Anda di halaman 1dari 12

KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN KETERAMPILAN

BERTANYA PADA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS XI


SMA ISLAMIYAH PONTIANAK

Ramadhani Taufik, Wanto Rivaie dan Sulistyarini

FKIPkultas Universitas Tanjungpura Pontianak, Prodi Pendidikan Sosiologi


email : dhanie88sos@gmail.com

Abstrack: The study is titled "The ability to apply these skills teacher asked the
sociology lesson in class XI High School Islamiyah Pontianak '. The problem of
this research is "How teachers 'ability to apply the skills asked subjects in class XI
High School sociology Islamiyah Pontianak?'. This study uses qualitative research
is a form of case study research is the subject of sociology studies teacher in class
XI High School Islamiyah Pontianak. In collecting data using techniques of
observation and interviews later in the data analysis using data reduction, data
display and decision making and verification. The results obtained from this
study indicate that (1) teachers' high school sociology class XI Pontianak
Islamiyah has carried out basic skills well ask, however. (2) the ability of teachers
to implement advanced questioning skills are quite good, because most of the
teachers have implemented the components contained in the advanced questioning
skills. 3) the constraints faced by teachers in implementing the skills to ask is the
allocation of time that does not allow teachers to implement all components of
questioning skills in one session, two students who are not serious to learn, and
teachers who still have not mastered the skills asked optimally.

Abstrak: Penelitian ini berjudul “Kemampuan guru menerapkan keterampilan


bertanya pada pelajaran sosiologi di kelas XI SMA Islamiyah Pontianak”. Adapun
masalah umum penelitian ini adalah ““Bagaimana kemampuan guru menerapkan
keterampilan bertanya pada mata pelajaran sosiologi di kelas XI SMA Islamiyah
Pontianak?”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam pengumpulan
data menggunakan teknik observasi dan wawancara kemudian dalam analisis data
menggunakan reduksi data, display data dan pengambilan keputusan dan
verifikasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) guru
pelajaran sosiologi dikelas XI SMA Islamiyah Pontianak sudah melaksanakan
keterampilan bertanya dasar dengan baik. (2) kemampuan guru dalam
menerapkan keterampilan bertanya lanjutan ini cukup baik, karena sebagian besar
komponen telah dilaksanakan (3) kendala yang dihadapi oleh guru dalam
menerapkan keterampilan bertanya adalah alokasi waktu yang tidak
memungkinkan guru menerapkan semua komponen keterampilan bertanya dalam
satu kali pertemuan, kedua siswa yang tidak serius mengikuti pelajaran, dan guru
yang masih belum menguasai keterampilan bertanya secara optimal.

Kata kunci : Keterampilan bertanya Guru, Questioning Skill

1
P roses pembelajaran merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan
siswa dalam situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan
yang ditetapkan. Wujud interaksi pengajaran dapat dilakukan melalui berbagai
keterampilan yang menghendaki adanya pertimbangan, keunikan, dan keragaman
siswa. Sudah tentu guru dituntut kemampuannya untuk menggunakan berbagai
keterampilan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Keterampilan dasar dalam mengajar merupakan salah satu keterampilan
yang menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan
terhadap keterampilan ini memungkinkan seorang guru mampu mengelola
kegiatan pembelajaran secara efektif. Dengan penguasaan keterampilan dasar
mengajar, guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Terdapat delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan
menentukan kualitas pembelajaran yaitu: keterampilan bertanya, keterampilan
memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan,
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, serta keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan Turney (dalam Mulyasa, 2007).
Dari delapan keterampilan di atas, maka keterampilan bertanya merupakan
salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh guru, karena dengan bertanya
akan mendapat tanggapan dari pihak lain. Keterampilan bertanya sangat perlu
dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan,
karena hampir setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan
pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas
jawaban peserta didik.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di kelas XI SMA Islamiyah
Pontianak, penulis melihat bahwa guru Sosiologi kelas XI masih mengalami
kesulitan dalam menyampaikan pertanyaan yang memancing siswa untuk
menjawab. Selain itu, peserta didik kurang memperhatikan pertanyaan yang
diajukan oleh guru, guru juga kurang dapat mendorong agar siswa berani
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, masih banyak siswa yang tidak
aktif bertanya dan menjawab pertanyaan langsung dari guru, padahal dengan
menjawab pertanyaan dari guru maka akan dapat mengetahui sampai sejauh mana
pemahaman para peserta didik terhadap materi pelajaran.
Keterampilan bertanya yang baik seharusnya memberikan pengaruh
terhadap perhatian siswa. Dari masalah-masalah tersebut, penulis menduga
kemungkinan penyebab dari masalah tersebut bisa jadi karena beberapa faktor
yaitu yang pertama lemahnya kognitif pada siswa kedua tidak adanya variasi pada
pelajaran dan yang ketiga guru Sosiologi di kelas XI tersebut masih belum
menguasai betul delapan keterampilan dasar mengajar khususnya keterampilan
bertanya. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas maka penulis tertarik
mengadakan penelitian tentang kemampuan guru menerapkan keterampilan
bertanya pada mata pelajaran sosiologi. Sehubungan dengan latar belakang
masalah di atas maka penelitian ini berjudul “Kemampuan guru menerapkan
keterampilan bertanya mata pelajaran sosiologi di kelas XI SMA Islamiyah
Pontianak”.

2
Pengertian Keterampilan Bertanya
Supriyadi (2011: 158) “Keterampilan bertanya merupakan keterampilan
yang digunakan untuk mendapat jawaban atau balikan dari orang lain”.
Keterampilan bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri, sebab pada umumnya
guru dalam pengajarannya selalu melibatkan atau menggunakan tanya jawab.
Jadi, keterampilan bertanya guru bisa diartikan sebagai kemampuan dalam
menggunakan berbagai jenis pertanyaan dan teknik bertanya untuk merangsang
siswa berpikir dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Samion dkk (2009: 45) Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru sering
memberikan pertanyaan kepada para siswanya yang diajukan baik kepada seluruh
kelompok kelas, kelompok kecil atau siswa secara individual. Hampir tidak ada
satu kegiatan belajar mengajar tanpa satu pertanyaan dilontarkan oleh seorang
guru. Dengan bertanya, guru ingin mengajak siswanya untuk mengajukan
pendapat atau pikirannya, mendapatkan umpan balik dan sebagainya.

Keterampilan Bertanya Dasar


Keterampilan bertanya dasar adalah keterampilan bertanya yang mempunyai
beberapa kemampuan dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan pertanyaan.
Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen yang harus dikuasai
dan dipahami guru dalam upaya pencapaian tujuan mengajukan pertanyaan dalam
pembelajaran.
Samion dkk (2009: 49) Komponen-komponen keterampilan bertanya dasar
adalah:
1. Mengajukan Pertanyaan Secara Jelas dan Singkat
Pengajuan pertanyaan hendaknya secara singkat dan jelas, sehingga mudah
dipahami oleh para siswa. Pertanyaan yang demikian dapat dibuat dengan
menggunakan struktur kalimat yang sederhana serta kata-kata yang sudah
dikenal oleh para siswa.
2. Pemberian Acuan
Sebelum mengajukan pertanyaan, guru perlu memberikan acuan pertanyaan
yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan siswa.
Pemberian acuan ini akan banyak menolong siswa mengarahkan pikirannya
kepada pokok yang sedang dibahas.
3. Pemusatan
Berdasarkan batas lingkupnya, pertanyaan dapat dibedakan antara pertanyaan
luas dan pertanyaan sempit. Pemakaiannya tergantung tujuan pertanyaan dan
pokok bahasan yang ditanyakan. Pada umumnya pertanyaan yang berfokus
luas, kemudian baru beralih ke pertanyaan yang lebih khusus, yang berfokus
sempit sesuai dengan tujuan khusus pertanyaan.
4. Pemindahan Giliran
Jika pertanyaan yang diberikan adalah pertanyaan yang membutuhkan
jawaban lebih dari satu, maka guru sebaiknya melibatkan siswa secara merata
untuk mendapat giliran atas pertanyaan yang sama.
5. Penyebaran
Penyebaran pertanyaan berarti menyebarkan giliran untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan guru. Kalau memungkinkan semua siswa di dalam

3
kelas mendapat giliran yang merata untuk menjawab pertanyaan. Teknik
penyeberan perlu dilakukan oleh guru lebih-lebih bagi guru yang biasa
mengajukan pertanyaan pada siswa tertentu.
6. Pemberian Waktu Berpikir
Pemberian waktu berpikir merupakan saat dimana guru memberi jeda sejenak
pada siswanya setelah memberi pertanyaan. Setelah mengajukan pertanyaan
pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi waktu beberapa detik
untuk berpikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab.
7. Sambutan yang Hangat dan Antusias
Kehangatan dan antusias yang ditunjukkan oleh guru atas jawaban siswa,
sering menjadi pendorong untuk partisipasi siswa. Guru yang memberikan
respon acuh tak acuh terhadap jawaban siswa, dapat menyebabkan siswa
kurang semangat dan ragu-ragu apakah jawaban yang diberikan betul-betul
benar.
8. Pemberian Tuntutan
Guru hendaknya memberikan tuntutan bila siswa menjawab salah atau tidak
dapat menjawab, agar siswa dapat menemukan jawabannya.

Keterampilan Bertanya Lanjutan


Keterampilan bertanya lanjut merupakan suatu usaha untuk membuat siswa
berfikir pada tingkat kognitif yang lebih tinggi (Samion dkk, 2009). Adapun
komponen-komponen keterampilan bertanya lanjutan adalah sebagai berikut:
1. Pengubahan Tuntutan Tingkat Kognitif dalam Menjawab Pertanyaan.
Pertanyaan yang dikemukakan guru dapat mengandung proses mental yang
berbeda-beda, dari proses mental yang rendah sampai proses mental yang
tinggi. Pengaturan Urutan Pertanyaan
Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya rendah ke yang
lebih tinggi dan kompleks, guru hendaknya dapat mengatur urutan pertanyaan
yang diajukan kepada siswa dari tingkat mengingat, kemudian pertanyaan
pemahaman, penerapan, anallisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Penggunaan Pelacak
Jika jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai benar oleh guru, tetapi masih
dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurna, guru dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut. Dengan beberapa
teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan, diantaranya adalah:
a. Klasifikasi, yaitu jika siswa menjawab dengan kalimat yang kurang tepat,
guru memberikan pertanyaan pelacak yang meminta siswa untuk
menjelaskan dengan kata-kata lain sehingga jawaban siswa menjadi lebih
baik.
b. Meminta siswa memberikan alasan (argumentasi) dengan tujuan dapat
menunjang kebenaran pandangannya dalam menjawab pertanyaan guru.
c. Meminta kesempatan pandangan, yaitu guru memberikan kesempatan
kepada siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan atau penolakan
disertai alasan terhadap jawaban rekannya, agar diperoleh pandangan yang
dapat diterima oleh semua pihak.

4
d. Meminta kesempatan jawaban, yaitu guru meminta siswa untuk meninjau
kembali jawaban yang diberikannya bila dianggap kurang tepat.
e. Meminta jawaban yang lebih relevan, yaitu guru meminta jawaban yang
benar dan relevan dari siswa yang menjawab kurang tepat.
f. Meminta contoh, yaitu guru meminta siswa untuk memberikan ilustrasi
atau contoh konkret tentang apa yang dikemukakan oleh siswa.
g. Meminta jawaban yang lebih kompleks, yaitu guru meminta siswa untuk
memberi penjelasan atau ide-ide penting lainnya sehingga jawaban yang
diberikannya menjadi lebih kompleks.
3. Peningkatan Terjadinya Interaksi
Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab
atas kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi atau
menghilangkan peranannya sebagai penanya sentral dengan cara mencegah
pertanyaan dijawab oleh seorang siswa. Jika siswa mengajukan pertanyaan,
guru tidak segera menjawab, tetapi melontarkan kembali kepada siswa
lainnya.

Kebiasaan-Kebiasaan yang Perlu Dihindari


Pada saat guru mengajukan pertanyaan ada beberapa hal yang perlu
dihindari dalam menerapkan keterampilan bertanya:
1. Mengulangi Pertanyaan Sendiri
Bila suatu pertanyaan dirasakan sudah cukup jelas, pertanyaan sebaiknya
tidak perlu diulangi. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya perhatian dan
partisipasi siswa.
2. Mengulangi Jawaban Siswa
Mengulangi jawaban siswa kadang-kadang perlu sebagai penguatan, namun
bila menjadi kebiasaan, maka dapat terjadi siswa tidak mendengarkan
jawaban temannya karena yakin guru pasti akan mengulangi jawaban
tersebut.
3. Menjawab Pertanyaan Sendiri
Sering terjadi guru mengajukan pertanyaan, kemudian sebelum siswa
menjawab guru sudah menjawab pertanyaan sendiri.
4. Pertanyaan yang Memancing Jawaban Serentak
Secara tidak sadar kadang-kadang guru mengajukan pertanyaan pertanyaan
yang diajukan keada seluruh kelas tanpa menunjuk siswa tertentu untuk
menjawabnya.
5. Pertanyaan Ganda
Guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda,
menghendaki beberapa jawaban atau kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa.
6. Menunjuk Siswa Tertentu Sebelum Mengajukan Pertanyaan
Sebelum mengajukan pertanyaan sebainya guru tidak menentukan terlebih
dahulu siswa yang akan menjawab, sebab siswa yang lain akan enggan
berpikir karena tidak merasa bertugas menjawab.

5
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan
masalah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011:15) adalah
“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiyah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen)”. Maksud peneliti menggunakan metode ini adalah untuk
memaparkan bagaimana kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan
bertanya pada mata pelajaran sosiologi di kelas XI SMA Islamiyah Pontianak.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa
teknik di antaranya:
a) Observasi
Djam’an Satori (2011: 130), “Observasi adalah pengamatan terhadap suatu
objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
memperoleh data yang harus dilakukan dalam penelitian”. Dalam penelitian
ini penulis akan menggunakan observasi partisipatif. Di mana dalam
observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan dari objek yang sedang di
amati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, yang kali ini
adalah guru sosiologi di kelas XI SMA Islamiyah Pontianak.
b) Wawancara
Sudjana (dalam Djam’an Satori, 2011: 234), “Wawancara adalah proses
pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya
(interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewe)”. Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan kepada guru pembelajaran sosiologi
kelas XI SMA Islamiyah Pontianak. Data dari hasil wawancara digunakan
sebagai fakta untuk menambah penguatan pada hasil data yang telah
terkumpul sebelumnya.

ALAT PENGUMPULAN DATA


Adapun alat pengumpul data yang digunakan adalah:
1) Checklist (Daftar Cek)
Dewa Ketut Sukardi (1985: 115) menyatakan, Cheklist atau daftar cek ialah
sebuah daftar yang memuat atau berisi aspek-aspek yang mungkin terdapat
dalam suatu situasi, tingkah laku maupun kegiatan individu yang sedang
menjadi fokus perhatian atau yang secang diamati.
2) Panduan Wawancara
Panduan wawancara dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan yang telah
disusun secara sistematis yang ditanyakan secara langsung dan lisan kepada
guru Sosiologi kelas XI, dengan membawa pertanyaan lengkap dan terperinci.
3) Pencatatan
Dalam penelitian ini hal-hal yang dicatat adalah informasi-informasi yang
berhubungan dengan penelitian yang didapat dari teknik observasi dan
wawancara yang menyangkut tentang keterampilan guru pada saat
pembelajaran sosiologi di dalam kelas.

6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Keterampilan Bertanya Dasar
Data yang diperoleh dari hasil observasi dengan informan tentang
keterampilan bertanya dasar adalah, terlihat pada pertemuan pertama, kedua,
ketiga, keempat dan kelima, guru sudah melakukan pertanyaan dengan jelas
dan singkat dengan menggunakan kata-kata serta kalimat yang mudah
dipahami oleh siswa. Kemampuan guru dalam memberikan acuan sebelum
bertanya juga cukup baik, berdasarkan data yang diperoleh dari observasi,
terlihat pada pertemuan pertama, ketiga, keempat dan kelima guru memberikan
acuan sebelum bertanya. Dalam pemusatan pertanyaan, peneliti tidak
menemukan guru memberikan pemusatan pertanyaan. Pertanyaan guru yang
peneliti lihat dari observasi pertama hingga observasi kelima hanya bersifat
pertanyaan luas dan tidak disusul dengan pertanyaan yang lebih sempit lagi.
Hendaknya guru dapat memberikan pemusatan dalam bertanya agar siswa
dapat lebih mudah menjawab dengan benar.
Kemampuan guru dalam melakukan pemindahan giliran dalam
mengajukan pertanyaan terlihat baik, Pelaksanaan penyebaran pertanyaan ini
terlihat dilakukan oleh guru hampir disetiap pertemuan. Berikutnya pada
penyebaran pertanyaan, menurut peneliti guru sosiologi tersebut sudah
melakukan penyebaran pertanyaan dengan baik, terlihat guru memberikan
pertanyaan dan yang diajukan dan ditujukan secara acak. Terlihat siswa sering
bersiap-siap untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Pemberian waktu berpikir yang dilakukan oleh guru juga sangat baik,
guru selalu memberikan beberapa saat kepada siswa untuk mengatur jawaban
dengan baik. Begitu pula pada pemberian sambutan, hasil observasi pertama
hingga observasi ke lima, peneliti melihat guru selalu memberikan sambutan
yang hangat dan antusias kepada siswa yang menjawab pertanyaan dengan
benar.
Jadi dari data-data yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan
peneliti tentang kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan bertanya
dasar yang dilakukan oleh guru pelajaran sosiologi dikelas XI SMA Islamiyah
Pontianak sudah dilaksanakan, akan tetapi ada sebagian komponen
keterampilan bertanya dasar yang tidak dilaksanakan yaitu pemusatan dan
pemberian tuntutan.

2. Keterampilan Bertanya Lanjutan


Data yang diperoleh dari hasil observasi peneliti terhadap subjek
penelitian tentang keterampilan bertanya lanjutan adalah, pada observasi
kedua, ketiga, keempat dan kelima terjadi perubahan pertanyaan ke tingkat
kognitif lebih tinggi.
Peneliti melihat terjadi perubahan jenis pertanyaan, yang semulanya
pertanyaan tersebut tergolong mudah kemudian meningkat menjadi pertanyaan
yang bersifat lebih sulit. Misalnya pada pertemuan kedua peneliti melihat guru
menanyakan definisi struktur sosial kepada siswa, kemudian setelah beberapa
siswa dapat menjawab pertanyaan teresebut lalu guru kembali bertanya dengan
menanyakan “bagaimana ciri-ciri struktur sosial masyarakat dilingkungan

7
tempat tinggal kamu?”. Kemudian kemampuan guru pada pengaturan urutan
pertanyaan terlihat masih kurang, berdasarkan data yang diperoleh dari
observasi peneliti menemukan guru sosiologi melakukan pengaturan urutan
pertanyaan pada pertemuan kedua dan ketiga saja.
Pertanyaan pelacak yang diterapkan oleh guru cukup baik, berdasarkan
observasi pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima, menunjukkan hasil
yang kurang lebih sama tentang pertanyaan pelacak yang diterapkan oleh guru.
Berdasarkan tabel dari hasil observasi terlihat bahwa klasifikasi pertanyaan
yang diterapkan oleh guru selama proses pembelajaran menunjukkan bahwa
sebagian besar guru tidak melakukan klasifikasi pertanyaan, guru
menggunakan klasifikasi pertanyaan hanya pada pertemuan kedua. Sedangkan
pada pertemuan pertama, ketiga, keempat dan kelima tidak ditemukan
melakukan klasifikasi pertanyaan. Menurut peneliti, hal ini dikarenakan
jawaban siswa sudah benar, sehingga guru tidak perlu melakukan klasifikasi
pertanyaan yang menuntut jawaban yang lebih benar.
Kemudian kemampuan guru untuk meminta siswa memberikan alasan
dari jawaban, pada bagian ini peneliti melihat kemampuan guru dalam
meminta siswa memberikan alasan sudah hampir terpenuhi. Berdasarkan tabel
dari hasil observasi terlihat bahwa kemampuan guru meminta siswa
memberikan alasan sangat baik, dari hasil observasi guru melakukan hal
tersebut hampir disetiap pertemuan. Yaitu pada pertemuan pertama, kedua,
ketiga dan kelima. Sedangkan pada pertemuan keempat tidak ditemukan guru
meminta siswa memberikan alasan.
Berdasarkan observasi, peneliti menemukan guru kemampuan guru
meminta kesempatan pendangan kepada siswa terlihat pada hampir semua
pertemuan. Artinya kemampuan guru pada komponen ini sangat baik.
Kemampuan guru dalam meminta kesepakatan jawaban juga tergolong baik,
karena guru sering meminta kesempatan kepada siswa. Hal ini terlihat pada
pertemuan pertama, ketiga, keempat dan kelima.
Kemampuan guru meminta jawaban yang lebih relevan sama sekali
tidak ditemukan oleh peneliti disetiap observasi, sebaiknya guru lebih sering
meminta jawaban yang lebih relevan terhadap siswa agar siswa aktif dan mau
mencari jawaban yang lebih tepat. Berikutnya kemampuan guru meminta siswa
memberikan contoh, hal ini terlihat sangat baik, dari hasil observasi peneliti
melihat guru sering meminta siswa untuk memberikan contoh dari apa yang
telah dikemukakannya. Peneliti menemukan guru meminta siswa memberikan
contoh pada pertemuan pertama, kedua, ketiga keempat dan pertemuan kelima.
Dan yang terakhir kemampuan guru meminta jawaban yang lebih
kompleks terlihat sama dengan kemampuan guru ketika meminta jawaban yang
lebih relevan. Dari hasil observasi, peneliti tidak menemukan guru melakukan
pertanyaan yang meminta siswa memberikan jawaban yang lebih kompleks,
kemungkinan guru sudah puas atas jawaban yang telah diberikan oleh siswa
sehingga guru tidak meminta siswa memberikan jawaban yang lebih kompleks
lagi.
Dari keseluruhan observasi tentang kemampuan guru dalam menerapkan
keterampilan bertanya lanjutan ini cukup baik, karena sebagian besar guru

8
telah melaksanakan komponen-komponen yang terdapat pada keterampilan
bertanya lanjutan. Adapun komponen yang perlu dilatih dan diperdalam lagi
oleh guru adalah klasifikasi pertanyaan, meminta siswa memberikan jawaban
yang lebih relevan dan meminta jawaban yang lebih kompleks, karena peneliti
melihat kemampuan guru dalam menerapkan komponen tersebut masih belum
terlaksana dengan baik.

3. Kesalahan yang Dihindari


Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap guru
sosiologi kelas XI SMA Islamiyah Pontianak tentang kesalahan yang dihindari
oleh guru dalam menerpakan keterampilan bertanya adalah dari hasil observasi
pertama hingga observasi kelima guru terhindar dari mengulangi pertanyaan
sendiri, peneliti tidak melihat guru memengulang-ulang pertanyaan sendiri.
Begitu pula pada pertanyaan ganda, peneliti melihat guru jarang menggunakan
pertanyaan ganda kepada siswa.
Adapun hal-hal yang pelu diperhatikan oleh guru dalam penerapan
keterampilan bertanya adalah mengulangi jawaban siswa, memancing
pertanyaan serentak, dan menunjuk siswa tertentu sebelum bertanya. Karena
peneliti melihat guru masih sering melakukan hal tersebut yang seharusnya
dihindari dalam penerapan keterampilan bertanya. berdasarkan temuan pada
observasi pertama, kedua, ketiga keempat dan kelima dapat diketahui bahwa
kesalahan yang dihindari oleh guru dalam keterampilan bertanya adalah
pengulang pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan sendiri sedangkan
menunjuk siswa tertentu sebelum bertanya terkadang juga perlu dilakukan agar
siswa lebih fokus memperhatikan guru yang menjelaskan di depan kelas.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya sebagaimana dipaparkan
sebelumnya, maka dapat dikemukakan kesimpulan dan saran berkaitan dengan
kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan bertanya pada pelajaran
sosiologi di kelas XI SMA Islamiyah Pontianak.
1. Kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan bertanya dasar adalah
bahwa penerapan keterampilan bertanya dasar sebagian besar sudah
dilaksanakan oleh guru pelajaran sosiologi dikelas XI SMA Islamiyah
Pontianak, akan tetapi ada sebagian komponen keterampilan bertanya dasar
yang tidak dilaksanakan yaitu pemusatan dan pemberian tuntutan.
2. Kemampuan guru menerapkan keterampilan bertanya lanjutan sudah
terlaksana, namun masih ada beberapa komponen yang masih belum terlaksana
dengan baik. Adapun komponen yang perlu dilatih dan diperdalam lagi oleh
guru adalah klasifikasi pertanyaan, meminta siswa memberikan jawaban yang
lebih relevan dan meminta jawaban yang lebih kompleks.

Sebagai bahan masukan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya


pembelajaran sosiologi maka seorang guru seharusnya dapat memahami
komponen-komponen yang ada dalam keterampilan bertanya dengan cara
mengikuti diklat atau workshop tentang tekhnik mengajar agar diharapkan dapat

9
menambah wawasannya terhadap keterampilan mengajar dengan demikian guru
akan lebih terampil da tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Selain itu guru
juga disarankan dapat memecahkan masalah tentang kesulitan yang dihadapi
dalam kegiatan belajar mengajar supaya kegiatan pembelajaran dapat berjalan
dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

David A. Jacobsen, Paul Eggen, & Donald Kauchak. (2009). Metode-metode


Pengajaran Meningkatkan belajar siswa TK-SMA. (Penterjemah: Achmad
Fawaid & Khoirul Anam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dedy Mulyana (2003) Metode Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu


Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Djam’an Satori dan Aan Komaria. (2011) Metode Penelitian Kualitatif.


Bandung. Alfabeta.

Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Hadari Nawawi. (2007). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press.

Idianto Muin. (2006). Sosiologi SMA/MA Jilid 2 Untuk Kelas XI. Jakarta:
Erlangga.

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan


Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Moh.Uzer Usman. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT Remaja


Rosdakarya

Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif


dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Samion. AR dkk. (2009). Pedoman Pengajaran Mikro dan Praktek Pengalaman


Lapangan (PPL). Pontianak: Fahruna Bahagia

S. Nasution (1992) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung. Tarsito

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supriyadi. (2011). Strategi Belajar dan Mengajar. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu.

10
KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN KETERAMPILAN BERTANYA

PADA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS XI

SMA ISLAMIYAH PONTIANAK

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh :

RAMADHANI TAUFIK
NIM : F55208014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2013

11
KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN KETERAMPILAN BERTANYA

PADA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS XI

SMA ISLAMIYAH PONTIANAK

ARTIKEL PENELITIAN

RAMADHANI TAUFIK
NIM : F55208014

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Wanto Rivaie, Dip.Ed, M.Si Dr. Hj. Sulistyarini, M.Si


NIP. 194809011980031001 NIP. 196511171990032001

Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan IPS

Dr. Aswandi Drs. Parijo, M. Si


NIP. 1958051319866031002 195308181987031002

12

Anda mungkin juga menyukai