Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/315486358

Sebaran Perlipatan En Echelon pada Antiklinorium Rembang

Conference Paper · October 2016

CITATION READS

1 2,895

3 authors, including:

Salahuddin Husein Agung Setianto


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
106 PUBLICATIONS 267 CITATIONS 41 PUBLICATIONS 75 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Salahuddin Husein on 22 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

SEBARAN PERLIPATAN EN ECHELON PADA ANTIKLINORIUM REMBANG

Salahuddin Husein1*
Mohamad Sakur2
Agung Setianto1
1
Departemen Teknik Geologi FT UGM, Jl. Grafika 2, Yogyakarta 55281
2
Mahasiswa S1 Teknik Geologi FT UGM
*Korespondensi penulis : shddin@gmail.com

SARI
Antiklinorium Rembang Utara yang berkembang di bagian utara Pulau Jawa sebelah timur tersusun
oleh lipatan-lipatan menunjam yang memiliki sumbu lipatan berarah W-E dan membentuk pola en-
echelon yang memanjang ENE-WSW. Pola en-echelon ini mengindikasikan adanya reaktifasi patahan
basement berarah ENE-WSW yang mengakomodasi terbentuknya lipatan tersebut. Penelitian ini
bermaksud melihat sebaran antiklin yang berkembang dan membuktikan bagaimana gaya reaktifasi
patahan basement tersebut mengontrol perlipatan yang berkembang. Daerah kajian mencakup
Antiklin Brama – Pakel – Ngiono yang terletak di Kabupaten Rembang bagian selatan. Metode yang
digunakan yaitu pemetaan inderaja pada digital elevation model (DEM) dan citra Landsat 8.0, serta
pengecekan lapangan di 70 lokasi terpilih. Pola kelurusan dari DEM menunjukkan kelurusan struktur
di daerah penelitian berarah N-S, NNE-SSW, dan NE-SW. Sementara itu, pada 70 titik ditemukan 37
data sesar dan 264 kekar yang menunjukkan adanya 2 kali fase tektonik. Fase pertama merupakan
fase tektonik kompresi dengan arah gaya utama N-S dan kemungkinan terjadi pada Kala Pliosen.
Fase ini menyebabkan terbentuknya lipatan en-echelon yang kemudian diikuti oleh flexural slip, sesar
geser sinistral berarah NE-SW yang merupakan sesar sintetik (R) dan sesar geser dekstral berarah
NW-SE yang merupakan sesar antitetik (R’). Fase tektonik pertama ini terjadi akibat adanya
reaktifasi sesar geser sinistral pada batuan dasar sehingga membentuk lipatan pasif pada daerah
penelitian. Fase tektonik kedua merupakan fase tektonik rilis dengan gaya ekstensi berarah NW-SE.
Fase kedua ini menyebabkan terbentuknya sesar-sesar turun dan kekar-kekar rilis.

I. PENDAHULUAN mencakup Antiklinorium Brama – Pakel –


Ngiono yang terletak di Kabupaten
Zona Perbukitan Rembang merupakan Rembang dan Kabupaten Blora, Provinsi
daerah yang sudah dikenal produktif dalam Jawa Tengah (Gambar 1). Dalam penelitian
eksplorasi minyak dan gas bumi di ini dilakukan analisis sebaran struktur
Cekungan Jawa Timur Utara. Ciri khas geologi dengan interpretasi inderaja serta
utama Zona Perbukitan Rembang ini adalah dilengkapi dengan pengumpulan data
banyak sekali dijumpai struktur lipatan, lapangan di beberapa lokasi terpilih (random
sehingga daerah ini sering dikenal sebagai sampling).
Zona Antiklinorium Rembang, yang secara
geometri berkembang dalam pola en- II. KONDISI GEOLOGI
echelon. Husein dkk. (2015) yang REGIONAL
melakukan penelitian di Antiklin Braholo,
menduga bila pembentukan lipatan di Zona Berdasarkan peta geologi regional yang
Rembang dikontrol oleh pergeseran patahan disusun oleh Kadar dan Sudijono (1993),
basement yang berorientasi ENE-WSW, stratigrafi daerah penelitian tersusun oleh
dengan slip yang relatif kecil. Penelitian ini Formasi Tawun, Formasi Ngrayong,
ingin menguji lebih lanjut dugaan tersebut Formasi Bulu, Formasi Wonocolo, Formasi
Ledok, dan Formasi Mundu (Gambar 2).
dengan melibatkan lebih banyak lipatan
untuk dikaji. Untuk itu, daerah penelitian

70
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Formasi Tuban tersusun atas batulempung 1994). Arah Meratus merupakan pola yang
dengan sisipan batugamping dan napal, paling awal terbentuk di Pulau Jawa,
berumur Miosen Bawah (N5-N6) yang dimana sesar-sesarnya diketahui berumur
terendapkan pada lingkungan laut dangkal. Kapur hingga Paleosen. Pola Jawa
Formasi Tawun tersusun oleh perselingan merupakan pola termuda yang mengaktifkan
serpih, batupasir serpihan, dan serpih pasiran kembali (overprint) seluruh pola yang ada
dengan sisipan batugamping orbitoid yang sebelumnya, yang diwakili oleh sesar-sesar
berwarna coklat, berumur Miosen Bawah naik yang beranjak ke utara atau timur laut.
(N7-N8) dan terendapkan pada lingkungan Data seismik di Jawa Utara menunjukkan
laut terbuka dangkal. Formasi Ngrayong bahwa sesar-sesar Arah Jawa masih aktif
didominasi oleh batupasir kuarsa, disisipi sampai sekarang (Pulunggono dan
oleh serpih pasiran dan batugamping dan Martodjojo ,1994).
kadang-kadang terdapat lignit atau batubara
dengan struktur laminasi sejajar dan silang III. METODE PENELITIAN
siur, dengan lingkungan pengendapan satuan Penelitian ini melalui tiga tahap utama, yaitu
ini berada di fluvial atau estuarina hingga tahap pra-lapangan (persiapan, pengolahan
laut dangkal. Formasi Bulu tersusun atas citra DEM dan Landsat 8, interpretasi citra),
platy limestone, batugamping pasiran tahap lapangan (pengecekan geologi
dengan sisipan napal pasiran, dan lapangan, pengukuran struktur geologi), dan
keterdapatan foraminifera besar tahap tahap analisis data. Paper ini hanya
Cycloclypeous annulatus yang sangat menyampaikan hasil dari tahap lapangan dan
melimpah pada formasi ini mengindikasikan analisis datanya.
umur Miosen Tengah (N13), dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal – IV. DATA DAN ANALISIS
terbuka. Formasi Wonocolo tersusun oleh
sekuen transgresif dari napal dan Secara garis besar daerah penelitian berupa
batulempung, batugamping pasiran dan antiklinorium yang didalamnya terdapat
batupasir karbonatan, berkembang pada struktur lipatan, sesar, dan kekar. Pada
Miosen Tengah – Akhir (N14-N16), dengan daerah penelitian terdapat tiga antiklin yaitu
lingkungan pengendapan di lingkungan laut Antiklin Brama, Pakel, dan Ngiono. Jika
dalam dan sublitoral luar. Formasi Ledok dilihat secara regional, kenampakan antiklin-
tersusun oleh sekuen regresif dari batupasir antiklin di daerah penelitian ini merupakan
glaukonitan dengan sisipan platy calcarenite rangkaian dari lipatan-lipatan di daerah
dan batulempung, yang berumur Miosen Perbukitan Rembang Utara yang memiliki
Akhir. Formasi Mundu tersusun oleh napal pola en echelon. Berikut merupakan uraian
massif berwarna putih – abu-abu dengan mengenai karakteristik lipatan di daerah
kandungan foraminifera planktonik yang penelitian.
melimpah dan menutupi Formasi Ledok, dan 1. Antiklin Brama
berkembang pada Miosen sampai Pliosen Merupakan antiklin yang terletak
(N17-N21) pada lingkungan laut dalam atau dibagian timur laut daerah penelitian.
batial. Antiklin ini sudah mengalami
Secara tektonik, Cekungan Jawa Timur pembalikan topografi sehingga satuan
Utara memiliki dua orientasi struktur yang batuan tertua di daerah penelitian ini
berbeda. Pertama, orientasi struktur berarah mampu tersingkap dan memiliki elevasi
timurlaut – baratdaya (NE-SW) yang yang lebih rendah dibandingkan dengan
dinamakan Arah Meratus. Kedua, orientasi elevasi sayapnya. Jika dilihat dari
struktur berarah timur – barat (E-W) yang dimensinya, ukuran antiklin ini relatif
umumnya dominan berada di daratan Pulau lebih kecil jika dibandingkan dengan
Jawa dan selanjutnya dinamakan sebagai Antiklin Pakel dan Ngiono. Selain itu,
Arah Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, apabila sumbu pada antiklin ini diamati
71
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
melalui DEM, terlihat bahwa sumbu satuan floatstone sisipan batulanau
lipatan ini tidak lurus memanjang W-E memiliki kemiringan yang relatif rendah
namun pada bagian inti antiklin kurang dari 15o. Kenampakan ini
mengalami pembelokan sumbu ke arah berbeda dengan yang ada pada inti
WNW. Antiklin Brama. Pada bagian sayap
Antiklin ini tersusun oleh satuan selatan kemiringan lapisan sangat besar
floatstone sisipan batulanau, satuan sekitar 40o-60o, sedangkan bagian sayap
batupasir kuarsa sisipan floatstone, utara kemiringannya lebih rendah sekitar
satuan perselingan batupasir kuarsa 20o-40o sehingga membentuk lipatan
dengan floatstone, satuan grainstone yang asimetris dengan sumbu lipatan
sisipan floatstone, satuan grainstone miring ke arah selatan (Gambar 4d,e).
sisipan napal, dan satuan batupasir Bahkan pada sayap selatan bagian barat
karbonatan sisipan grainstone. Pada memiliki kemiringan lapisan hamper
bagian inti antiklin yang tersusun oleh tegak mendekati 90o.
satuan tertua yaitu satuan floatstone 3. Antiklin Ngiono
sisipan batulanau memiliki kemiringan Antiklin Ngiono terletak pada bagian
kurang 30o. barat daerah penelitian. Antiklin ini juga
Pada bagian sayap utara dan selatan udah mengalami pembalikan topografi.
kemiringan lapisan sangat besar sekitar Namun memiliki dimensi paling luas
40o-70o yang terdapat pada satuan dibandingkan dengan Antiklin Brama
batupasir kuarsa sisipan floatstone, dan maupun Antiklin Pakel. Sumbu antiklin
satuan satuan grainstone sisipan ini memiliki orientasi arah W-E.
floatstone. Namun pada sayap selatan Pada bagian inti antiklin terdapat satuan
kemiringan lapisan batuan relatif lebih floatstone sisipan batulanau yang
besar dibanding sayap utara (Gambar memiliki kemiringan kurang dari 20o.
4d,e). Semakin menuju sumbu sinklin, Pada bagian puncak antiklin tidak
kemiringan lapisan batuan semakin ditemukan singkapan yang mewakili
rendah kurang dari 30o. besar kemiringan lapisan batuan karena
2. Antiklin Pakel yang ditemukan dilapangan berupa
Antiklin Pakel terletak di sebelah lapukan batuan atau pecahan-pecahan
tenggara daerah penelitian. Antiklin ini batuan yang sudah tidak menunjukkan
juga sudah mengalami pembalikan kondisi aslinya. Pada bagian sayap
topografi, hanya saja kenampakan antiklin memiliki kemiringan batuan
tersebut tidak sejelas pada Antiklin yang bervariasi dari 20o hingga hampir
Brama. Dimensi antiklin ini memiliki tegak. Lapisan batuan yang hampir
ukuran lebih luas dibandingkan Antiklin tegak ini umumnya ditemukan pada
Brama. Dimensi tersebut bisa dilihat singkapan satuan batupasir kuarsa
dari lembah antiklin yang tampak lebih sisipan floatstone, satuan perselingan
luas. Sumbu Antiklin Pakel memang batupasir kuarsa dengan floatstone, dan
cenderung memanjang W-E, namun satuan perselingan grainstone dengan
pada bagian barat sumbunya menunjam packstone. Hal tersebut menjadi sesuatu
dan membelok ke arah WSW. yang menarik yang terdapat pada
Satuan litologi yang terdapat pada Antiklin Ngiono. Apalagi kemiringan
antiklin ini yaitu satuan floatstone masing-masing sayap antiklinnya juga
sisipan batulanau, satuan perselingan bervariasi. Sayap selatan antiklin bagian
batupasir kuarsa dengan floatstone, timur banyak dijumpai lapisan batuan
satuan batupasir kuarsa sisipan yang termiringkan sangat kuat bahkan
floatstone, satuan batupasir karbonatan hampir tegak seperti yang disebutkan
sisipan grainstone, dan satuan napal. sebelumnya. Namun sayap utara antiklin
Pada bagian inti antiklin yang terdapat bagian timur yang merupakan sayap

72
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
sebaliknya memiliki lapisan batuan yang berbeda sehingga menghasilkan bidang
termiringkan kuat sekitar 20o-30o. sumbu yang asimetris dengan kemiringan
Semakin ke arah barat, sayap selatan bidang sumbu sekitar 68o-80o.
bagian barat pada antiklin ini memiliki
Berdasarkan dari identifikasi lipatan tersebut,
kemiringan sekitar 20o-30o, sedangkan
hanya Antiklin Ngiono yang memiliki
sayap utara bagian barat lapisan
perubahan orientasi kemiringan bidang
batuannya termiringkan lebih kuat
sumbu dari miring ke selatan pada bagian
sehingga memiliki kemiringan sebesar
timur kemudian miring ke utara pada bagian
30o-70o. Data tersebut berimplikasi pada
barat. Penyebab perubahan orientasi bidang
perbedaan orientasi sumbu lipatan pada
sumbu tersebut diduga karena adanya
Antiklin Ngiono yang mana pada bagian
dorongan sesar geser sinistral berarah NNE-
timur memiliki sumbu lipatan yang
SSE dan sesar geser dekstral berarah NW-
termiringkan ke arah selatan sedangkan
SE dan NNE-SSW. Mengacu pada model
pada bagian timur memiliki sumbu yang
Wilcox dkk (1973), sesar geser sinistral
miring ke arah utara (Gambar 4a,b,c).
NNE-SSW dan sesar geser dekstral NW-SE
V. DISKUSI merupakan sesar yang terbentuk terlebih
dahulu, sedangkan sesar geser dekstral
a. Geometri dan klasifikasi lipatan NNE-SSW terbentuk setelahnya. Oleh
karena itu pergerakan sesar geser dekstral
Berdasarkan geometrinya, lipatan di daerah NNE-SSW yang keberadaannya cukup
penelitian merupakan lipatan non-silindris intensif pada bagian barat Antiklin Ngiono
karena hinge line pada lipatan tidak lurus tentu mampu mendorong lapisan batuan
namun melengkung dan menunjam ke arah pada sayap utara bagian barat Antiklin
barat. Orientasi hinge line dapat diketahui Ngiono. Akibatnya, lapisan batuan sayap
berdasarkan kemiringan lapisan di sepanjang utara bagian barat Antiklin Ngiono
sumbu antiklin yang terdapat pada bagian membentuk flexural slip dan termiringkan
barat lipatan. Pada bagian barat lipatan secara kuat bahkan hamper tegak.
umumnya memiliki kisaran kemiringan
sebesar lebih dari 15o kecuali pada Antiklin Hal yang menarik dari daerah penelitian ini
Pakel yang memiliki kemiringan yang relatif yakni lipatan-lipatan di daerah ini memiliki
horizontal. Selain itu, pada lembah antiklin pola sumbu lipatan en-echelon. Pola lipatan
memiliki kemiringan lapisan yang tersebut mengindikasikan bahwa lipatan
cenderung tidak sejajar dengan sumbu tersebut berupa lipatan pasif bukan lipatan
lipatannya. aktif (buckle folds). Secara fisik, indikasi
tersebut dibuktikan dengan geometri lipatan
Sementara itu, berdasarkan kedudukan yang asimetris dan banyaknya komponen
bidang sumbu lipatan menurut klasifikasi sesar geser sinistral yang memotong sumbu
Billings (1972), lipatan di daerah penelitian lipatannya. Apabila lipatan tersebut
termasuk lipatan asimetris yang miring ke merupakan lipatan aktif maka dari segi
arah selatan kecuali Antiklin Ngiono bagian geometri akan membentuk lipatan yang
barat yang miring ke utara. Berdasarkan simetris karena arah pemendekan cenderung
sudut antar sayapnya, sudut kemiringan sejajar dengan perlapisannya. Sebenarnya
axial surface dan sudut penunjaman hinge penentuan genesa pembentukan suatu
line menurut klasifikasi Fleuty (1964) secara lipatan apakah aktif atau pasif cukup sulit
berturut-turut lipatan di daerah penelitian ditentukan jika hanya berdasarkan data fisik
termasuk lipatan tertutup dengan sudut suatu lipatan seperti geometri, orientasi
antarsayap 32o-56o, steeply inclined fold hinge line, dan bidang sumbu lipatannya.
dengan sudut 68o-80o, dan gentle plunging Meskipun lipatan aktif pada umumnya
fold dengan sudut 8o-17o. Pada Gambar 4, cenderung memiliki bentuk yang silindris
sayap utara maupun selatan lipatan memiliki dan simetris. Namun kondisi tersebut bisa
kemiringan lapisan batuan yang jelas
73
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
terbentuk dengan asumsi stratigrafi Orientasi sesar geser sinistral pada basement
batuannya relatif homogen sehingga ketika yang berarah ENE-WSW tersebut tentu
stratigrafi batuan tidak homogen maka bisa tidak tampak pada permukaan, namun yang
membentuk lipatan yang asimetris. tampak di permukaan berupa sesar sintetik
yang berupa sesar geser sinistral berarah
Oleh karena itu, genesa pembentukan lipatan
NNE-SSW dan sesar antitetik yang berupa
akan lebih mudah jika tidak hanya
sesar geser dekstral berarah NW-SE.
memperhatikan kondisi fisik lipatannya
tetapi juga memperhatikan asosiasi struktur Selain itu, pada beberapa tempat kadang
geologi lainnya baik di dalam maupun di dijumpai suatu anomali dimana sesar geser
sekitar lipatannya. sinistral berarah E-W dan sesar geser
dekstral berarah NE-SW. Sesar-sesar geser
b. Struktur turunan perlipatan tersebut merupakan sesar sintetik dan sesar
Pada umumnya struktur geologi yang ada di antitetik sekunder (P dan X) dan terbentuk
dalam lipatan di daerah penelitan didominasi setelah sesar sintetik dan antitetik pertama
oleh sesar geser sinistral diikuti oleh sesar (Gambar 5). Sesar-sesar sintetik dan
geser dekstral, sesar turun, dan sesar naik. antitetik sekunder tersebut umumnya
Orientasi dari masing-masing struktur dijumpai pada Antiklin Pakel dan Ngiono
geologi tersebut cenderung memiliki dengan jumlah yang tidak terlalu banyak.
orientasi yang sama. Berdasarkan dominasi Sesar sintetik dan antitetik sekunder yang
arahnya sesar geser sinistral umumnya terbentuk setelah sesar sintetik (R) dan
memiliki orientasi arah NNE-SSW, sesar antitetik (R’) mampu merotasi secara lokal
geser dekstral memiliki orientasi arah NW- struktur yang terbentuk sebelumnya, namun
SE, sesar turun memiliki orientasi arah NE- sesar tersebut tidak sampai memotong sesar
SW, dan sesar naik memiliki orientasi arah R dan R’ (Sylvester, 1988).
W-E Orientasi struktur geologi di daerah Apabila orientasi sumbu lipatan pada setiap
penelitian ini relatif sama dengan orientasi antiklin diamati secara detail maka akan
komponen struktur yang terbentuk akibat dijumpai pembelokan secara bersegmen.
strike-slip fault seperti yang dimodelkan Pembelokan tersebut tentu dipengaruhi oleh
oleh Wilcox dkk (1973). Komponen struktur kehadiran sesar-sesar sintetik maupun
yang terbentuk akibat sesar geser utama antitetik. Namun pengaruh sesar sintetik
akan membentuk struktur tambahan berupa tentu lebih dominan dibanding sesar antitetik.
synthetic fault yang menyudut lancip (<30o) Apabila dilihat secara lebih luas dari
terhadap sesar utama dan antithetic fault Antiklin Brama sampai Antiklin Grantil,
yang menyudut besar sekitar 70o terhadap orientasi pembelokan sumbu antar
sesar utama (Wilcox dkk, 1973) seperti pada antiklinnya juga memiliki orientasi yang
Gambar 5. sama dan bersegmen sehingga bisa ditarik
garis lurus dari setiap pembelokan
c. Wrench tectonic sumbunya (Gambar 6). Kemungkinan
Pada daerah penelitian lipatan en-echelon orientasi arah pembelokan sumbu antiklin
memiliki pola yang memanjang ENE-WSW. tersebut dipengaruhi oleh sesar sintetik yang
Arah ENE-WSW ini juga mengindikasikan umumya terbentuk secara bersegmen di
adanya pergerakan sesar geser sinistral bawah permukaan dan sesampai
utama di bawah permukaan atau sesar pada dipermukaan mengalami pelemahan
basement yang menginisiasi pembentukan sehingga sesar-sesar geser sinistral yang
lipatan en-echelon di daerah penelitian. Hal dijumpai di lapangan merupakan sesar
ini sangat mungkin terjadi karena satuan minornya.
batuan di daerah penelitian merupakan
Apabila ditinjau dari arah gaya pembentuk
batuan sedimen yang relatif bersifat ductile
lipatannya, maka seharusnya sesar basement
(Husein dkk, 2015).
terbentuk dari gaya kompresi berarah N-S.
74
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Hal ini relatif sama dengan arah gaya yaitu struktur pada basement, flower
kompresi pembentuk Antiklin Brama dan structure positif, dan struktur permukaan.
Ngiono, sedangkan untuk Antiklin Pakel
Struktur pada basement merupakan sesar
relatif berbeda karena arah gaya utama
geser sinistral utama yang memiliki
pembentuk Antiklin Pakel yaitu NW-SE.
deformasi tranpression dan orientasi
Kemungkinan arah gaya kompresi Antiklin
patahan yang relatif sempurna atau lurus
Pakel ini sudah mengalami modifikasi
berarah ENE-WSW.
karena pengukuran pengukuran kekarnya
berada di dekat sumbu lipatan yang Flower structure positif merupakan struktur
mengalami pembelokan ke arah ENE-WSW yang berkembang diatas sesar basement
sehingga arah gaya kompresi yang dihitung sehingga pada bagian permukaan akan
merupakan arah gaya dari zona sesar membentuk suatu punggungan dan dalam
sintetiknya. hal ini berupa lipatan. Pada Antiklin
Nglobo-Semanggi yang terletak sekitar 20
Berdasarkan data-data tersebut di atas,
km sebelah selatan daerah penelitian, flower
mekanisme pembentukan lipatan en-echelon
structure berkembang dengan baik dan
di daerah penelitian kemungkinan besar
tampak jelas melalui penampang seismik
diinisiasi oleh reaktifasi sesar geser sinistral
bawah permukaan (Soeparyono dan Lennox,
pada basement yang berarah ENE-WSW
2006). Di sisi lain, pada bagian ini sesar
dengan arah gaya kompresi N-S (Gambar 7).
geser sinistral tidak sesempurna sesar pada
Pergerakan sesar basement tersebut
basement. Namun, sesar geser sinistral ini
mengakomodasi pembentukan lipatan pada
akan membentuk sesar geser sinistral yang
batuan sedimen di atasnya yang relatif
bersegmen dan menyudut lancip terhadap
bersifat ductile.
sesar geser sinistral utama. Sesar geser
Ilustrasi pada Gambar 7 tersebut sinistral yang bersegmen ini merupakan
menunjukkan bahwa pembentukan lipatan sesar sintetik (R) dan dihubungkan oleh
en-echelon di daerah penelitian yang sesar sintetik sekunder (P). Pada permukaan
merupakan lipatan pasif, bukan lipatan aktif, sesar P jarang sekali dijumpai karena sesar
karena lipatan terbentuk akibat adanya sesar tersebut terbentuk apabila sesar sintetik
geser sinistral pada batuan basement. terbentuk terlebih dahulu tapi proses
Menurut Pluijm dan Marshak (2004), kompresi masih terus berlanjut.
pergerakan blok yang berlawanan akan
Struktur permukaan merupakan lipatan en-
menghasilkan Riedel shear yang
echelon yang sumbu lipatannya memanjang
dihubungkan oleh retakan P (Gambar 8a,b),
barat-timur. Lipatan tersebut terbentuk
sedangkan pada kondisi alam sesungguhnya
sebagai akibat adanya flower structure
pergerakan strike-slip dengan deformasi
positif di bawah permukaan dan sifat batuan
transpression akan membentuk flower
yang ductile, sedangkan pola en-echelon
structure positif (Gambar 8c). Hal ini sesuai
terbentuk karena adanya pergerakan sesar
dengan rezim gaya di daerah penelitian yang
geser sinistral pada basement. Pelengkungan
berupa rezim transpression dan pure strike-
pada setiap sumbu antiklin disebabkan oleh
slip. Apabila mengacu pada model strike-
pergerakan sesar sintetik dibawah
slip yang dibuat oleh Pluijm dan Marshak
permukaan yang sudah mengalami
(2004), dan dikombinasikan dengan kondisi
pelemahan pergerakan sehingga di
daerah penelitian maka model struktur yang
permukaan hanya dijumpai sesar-sesar
ada di bawah permukaan dapat dimodelkan
minor yang memotong sumbu lipatannya.
seperti pada Gambar 8d.
Berdasarkan kumpulan struktur geologi
d. Model tektonik yang ditemukan di permukaan, daerah
penelitian ini termasuk dalam tahap early
Kemungkinan model struktur di daerah stage strike-slip zone karena sebagian besar
penelitian dapat dibagi menjadi 3 bagian ditemukan sesar geser sinistral NNE-SSW
75
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
dan belum banyak ditemukan sesar naiknya akhir Pliosen dan pada kala itu juga terjadi
(Harding & Lowell, 1979; dalam Sylvester, deformasi struktur, sebagaimana yang
1988). diduga oleh Husein dkk. (2015).

e. Fase tektonik VI. KESIMPULAN


Berdasarkan data struktur yang ditemukan,  Struktur geologi di daerah penelitian
terjadi dua kali fase tektonik pada daerah berupa lipatan-lipatan pasif yang
penelitian. Fase tektonik pertama merupakan asimetris dan di dalamnya terdapat
gaya kompresi relatif N-S dengan rezime sesar-sesar sintetik berupa sesar geser
gaya transpression dan pure strike-slip. sinistral dan sesar antitetik berupa sesar
Hasil dari fase kompresi ini berupa geser dekstral. Selain itu terdapat juga
perlipatan pasif yang memiliki pola en- sesar turun berarah NE-SW dan sesar
echelon. Kemudian, kompresi terus berlanjut naik yang berarah W-E.
sehingga mengakibatkan terbentuknya  Model struktur yang berkembang di
flexural slip, sesar sintetik berupa sesar daerah penelitian dapat didekati dengan
geser sinistral NNE-SSW dan sesar antitetik tiga horison (kompartemen horisontal)
berupa sesar geser dekstral NW-SE. yang saling mempengaruhi, yaitu model
Selanjutnya, terbentuk sesar sintetik struktur sesar geser sinistral pada
sekunder berupa sesar geser sinistral E-W basement, model struktur bunga positif
dan sesar antitetik sekunder berupa sesar pada batuan sedimen penutup, dan
geser dekstral NESW. model struktur turunan wrench yang
berkembang di permukaan.
Sesar-sesar sintetik pertama tersebut
 Fase tektonik pertama merupakan gaya
umumnya memotong sumbu lipatan
kompresi berarah N-S yang diakomodasi
sehingga sumbu lipatan seringkali
oleh reaktifasi sesar geser sinistral pada
mengalami pembelokan.
basement dan membentuk lipatan-
Fase tektonik kedua berupa gaya ekstensi lipatan pasif dengan pola en-echelon.
yang relatif berarah NW-SE kecuali pada Fase tektonik kedua merupakan fase rilis
Antiklin Ngiono yang berarah W-E. Fase dengan gaya ekstensi berarah NW-SE
tektonik kedua ini merupakan fase rilis dari dan membentuk sesar-sesarturun
gaya kompresi sebelumnya dengan rezim maupun kekar rilis. Kedua gaya tersebut
gaya transtension dan pure extention kemungkinan terjadi pada akhir Pliosen.
sehingga terbentuk sesar-sesar turun dan
kekar-kekar ekstensi. Adanya perbedaan VII. ACKNOWLEDGEMENT
arah gaya antara arah arah gaya kompresi Penulis menyampaikan ucapan terimakasih
dengan ekstensi kemungkinan disebabkan kepada Moch. Indra Novian, M.Eng. dan Dr.
oleh adanya rotasi selama pergerakan sesar I Wayan Warmada atas masukannya selama
pada basement berlangsung. Kedua gaya ujian pendadaran Mohamad Sakur. Penulis
tersebut kemungkinan terjadi pada akhir juga menyampaikan ucapan terimakasih
Pliosen setelah pengendapan Formasi kepada Hafiz Fatah Nur Aditya atas
Selorejo (anggota Formasi Mundu) dan bantuannya kepada Mohamad Sakur baik
ketika pengendapan Formasi Lidah, karena selama di lapangan maupun selama proses
di daerah penelitian tidak ditemukan satuan pengerjaan skripsi. Tidak lupa ucapan
yang lebih muda dari Formasi Mundu. Hal terimakasih dihaturkan penulis kepada
ini sesuai dengan kondisi stratigrafi maupun Departemen Teknik Geologi FT UGM yang
tektonik regional yang menunjukkan adanya mendorong terbitnya makalah ini dalam
perubahan lingkungan pengendapan pada kegiatan Seminar Nasional Kebumian ke-9.

76
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

DAFTAR PUSTAKA
Billings, M.P., 1972, Structural Geology 3rd Edition: Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs, 606p.
Fossen, H., 2010, Structural Geology: New York, Cambridge University Press, 463p.
Husein, S., Kakda, K., and Aditya, H.F.N., 2015, Mekanisme Perlipatan En Echelon di Antiklinorium
Rembang Utara, Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-8, Yogyakarta, p 224 – 234.
Kadar, D., dan Sudijono, 1993, Peta Geologi Lembar Rembang, Jawa: Bandung, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Pluijm, B.A.v., and Marshak, S., 2004, Earth Structure 2nd, New York, London: Norton & Company,
673p
Pulunggono, A., dan Martdjojo, S., 1994, Perubahan Tektonik Paleogen-Neogen Merupakan Peristiwa
Tektonik Penting Jawa, Prosiding dan Geotektonik Pulau Jawa, Sejak Akhir Mesozoik Hingga
Kuarter, Yogyakarta, Februari 1994, p 37 – 51.
Soeparyono, N., and P.G. Lennox, 1989, Structural Development if Hydrocarbon Traps in The Cepu
Oil Field, Northeast Java, Indonesia. Proceeding of 18th Annual Convention and Exhibition of
Indonesian Petroleum Association, pp. 139-156.
Sylvester, A.G., 1988, Strike-slip Faults, Geological Society of America Bulletin, v 100, p 1666-1703.
Wilcox, R.E., Harding, T.P., and Seely, D.R., 1973. Basic wrench tectonics. American Association of
Petroleum Geologists Bulletin, 57, 74–96.

77
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian (citra: GoogleMap).

Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian (Kadar dan Sudijono, 1993).
78
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Peta geologi daaerah penelitian (sayatan geologi dapat dilihat pada Gambar 4).

79
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 4. Sayatan geologi yang melintang utara-selatan pada daerah penelitian (lokasi penampang
ada di Gambar 3)
80
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 5. Model patahan geser mengiri, sesar sintetik (R) dan sesar sintetik sekunder (P)
merupakan sesar geser sinistral, sementara sesar antitetik R’ dan X fault merupakan sesar
geser dekstral (Wilcox dkk, 1973).

Gambar 6. Orientasi pembelokan sumbu lipatan pada Antiklin Brama-Grantil dan kemungkinan
keberadaan sesar geser pada basement.

Gambar 7. Ilustrasi pembentukan lipatan en-echelon di daerah penelitian yang diinisiasi oleh
pergerakan sesar pada basement.

81
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 8. (a) Deformasi pada lempung yang mendapat tekanan dari pergerakan blok kayu, (b)
Kondisi permukaan pada lempung menunjukkan Riedel shear berkembang dan
dihubungkan oleh retakan P, (c) Diagram blok flower structure positif yang merupakan
hasil simplifikasi data seimik, (d) peta geologi daerah penelitian, (e) Kemungkinan model
struktur di bawah permukaan (catatan: diagram a,b, c dari Pluijm dan Marshak, 2004)

82

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai