RMSL, 89-100 Jurnal Putri
RMSL, 89-100 Jurnal Putri
1, 2021
ISSN 2442-3262
Abstrak
Daya dukung lahan merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
tata ruang wilayah, agar mampu mendukung aktivitas pemanfaatan lahan secara berkelanjutan.
perbedaan daya dukung dan daya tampung adalah daya dukung merupakan kemampuan lingkungan
untuk mendukung perikehidupan sedangkan daya tampung merupakan kemampuan lingkungan hidup
untuk menyerap zat, energy, dan komponen lain. Perkembangan penduduk perkotaan atau wilayah di
Indonesia yang sangat pesat sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah
memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang serius. Oleh karena itu diperlukan analisis
mengenai daya dukung dan daya tampung lahan untuk mengetahui ketersediaan lahan efektif untuk
mendukung lahan bermasalah yang ada di kecamatan Malalayang Kota Manado. Penelitian ini
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan melakukan analisis spasial. Sesuai dengan
analisis tersebut, maka dalam menganalisis daya dukung dan daya tampung lahan dilakukan proses
overlay atau tumpang tindih peta tematik untuk mengetahui daya dukung dan daya tampung, serta
total luasan lahan efektif yang dimiliki tiap kelurahan yang ada di kecamatan Malalayang. Tujuan
dari penelitian ini adalah teridentifikasinya pemanfaatan lahan, sebaran fungsi lahan terencana dan
tidak terencana dan mengetahui kapasitas dan kemampuan lahan dalam tingkat kelas lahan
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009, serta lahan efektif (daya
dukung dan daya tampung) yang dapat direkomendasi untuk difungsikan sebagai kawasan budidaya
yang ada di kecamatan Girian.
perlu menjadi perhatian tentang keberadaan mempengaruhi kemampuan lahan. Aspek yang
permukiman pada pusat lingkungan tersebut. perlu diperhatikan dalam kesesuaian lahan
Permukiman yang ada di Kecamatan Girian adalah : Tanah secara umum di artikan sebagai
mengalami pertumbuhan yang pesat. Adanya lapisan permukaan bumi yang secara fisik
pembangunan perumahan baru yang terbangun berfungsi sebagai tempat tumbuh dan
pada lahan yang diperuntukkan untuk hunian, berkembangnya perakaran.
berkembang dengan pesat. Hal ini Daya Dukung lahan menurut pedoman
menimbulkan permasalahan pada ketersediaan teknik analisis aspek fisik & lingkungan,
lahan. ekonomi serta sosial budaya dalam
Bertambahnya permukiman penyusunan rencana tata ruang (Permen PU
mengakibatkan ketersediaan lahan semakin No.20/PRT/M/2007) yaitu dengan
kecil. Yang menjadi pertanyaan penelitian menggunakan analisis kemampuan lahan yang
adalah Bagaimana Ketersediaan Lahan di didalam nya terdiri dari SKL (Satuan
Kecamatan Girian jika pertumbuhan Kemampuan Lahan) dengan metode tumpang
permukiman bersifat linier. Hal ini menjadi tindih dan pembobotan serta skoring, didalam
daya tarik untuk dilakukan penelitian tentang satu SKL terdiri berbagai peta-peta
Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan didalamnya seperti peta klimatologi, topografi,
untuk Pengembangan Permukiman. geologi, hidrologi, sumberdaya mineral,
bencana alam serta penggunaan lahan. SKL
(Satuan Kemampuan Lahan ) sendiri terdiri
TINJAUAN PUSTAKA dari SKL Morfologi, SKL kemudahan
dikerjakan, SKL kestabilan lereng, SKL
Lahan kestabilan pondasi, SKL ketersediaan air, SKL
Lahan adalah lingkungan fisik dan untuk drainase, SKL Terhadap Erosi , SKL
biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya pembuangan limbah dan SKL terhadap
terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup bencana alam. Dari 10 SKL tersebut akan di
manusia. Menurut para ahli yang pertama bobot dan di tumpang tindihkan berdasarkan
menurut Purwowidodo,1983: “Suatu kriteria skoring yang ada sehingga
lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief memunculkan nilai dari kemampuan lahan
tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai hingga menghasilkan kesesuaian lahan. Hasil
pada batas tertentu akan mempengaruhi dari kemampuan lahan masih bersifat makro
kemampuan penggunaan lahan. Menurut yang hanya membahas peruntukan
Rafi’I, 1985: “Permukaan daratan dengan permukiman dari segi general atau umum yang
benda-benda padat, cair, bahkan gas”. Adapun didalamnya termasuk sarana prasaarana dan
pengertian lahan menurut FAO dalam Arsyad, sebagainya.
1989: “Lahan diartikan sebagai lingkungan
fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air Daya Tampung Lahan
dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya Daya Tampung Lahan adalah
sepanjamng ada pengaruhnya terhadap kapasitas lingkungan yang di dalamnya
penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasil menampung aktivitas yang memanfaatkan
kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang sumberdaya alam pada suatu lahan dan sebagai
seperti hasil reklamasi laut, pembersihan ukuran kapasitas ataupun aktivitas pengguna
vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti ruang yang dapat di tampung di dalam suatu
yang tersalinasi”. ekosistem
kebutuhan hidupnya baik materil maupun daerah usaha seperti pertokoan, perkantoran,
spiritual". Sedangkan penggunaan lahan hotel, pabrik/industri.
Menurut Lindgren (1985) penggunaan lahan
adalah semua jenis penggunaan sumber daya Pengembangan Permukiman adalah
lahan oleh manusia baik untuk pertanian, rangkaian kegiatan yang bersifat multisektor
lapangan Olahraga, rumah mukim serta meliputi kegiatan pengembangan permukiman
kegiatan lain sepanjang masih ada baru dan peningkatan kualitas permukiman
keterkaitannya dengan lahan, Penggunaan lama baik di perkotaan (kecil, sedang, besar
lahan menurut Meyer (1995, dalam Brisaulis. dan metropolitan), di perdesaan (termasuk
2000) adalah cara bagaimana manusia daerah- daerah tertinggal dan terpencil)
memanfaalkan lahan dan sumberdaya yang maupun kawasan-kawasan tertentu.
ada padanya dan tujuan yang hendak dicapai Pengembangan Permukiman baik di perkotaan
dari pemanfaatan tersebut. maupun perdesaan pada hakekatnya adalah
mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan
Pengembangan Permukiman yang layak huni (liveable), aman, nyaman,
damai,dan sejahtera, serta beerkelanjutan
Dalam pengembangan lahan
pemukiman baru harus diketahui karakteristik Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
lahan yang sesuai unluk dikembangkan.
Tujuannya adalah agar pendirian permukiman Satuan lahan lazim digunakan sebagai
dapat memenuhi hak warga negara atas tempat satuan analisis dalam kajian geografi. Menutut
tinggal yang layak dalam lingkungan yang Sitorus, (1995:93) satuan lahan merupakan
sehat, aman, serasi dan teratur, serta menjamin kelompok lokasi yang berhubungan, dengan
kepastian bermukim seperti yang diatur dalam bentuk lahan tertentu dalam sistem lahan dan
(UU No.1.Tahun2011). Berdasrkan Peraturan seluruh satuan lahan yang sama dan
Menteri Pekerjaan Umum No.41 Tahun 2007 mempunyai asosiasi lokasi yang sama. Sistem
mengenai pedoman Teknis Kawasan lahan merupakan area yang mempunyai pola
Budidaya, pendirian permukiman harus yang berulang dari topografi, tanah dan
memperhatikan beberapa karakteristik lahan. vegetasi. Satuan lahan merupakan kompleks
Beberapa karakteristik lahan itu antara lain wilayah atas asosiasi karakteristik tertentu.
yaitu Topografi datar sampai bergelombang Satuan lahan terdiri dari 3 atribut maupun 4
(kelerengan lahan 0 – 25 %). Karakteristik atribut bergantung kepada topik kajian. Satuan
yang ke-dua yaitu tersedia sumber air, baik air lahan merupakan kumpulan informasi yang
tanah maupun air yang diolah oleh menggambarkan perbedaan dan persamaan
penyelenggara dengan jumlah yang cukup. karakter suatu wilayah satu dengan yang lain.
Untuk air PDAM suplai air antara 60 Sehingga dalam kajian tertentu perlu
liter.org/hari - 100 liter.org/hari. Karakteristik diperhatikan informasi (atribut) apa yang
ketiga yaitu tidak berada pada daerah rawan diperlukan untuk mengetahui karakter lahan
bencana (longsor, banjir, erosi) drainase baik berdasarkan tujuan penelitian/ topik kajian.
sampai sedang. Karakteristik ke empat yaitu Menurut peraturan pemerintah untuk
tidak berada pada wilayah sempadan sungai, dayadukung lahan dengan mengetahui
pantai, waduk, danau, mata air, saluran kemampuan lahan wilayah studi dengan
pengairan, rel kereta api dan daerah aman melakukan pembobotan satuan kemampuan
penerbangan. Karakteristik kelima, tidak lahan (SKL) yang bersumber pada Peraturan
berada pada kawasan lindung. Karakteristik ke Menteri Pekerjaan Umum No.20/prt/m/2007
enam tidak terletak pada kawasan budi daya tentang teknik analisis aspek fisik &
pertanian, dan karakteristik terakhir adalah lingkungan, ekonomi serta sosial budaya
menghindari sawah irigasi teknis. Menurut dalam peyusunan rencana tata ruang. Adapun
Prayogo Mirhad dałam Eko Budiharjo (1984) variabel kriteria tersebut antara lain
lahan yang sesuai untuk dikembangkan Klimatologi, Topografi, Geologi, Hidrologi,
sebagai permukiman bukan yang secara sumber daya mineral/ bahan galian, bencana
ekonomis telah sukar dikembangkan secara alam dan penggunaan lahan. Semua variabel
produktif, misal: bukan daerah persawahan, tersebut di tumpang tindih hingga
bukan daerah kebun-kebun yang baik bukan
menghasilkan beberapa SKL (Satuan dari 2 jenis peta yang Longsor dan Rawan
Kemampuan Lahan) diantaranya SKL bencana banjir. Besarnya bobot dan skoring
Morfologi, SKL Kemudahan Dikerjakan, SKL tidak memiliki nilai mutlak, karena hanya
Kestabilan Lereng, SKL Kestabilan Pondasi, digunakan untuk memudahkan analisis
SKL Ketersediaan Air, SKL untuk Drainase, terhadap pembagian fungsi kawasan
SKL terhadap Erosi, SKL terhadap Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
Pembuangan Limbah dan SKL Bencana Alam. Untuk menentukan kelas kesesuaian
Dari total semua SKL tersebut diberi lahan berdasarkan kondisi fisik digunakan
pembobotan hingga menjadi peta kemampuan Analisis skoring dengan variabel-variabel
lahan. tersebut dapat dilihat pada tabel berikut berupa Kemiringan Lereng, Jenis Tanah,
Curah Hujan, Topografi, Penggunaan Lahan,
Tabel 1. Klasifikasi Satuan Kemampuan Rawan Bencana
Lahan
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan analisis spasial dengan bantuan
alat analisis GIS (Geography Information
System) dan analisis skoring. Analisis spasial
dilakukan dengan cara overlay atau
menumpang-tindihkan parameter parameter
kesesuaian lahan yang telah diberikan skor
untuk didapatkan output berupa data spasial
kesesuaian lahan permukiman. Data-data yang Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan
digunakan dalam penelitian ini diperoleh Girian
dengan survei primer dan survei sekunder. Sumber : Peneliti 2020
2,68 Ha, Perdagangan & Jasa 2,09 Ha, Hutan Peternakan 2,96 Ha, Semak 2,68 Ha,
1,98 Ha, dan Tanah Terbuka 1,63 Ha.
213,58 Ha 272,63 Ha
Gambar 6 Peta Daya Dukung & Daya Tampung Lahan Kecamatan Girian
Sumber : Peneliti 2020
Berdasarkan Analisis Daya Dukung & Daya Tampung yang telah dilakukan, dapat diketahui
Keadaan Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan di Kecamatan Girian dengan 2 klasifikasi secara
garis besar yaitu Leluasa, dimana terdaat Lahan yang sudah dimanfaatkan sebesar 222,78, dan
Belum termanfaatkan sebesar 23,67 Ha
Perbandingan Satuan Kemampuan Lahan dengan Daya Dukung & Daya Tampung Lahan
Tabel 6.Luas Perbandingan SKL dan Daya Dukung & Daya Tampung Lahan
No Kecamatan Sangat Layak Layak Untuk Layak Untuk
Dikembangkan
Untuk Dikembangkan
Dikembangkan Bersyarat
43% 57%
Sumber : Peneliti 2020
KESIMPULAN DAN SARAN 43% dari luasan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Bitung Tahun 2013 – 2033 dapat
Kesimpulan dinyatakan apabila mengikuti arahan dari
Berdasarkan penelitian yang sudah RTRW, lahan sebesar 43% Tersebut akan
dilakukan mengenai “Analisis Daya Dukung berkembang dengan baik dan efektif.
dan Daya Tampung Lahan di Kecamatan
Girian Kota Bitung untuk Pengembangan Saran
Permukiman” maka kesimpulan yang di Berdasarkan hasil penelitian yang
peroleh adalah sebagai berikut: telah dilakukan daya dukung dan daya
Keadaan eksisting lgtahan di Kecamatan tampung lahan di Kecamatan Girian dapat
Girian Kota Bitung sebagian besar adalah diketahui perlu adanya pengembangan
Permukiman 339,38 Ha, diikuti dengan Hutan permukiman pada Kecamatan Girian karena
Lindung 52,13312Ha, Kebun Campuran ketersediaan dan daya dukung dan daya
32,658 Ha, Perkebunan Rakyat 22,32 Ha, tampung wilayah yang mendukung. Dalam hal
Tegalan 7,51248Ha, Hankam 7,273879, ini, tentu harus disesuaikan dengan Rencana
Sawah 6,87 Ha, Rumput 3,37Ha, Industri 3,32 Tata Ruang Wilayah Kota Bitung Tahun 2013-
Ha, Peternakan 2,96 Ha, Semak 2,68 Ha, 2033
Perdagangan & Jasa 2,09 Ha, Hutan 1,98 Ha,
dan Tanah Terbuka 1,63 Ha.
Kemampuan lahan di Kecamatan Girian DAFTAR PUSTAKA
Kota Bitung dengan kemampuan pengemban
sangat rendah 223,622873 Ha, kemampuan Anonim,2007. Undang-undang No.26 Tahun
pengembangan Rendah 25,37345 Ha, 2007 Tentang Penataan Ruang
Kemampuan Pengembangan Sedang 61,41052 Anonim. 2007. Peraturan Menteri PU No.
dan kemampuan pengembangan Sangat Tinggi 20/PRT/M/2007 tentang analisis fisik
175,809197 Ha. dan lingkungan wilayah atau kawasan
Hasil analisis menggunakan aplikasi
ArcGis, Daya Dukung & Daya Tampung Badan Pertanahan Nasional, 2020. Rencana
Lahan di Kecamatan Girian Kota Bitung Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
memiliki total lahan yang dapat Bitung Tahun 2013-2033
Dikembangkan Untuk Permukiman dengan
Anonim, 2011. Undang-undang Republik
Leluasa sebesar 66,81Ha atau 13,74% dari
Indonesia No.1 tahun 2011 tentang
total luasan lahan, dan memiliki Lahan yang
Perumahan dan Kawasan
Dapat Dikembangkan namun tidak leluasa
Permukiman
seluas 75,03 Ha atau 15,43% dari total luas
lahan, sisanya adalah lahan permukiman Anonim. 2009. Peraturan Menteri Negara
eksisting seluas 331,67 Ha atau 68,21% dari Lingkungan Hidup No. 17 Tahun
total luasan lahan, dan lahan yang Tidak Dapat 2009 tentang Pedoman Penentuan
Dikembangkan seluas 12,69 Ha atau 2,61% Daya Dukung Lingkungan Hidup
dari total luasan lahan. dalam Penataan Ruang Wilayah
Dapat disimpulkan secara garis besar
Kecamatan Girian Di Kota Bitung Sangat baik Badan Pusat Statistik (BPS), 2020. Kota
apabila Dikembangkan untuk Lahan Bitung Dalam Angka 2020. BPS Kota
Permukimannya. Apabila Permukiman dapat Bitung
dimaksimalkan, Kecamatan ini dapat Badan Pusat Statistik (BPS), 2017.
berkembang dengan baik. Namun, melalui Kecamatan Girian Dalam Angka.
perbandingan antara penelitian dengan RTRW BPS Kota Bitung
Kota Bitung Tahun 2013 -2033 Dapat
disimpulkan bahwa tingkat Presentase yang Fansuri F. 2017. Daya Dukung dan Daya
diperoleh, menyatakan RTRW Kota Bitung Tampung Lahan Perumahan di Kota
Tidak Sesuai dari Kemampuan Lahan yang ada Cimahi. Program Studi Perencanaan
(57% tidak sesuai) sehingga dapat Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
mempengaruhi keefektifan dari lahan. Namun,