Anda di halaman 1dari 14

© Islamic Online University AQD 101

Islamic Online University

Bachelor of Arts in Islamic Studies


AQD 101

Aqeedah Subject 101


(Kuliah Aqidah 101)

Module 4
Diterjemahkan oleh: Tim Penerjemah IOU

1
© Islamic Online University AQD 101

Alhamdulillahi rabbil alamin washolatu wasalamu ala rasulil karim wa ala ali wa

ashhabihi wamanistanna bi sunnati ila yaumiddin. Segala puji bagi Allah, semoga shalawat dan

salam senantiasa tercurah pada nabi Muhammad (shalallahu alaihi wassalam), dan kepada mereka

yang mengikuti jalan kebenaran sampai hari akhir.

Pada sesi sebelumnya, kita mulai melihat pada tawhid al-asma was-sifat, yaitu memelihara

keesaan nama dan sifat Allah. Dan itu adalah setelah kita melihat pada tawhed ar-Rububiyah atau

memelihara keesaan kekuasaan Allah. Menegaskan bahwa Allah memiliki kuasa atas segala

sesuatu. Yang dimulai dengan penciptaan-Nya atas segala sesuatu. Dan apapun setelahnya adalah

konsekuensi alami. Jika Dia menciptakan segala sesuatu, segala sesuatu bergantung padanya.

Dialah yang menjaga segala sesuatu. Segala sesuatu yang akan berkembang, segala yang tumbuh,

Dialah yang menjaganya, dan memelihara segala sesuatu.

Dan kita membicarakan fakta bahwa pengetahuan akan rububiyah, kekuasaan Allah adalah

sesuatu yang semua bangsa, manusia dimanapun kita lihat di seluruh dunia, mereka memiliki

pengetahuan dasar ini. Terdapat pengetahuan dasar dan kesadaran akan Tuhan, bahwa ada sang

Pencipta, ini adalah sesuatu yang Allah telah ciptakan setiap manusia untuk memilikinya. Kita

telah membicarakan dasarnya pada surat al-a’raf bahwa Allah mengambil Adam dan seluruh

keturunannya dan membuat mereka semua bersaksi bahwa Dia adalah tuhan mereka.

Maka pengetahuan dasar, tentang Allah sebagai Rabb, pertanyaan yang Allah tanyakan

berikutnya adalah alastu birobbikum, apakah Aku bukan tuhanmu? Menggunakan kata yang sama

2
© Islamic Online University AQD 101

Rabb, maka ini, seluruh umat manusia, yang ada di muka bumi, bersaksi bahwa Allah adalah

Tuhan. Jadi ini adalah keyakinan alami yang orang terlahir dengannya. Bahkan atheist yang tidak

percaya, ketika dia terbakar, peluru brdengung di kepalanya, apa yang dia katakana? Ya Tuhan!

Secara otomatis, dia tidak berhenti dan memikirkannya, Ya tuhan menjadi satu relfeks otomatis.

Karena ini ada di dalam dirinya sendiri. Meskipun dia menolaknya di permukaan, di jiwa, di dalam

dirinya dia tahu bahwa ada tuhan.

Maka pesan nabi-nabi, mereka secara fundamental tidak mengajak pada hal ini, Quran

menyebutkan Allah sebagai Rabb dalam beberapa ayat, tetapi hanya beberapa, karena adalah

sesuatu yang langka di kalangan manusia bahwa seseorang menolak eksistensi tuhan, ini adalah

langka. Norma-nya seperti yang diketahui orang-orang dan bagaimana mereka menghadapinya.

Apa yang mereka lakukan setelah mengetahui bahwa Allah adalah tuhan mereka?

Banyak orang di negara barat saat ini, umumnya berkata, kami tahu Ia tuhan kami, tetapi

dia tidak ada kaitannya dengan dunia ini. Dia menciptakan dunia ini, dan membiarkannya berjalan

dengan sendirinya. Itu kesimpulan mereka, jadi mereka yang disebut mereka mengakui eksistensi

tuhan tetapi mereka tidak melihat tuhan berperan dalam kehidupan mereka. Karenanya agama

menjadi palsu, nabi adalah suatu alat bagi orang-orang dan semua tentang menemukan jalan anda

sendiri. Dan semua orang adalah untuk dirinya sendiri.

Maka pemahaman yang seperti itu, menjadi menonjol di negara barat, dengan pengaruh

dari renaissance di eropa, meningkatnya pertanyaan akan ada tidaknya tuhan, sekulerisasi hukum,

3
© Islamic Online University AQD 101

orang-orang sebagai generasi telah tumbuh tanpa penekanan akan tuhan sampai pada titik, di

Amerika, dianggap illegal bagi guru, untuk memulai satu kelas di sekolah umum, berterimakasih

pada tuhan, dengan berdoa, ini dianggap illegal. Meskipun pada dolar amerika masih tertulis

disana “In God We Trust” itulah yang bapak pendiri pegang teguh. Tetapi sekarang, pemikiran

tentang tuhan telah benar-benar dipinggirkan.

Jadi generasi telah tumbuh, tanpa konten itu, bahkan dalam bentuk agama Kristen yang

terdistorsi, tetapi hasil akhirnya adalah, masih ada kepercayaan alami akan tuhan. Dan generasi

terdahulu masih memuja tuhan meskipun dengan cara yang salah. Masih saja kesadaran akan tuhan

ada dalam masyarakat, dan kebanyakan orang masih percaya pada tuhan. Akan tetapi seperti yang

kita katakan, kepercayaan adalah ketidakpercayaan dimana mereka tidak percaya tuhan

mempunyai peranan dalam hidup manusia. Selain menciptakan mereka, hanya itu saja.

Tawhid asma wa sifat berhubungan dengan sifat/atribut Tuhan. Bahwa Tuhan dibedakan

dan berbeda dari makhluk-Nya, harus memiliki sifat yang khas dan berbeda. Jika atribut tuhan

tidak berbeda dari sifat ciptaan-Nya maka dia sendiri menjadi ciptaan. Karena sifat ciptaan adalah

sifat makhluk, maka tuhan memiliki sifat itu dia sendiri menjadi makhluk.

Maka ketika kita melihat pada permasalahan tawhid dari perspektif nama dan sifat Allah

kita melihat tawhed dalam menjaga keunikan Allah dalam pikiran kita, dalam tindakan kita, dalam

kata-kata kita, berkaitan dengan sifat-Nya dan nama-Nya. Maka kita sebutkan sebelumnya, bahwa

4
© Islamic Online University AQD 101

setiap nama Allah menyiratkan sifat-Nya dan setiap sifat menyiratkan sebuah nama. Akan tetapi

ada nama yang Allah telah pilih untuk dirinya sendiri, dan ada nama yang dia tidak pilih.

Kita, dengan tujuan untuk menjaga keunikan Allah dan sifatnya, harus membatasi diri kita,

untuk tidak melampaui apa yang telah Allah jelaskan sendiri. Dia mengetahui diri-Nya sendiri.

Dia sendiri yang berhak untuk memberi nama bagi diri-Nya sendiri. Bahkan dalam level manusia,

orangtua anda telah memberi nama, orang lain memberi anda nama, anda akan menolaknya. Apa

yang memberi mereka kekuasaan untuk memberi nama? Hanya pada level manusia. Atau anda

memilih nama untuk diri anda sendiri, seseorang berkata ubahlah namamu atau memberi anda

nama lain anda tidak akan menerimanya. Itu hanya pada level manusia, dimana nama tidak

memberikan implikasi yang sama seperti yang berkaitan dengan Tuhan. Karena sekarang kita

punya nama, memiliki arti dan atribut di baliknya tetapi kita tidak biasa, kita hanya mengambil

satu nama karena nama itu terdengar bagus.

Ketika Allah memilih nama, Dia tidak memilihnya karena itu terdengar bagus. Dia memilih

nama karena nama tersebut untuk makhluk-Nya membantu mereka untuk memahami siapa Dia.

Jadi dia telah memilih nama yang spesifik dengan tujuan bagi manusia untuk menjadi jelas akan

siapa Dia dan untuk menjadi yakin akan siapa yang bukan. Dan seperti yang telah dikatakan, setiap

nama menyiratkan satu sifat, jadi ketika dia menggambarkan dirinya sendiri menjadi Yang Maha

Penyayang, ini menyiratkan rasa sayang, nama itu ar-Rahman Yang Maha Penyayang.

Alhamdulillah wassholatu wassalamu rasulillah,

5
© Islamic Online University AQD 101

Seperti yang telah kita katakan, mengenai nama dan sifat Allah, kita sebutkan sebelumnya

bahwa terdapat satu kondisi yang harus dipenuhi untuk menjaga kekhususan nama dan sifat Allah.

Satu dari kondisi tersebut, adalah bahwa kita membatasi diri kita pada nama dan sifat yang Allah

berikan pada diri-Nya sendiri. Kita tidak memiliki kekuasaan untuk memilih nama bagi Allah,

tidak masuk akal. Kita tidak tahu siapa Allah, Dia tahu siapa diri-Nya hanya Dia yang dapat

menjelaskan pada kita siapa DIa dan siapa yang Dia bukan. Dan itulah tujuannya memilih nama

dan sifat tertentu untuk mengklarifikasi pada kita siapa dia.

Kondisi kedua yang kita sebutkan, bahwa kita tidak boleh memberinya nama tambahan

lain, dari apa yang telah Dia jelaskan tentang diri-Nya, kita tidak boleh memberi-Nya nama apapun

meskipun nama itu mungkin menyiratkan sifat-Nya. Atau kita temukan nama dan sifat secara

umum,

Kembali kepada menjaga nama dan sifat-Nya kita sebutkan secara umum, menjaga nama

dan sifat Allah melibatkan menjaga kekhususan Allah. Prinsip pertama yang harus kita simpan

dalam pikiran kita, untuk menjaga keistimewaan Allah, adalah hanya Dia yang mengenal dirinya

sendiri, karenanya hanya Dia sendiri yang dapat menjelaskan diri-Nya. Maka kita batasi diri kita,

pada nama dan sifat yang telah diberikan-Nya pada diri-Nya sendiri, ini prinsip pertama.

6
© Islamic Online University AQD 101

Prinsip kedua adalah, meskipun sifat tertentu menyiratkan nama, kita tidak diijinkan untuk

memberi Allah nama yang DIa tidak berikan pada diri-Nya sendiri. Maka nama dan atribut muncul

bersama, tetapi yang kita temukan, dalam nama dan sifat Allah, seperti tersebut dalam Quran, dan

dalam Sunnah, sifat-Nya sangat banyak dan nama-Nya lebih terbatas. Setiap nama menyiratkan

sifat, setiap sifat menyiratkan nama. Tetapi nama yang tidak diambil oleh Allah, meskipun

disiratkan oleh beberapa sifat-Nya, kita tidak memberi-Nya.

Maka jika Allah menyebut diri-Nya sebagai suatu sifat, menjadi marah kepada beberapa

makhluk-Nya, ghadiballahu alaihim, Allah marah kepada mereka, al maghdubi alaihim, mereka

yang kepadanya kemarahan Allah. Kita tidak memberi Allah nama al-ghadib, Yang Marah.

Meskipun, disiratkan oleh sifat merasa marah. Dan bila kita masuk pada semester kedua, semester

ketiga, untuk melihat lebih detail, ke dalam nama dan atribut, kita akan melihat prinsip yang

mengatur, mengapa ini dipilih, dan mengapa kata yang lain. Di sini kita hanya mendapat dasar/

fondasi pemahaman dasar dari nama dan sifat.

Prinsip ketiga, adalah ketika kita mendeskripsikan Allah, dalam hal nama dan sifat yang

diberikan-Nya pada diri-Nya sendiri, jika terdapat sifat, yang membagi atau memiliki sifat yang

serupa dengan manusia, kita tidak memberikan Allah sifat seperti yang dipahami berkaitan dengan

manusia.

Kita, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, literalis dalam hal jika Allah menjelaskan

tentang diri-Nya dengan cara tertentu kita katakan memang begitulah adanya Dia, tetapi kita tidak

7
© Islamic Online University AQD 101

mendiskripsikan-Nya dengan cara yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan manusia. Karena

Allah pada akhirnya tak terlukiskan. Nama dan sifat apapun yang diberikan-Nya pada kita pada

akhirnya untuk memberikan kita perkiraan untuk lebih memahami-Nya. Tetapi bagaimana Dia

yang sebenarnya kita tidak dapat memahami, karena untuk memahami Allah dalam pengertian

utama adalah dengan berada dalam level yang sama dengan Allah.

Dimana Allah memiliki satu sifat yang dijelaskan-Nya dan dari sifat tersebut untuk

manusia, kita melihatnya sebagai sifat yang negative, elemen negatif yang kita tujukan untuk

manusia, kita tidak atributkan pada Allah, sebagai contoh balas dendam, biasanya kita berkata

seseorang membalas dendam, seseorang tidak penyayang, dll, dia akan membalas dendam. Tetapi

Allah memang menyebut diri-Nya Yang Membalas Dendam, tapi intinya seseorang membalas

dendam pada kehidupan ini, dia melakukannya karena dia telah disakiti, maka dia membalas orang

tersebut. Kenyataannya adalah Allah tidak dapat disakiti, jadi ketika Allah menggunakan istilah

balas dendam, tentu saja bukan dengan cara yang kita pahami di kalangan kita sendiri. Maka kita

tidak memberi Allah sifat apapun yang merupakan sifat makhluk. Baik dengan mengambil dari

beberapa elemen sifat-Nya, yang dideskripsikan-Nya sendiri, atau dengan memberi-Nya sifat

makhluk.

Seperti contohnya dalam tradisi agama Kristen dan Yahudi Allah menciptakan surga dan

dunia kemudian beristirahat pada hari ke-7. Sifat beristirahat, kita tidak memberikannya kepada

Allah, itu adalah kelemahan manusia, manusia perlu beristirahat setelah bekerja. Anda juga akan

temukan dalam naskah kristiani exodus 32 ayat 14 tertulis disitu: “Dan tuhan bertobat atas

8
© Islamic Online University AQD 101

kejahatan yang disebabkannya atas umatnya.” Dan tuhan bertobat, pertobatan ini adalah manusia,

kita bertobat dari perbuatan kita yang salah, Allah tidak berbuat kesalahan jadi bagaimana

mungkin Dia bertobat. Sifat-sifat manusia ini, tidak boleh diterapkan pada Allah.

Dan prinsip yang kita jadikan dasar tentang sifat Allah adalah tidak ada yang serupa

dengan-Nya seperti yang dikatakan-Nya:

َ‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ َ‫ش ْىءَ َوه ََُوَالس َِّمي َُعَ ْالب‬
َ َ‫ْسَك َِمثْ ِل ِهۦ‬
ََ ‫لَي‬

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan

Melihat. (42:11)

Dia melihat segalanya dan tidak ada yang serupa dengannya maka ketika dikatakan Dia

mendengar dan melihat segala sesuatu, ketika seseorang berkata: “aku mendengarmu.” Anda

memahami dia memiliki telinga, indra yang membawa suara menuju otaknya dan begitulah dia

mendengarmu tetapi ketika kita berpikir Allah mendengar segala hal, kita tidak memikirkan indra

pendengaran, Ketika kita berpikir Dia melihat segala sesuatu kita tidak memikirkan indera

penglihatan. Maka, kita memahami Allah tanpa memberikan sifat apapun dari makhluk-Nya.

Aspek ke-4 dengan tujuan untuk menjaga keunikan sifat dan nama Allah, kita tidak

memberikan sifat Allah kepada makhluk-Nya, yang ketiga adalah kita tidak memberikan sifat

makhluk kepada Allah, dan yang ke-4 adalah kita tidak memberikan sifat Allah pada makhluk-

Nya. Bagaimana itu? Untuk umat Kristen mereka mengklaim bahwa Yesus selalu ada meskipun

9
© Islamic Online University AQD 101

dia terlahir di dunia ini, dia selalu ada. Jadi mereka memberinya atribut keberadaan abadi, yang

tanpa permulaan, pada akhirnya mereka memberinya salah satu sifat Allah. Lalu ada lagi tokoh

dalam injil yang disebut Melchizadek raja Salem dia juga diberikan atribut-atribut semacam itu.

Tertulis dalam Hebrew ayat 1 & 3 Dia tak berayah, mendeskripsikan Melchizadek Raja Salem

pendeta tertinggi Tuhan dikatakan dia bertemu Abraham dan raja yang digambarkan sebagai tanpa

ayah atau ibu atau gineologi dan tidak memiliki permulaan ataupun akhir kehidupan. Tetapi

menyerupai anak Tuhan dia terus menjadi pendeta selamanya. Penjelasan ini, tanpa permulaan

atau akhir kehidupan, ini adalah Allah, ini adalah sifat Allah al awwal wal akhir satu yang tidak

ada sebelum-Nya satu yang setelah-Nya tidak ada lagi, tanpa permulaan, tanpa akhiran, jadi

memberikan atribut itu pada manusia adalah memberikan atribut Allah.

Syiah, sebagai contoh, dalam konsep keimaman mereka dan ini adalah area terbesar

dimana mereka berbeda dari Islam yang kebanyakan. Mereka berbeda dalam hal sifat Tuhan yang

telah mereka berikan pada imam-imam mereka.

Alhamdulillah wassholatu wassalam rasulillah

Syiah, seperti telah kita sebutkan telah memberikan nama dan sifat Allah pada imam-imam

mereka. Sifat kesempurnaan, tidak bisa salah, ini hanyalah milik Allah semua manusia berbuat

kesalahan. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: qullu bani adam khatta setiap keturunan adam berbuat kesalahan.

Dan yang terbaik di antara yang berbuat kesalahan adalah mereka yang terus menerus kembali

kepada Tuhan dalam pertobatan. Jadi itulah realita manusia, akan tetapi menurut orang syiah

10
© Islamic Online University AQD 101

mereka mendefinisikan imam ini dalam buku berjudul “In the faith of Syiah Islam” yang ditulis

oleh Muhammad Ridho al Muzafar karya tulis syiah, buku standar untuk belajar anak-anak dia

mengatakan: “seorang imam harus tanpa salah yaitu dikatakan tidak dapat berbuat kekeliruan atau

kesalahan baik secara batiniah maupun lahiriah sejak kelahirannya sampai kematiannya baik

disengaja maupun tidak disengaja bebas dari kesalahan secara absolut”

Umat Kristen katolik, mereka menganggap pendeta mereka juga tanpa kesalahan akan

tetapi bagi mereka, pendeta menjadi bebas dari kesalahan ketika dia memasuki status kepasturan

ketika dia menjadi paus ketika dia telah memiliki hak atau apapun dari kepasturan, maka dia

menjadi bebas dari kesalahan. Itulah sebabnya paus benedict membuat kesalahan besar pada apa

yang dia katakan tentang muslim dan dia berusaha mengoreksinya dengan berbagai cara dia hanya

dapat pergi sejauh itu tanpa berkata: “saya minta maaf saya telah membuat kesalahan.” Dia tidak

bisa karena dia bebas dari kesalahan. Anda lihat? Maka dia buntu ini disebut cash 22 meskipun

dia salah dia tidak bisa berkata bahwa dia salah, karena paus tanpa kesalahan dan tidak bisa salah.

Itu sebabnya dia terperangkap, dia mencoba mencari jalan ini dan itu mencoba menjelaskan saya

tidak bermaksud demikian, tetapi dia tidak bisa berkata saya telah salah.

Tapi itu umat katolik. Setidaknya mereka mengakui sebelum paus menjadi paus dia bisa

bersalah. Jadi dia lahir dan dibesarkan dia membuat kesalahan tapi tidak sampai dia menjadi paus

lah dia menjadi tanpa kesalahan. Tetapi syiah satu langkah lebih jauh, mereka kataan dari saat dia

terlahir. Tidak hanya itu, tidak mungkin baginya berbuat kesalahan meskipun dalam batinnya,

tidak hanya secara lahiriah. Kita tahu kesalahan dapat terlihat, tapi bahkan dalam batinnya, berarti

11
© Islamic Online University AQD 101

murni bebas dari kesalahan secara absolut, Kita katakan ini adalah tuhan, ini adalah Allah. Juga,

imam menurut mereka, adalah omniscient, mereka mengetahui segala hal. Dan kita katakan lagi,

ini adalah sifat Allah, dia adalah al-alim, yang mengetahui segala sesuatu.

Menurut pengarang syiah ini, dalam bukunya yang merupakan buku pengajaran dasar, dia

katakan, sang imam mampu memahami informasi tentang apa saja, di mana saja, kapan saja.

Apalagi yang tersisa setelah itu? Maka kesesatan mereka berdasarkan pada penghancuran mereka

pada tawhid asma wa sifat. Dalam aspek ini, memberikan manusia, imam mereka, imam yang 12

atau 7 atau 5 tergantung pada grup mana yang mereka ikuti, memberikan imam-imam ini sifat-

sifat Allah. Sebenarnya, mereka bahkan pergi lebih jauh lagi, sampai ke omnipotence.

Omnipotence berarti mempunyai kekuatan atas segala sesuatu.

Imam khumeini adalah ulama terkemuka di abad ke-21 dia berkata dalam bukunya “al

hukumah Islamiyah”: “sesungguhnya para imam memiliki kedudukan terkemuka, peringkat yang

tinggi, satu khalifah penciptaan, kedaulatan tertinggi, penguasaan, atas segala atom ciptaan,”

Kedaulatan tertinggi, penguasaan, atas segala atom ciptaan, apa lagi yang tersisa untuk Allah

setelah itu? Ini adalah inti kesesatan mereka, dan banyak grup lain yang sesat akan anda temukan

elemen ini di sana, sifat Allah diberikan pada makhluk-Nya.

ShaiBaba yang disembah lebih dari 8 juta orang india bagi mereka dia adalah avatar,

inkarnasi tuhan maka dia melakukan keajaiban di hadapan mereka, maksud saya pada dasarnya

hanya trik sulap tetapi dia melakukannya di antara mereka. Dan berdasarkan apa yang

12
© Islamic Online University AQD 101

dilakukannya, mereka menganggapnya sebagai inkarnasi tuhan dan mereka memberinya sifat

tuhan, dia tidak dapat berbuat kesalahan. Jadi meskipun terdapat kasus besar, pengadilan

internasional atas dirinya, yang telah diangkat oleh orang amerika yang berpindah agama ke

Hinduism yang mengirim anak mereka untuk dilatih dan dibesarkan dalam ashram-nya dan dia

menganiaya mereka secara seksual dan itu ketahuan. Tentu saja pengikutnya berkata tidak, bukan

begitu, anda tidak mengerti, hanya terlihat seperti itu, mereka mencoba menutupinya, karena ini

adalah Manusia Tuhan, dia tidak dapat berbuat salah. Tetapi meskipun kasus ini diangkat

melawannya, karena pengikutnya percaya bahwa dia adalah tuhan, maka apapun yang terjadi, dia

tidak berbuat kesalahan. Dia tidak berbuat kesalahan sama sekali.

Kondisi ke-5 yang harus dipenuhi agar nama dan sifat Allah terjaga keunikannya, dan

kesatuannya, adalah nama yang Allah berikan untuk diri-Nya yang terdapat di hadapan mereka

artikel definit “al”, nama ini tidak dapat diberikan pada manusia dengan artikel definit. Maka

sebagai contoh istilah rauf yang artinya penuh belas kasihan, tanpa artikel definit bersama dengan

penuh sayang Rahim sifat ini telah diberikan pada nabi muhammad ‫ ﷺ‬oleh Allah pada 9:128

َ‫نَأَنفُ ِس ُك َْمَ َع ِزيزََ َعلَ ْي َِهَ َماَ َعنِت ُّ َْمَ َح ِريصََ َعلَ ْي ُكمَبِ ْال ُمؤْ ِم ِنينَََ َر ُءوفََ َّر ِحيم‬ ُ ‫لَقَدََْ َجا ٓ َء ُك َْمَ َر‬
َْ ‫سولََ ِ ِّم‬

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya

penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan

lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Sifat ini telah diberikan kepada nabi muhammad ‫ ﷺ‬tetapi sifat ar-Rauf dana ar-Rahim yang

menggunakan “al” definit sebelumnya yang berarti Yang Maha penuh belas kasih dan Yang Maha

13
© Islamic Online University AQD 101

Penyayang, sifat ini tidak dapat diberikan pada manusia. Nama ini, tidak dapat diberikan pada

manusia. Beberapa nama lain, yang tidak memiliki “al” padanya juga tidak diberikan, di antaranya

Allah, meskipun itu nama yang telah tetap/ tertentu kita tidak dapat memberikan ini pada manusia.

Dan ada nama lain yang mendeskripsikan sifat yang khusus hanya untuk Allah jadi baik nama itu

memiliki “al” ataupun tidak kita tidak memberikannya. Kita melihatnya secara lebih mendetail

ketika kita mempelajari al asma wa sifat.

Tetapi untuk saat ini, cukup bagi kita untuk memahami bahwa kita menjaga kesatuan nama

dan sifat Allah dengan berhati-hati dalam pemahaman kita, ungkapan kita, perbuatan kita, dimana

harus memelihara keunikan sifat Allah.

14

Anda mungkin juga menyukai