPS Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
KPU Kabupaten/Kota melalui Silon.
(3) KPU Kabupaten/Kota menyampaikan formulir lembar
kerja verifikasi faktual PPS Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada PPS melalui PPK.
Pasal 58
(1) KPU Kabupaten/Kota melakukan verifikasi faktual kesatu
terhadap seluruh pendukung bakal Pasangan Calon yang
memenuhi syarat administrasi.
(2) Dalam pelaksanaan verifikasi faktual, PPS dapat dibantu
oleh PPK dan dapat mengangkat verifikator faktual sesuai
kebutuhan.
(3) PPS dan/atau verifikator faktual wajib
mendokumentasikan kegiatan verifikasi faktual.
Pasal 59
(1) Verifikasi faktual kesatu dilakukan untuk membuktikan:
a. kebenaran identitas pendukung; dan
b. kebenaran dukungan kepada bakal Pasangan Calon
perseorangan.
(2) Kebenaran identitas pendukung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara memastikan
orang yang diverifikasi merupakan orang yang tercantum
dalam lembar kerja PPS dengan memeriksa KTP-el atau
Surat Keterangan milik pendukung.
(3) Dalam hal identitas pendukung terbukti benar, KPU
Kabupaten/Kota dan/atau PPS melakukan verifikasi
kebenaran dukungan.
(4) Kebenaran dukungan kepada bakal Pasangan Calon
perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dilakukan dengan cara menanyakan kebenaran
dukungan yang diberikan kepada bakal Pasangan Calon.
Pasal 60
(1) Verifikasi faktual kesatu dilakukan dengan metode:
a. menemui pendukung di tempat tinggalnya atau
tempat lain; dan/atau
b. meminta bakal Pasangan Calon dan/atau petugas
penghubung untuk mengumpulkan pendukung di
kantor PPS atau tempat lain yang disepakati.
(2) Dalam hal pendukung tidak dapat ditemui di tempat
tinggalnya atau tempat lain atau tidak dapat dikumpulkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPU
Kabupaten/Kota dan/atau PPS melakukan verifikasi
faktual kesatu dengan menggunakan sarana teknologi
informasi.
- 31 -
Pasal 61
(1) Dalam hal pendukung menyatakan kebenaran
dukungannya kepada 1 (satu) bakal Pasangan Calon
perseorangan, dukungan yang bersangkutan dinyatakan
memenuhi syarat.
(2) Dalam hal pendukung meninggal dunia setelah
penyerahan dokumen dukungan, dukungannya
dinyatakan memenuhi syarat.
Pasal 62
(1) Dalam hal pendukung ganda yang terdaftar memberikan
dukungan lebih dari 1 (satu) kali kepada 1 (satu) bakal
Pasangan Calon perseorangan yang memiliki kesamaan
NIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) huruf
a angka 2, terbukti sebagai 1 (satu) orang yang sama, dan
menyatakan kebenaran dukungannya kepada bakal
Pasangan Calon, 1 (satu) dukungan dinyatakan memenuhi
syarat dan dukungan selebihnya dinyatakan tidak
memenuhi syarat.
(2) Dalam hal pendukung ganda yang terdaftar sebagai
pendukung lebih dari 1 (satu) bakal Pasangan Calon pada
satu tingkat pemilihan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 ayat (1) huruf b menyatakan kebenaran
dukungannya kepada salah satu bakal Pasangan Calon
perseorangan pada 1 (satu) tingkat pemilihan,
dukungannya dinyatakan memenuhi syarat bagi bakal
Pasangan Calon yang didukung dan dinyatakan tidak
memenuhi syarat bagi bakal Pasangan Calon yang tidak
didukung.
- 32 -
Pasal 63
(1) Dalam hal nama dan alamat pendukung dalam lembar
kerja PPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2)
tidak sesuai dengan KTP-el atau Surat Keterangan milik
pendukung, dukungannya dinyatakan tidak memenuhi
syarat.
(2) Dalam hal pendukung menyatakan tidak memberikan
dukungan kepada bakal Pasangan Calon, dukungan
dinyatakan tidak memenuhi syarat.
(3) Dalam hal terdapat pendukung yang meninggal dunia
sebelum penyerahan dokumen dukungan, dukungannya
dinyatakan tidak memenuhi syarat.
Pasal 64
KPU Kabupaten/Kota dan/atau PPS dapat meminta anggota
keluarga pendukung atau masyarakat setempat untuk
bertanda tangan sebagai saksi pada lembar kerja PPS, jika pada
saat verifikasi faktual kesatu, pendukung:
a. menyatakan tidak memberikan dukungan kepada bakal
Pasangan Calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63
ayat (2);
b. telah meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 61 ayat (2) dan Pasal 63 ayat (3); atau
c. tidak dapat ditemui.
Pasal 65
(1) KPU Kabupaten/Kota dan/atau PPS melakukan
penginputan status dukungan dan mengunggah dokumen
hasil verifikasi faktual ke dalam Silon.
(2) Dalam penginputan status dukungan dan penginputan
dokumen, KPU Kabupaten/Kota dan/atau PPS dapat
dibantu oleh PPK.
Pasal 66
(1) PPK melaksanakan rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil
verifikasi faktual kesatu setelah pelaksanaan verifikasi
faktual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60.
(2) Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara menjumlahkan status dukungan
yang dinyatakan memenuhi syarat dan status dukungan
yang dinyatakan tidak memenuhi syarat dari setiap
desa/kelurahan atau yang disebut dengan nama lain
untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
dan/atau Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, serta
Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota.
Pasal 67
(1) Bakal Pasangan Calon atau tim penghubung, dan Panitia
Pengawas Pemilihan Kecamatan dapat mengajukan
keberatan dengan menunjukkan bukti pendukung.
(2) Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diterima, PPK melakukan pembetulan dan mencatat
ke dalam formulir Kejadian Khusus.
(3) Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dapat dibuktikan kebenarannya, dan/atau bakal
Pasangan Calon atau tim penghubung tidak dapat
- 33 -
Pasal 68
Hasil rekapitulasi hasil verifikasi faktual kesatu oleh PPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dituangkan dalam
berita acara.
Pasal 69
(1) KPU Kabupaten/Kota melaksanakan rapat pleno terbuka
rekapitulasi hasil verifikasi faktual kesatu berdasarkan
hasil rekapitulasi jumlah dukungan dari PPK di wilayah
kerjanya setelah menerima berita acara dari PPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68.
(2) Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara:
a. menjumlahkan status dukungan yang dinyatakan
memenuhi syarat dan status dukungan yang
dinyatakan tidak memenuhi syarat dari setiap
kecamatan atau yang disebut dengan nama lain
untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
dan/atau Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, serta
Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota; dan
b. menghitung sebaran dukungan bakal Pasangan
Calon Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan
Wakil Walikota.
(3) Dalam hal dukungan bakal Pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota yang
dinyatakan memenuhi syarat dari seluruh kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, sama
dengan atau lebih dari syarat jumlah dukungan minimal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a
sampai dengan huruf d, bakal Pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota
dinyatakan memenuhi syarat jumlah dukungan minimal.
(4) Dalam hal dukungan bakal Pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota yang
dinyatakan memenuhi syarat dari seluruh kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kurang dari
syarat jumlah dukungan minimal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf d,
bakal Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati serta
Walikota dan Wakil Walikota dinyatakan belum memenuhi
syarat dukungan.
(5) Dalam hal sebaran dukungan bakal Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil
Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
memenuhi syarat minimal sebaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf e, bakal Pasangan
Calon Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil
Walikota dinyatakan memenuhi syarat minimal sebaran.
(6) Dalam hal sebaran dukungan bakal Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil
Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
kurang dari syarat minimal sebaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf e, bakal Pasangan
- 34 -
Pasal 70
(1) Bakal Pasangan Calon atau tim penghubung dan Bawaslu
Kabupaten/Kota dapat mengajukan keberatan dengan
menunjukkan bukti pendukung.
(2) Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diterima, KPU Kabupaten/Kota melakukan
pembetulan dan mencatat dalam formulir Kejadian
Khusus.
(3) Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan/atau bakal
Pasangan Calon atau tim penghubung tidak dapat
menerima, Pasangan Calon atau tim penghubung mengisi
Formulir Keberatan.
Pasal 71
Rekapitulasi hasil verifikasi faktual kesatu oleh KPU
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat
(1) dituangkan dalam berita acara.
Pasal 72
(1) KPU Provinsi melaksanakan rapat pleno terbuka
rekapitulasi hasil verifikasi faktual kesatu pada Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur berdasarkan hasil
rekapitulasi jumlah dukungan dari KPU Kabupaten/Kota
di wilayah kerjanya setelah menerima berita acara dari
KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
71.
(2) Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara:
a. menjumlahkan status dukungan yang dinyatakan
memenuhi syarat dan status dukungan yang
dinyatakan tidak memenuhi syarat dari setiap
kecamatan atau yang disebut dengan nama lain
untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur; dan
b. menghitung sebaran dukungan bakal Pasangan
Calon Gubernur dan Wakil Gubernur.
(3) Dalam hal dukungan bakal Pasangan Calon Gubernur dan
Wakil Gubernur yang dinyatakan memenuhi syarat dari
seluruh kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, sama dengan atau lebih dari syarat
jumlah dukungan minimal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d, bakal
- 35 -
Pasal 73
(1) Bakal Pasangan Calon atau tim penghubung dan Bawaslu
Provinsi dapat mengajukan keberatan dengan
menunjukkan bukti pendukung.
(2) Dalam hal keberatan dapat diterima, KPU Provinsi
melakukan pembetulan dan mencatat ke dalam formulir
Kejadian Khusus.
Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan bakal Pasangan
Calon atau tim penghubung tidak dapat menerima, bakal
Pasangan Calon atau tim penghubung mengisi formulir
Keberatan.
Pasal 74
Rekapitulasi hasil verifikasi faktual kesatu oleh KPU Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (1) dituangkan
dalam berita acara.
- 36 -
Bagian Keenam
Perbaikan Dokumen Syarat Dukungan
Pasal 75
(1) Dalam hal berdasarkan berita acara rekapitulasi hasil
verifikasi faktual kesatu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 71 dan Pasal 74, status dukungan dan/atau sebaran
bakal Pasangan Calon dinyatakan belum memenuhi
jumlah dukungan minimal dan sebaran, bakal Pasangan
Calon memperbaiki syarat dukungan minimal dan/atau
sebaran dukungan.
(2) Perbaikan jumlah dukungan dan sebaran bakal Pasangan
Calon perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan dengan ketentuan:
a. jumlah perbaikan dukungan yang diserahkan paling
sedikit 2 (dua) kali dari jumlah kekurangan
dukungan;
b. dukungan yang diserahkan, berupa:
1. dukungan baru yang belum pernah memberikan
dukungan sebelumnya kepada bakal Pasangan
Calon manapun; dan/atau
2. dukungan lama yang dokumennya telah
diperbaiki;
c. sebaran dukungan minimal bakal Pasangan Calon
Gubernur dan Wakil Gubernur yang diperbaiki dapat
berasal dari:
1. desa/kelurahan atau yang disebut dengan nama
lain, kecamatan atau yang disebut dengan nama
lain, dan/atau kabupaten/kota yang telah
diajukan; dan/atau
2. desa/kelurahan atau yang disebut dengan nama
lain, kecamatan atau yang disebut dengan nama
lain, dan/atau kabupaten/kota yang belum
diajukan;
d. sebaran dukungan minimal bakal Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil
Walikota yang diperbaiki dapat berasal dari:
1. desa/kelurahan atau yang disebut dengan nama
lain dan/atau kecamatan atau yang disebut
dengan nama lain yang telah diajukan; dan/atau
2. desa/kelurahan atau yang disebut dengan nama
lain dan/atau kecamatan atau yang disebut
dengan nama lain yang belum diajukan.
Bagian Ketujuh
Penyerahan Perbaikan Dokumen Syarat Dukungan
Pasal 76
(1) Ketentuan mengenai penyerahan dokumen syarat
dukungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 sampai
dengan Pasal 47 berlaku secara mutatis mutandis
terhadap penyerahan perbaikan dokumen syarat
dukungan.
(2) Surat penyerahan syarat dukungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) dan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 422 huruf d dan
- 37 -
Bagian Kedelapan
Verifikasi Administrasi Perbaikan Dokumen Syarat Dukungan
Pasal 77
(1) Verifikasi administrasi oleh KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49
sampai dengan Pasal 52 berlaku secara mutatis mutandis
terhadap verifikasi administrasi perbaikan oleh KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.
(2) Verifikasi administrasi terhadap dokumen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) tidak termasuk dalam
verifikasi administrasi perbaikan oleh KPU Provinsi dan
KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
Pasal 78
Rekapitulasi hasil verifikasi administrasi oleh KPU Provinsi dan
KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54
sampai dengan Pasal 56 berlaku secara mutatis mutandis
terhadap rekapitulasi hasil verifikasi administrasi perbaikan
oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.
Bagian Kesembilan
Verifikasi Faktual Kedua Dokumen Syarat Dukungan
Pasal 79
Ketentuan mengenai persiapan verifikasi faktual kesatu oleh
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 berlaku secara mutatis mutandis
terhadap persiapan verifikasi faktual kedua oleh KPU Provinsi
dan KPU Kabupaten/Kota.
Pasal 80
Ketentuan mengenai verifikasi faktual kesatu oleh KPU
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58
sampai dengan Pasal 65 berlaku secara mutatis mutandis
terhadap verifikasi faktual kedua oleh KPU Kabupaten/Kota.
Pasal 81
Ketentuan mengenai rekapitulasi hasil verifikasi faktual kesatu
oleh PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 sampai
dengan Pasal 68 berlaku secara mutatis mutandis terhadap
rekapitulasi hasil verifikasi faktual kesatu oleh PPK.
Pasal 82
(1) Ketentuan mengenai rekapitulasi hasil verifikasi faktual
kesatu oleh KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 sampai dengan Pasal 71 berlaku secara
mutatis mutandis terhadap rekapitulasi hasil verifikasi
faktual kedua oleh KPU Kabupaten/Kota.
- 38 -
Pasal 83
(1) Ketentuan mengenai rekapitulasi hasil verifikasi faktual
kesatu oleh KPU Provinsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 72 sampai dengan Pasal 74 berlaku secara mutatis
mutandis terhadap rekapitulasi hasil verifikasi faktual
kedua oleh KPU Provinsi.
(2) Pemberian pernyataan pemenuhan syarat dukungan dan
sebaran bakal Pasangan Calon oleh KPU Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (3) sampai
dengan (7) tidak termasuk dalam kegiatan yang dilakukan
KPU Provinsi pada saat rekapitulasi hasil verifikasi faktual
kedua.
Pasal 84
(1) KPU Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi akhir hasil
verifikasi persyaratan dukungan minimal bakal Pasangan
Calon perseorangan Bupati dan Wakil Bupati atau
Walikota dan Wakil Walikota setelah rekapitulasi hasil
verifikasi faktual kedua oleh KPU Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 selesai dilakukan.
(2) KPU Provinsi melakukan rekapitulasi akhir hasil verifikasi
persyaratan dukungan minimal bakal Pasangan Calon
perseorangan Gubernur dan Wakil Gubernur setelah
rekapitulasi hasil verifikasi faktual kedua oleh KPU
Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 selesai
dilakukan.
Pasal 85
(1) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota melakukan
rekapitulasi akhir hasil verifikasi persyaratan dukungan
minimal setiap bakal Pasangan Calon sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 84 dengan cara menjumlahkan
dukungan pada rekapitulasi hasil verifikasi faktual kesatu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 74
dengan dukungan pada rekapitulasi hasil verifikasi faktual
kedua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 dan Pasal
83.
(2) Dalam hal dukungan bakal Pasangan Calon yang
dinyatakan memenuhi syarat, sama dengan atau lebih dari
syarat jumlah dukungan minimal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6, bakal Pasangan Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Wakil Walikota dinyatakan memenuhi syarat jumlah
dukungan minimal.
(3) Dalam hal dukungan bakal Pasangan Calon yang
dinyatakan memenuhi syarat, kurang dari syarat jumlah
dukungan minimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
bakal Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur,
- 39 -
Bagian Kesepuluh
Tanggapan atas Dukungan
Pasal 86
(1) Pendukung dapat memberikan tanggapan masyarakat
berkaitan dengan status pemberian dukungan yang
bersangkutan kepada bakal Pasangan Calon
perseorangan.
(2) Tanggapan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan sejak masa penyerahan dukungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) sampai
dengan 7 (tujuh) Hari sebelum berakhirnya verifikasi
faktual kedua kepada KPU Provinsi dan/atau KPU
Kabupaten/kota dengan menggunakan formulir
tanggapan masyarakat dengan menggunakan formulir
MODEL TANGGAPAN.MASYARAKAT.KWK.
(3) Ketentuan mengenai formulir MODEL
TANGGAPAN.MASYARAKAT.KWK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Komisi ini
Pasal 87
(1) KPU Kabupaten/Kota dapat melakukan verifikasi
kebenaran terhadap tanggapan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 86.
(2) KPU Kabupaten/Kota menuangkan hasil verifikasi
kebenaran terhadap tanggapan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ke dalam berita acara verifikasi
tanggapan masyarakat.
- 40 -
Bagian Kesebelas
Penetapan Pemenuhan Syarat Dukungan
Pasal 88
(1) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota menetapkan
bakal Pasangan Calon perseorangan yang memenuhi
persyaratan dukungan dan sebaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 85 ayat (6) dengan Keputusan KPU
Provinsi atau KPU Kabupaten Kota.
(2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan pada berita acara rekapitulasi akhir hasil
verifikasi dokumen syarat dukungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1).
BAB V
PENDAFTARAN PASANGAN CALON
Bagian Kesatu
Persiapan Pelaksanaan Pendaftaran
Pasal 89
(1) Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu tingkat provinsi dan Partai Politik Peserta
Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu
tingkat kabupaten/kota mengajukan permohonan
pembukaan akses Silon kepada KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota.
(2) Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu tingkat provinsi dan Partai Politik Peserta
Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu
tingkat kabupaten/kota menunjuk:
a. 1 (satu) orang admin Silon; dan
b. petugas penghubung.
(3) Penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai
dengan surat penunjukan.
(4) Pengajuan permohonan pembukaan akses Silon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh
Petugas Penghubung dengan menyerahkan surat
- 41 -
Pasal 90
(1) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota mengumumkan
pendaftaran bakal Pasangan Calon melalui media massa
dan/atau laman KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
sebelum pendaftaran bakal Pasangan Calon.
(2) Dalam pengumuman pendaftaran bakal Pasangan Calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dicantumkan:
a. Keputusan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
berupa penetapan bakal Pasangan Calon
perseorangan yang memenuhi persyaratan dukungan
dan sebaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88
ayat (1);
b. Keputusan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
berupa jumlah persyaratan minimal perolehan kursi
dan suara sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (3) dan ayat (4);
c. waktu pendaftaran; dan
d. tempat pendaftaran.
(3) Masa pendaftaran bakal Pasangan Calon paling lama 3
(tiga) Hari terhitung setelah Hari terakhir pengumuman
pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Waktu pendaftaran bakal Pasangan Calon sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c, dilaksanakan mulai pukul
08.00 sampai dengan pukul 16.00 waktu setempat.
(5) Hari terakhir waktu pendaftaran bakal Pasangan Calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan mulai
pukul 08.00 sampai pukul 23.59 waktu setempat.
Pasal 91
(1) KPU berkoordinasi dengan kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan dan badan yang melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pencegahan, pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika, prekursor untuk menyusun pedoman teknis
pemeriksaan kesehatan bakal Pasangan Calon;
(2) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan dan Badan Narkotika Nasional,
untuk:
a. memperoleh rekomendasi rumah sakit pemerintah
yang akan digunakan sebagai tempat pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan bakal Pasangan Calon; dan
- 42 -
Bagian Kedua
Pelaksanaan Pendaftaran
Pasal 92
(1) Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu tingkat provinsi mendaftarkan bakal
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur kepada
KPU Provinsi dan Partai Politik Peserta Pemilu atau
Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu tingkat
kabupaten/kota mendaftarkan bakal Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil Walikota
kepada KPU Kabupaten/Kota selama masa pendaftaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (3).
(2) Pimpinan Partai Politik Tingkat Provinsi atau
Kabupaten/Kota pengusul dan bakal Pasangan Calon
harus hadir pada saat pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal Pimpinan Partai Politik Tingkat Provinsi atau
Kabupaten/Kota tidak dapat hadir pada saat pendaftaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pimpinan Partai
Politik mengikuti pendaftaran dengan menggunakan
sarana teknologi informasi panggilan video atau melalui
konferensi video dalam waktu seketika yang
memungkinkan KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota
untuk saling bertatap muka, melihat, dan berbicara secara
langsung dengan Pimpinan Partai Politik Peserta Pemilu.
(4) Dalam hal Pimpinan Partai Politik Tingkat Provinsi atau
Kabupaten/Kota tidak dapat hadir secara langsung atau
melalui sarana teknologi informasi panggilan video atau
melalui konferensi video, petugas penghubung harus
menyerahkan surat pernyataan dan/atau surat
keterangan dari instansi yang berwenang yang memuat
informasi ketidakhadiran sebagaimana dimaksud pada
ayat (3).
Pasal 93
(1) Dalam hal pendaftaran bakal Pasangan Calon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) tidak
dilaksanakan oleh Pimpinan Partai Politik tingkat daerah
provinsi atau tingkat daerah kabupaten/kota, pendaftaran
bakal Pasangan Calon yang telah disetujui Partai Politik
Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta
Pemilu tingkat pusat dapat dilakukan oleh Partai Politik
Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta
Pemilu tingkat pusat.
(2) Dalam hal pendaftaran bakal Pasangan Calon dilakukan
oleh Partai Politik tingkat pusat, pendaftaran harus
menyertakan keputusan Pimpinan Partai Politik Tingkat
Pusat tentang pengambilalihan wewenang Partai Politik
tingkat provinsi atau tingkat kabupaten/kota dalam
pendaftaran bakal Pasangan Calon.
(3) Dalam hal Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhalangan, surat
- 43 -
Pasal 94
(1) Dalam mendaftarkan bakal Pasangan Calon oleh Partai
Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92,
Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu harus memenuhi persyaratan pencalonan
yang terdiri dari:
a. pemenuhan syarat minimal kursi dan suara sah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11;
b. surat pencalonan dan kesepakatan Partai Politik
Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta
Pemilu dengan bakal Pasangan Calon sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf c;
c. menyertakan surat persetujuan Bakal Pasangan
Calon yang ditandatangani oleh pimpinan Partai
Politik tingkat pusat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (1) huruf d;
d. keputusan Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat
tentang kepengurusan Partai Politik tingkat provinsi
untuk bakal Pasangan Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (1) huruf b; dan
e. keputusan Pimpinan Partai Politik Tingkat Pusat atau
provinsi tentang kepengurusan Partai Politik tingkat
kabupaten/kota sesuai dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Partai Politik yang
bersangkutan, untuk bakal Pasangan Calon Bupati
dan Wakil Bupati atau Walikota dan Wakil Walikota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf
b; dan
(2) Keputusan terakhir tentang kepengurusan Partai Politik
tingkat pusat, tingkat daerah provinsi, dan tingkat daerah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (1) huruf a dan huruf b diserahkan melalui Sistem
Informasi Partai Politik.
(3) Selain persyaratan pencalonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan
- 44 -
Pasal 95
(1) Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang telah
mendaftarkan bakal Pasangan Calon kepada KPU Provinsi
atau KPU Kabupaten/Kota, tidak dapat menarik
dukungannya sejak pendaftaran.
(2) Dalam hal Partai Politik atau Gabungan Partai Politik
menarik dukungan dan/atau menarik bakal calon
dan/atau bakal Pasangan Calon yang telah didaftarkan,
Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu tersebut dianggap tetap mendukung bakal
Pasangan Calon yang bersangkutan dan tidak dapat
mengusulkan bakal calon atau bakal Pasangan Calon
pengganti.
(3) Bakal calon dan/atau bakal Pasangan Calon yang telah
menandatangani kesepakatan pengusulan dan telah
didaftarkan kepada KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota, tidak dapat mengundurkan diri sejak
pendaftaran.
(4) Dalam hal bakal calon dan/atau bakal Pasangan Calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengundurkan diri,
Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu yang mencalonkan tidak dapat
mengusulkan bakal calon dan/atau bakal Pasangan Calon
pengganti dan pencalonannya dinyatakan gugur.
Pasal 96
(1) Pasangan Calon perseorangan dapat mendaftarkan diri
sebagai Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil
Walikota jika memenuhi syarat dukungan dan persebaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
(2) Bakal Pasangan Calon perseorangan mendaftarkan diri
kepada KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota selama
masa pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90
ayat (3).
Pasal 97
(1) Dalam melakukan pendaftaran, bakal Pasangan Calon
perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96
harus memenuhi persyaratan pencalonan yang terdiri
dari:
a. Keputusan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
tentang pemenuhan syarat dukungan bakal
Pasangan Calon perseorangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 88 ayat (1);
b. surat pencalonan dan kesepakatan bakal Pasangan
Calon;
(2) Selain persyaratan pencalonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), bakal Pasangan Calon perseorangan
menyertakan dokumen syarat bakal Pasangan Calon.
- 45 -
Pasal 98
Bakal calon perseorangan dan/atau bakal Pasangan Calon
perseorangan yang telah menandatangani kesepakatan dan
telah mendaftar ke KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota,
tidak dapat mengundurkan diri sejak pendaftaran.
Pasal 99
(1) Dokumen persyaratan pencalonan perseorangan pada
masa pendaftaran terdiri atas:
a. surat pencalonan dan kesepakatan bakal Pasangan
Calon menggunakan formulir Model
B.PENCALONAN.PERSEORANGAN.KWK, yang
menyatakan:
1. sepakat mendaftarkan diri sebagai bakal
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan
Wakil Walikota;
2. tidak akan mengundurkan diri sebagai bakal
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota;
3. sepakat mengikuti proses Pemilihan; dan
4. naskah visi, misi, dan program Pasangan Calon
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil
Walikota telah sesuai dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang daerah.
b. Keputusan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
tentang pemenuhan syarat dukungan bakal
Pasangan Calon perseorangan.
(2) Ketentuan mengenai formulir Model
B.PENCALONAN.PERSEORANGAN.KWK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a tercantum dalam
Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Komisi ini.
Pasal 100
KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota melakukan
penerimaan dokumen persyaratan bakal Pasangan Calon yang
diajukan oleh Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan
Partai Politik Peserta Pemilu atau perseorangan untuk
memastikan dan memeriksa:
a. kehadiran Pimpinan Partai Politik Tingkat Provinsi atau
Kabupaten/Kota pengusul dan Bakal Pasangan Calon
yang diusulkan Partai Politik Peserta Pemilu atau
Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu dan/atau bakal
Pasangan Calon perseorangan;
b. pemenuhan persyaratan pencalonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) huruf a dan Pasal 97
ayat (1) huruf a;
c. kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan
pencalonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat
(1) huruf b sampai dengan huruf e dan Pasal 99; dan
d. kelengkapan dokumen syarat bakal Pasangan Calon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (3) dan Pasal
97 ayat (2).
- 46 -
Pasal 101
Apabila pemeriksaan dokumen persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 100 melewati waktu pendaftaran pada
Hari terakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (5),
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota melanjutkan
pemeriksaan dokumen persyaratan hingga seluruh proses
diselesaikan.
Pasal 102
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota menetapkan status
pendaftaran bakal Pasangan Calon setelah melakukan
pemeriksaan dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 100.
Pasal 103
(1) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 100 terpenuhi, KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota memberikan tanda penerimaan kepada
bakal Pasangan Calon atau petugas penghubung.
(2) Dalam hal bakal Pasangan Calon telah mendapat tanda
penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota memberikan surat
pengantar dan tanda terima surat pengantar pemeriksaan
kesehatan di rumah sakit yang telah ditunjuk KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota kepada bakal
Pasangan Calon.
Pasal 104
(1) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 100 terpenuhi, KPU mengembalikan naskah
fisik dokumen persyaratan pencalonan, dokumen
persyaratan bakal Pasangan Calon, dan memberikan
tanda pengembalian.
(2) Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu dan bakal Pasangan Calon harus
melengkapi dan mendaftar kembali ke KPU Provinsi dan
KPU Kabupaten/Kota pada masa pendaftaran.
Pasal 105
(1) Dalam hal terdapat 1 (satu) atau lebih Partai Politik
Peserta Pemilu dalam Gabungan Partai Politik Peserta
Pemilu dinyatakan tidak dapat mengusulkan Pasangan
Calon, tetapi Partai Politik Peserta Pemilu pengusul
lainnya masih memenuhi syarat pencalonan, KPU Provinsi
atau KPU Kabupaten/Kota mencoret Partai Politik Peserta
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam dokumen
persyaratan pencalonan.
(2) Dokumen persyaratan pencalonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibubuhi paraf oleh petugas
pendaftaran dari KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
dan pengurus Partai Politik Peserta Pemilu pengusul.
(3) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota menerima
pendaftaran bakal Pasangan Calon dari Gabungan Partai
Politik Peserta Pemilu yang memenuhi syarat pencalonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menuangkan
dalam berita acara.
- 47 -
Bagian Ketiga
Pemeriksaan Kesehatan
Pasal 106
(1) Pemeriksaan kesehatan dilakukan terhadap bakal
Pasangan Calon yang telah menerima surat pengantar
pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 103 ayat (2).
(2) Tim pemeriksa kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 91 ayat (2) huruf b melakukan pemeriksaan
kesehatan jasmani, rohani, dan bebas dari
penyalahgunaan narkotika terhadap bakal Pasangan
Calon.
(3) Tim pemeriksa kesehatan menetapkan kesimpulan hasil
pemeriksaan kesehatan jasmani, rohani, dan bebas dari
penyalahgunaan narkotika bakal Pasangan Calon.
(4) Kesimpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dituangkan ke dalam berita acara kesimpulan hasil
pemeriksaan kesehatan yang menyatakan calon:
a. mampu atau tidak mampu secara jasmani dan
rohani; dan
b. terindikasi atau tidak terindikasi penyalahgunaan
narkotika.
(5) Tim pemeriksa kesehatan menyampaikan surat
keterangan kesehatan dan berita acara kesimpulan hasil
pemeriksaan kesehatan bakal Pasangan Calon sebagai
pemenuhan kelengkapan persyaratan bakal Pasangan
Calon kepada KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota.
(6) Surat keterangan kesehatan bakal Pasangan Calon dan
seluruh hasil pemeriksaan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) bersifat final.
Pasal 107
Setelah menerima surat keterangan kesehatan bakal Pasangan
Calon dan seluruh hasil pemeriksaan kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (6), KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota memberikan tanda penerimaan dan berita
acara penerimaan kepada bakal Pasangan Calon atau petugas
penghubung.
BAB VI
PENELITIAN PERSYARATAN CALON
Bagian Kesatu
Penelitian Dokumen Persyaratan Calon
Pasal 108
(1) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota melakukan
penelitian persyaratan administrasi terhadap kelengkapan
dan keabsahan dokumen persyaratan calon paling lama 7
(tujuh) Hari.
(2) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam berita acara.
- 48 -
Pasal 109
Penelitian terhadap kelengkapan dan keabsahan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) meliputi
penelitian terhadap:
a. cap basah Partai Politik Peserta Pemilu atau masing-
masing Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu yang
bergabung sesuai tingkatannya;
b. kebenaran isi dokumen;
c. tanda tangan Pasangan Calon;
d. meterai; dan/atau
e. kesesuaian isi dokumen dengan ketentuan dalam
Peraturan Komisi ini.
Pasal 110
(1) Apabila dalam surat keterangan catatan kepolisian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) terdapat
catatan masalah hukum, KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota melakukan klarifikasi ke Kejaksaan
Negeri dan Pengadilan Negeri untuk memastikan adanya
putusan yang berkekuatan hukum tetap.
(2) Dalam hal sudah terdapat putusan yang berkekuatan
hukum tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPU
Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota melakukan klarifikasi
ke Lembaga Pemasyarakatan.
Pasal 111
(1) Dalam hal terdapat keraguan dan/atau masukan dari
masyarakat terhadap keabsahan dokumen persyaratan
calon, KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dapat
melakukan klarifikasi kepada Partai Politik Peserta Pemilu
pengusul, bakal calon yang bersangkutan, dan/atau
instansi yang berwenang.
(2) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota terkait
menuangkan hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dalam berita acara.
Bagian Kedua
Perbaikan Dokumen Persyaratan Calon
Pasal 112
(1) Dalam hal dokumen persyaratan bakal Pasangan Calon
belum lengkap dan/atau benar, KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota memberikan kesempatan kepada Partai
Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu dan/atau bakal Pasangan Calon untuk
memperbaiki dan/atau melengkapi dokumen persyaratan
bakal Pasangan Calon.
(2) Perbaikan dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikecualikan terhadap dokumen hasil
pemeriksaan kesehatan dan bagi bakal calon atau bakal
Pasangan Calon yang dinyatakan tidak memenuhi syarat
kesehatan jasmani dan rohani dan/atau bebas
penyalahgunaan narkotika.
(3) Dalam hal bakal calon atau bakal Pasangan Calon
dinyatakan tidak memenuhi syarat kesehatan jasmani dan
rohani dan/atau bebas penyalahgunaan narkotika calon
- 49 -
Pasal 113
(1) Ketentuan mengenai penerimaan dokumen persyaratan
bakal Pasangan Calon sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 100 sampai dengan Pasal 104 berlaku mutatis
mutandis terhadap penerimaan perbaikan dokumen
persyaratan calon.
(2) Ketentuan mengenai penerimaan dokumen persyaratan
bakal Pasangan Calon sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 100 huruf a, huruf b, huruf c dan Pasal 103 ayat (2)
tidak termasuk dalam penerimaan perbaikan dokumen
persyaratan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Bagian Ketiga
Penelitian Perbaikan Dokumen Persyaratan Calon
Pasal 114
Ketentuan mengenai penelitian dokumen persyaratan calon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 sampai dengan Pasal
111 berlaku mutatis mutandis terhadap penelitian perbaikan
dokumen persyaratan calon.
Pasal 115
Dalam hal Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai
Politik Peserta Pemilu yang bakal calon dan bakal Pasangan
Calonnya berhalangan tetap, dan tidak mengajukan bakal
calon pengganti, Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan
Partai Politik Peserta Pemilu yang bersangkutan dinyatakan
tidak memenuhi syarat.
BAB VII
PENETAPAN PASANGAN CALON
Pasal 116
(1) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota menetapkan
dalam rapat pleno tertutup nama Pasangan Calon yang
telah memenuhi syarat.
(2) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota menetapkan
Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan Keputusan KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota.
(3) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota mengumumkan
hasil penetapan Pasangan Calon sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) melalui:
a. laman KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota;
dan/atau
b. media sosial KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota.
Pasal 117
(1) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota melakukan
pengundian nomor urut Pasangan Calon yang telah
ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat
(2) dalam rapat pleno terbuka.
- 50 -
Pasal 118
(1) Hasil pengundian nomor urut Pasangan Calon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117 ayat (1),
dituangkan dalam berita acara dan ditetapkan dengan
Keputusan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota.
(2) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota mengumumkan
hasil pengundian nomor urut sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Pasal 119
(1) Penetapan nomor urut Pasangan Calon sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1) digunakan sebagai
dasar untuk menyusun daftar Pasangan Calon.
(2) Daftar Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan sarana yang digunakan untuk memberikan
informasi kepada Pemilih mengenai Pasangan Calon.
(3) Dalam penyusunan daftar Pasangan Calon, KPU Provinsi
atau KPU Kabupaten/Kota memberikan kesempatan
kepada Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai
Politik Peserta Pemilu dan Pasangan Calon untuk
memberikan persetujuan terhadap rancangan daftar
Pasangan Calon.
(4) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota mengumumkan
secara luas daftar Pasangan Calon sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melalui lembaga penyiaran publik.
(5) Selain mengumumkan melalui lembaga penyiaran publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), KPU Provinsi atau
KPU Kabupaten/Kota mengumumkan daftar Pasangan
Calon melalui:
a. laman KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota;
dan/atau
b. media sosial KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota.
Pasal 120
(1) Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil
Bupati, dan Walikota atau Wakil Walikota dilarang
melakukan penggantian pejabat 6 (enam) bulan sebelum
tanggal penetapan pasangan calon sampai dengan akhir
- 51 -
Pasal 121
(1) Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu dilarang menarik pengajuan Pasangan
Calon dan/atau salah seorang calon dari Pasangan Calon
setelah penetapan Pasangan Calon sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 116.
(2) Pasangan Calon dan/atau salah seorang calon dari
Pasangan Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang mengundurkan diri terhitung sejak ditetapkan
sebagai Pasangan Calon oleh KPU Provinsi dan/atau KPU
Kabupaten/Kota.
Pasal 122
(1) Pasangan Calon perseorangan dilarang mengundurkan
diri sejak ditetapkan sebagai Pasangan Calon peserta
Pemilihan oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota.
(2) Pasangan Calon perseorangan yang mengundurkan diri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan gugur
dan tidak dapat diganti.
(3) Selain dinyatakan gugur dan tidak dapat diganti,
Pasangan Calon perseorangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam
undang-undang tentang Pemilihan.
BAB VIII
PENGGANTIAN CALON
Bagian Kesatu
Penggantian Bakal Pasangan Calon perseorangan
Pasal 123
(1) Bakal Pasangan Calon perseorangan atau salah satu bakal
calon perseorangan yang mengundurkan diri sejak
verifikasi administrasi sampai dengan rekapitulasi jumlah
dukungan dinyatakan tidak lagi memenuhi syarat dan
tidak dapat diganti dengan calon lain.
(2) Bakal calon perseorangan yang berhalangan tetap setelah
penyerahan dukungan sampai dengan sebelum
pendaftaran dapat diganti dengan calon pengganti paling
lama 3 (tiga) Hari sejak calon tersebut berhalangan tetap.
(3) Penggantian bakal calon atau calon perseorangan dapat
dilakukan dalam hal:
- 52 -
Pasal 124
Penggantian calon dari Pasangan Calon perseorangan karena
berhalangan tetap atau dijatuhi pidana berdasarkan Putusan
Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 123 ayat (3) huruf b dan huruf c
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. dalam hal Pasangan Calon perseorangan berhalangan
tetap atau dijatuhi pidana berdasarkan Putusan
Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap,
Pasangan Calon dinyatakan gugur dan tidak dapat
mengikuti Pemilihan;
b. calon perseorangan dapat mengusulkan calon pengganti
paling lama 7 (tujuh) Hari sejak calon dinyatakan
berhalangan tetap, atau sejak pembacaan putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
c. dalam hal calon perseorangan tidak mengusulkan calon
pengganti sebagaimana dimaksud dalam huruf b, salah
satu calon dari Pasangan Calon perseorangan yang tidak
berhalangan tetap atau yang tidak dijatuhi pidana
berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap dinyatakan gugur;
d. dalam hal salah satu calon dari Pasangan Calon
perseorangan berhalangan tetap atau dijatuhi pidana
berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap dalam jangka waktu 29 (dua puluh sembilan)
Hari sebelum Hari pemungutan suara, atau calon
perseorangan tidak mengusulkan calon pengganti, salah
satu calon dari Pasangan Calon yang tidak berhalangan
tetap atau tidak dijatuhi pidana berdasarkan Putusan
Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap
ditetapkan sebagai Pasangan Calon; dan
e. dalam hal terdapat salah satu calon dari Pasangan Calon
perseorangan yang berhalangan tetap atau dijatuhi pidana
berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap sebagaimana dimaksud dalam huruf d, KPU
Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota wajib mengumumkan
kepada masyarakat.
- 53 -
Bagian Kedua
Penggantian Bakal Pasangan Calon yang diusulkan
Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu
Pasal 125
(1) Penggantian bakal calon atau Pasangan Calon dapat
dilakukan oleh Partai Politik Peserta Pemilu atau
Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu, dalam hal bakal
calon atau Pasangan Calon:
a. dinyatakan tidak memenuhi syarat kesehatan;
b. berhalangan tetap; atau
c. dijatuhi pidana berdasarkan putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap.
(2) Berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi keadaan:
a. meninggal dunia; atau
b. tidak mampu melaksanakan tugas secara permanen.
(3) Berhalangan tetap karena meninggal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, dapat dibuktikan dengan
surat keterangan dari lurah/kepala desa atau sebutan lain
atau camat setempat.
(4) Berhalangan tetap karena tidak mampu melaksanakan
tugas secara permanen sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b dibuktikan dengan surat keterangan dokter
dari rumah sakit pemerintah.
Pasal 126
(1) Penggantian bakal calon atau Pasangan Calon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 dapat dilakukan
pada tahap penelitian persyaratan calon sampai dengan
sebelum penetapan Pasangan Calon.
(2) Penggantian bakal calon atau Pasangan Calon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 dapat dilakukan
pada tahap sebagai berikut:
a. sejak pendaftaran sampai dengan sebelum penetapan
Pasangan Calon; atau
b. sejak penetapan Pasangan Calon sampai dengan 30
(tiga puluh) Hari sebelum Hari pemungutan suara.
Pasal 127
(1) Penggantian bakal calon atau Pasangan Calon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 hanya dilakukan
terhadap bakal calon atau Pasangan Calon yang
dinyatakan tidak memenuhi syarat kesehatan,
berhalangan tetap atau dijatuhi pidana berdasarkan
Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
(2) Penggantian bakal calon atau Pasangan Calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
dengan mengubah kedudukan:
a. calon Gubernur, calon Bupati, atau calon Walikota
menjadi calon Wakil Gubernur, calon Wakil Bupati,
atau calon Wakil Walikota; atau
b. calon Wakil Gubernur, calon Wakil Bupati, atau calon
Wakil Walikota menjadi calon Gubernur, calon
Bupati, atau calon Walikota.
- 54 -
Pasal 128
Penggantian bakal calon karena dinyatakan tidak memenuhi
syarat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 ayat
(1) huruf a dilakukan dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 108.
Pasal 129
Penggantian calon yang diusulkan Partai Politik Peserta Pemilu
atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu karena
berhalangan tetap atau dijatuhi pidana berdasarkan Putusan
Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 125 ayat (1) huruf c dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu dapat mengajukan calon pengganti paling
lama 7 (tujuh) Hari sejak calon atau Pasangan Calon
dinyatakan berhalangan tetap, atau sejak pembacaan
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
b. Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu dilarang menarik dukungannya kepada
calon atau Pasangan Calon pengganti sebagaimana
dimaksud dalam huruf a;
c. dalam hal Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan
Partai Politik Peserta Pemilu menarik dukungan kepada
calon atau Pasangan Calon pengganti, dukungan Partai
Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu tetap dinyatakan sah;
d. dalam hal Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan
Partai Politik Peserta Pemilu tidak mengajukan calon atau
Pasangan Calon pengganti sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, salah satu calon dari Pasangan Calon yang tidak
berhalangan tetap atau yang tidak dijatuhi pidana
berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap dinyatakan gugur dan Partai Politik Peserta
Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu
pengusul calon atau Pasangan Calon tidak dapat
mengusulkan Calon atau Pasangan Calon lain;
e. dalam hal salah satu calon dari Pasangan Calon
berhalangan tetap atau dijatuhi pidana berdasarkan
Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap
dalam jangka waktu 29 (dua puluh sembilan) Hari
sebelum Hari pemungutan suara, Partai Politik Peserta
Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu tidak
dapat mengusulkan calon pengganti, salah satu calon dari
- 55 -
Pasal 130
(1) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota melakukan
verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen
persyaratan calon atau Pasangan Calon pengganti
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 ayat (3), dan
menetapkan Pasangan Calon paling lama 7 (tujuh) Hari
sejak diterimanya surat pengusulan calon atau Pasangan
Calon pengganti.
(2) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota melakukan
verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen
persyaratan calon atau Pasangan Calon pengganti
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 ayat (3) paling
lambat 3 (tiga) Hari sejak diterimanya surat pengusulan
calon atau Pasangan Calon pengganti.
(3) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota menyampaikan
hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
secara tertulis kepada Pimpinan Partai Politik Peserta
Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu dan
calon atau Pasangan Calon pengganti paling lambat 1
(satu) Hari sejak dinyatakan memenuhi syarat atau tidak
memenuhi syarat.
Pasal 131
(1) Dalam hal dari hasil penelitian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 130 calon atau Pasangan Calon pengganti
dinyatakan tidak memenuhi syarat, Partai Politik Peserta
Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu tidak
dapat mengusulkan calon atau Pasangan Calon pengganti.
(2) Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu yang calon atau Pasangan Calon pengganti
dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak dapat mengalihkan
dukungannya kepada Pasangan Calon lain.
Pasal 132
Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 124 huruf e dan Pasal 129 huruf e, KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota melanjutkan Pemilihan dengan salah satu
calon dari Pasangan Calon yang tidak berhalangan tetap
sebagai Pasangan Calon peserta Pemilihan.
Pasal 133
(1) Dalam hal terdapat pengaduan atau laporan tentang
ketidakbenaran ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar (STTB)
calon atau Pasangan Calon pada salah satu atau semua
- 56 -
BAB IX
PERPANJANGAN PENDAFTARAN
Pasal 134
(1) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian terhadap calon
atau Pasangan Calon pengganti dinyatakan tidak
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130
dan mengakibatkan jumlah Pasangan Calon kurang dari 2
(dua) pasangan, KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
membuka kembali pendaftaran Pasangan Calon.
(2) Masa pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuka paling lama 3 (tiga) Hari.
Pasal 135
(1) Dalam hal sampai dengan berakhirnya masa pendaftaran
hanya terdapat 1 (satu) Pasangan Calon yang diterima
pendaftarannya dan masih terdapat Partai Politik Peserta
Pemilu atau Pasangan Calon perseorangan yang belum
mendaftar, dilakukan perpanjangan pendaftaran, dengan
ketentuan:
a. apabila perolehan kursi dari satu atau lebih Partai
Politik Peserta Pemilu yang belum mendaftar
mencapai paling kurang 20% (dua puluh persen) atau
perolehan suaranya mencapai paling kurang 25%
(dua puluh lima persen), maka komposisi Partai
Politik atau Gabungan Partai Politik yang
mengusulkan Pasangan Calon yang telah diterima
pendaftarannya, tidak dapat diubah;
b. apabila perolehan kursi dari satu atau lebih Partai
Politik Peserta Pemilu yang belum mendaftar tidak
mencapai paling kurang 20% (dua puluh persen) atau
perolehan suaranya tidak mencapai paling kurang
25% (dua puluh lima persen), maka Pasangan Calon
yang telah diterima pendaftarannya dapat mendaftar
kembali dengan komposisi Partai Politik Peserta
Pemilu atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu
yang berbeda; atau
c. apabila terdapat bakal Pasangan Calon perseorangan
yang telah dinyatakan memenuhi syarat dukungan
dan persebarannya namun tidak mendaftar pada
masa pendaftaran maka dapat mendaftar pada masa
perpanjangan pendaftaran.
- 57 -
Pasal 136
KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota melanjutkan
penyelenggaraan Pemilihan dengan 1 (satu) Pasangan Calon
dalam hal terdapat keadaan:
a. setelah dilakukan penundaan, dan sampai dengan
berakhirnya masa perpanjangan pendaftaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135, hanya terdapat
1 (satu) Pasangan Calon yang mendaftar;
b. terdapat lebih dari 1 (satu) Pasangan Calon yang
mendaftar, dan berdasarkan hasil verifikasi hanya
terdapat 1 (satu) Pasangan Calon yang dinyatakan
memenuhi syarat, dan setelah dilakukan penundaan
sampai dengan berakhirnya masa pembukaan kembali
pendaftaran, tidak terdapat Pasangan Calon yang
mendaftar, atau Pasangan Calon yang mendaftar
berdasarkan hasil penelitian dinyatakan tidak memenuhi
syarat yang mengakibatkan hanya terdapat 1 (satu)
Pasangan Calon; atau
c. terdapat Pasangan Calon yang dikenakan sanksi
pembatalan sebagai peserta Pemilihan yang
mengakibatkan hanya terdapat 1 (satu) Pasangan Calon.
BAB X
TANGGAPAN MASYARAKAT
Pasal 137
(1) Masyarakat dapat memberikan masukan dan tanggapan
terkait Pasangan Calon sampai dengan 1 (satu) Hari
sebelum berakhirnya masa penelitian perbaikan.
(2) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota mengumumkan
kepada masyarakat mengenai:
a. Pasangan Calon; dan
b. nama calon yang berstatus sebagai mantan terpidana
dan terpidana termasuk jenis tindak pidananya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf
f.
(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan untuk mendapat masukan dan tanggapan
masyarakat.
(4) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui laman dan media sosial KPU Provinsi
dan KPU Kabupaten/Kota, media cetak, dan/atau media
elektronik.
(5) Masukan dan tanggapan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:
a. dibuat secara tertulis dan dilengkapi dengan identitas
yang jelas dan fotokopi KTP-el; dan
b. disampaikan paling lambat sesuai dengan batas
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
- 58 -
BAB XI
PEMILIHAN DI DAERAH KHUSUS
Pasal 138
(1) Pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota pada
daerah khusus dan/atau istimewa atau dengan sebutan
lain, diberlakukan ketentuan dalam Peraturan Komisi ini,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan.
(2) Daerah khusus dan/atau daerah istimewa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi daerah yang berdasarkan
kekhususannya atau keistimewaannya diatur dengan
undang-undang.
Pasal 139
(1) Perhitungan persentase dari jumlah kursi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), dikecualikan bagi kursi
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua dan Dewan
Perwakilan Rakyat Papua Barat yang diangkat.
(2) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga
berlaku bagi kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Papua Barat Daya, Dewan Perwakilan Rakyat Papua
Pegunungan, Dewan Perwakilan Rakyat Papua Tengah,
dan Dewan Perwakilan Rakyat Papua Selatan.
Pasal 140
Bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur di provinsi Papua,
Papua Barat, Provinsi Papua Pegunungan, Provinsi Papua
Tengah, Provinsi Papua Selatan, dan Papua Barat Daya
memperoleh pertimbangan dan persetujuan dari Majelis Rakyat
Papua.
Pasal 141
Partai politik lokal peserta Pemilu di Provinsi Aceh dapat
mengusulkan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur,
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati, serta Pasangan
Calon Walikota dan Wakil Walikota di wilayah Provinsi Aceh.
Pasal 142
Bentuk dan jenis formulir untuk keperluan pencalonan
Pemilihan pada daerah yang berstatus khusus atau istimewa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138, dapat disesuaikan
dengan kebutuhan.
BAB XII
PEDOMAN TEKNIS
Pasal 143
KPU dapat menetapkan Keputusan KPU tentang pedoman
teknis pencalonan Pemilihan dengan berpedoman pada
Peraturan Komisi ini.
- 59 -
BAB XIII
SISTEM INFORMASI PENCALONAN
Pasal 144
Partai Politik Peserta Pemilu atau Gabungan Partai Politik
Peserta Pemilu dan bakal Pasangan Calon perseorangan
menggunakan Silon dalam melakukan tahapan pencalonan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta
Walikota dan Wakil Walikota.
Pasal 145
(1) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota wajib
menggunakan Silon dan memanfaatkan sarana dan
prasarana teknologi yang dikembangkan oleh KPU untuk
memudahkan pelaksanaan proses pencalonan sejak masa
penyerahan dokumen dukungan Pasangan Calon
perseorangan sampai dengan penetapan Pasangan Calon
peserta Pemilihan.
(2) Dalam hal terjadi kendala pada Silon yang mengakibatkan
terganggunya proses tahapan pencalonan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau
Walikota dan Wakil Walikota, mekanisme pelaksanaan
tahapan pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil
Walikota ditetapkan oleh KPU.
Pasal 146
KPU memberikan akses pembacaan data Silon kepada lembaga
yang mengawasi penyelenggaraan Pemilihan.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 147
Pada saat Peraturan Komisi ini mulai berlaku:
1. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017
tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota
dan Wakil Walikota (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 826);
2. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2017
tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pencalonan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
1586);
3. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017 tentang
Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil
Walikota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1536);
4. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2020
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Komisi
- 60 -
Pasal 148
Peraturan Komisi ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
- 61 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal …
HASYIM ASY’ARI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal ...
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ASEP N. MULYANA
JADWAL
NO PROGRAM/KEGIATAN
AWAL AKHIR
1. PEMENUHAN PERSYARATAN
DUKUNGAN PASANGAN CALON
PERSEORANGAN
a. Pengumuman penyerahan Minggu, Selasa,
dukungan 5 Mei 2024 7 Mei 2024
b. Penyerahan dokumen Rabu, Minggu,
syarat dukungan bakal 8 Mei 2024 12 Mei 2024
Pasangan Calon kepada
KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota
c. Verifikasi administrasi Senin, Rabu,
dokumen syarat dukungan 13 Mei 2024 29 Mei 2024
oleh KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota
d. Rekapitulasi hasil verifikasi Senin, Rabu,
administrasi oleh KPU 27 Mei 2024 29 Mei 2024
Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota
e. Penyampaian hasil Kamis, Senin,
rekapitulasi oleh KPU 30 Mei 2024 3 Juni 2024
Provinsi ke KPU
Kabupaten/Kota dan
penyampaian dari KPU
Kabupaten/Kota ke PPS
f. Verifikasi faktual kesatu Senin, Minggu,
3 Juni 2024 16 Juni 2024
g. Rekapitulasi hasil verifikasi Senin, Minggu,
faktual kesatu di tingkat 17 Juni 2024 23 Juni 2024
Kecamatan
h. Rekapitulasi hasil verifikasi Senin, Minggu,
faktual kesatu di tingkat 24 Juni 2024 30 Juni 2024
Kabupaten/Kota
i. Rekapitulasi hasil verifikasi Senin, Minggu,
faktual kesatu di tingkat 24 Juni 2024 30 Juni 2024
provinsi
j. Perbaikan dan penyerahan Senin, Minggu,
perbaikan dokumen syarat 1 Juli 2024 7 Juli 2024
dukungan kepada KPU
-2-
JADWAL
NO PROGRAM/KEGIATAN
AWAL AKHIR
Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota
k. Verifikasi administrasi Senin, Sabtu,
perbaikan dokumen syarat 8 Juli 2024 20 Juli 2024
dukungan
l. Rekapitulasi hasil verifikasi Kamis, Sabtu,
administrasi perbaikan oleh 18 Juli 2024 20 Juli 2024
KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota
m Penyampaian hasil Minggu, Kamis,
. rekapitulasi verifikasi 21 Juli 2024 25 Juli 2024
administrasi perbaikan oleh
KPU Provinsi ke KPU
Kabupaten/Kota dan
penyampaian dari KPU
Kabupaten/Kota ke PPS
n. Verifikasi faktual kedua Rabu, Jumat,
24 Juli 2024 2 Agustus 2024
o. Rekapitulasi verifikasi Sabtu, Rabu,
faktual kedua di tingkat 3 Agustus 2024 7 Agustus 2024
kecamatan
p. Rekapitulasi verifikasi Kamis, Rabu,
faktual kedua dan 8 Agustus 2024 14 Agustus 2024
rekapitulasi akhir hasil
verifikasi persyaratan
dukungan minimal di
tingkat kabupaten/kota
q. Rekapitulasi verifikasi Kamis, Rabu,
faktual kedua dan 8 Agustus 2024 14 Agustus 2024
rekapitulasi akhir hasil
verifikasi persyaratan
dukungan minimal di
tingkat provinsi
r. Penetapan pemenuhan Kamis, Senin,
syarat dukungan 8 Agustus 2024 19 Agustus 2024
3. PENDAFTARAN DAN
PENELITIAN PERSYARATAN
PASANGAN CALON
a. Pendaftaran bakal Selasa, Kamis,
Pasangan Calon 27 Agustus 2024 29 Agustus 2024
b. Masukan dari masyarakat Jumat, Senin,
terhadap keabsahan 30 Agustus 2024 16 September 2024
persyaratan Pasangan
Calon
c. Pemeriksaan kesehatan Selasa, Senin,
27 Agustus 2024 2 September 2024
d. Penelitian dokumen Kamis, Rabu,
persyaratan calon 29 Agustus 2024 4 September 2024
-3-
JADWAL
NO PROGRAM/KEGIATAN
AWAL AKHIR
e. Pemberitahuan hasil Rabu, Jumat,
penelitian dokumen 4 September 2024 6 September 2024
persyaratan calon oleh KPU
Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota
f. Perbaikan dan penyerahan Kamis, Minggu,
perbaikan dokumen 5 September 2024 8 September 2024
persyaratan calon oleh
Partai Politik Peserta Pemilu
atau Gabungan Partai
Politik Peserta Pemilu
dan/atau bakal Pasangan
Calon perseorangan kepada
KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota
g. Penelitian perbaikan Kamis, Kamis,
dokumen persyaratan calon 5 September 2024 12 September 2024
oleh KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota
h. Pemberitahuan penelitian Kamis, Jumat,
perbaikan dokumen 12 September 2024 13 September 2024
persyaratan calon oleh KPU
Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota
i. Pengajuan calon pengganti Rabu, Minggu,
4 September 2024 15 September 2024
j. Penelitian dokumen Rabu, Sabtu,
perbaikan syarat calon 4 September 2024 21 September 2024
pengganti
HASYIM ASY’ARI
LAMPIRAN II
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR … TAHUN ...
TENTANG
PENCALONAN GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI,
SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
MODEL B.PENYERAHAN.DUKUNGAN.KWK
..., ...
Lampiran :…
Perihal : Penyerahan Syarat Dukungan
Bakal Pasangan Calon Perseorangan
... ...
Nur Syarifah
LAMPIRAN III
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR … TAHUN ...
TENTANG
PENCALONAN GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI,
SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
MODEL B.JUMLAH.DUKUNGAN.KWK
... ...
HASYIM ASY’ARI
LAMPIRAN IV
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR … TAHUN ...
TENTANG
PENCALONAN GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, SERTA
WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
ditempel di sini”
1. Nama : ...
2. NIK : ...
3. Jenis Kelamin : ...
4. Alamat : ...
5. RT/RW (apabila ada) : ...
6. Tempat Lahir : ...
7. Tanggal Lahir : ...
8. Pekerjaan : ...
9. Status Perkawinan : Belum Kawin/Sudah Kawin/Pernah Kawin*)
10. Nomor kontak : ...
11. Email teleconference : ...
..., ...
(...)
Keterangan :
*) Pilih salah satu.
HASYIM ASY’ARI
LAMPIRAN V
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR … TAHUN ...
TENTANG
PENCALONAN GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI,
SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
MODEL B.PENCALONAN.PARPOL.KWK
bersama-sama menyatakan:
1. sepakat mendaftarkan Bakal Pasangan Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur/Bupati dan Wakil Bupati/ Walikota dan Wakil Walikota*) ...
Tahun ...;
2. tidak akan menarik Bakal Pasangan Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur/Bupati dan Wakil Bupati/Walikota dan Wakil Walikota *) yang
telah didaftarkan;
3. tidak akan mengundurkan diri sebagai Bakal Pasangan Calon Gubernur
dan Wakil Gubernur/Bupati dan Wakil Bupati/Walikota dan Wakil
Walikota*);
4. sepakat mengikuti proses Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur/Bupati dan Wakil Bupati/Walikota dan Wakil Walikota*) ...
Tahun ...
5. bahwa naskah visi, misi, dan program yang kami ajukan telah sesuai
dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah.
Demikian surat pencalonan ini diajukan beserta lampirannya sebagai
persyaratan pendaftaran Bakal Pasangan Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur/Bupati dan Wakil Bupati/Walikota dan Wakil Walikota*) sesuai
ketentuan perundang-undangan dan dibuat dalam 1 (satu) rangkap asli untuk
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
..., ...
DPW/DPD/DPC Partai Politik atau sebutan lain*)/
Gabungan DPW/DPD/DPC Partai Politik atau sebutan lain *)
Provinsi/Kabupaten/Kota*) ...
Yang Mengajukan Pasangan Calon *)
Partai ...
Ketua atau sebutan lain*), Sekretaris atau sebutan lain*),
Meterai Cap
(...) (...)
Partai ...
Ketua atau sebutan lain*), Sekretaris atau sebutan lain*),
Meterai Cap
(...) (...)
Partai ...
Ketua atau sebutan lain*), Sekretaris atau sebutan lain*),
Meterai Cap
(...) (...)
dst
METERAI
(...) (...)
HASYIM ASY’ARI
LAMPIRAN VI
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR … TAHUN ...
TENTANG
PENCALONAN GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI,
SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
MODEL B.PERSETUJUAN.PARPOL.KWK
[KOP PARTAI]
MEMUTUSKAN:
Memberikan persetujuan kepada:
1. Bakal Calon Gubernur/Bupati/Walikota*):
Nama : ...
NIK : ...
Tempat/Tanggal Lahir: …
Umur : ...
Jenis Kelamin : ...
Pekerjaan : ...
2. Bakal Calon Wakil Gubernur/Wakil Bupati/Wakil
Walikota*):
Nama : ...
NIK : ...
Tempat/Tanggal Lahir: ...
Umur : ...
Jenis Kelamin : ...
Pekerjaan : ...
untuk mendaftar sebagai Bakal Pasangan Calon Gubernur dan
Wakil Gubernur/Calon Bupati dan Wakil Bupati/Calon
WaliKota dan Wakil Walikota*) ... pada Pemilihan Tahun 2024.
..., ...
Dewan Pimpinan Pusat
Partai ...
Ketua Umum atau sebutan lain*), Sekretaris Jenderal atau sebutan lain*),
Meterai Cap
(... ) (...)
HASYIM ASY’ARI
LAMPIRAN VII
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR … TAHUN ...
TENTANG
PENCALONAN GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI,
SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
MODEL BB.PERNYATAAN.CALON.KWK
SURAT PERNYATAAN
BAKAL CALON GUBERNUR/WAKIL GUBERNUR/BUPATI/WAKIL
BUPATI/WALIKOTA/WAKIL WALIKOTA*)
a. Nama : ...
b. NIK : ...
c. Jenis kelamin : ...
d. Pekerjaan : ...
e. Tempat dan tanggal : .../ ... tahun...
lahir/umur
f. Alamat tempat tinggal : ...
menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya:
A. UMUM
1. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus Tahun 1945 dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3. tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun
atau lebih, kecuali terhadap terpidana yang melakukan tindak
pidana kealpaan atau tindak pidana politik dalam pengertian suatu
perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana dalam hukum
positif hanya karena pelakunya mempunyai pandangan politik yang
berbeda dengan rezim yang sedang berkuasa;
4. belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati,
Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa
jabatan dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur, Calon
Wakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil Bupati, Calon Walikota,
dan Calon Wakil Walikota;
2
B. KHUSUS**)
Meterai
...
Mengetahui***)
DPW/DPD/DPC Partai Politik atau sebutan lain *)/
Gabungan DPW/DPD/DPC Partai Politik atau sebutan lain *)
Provinsi/Kabupaten/Kota*) ...
Yang Mengajukan Pasangan Calon *)
Partai ...
Ketua atau sebutan lain*), Sekretaris atau sebutan lain*),
Meterai Cap
(...) (...)
Partai ...
Ketua atau sebutan lain*), Sekretaris atau sebutan lain*),
Meterai Cap
(...) (...)
Partai ...
Ketua atau sebutan lain*), Sekretaris atau sebutan lain*),
Meterai Cap
(...) (...)
Keterangan :
*) Coret yang tidak perlu.
**) Beri centang pada kolom pertama sesuai kondisi
***) Khusus bakal pasangan calon yang diusulkan oleh Partai
Politik/Gabungan Partai Politik
HASYIM ASY’ARI
LAMPIRAN VIII
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR … TAHUN ...
TENTANG
PENCALONAN GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI,
SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
MODEL BB.RIWAYAT.HIDUP.CALON.KWK
Pas Foto
Berwarna
4 x6
Gelar
Jenjang Tahun Tahun
No Nama Institusi (jika
Pendidikan Mulai Selesai
ada)
1
2
dst
17. Publikasi:
Judul Penerbit Tahun Terbit
..., ...
Yang menyatakan,
Bakal Calon
Gubernur/Wakil
Gubernur/Bupati/Wakil
Bupati/Walikota/Wakil
Walikota*)
Meterai
(...)
Mengetahui,**)
Partai ...
Ketua atau sebutan lain*), Sekretaris atau sebutan lain*),
Meterai Cap
(...) (...)
Partai ...
Ketua atau sebutan lain*), Sekretaris atau sebutan lain*),
Meterai Cap
(...) (...)
Partai ...
Ketua atau sebutan lain*), Sekretaris atau sebutan lain*),
Meterai Cap
(...) (...)
-4-
Keterangan :
*) Coret yang tidak perlu.
**) Khusus bakal pasangan calon yang diusulkan oleh Partai Politik/Gabungan
Partai Politik
HASYIM ASY’ARI
LAMPIRAN IX
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR … TAHUN ...
TENTANG
PENCALONAN GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI,
SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
MODEL
PERMOHONAN.SILON.PERSEORANGAN.KWK
.
..., ...
Lampiran : ...
Perihal : Permohonan Pembukaan Akses Silon Bakal Pasangan Calon
Gubernur dan Wakil Gubernur/Bupati dan Wakil Bupati
Walikota dan Wakil Walikota*)
Nama : ...
NIK : ...
Alamat Surat Elektronik : ...
Nomor Telp/HP : ...
... ...
HASYIM ASY’ARI
LAMPIRAN X
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR … TAHUN ...
TENTANG
PENCALONAN GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI,
SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
MODEL
PERNYATAAN.IDENTITAS.PENDUKUNG.KWK
...
HASYIM ASY’ARI
LAMPIRAN XI
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR … TAHUN ...
TENTANG
PENCALONAN GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI,
SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
MODEL TANGGAPAN.MASYARAKAT.KWK
..., ...
Pemberi Tanggapan,
(...)
Keterangan:
1. *) Coret yang tidak perlu
2. A diisi untuk tanggapan pendukung bakal pasangan calon perseorangan
3. B diisi untuk tanggapan terhadap bakal pasangan calon/bakal calon
HASYIM ASY’ARI
LAMPIRAN XII
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR … TAHUN ...
TENTANG
PENCALONAN GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI,
SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
MODEL
PERMOHONAN.SILON.PARPOL.KWK
..., ...
Lampiran : ...
Perihal : Permohonan Pembukaan Akses Silon Bakal Pasangan Calon
Gubernur dan Wakil Gubernur/Bupati dan Wakil
Bupati/Walikota dan Wakil Walikota*)
1. Nama : ...
NIK : ...
Pekerjaan : ...
Partai Politik : ...
Jabatan : ...
Nomor KTA : ...
Nomor Telp./HP : ...
2. Nama : ...
NIK : ...
Pekerjaan : ...
Partai Politik : ...
Jabatan : ...
Nomor KTA : ...
Nomor Telp./HP : ...
3. Nama : ...
NIK : ...
Pekerjaan : ...
Partai Politik : ...
Jabatan : ...
Nomor KTA : ...
Nomor Telp./HP : ...
dst.
merupakan Partai Politik/Gabungan Partai Politik pengusul atas bakal
Pasangan Calon atas nama:
A. Bakal Calon Gubernur/Bupati/Walikota*)
Nama : ...
NIK : ...
Tempat/Tanggal Lahir : ...
Umur : ...
Jenis Kelamin : ...
Pekerjaan : ...
Alamat tempat tinggal
Sesuai KTP-el : ...
Alamat tempat tinggal
Domisili : ...
Alamat Surat Elektronik : ...
Nomor Telp./HP : ...
Nama : ...
NIK : ...
Alamat Surat Elektronik : ...
Nomor Telp./HP : ...
Partai ...
Ketua atau sebutan lain*), Sekretaris atau sebutan lain*),
Cap
(...) (...)
Partai ...
Ketua atau sebutan lain*), Sekretaris atau sebutan lain*),
Cap
(...) (...)
Partai ...
Ketua atau sebutan lain*), Sekretaris atau sebutan lain*),
Cap
(...) (...)
(...) (...)
HASYIM ASY’ARI
Nur Syarifah
LAMPIRAN XIII
PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM
NOMOR … TAHUN ...
TENTANG
PENCALONAN GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI,
SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA
MODEL B.PENCALONAN.PERSEORANGAN.KWK
bersama-sama menyatakan:
1. sepakat mendaftarkan diri sebagai Bakal Pasangan Calon Gubernur dan
Wakil Gubernur/Bupati dan Wakil Bupati/Walikota dan Wakil Walikota
... Tahun ...;
2. tidak akan mengundurkan diri sebagai Bakal Pasangan Calon Gubernur
dan Wakil Gubernur/Bupati dan Wakil Bupati/Walikota dan Wakil
Walikota*);
3. sepakat mengikuti proses pemilihan gubernur dan wakil
gubernur/bupati dan wakil bupati/walikota dan wakil walikota*) ...
tahun ...;
4. bahwa naskah visi, misi, dan program yang kami ajukan telah sesuai
dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah.
Demikian surat pencalonan ini diajukan beserta lampirannya sebagai
persyaratan pendaftaran Bakal Pasangan Calon Gubernur dan Wakil
Gubernur/ Bupati dan Wakil Bupati/Walikota dan Wakil Walikota*) sesuai
ketentuan perundang-undangan dan dibuat dalam 1 (satu) rangkap asli
untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
..., ...
Bakal Calon Gubernur/Bupati/ Bakal Calon Wakil
Walikota*) Gubernur/Wakil Bupati/Wakil
Walikota*)
METERAI
... ...
Keterangan :
*) Pilih salah satu.
HASYIM ASY’ARI