AQD 101 Modul 04
AQD 101 Modul 04
Module 4
Diterjemahkan oleh: Tim Penerjemah IOU
1
© Islamic Online University AQD 101
Alhamdulillahi rabbil alamin washolatu wasalamu ala rasulil karim wa ala ali wa
ashhabihi wamanistanna bi sunnati ila yaumiddin. Segala puji bagi Allah, semoga shalawat dan
salam senantiasa tercurah pada nabi Muhammad (shalallahu alaihi wassalam), dan kepada mereka
Pada sesi sebelumnya, kita mulai melihat pada tawhid al-asma was-sifat, yaitu memelihara
keesaan nama dan sifat Allah. Dan itu adalah setelah kita melihat pada tawhed ar-Rububiyah atau
memelihara keesaan kekuasaan Allah. Menegaskan bahwa Allah memiliki kuasa atas segala
sesuatu. Yang dimulai dengan penciptaan-Nya atas segala sesuatu. Dan apapun setelahnya adalah
konsekuensi alami. Jika Dia menciptakan segala sesuatu, segala sesuatu bergantung padanya.
Dialah yang menjaga segala sesuatu. Segala sesuatu yang akan berkembang, segala yang tumbuh,
Dan kita membicarakan fakta bahwa pengetahuan akan rububiyah, kekuasaan Allah adalah
sesuatu yang semua bangsa, manusia dimanapun kita lihat di seluruh dunia, mereka memiliki
pengetahuan dasar ini. Terdapat pengetahuan dasar dan kesadaran akan Tuhan, bahwa ada sang
Pencipta, ini adalah sesuatu yang Allah telah ciptakan setiap manusia untuk memilikinya. Kita
telah membicarakan dasarnya pada surat al-a’raf bahwa Allah mengambil Adam dan seluruh
keturunannya dan membuat mereka semua bersaksi bahwa Dia adalah tuhan mereka.
Maka pengetahuan dasar, tentang Allah sebagai Rabb, pertanyaan yang Allah tanyakan
berikutnya adalah alastu birobbikum, apakah Aku bukan tuhanmu? Menggunakan kata yang sama
2
© Islamic Online University AQD 101
Rabb, maka ini, seluruh umat manusia, yang ada di muka bumi, bersaksi bahwa Allah adalah
Tuhan. Jadi ini adalah keyakinan alami yang orang terlahir dengannya. Bahkan atheist yang tidak
percaya, ketika dia terbakar, peluru brdengung di kepalanya, apa yang dia katakana? Ya Tuhan!
Secara otomatis, dia tidak berhenti dan memikirkannya, Ya tuhan menjadi satu relfeks otomatis.
Karena ini ada di dalam dirinya sendiri. Meskipun dia menolaknya di permukaan, di jiwa, di dalam
Maka pesan nabi-nabi, mereka secara fundamental tidak mengajak pada hal ini, Quran
menyebutkan Allah sebagai Rabb dalam beberapa ayat, tetapi hanya beberapa, karena adalah
sesuatu yang langka di kalangan manusia bahwa seseorang menolak eksistensi tuhan, ini adalah
langka. Norma-nya seperti yang diketahui orang-orang dan bagaimana mereka menghadapinya.
Apa yang mereka lakukan setelah mengetahui bahwa Allah adalah tuhan mereka?
Banyak orang di negara barat saat ini, umumnya berkata, kami tahu Ia tuhan kami, tetapi
dia tidak ada kaitannya dengan dunia ini. Dia menciptakan dunia ini, dan membiarkannya berjalan
dengan sendirinya. Itu kesimpulan mereka, jadi mereka yang disebut mereka mengakui eksistensi
tuhan tetapi mereka tidak melihat tuhan berperan dalam kehidupan mereka. Karenanya agama
menjadi palsu, nabi adalah suatu alat bagi orang-orang dan semua tentang menemukan jalan anda
Maka pemahaman yang seperti itu, menjadi menonjol di negara barat, dengan pengaruh
dari renaissance di eropa, meningkatnya pertanyaan akan ada tidaknya tuhan, sekulerisasi hukum,
3
© Islamic Online University AQD 101
orang-orang sebagai generasi telah tumbuh tanpa penekanan akan tuhan sampai pada titik, di
Amerika, dianggap illegal bagi guru, untuk memulai satu kelas di sekolah umum, berterimakasih
pada tuhan, dengan berdoa, ini dianggap illegal. Meskipun pada dolar amerika masih tertulis
disana “In God We Trust” itulah yang bapak pendiri pegang teguh. Tetapi sekarang, pemikiran
Jadi generasi telah tumbuh, tanpa konten itu, bahkan dalam bentuk agama Kristen yang
terdistorsi, tetapi hasil akhirnya adalah, masih ada kepercayaan alami akan tuhan. Dan generasi
terdahulu masih memuja tuhan meskipun dengan cara yang salah. Masih saja kesadaran akan tuhan
ada dalam masyarakat, dan kebanyakan orang masih percaya pada tuhan. Akan tetapi seperti yang
kita katakan, kepercayaan adalah ketidakpercayaan dimana mereka tidak percaya tuhan
mempunyai peranan dalam hidup manusia. Selain menciptakan mereka, hanya itu saja.
Tawhid asma wa sifat berhubungan dengan sifat/atribut Tuhan. Bahwa Tuhan dibedakan
dan berbeda dari makhluk-Nya, harus memiliki sifat yang khas dan berbeda. Jika atribut tuhan
tidak berbeda dari sifat ciptaan-Nya maka dia sendiri menjadi ciptaan. Karena sifat ciptaan adalah
sifat makhluk, maka tuhan memiliki sifat itu dia sendiri menjadi makhluk.
Maka ketika kita melihat pada permasalahan tawhid dari perspektif nama dan sifat Allah
kita melihat tawhed dalam menjaga keunikan Allah dalam pikiran kita, dalam tindakan kita, dalam
kata-kata kita, berkaitan dengan sifat-Nya dan nama-Nya. Maka kita sebutkan sebelumnya, bahwa
4
© Islamic Online University AQD 101
setiap nama Allah menyiratkan sifat-Nya dan setiap sifat menyiratkan sebuah nama. Akan tetapi
ada nama yang Allah telah pilih untuk dirinya sendiri, dan ada nama yang dia tidak pilih.
Kita, dengan tujuan untuk menjaga keunikan Allah dan sifatnya, harus membatasi diri kita,
untuk tidak melampaui apa yang telah Allah jelaskan sendiri. Dia mengetahui diri-Nya sendiri.
Dia sendiri yang berhak untuk memberi nama bagi diri-Nya sendiri. Bahkan dalam level manusia,
orangtua anda telah memberi nama, orang lain memberi anda nama, anda akan menolaknya. Apa
yang memberi mereka kekuasaan untuk memberi nama? Hanya pada level manusia. Atau anda
memilih nama untuk diri anda sendiri, seseorang berkata ubahlah namamu atau memberi anda
nama lain anda tidak akan menerimanya. Itu hanya pada level manusia, dimana nama tidak
memberikan implikasi yang sama seperti yang berkaitan dengan Tuhan. Karena sekarang kita
punya nama, memiliki arti dan atribut di baliknya tetapi kita tidak biasa, kita hanya mengambil
Ketika Allah memilih nama, Dia tidak memilihnya karena itu terdengar bagus. Dia memilih
nama karena nama tersebut untuk makhluk-Nya membantu mereka untuk memahami siapa Dia.
Jadi dia telah memilih nama yang spesifik dengan tujuan bagi manusia untuk menjadi jelas akan
siapa Dia dan untuk menjadi yakin akan siapa yang bukan. Dan seperti yang telah dikatakan, setiap
nama menyiratkan satu sifat, jadi ketika dia menggambarkan dirinya sendiri menjadi Yang Maha
Penyayang, ini menyiratkan rasa sayang, nama itu ar-Rahman Yang Maha Penyayang.
5
© Islamic Online University AQD 101
Seperti yang telah kita katakan, mengenai nama dan sifat Allah, kita sebutkan sebelumnya
bahwa terdapat satu kondisi yang harus dipenuhi untuk menjaga kekhususan nama dan sifat Allah.
Satu dari kondisi tersebut, adalah bahwa kita membatasi diri kita pada nama dan sifat yang Allah
berikan pada diri-Nya sendiri. Kita tidak memiliki kekuasaan untuk memilih nama bagi Allah,
tidak masuk akal. Kita tidak tahu siapa Allah, Dia tahu siapa diri-Nya hanya Dia yang dapat
menjelaskan pada kita siapa DIa dan siapa yang Dia bukan. Dan itulah tujuannya memilih nama
Kondisi kedua yang kita sebutkan, bahwa kita tidak boleh memberinya nama tambahan
lain, dari apa yang telah Dia jelaskan tentang diri-Nya, kita tidak boleh memberi-Nya nama apapun
meskipun nama itu mungkin menyiratkan sifat-Nya. Atau kita temukan nama dan sifat secara
umum,
Kembali kepada menjaga nama dan sifat-Nya kita sebutkan secara umum, menjaga nama
dan sifat Allah melibatkan menjaga kekhususan Allah. Prinsip pertama yang harus kita simpan
dalam pikiran kita, untuk menjaga keistimewaan Allah, adalah hanya Dia yang mengenal dirinya
sendiri, karenanya hanya Dia sendiri yang dapat menjelaskan diri-Nya. Maka kita batasi diri kita,
pada nama dan sifat yang telah diberikan-Nya pada diri-Nya sendiri, ini prinsip pertama.
6
© Islamic Online University AQD 101
Prinsip kedua adalah, meskipun sifat tertentu menyiratkan nama, kita tidak diijinkan untuk
memberi Allah nama yang DIa tidak berikan pada diri-Nya sendiri. Maka nama dan atribut muncul
bersama, tetapi yang kita temukan, dalam nama dan sifat Allah, seperti tersebut dalam Quran, dan
dalam Sunnah, sifat-Nya sangat banyak dan nama-Nya lebih terbatas. Setiap nama menyiratkan
sifat, setiap sifat menyiratkan nama. Tetapi nama yang tidak diambil oleh Allah, meskipun
Maka jika Allah menyebut diri-Nya sebagai suatu sifat, menjadi marah kepada beberapa
makhluk-Nya, ghadiballahu alaihim, Allah marah kepada mereka, al maghdubi alaihim, mereka
yang kepadanya kemarahan Allah. Kita tidak memberi Allah nama al-ghadib, Yang Marah.
Meskipun, disiratkan oleh sifat merasa marah. Dan bila kita masuk pada semester kedua, semester
ketiga, untuk melihat lebih detail, ke dalam nama dan atribut, kita akan melihat prinsip yang
mengatur, mengapa ini dipilih, dan mengapa kata yang lain. Di sini kita hanya mendapat dasar/
Prinsip ketiga, adalah ketika kita mendeskripsikan Allah, dalam hal nama dan sifat yang
diberikan-Nya pada diri-Nya sendiri, jika terdapat sifat, yang membagi atau memiliki sifat yang
serupa dengan manusia, kita tidak memberikan Allah sifat seperti yang dipahami berkaitan dengan
manusia.
Kita, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, literalis dalam hal jika Allah menjelaskan
tentang diri-Nya dengan cara tertentu kita katakan memang begitulah adanya Dia, tetapi kita tidak
7
© Islamic Online University AQD 101
mendiskripsikan-Nya dengan cara yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan manusia. Karena
Allah pada akhirnya tak terlukiskan. Nama dan sifat apapun yang diberikan-Nya pada kita pada
akhirnya untuk memberikan kita perkiraan untuk lebih memahami-Nya. Tetapi bagaimana Dia
yang sebenarnya kita tidak dapat memahami, karena untuk memahami Allah dalam pengertian
utama adalah dengan berada dalam level yang sama dengan Allah.
Dimana Allah memiliki satu sifat yang dijelaskan-Nya dan dari sifat tersebut untuk
manusia, kita melihatnya sebagai sifat yang negative, elemen negatif yang kita tujukan untuk
manusia, kita tidak atributkan pada Allah, sebagai contoh balas dendam, biasanya kita berkata
seseorang membalas dendam, seseorang tidak penyayang, dll, dia akan membalas dendam. Tetapi
Allah memang menyebut diri-Nya Yang Membalas Dendam, tapi intinya seseorang membalas
dendam pada kehidupan ini, dia melakukannya karena dia telah disakiti, maka dia membalas orang
tersebut. Kenyataannya adalah Allah tidak dapat disakiti, jadi ketika Allah menggunakan istilah
balas dendam, tentu saja bukan dengan cara yang kita pahami di kalangan kita sendiri. Maka kita
tidak memberi Allah sifat apapun yang merupakan sifat makhluk. Baik dengan mengambil dari
beberapa elemen sifat-Nya, yang dideskripsikan-Nya sendiri, atau dengan memberi-Nya sifat
makhluk.
Seperti contohnya dalam tradisi agama Kristen dan Yahudi Allah menciptakan surga dan
dunia kemudian beristirahat pada hari ke-7. Sifat beristirahat, kita tidak memberikannya kepada
Allah, itu adalah kelemahan manusia, manusia perlu beristirahat setelah bekerja. Anda juga akan
temukan dalam naskah kristiani exodus 32 ayat 14 tertulis disitu: “Dan tuhan bertobat atas
8
© Islamic Online University AQD 101
kejahatan yang disebabkannya atas umatnya.” Dan tuhan bertobat, pertobatan ini adalah manusia,
kita bertobat dari perbuatan kita yang salah, Allah tidak berbuat kesalahan jadi bagaimana
mungkin Dia bertobat. Sifat-sifat manusia ini, tidak boleh diterapkan pada Allah.
Dan prinsip yang kita jadikan dasar tentang sifat Allah adalah tidak ada yang serupa
َير
ُ صِ َش ْىءَ َوه ََُوَالس َِّمي َُعَ ْالب
َ َْسَك َِمثْ ِل ِهۦ
ََ لَي
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan
Melihat. (42:11)
Dia melihat segalanya dan tidak ada yang serupa dengannya maka ketika dikatakan Dia
mendengar dan melihat segala sesuatu, ketika seseorang berkata: “aku mendengarmu.” Anda
memahami dia memiliki telinga, indra yang membawa suara menuju otaknya dan begitulah dia
mendengarmu tetapi ketika kita berpikir Allah mendengar segala hal, kita tidak memikirkan indra
pendengaran, Ketika kita berpikir Dia melihat segala sesuatu kita tidak memikirkan indera
penglihatan. Maka, kita memahami Allah tanpa memberikan sifat apapun dari makhluk-Nya.
Aspek ke-4 dengan tujuan untuk menjaga keunikan sifat dan nama Allah, kita tidak
memberikan sifat Allah kepada makhluk-Nya, yang ketiga adalah kita tidak memberikan sifat
makhluk kepada Allah, dan yang ke-4 adalah kita tidak memberikan sifat Allah pada makhluk-
Nya. Bagaimana itu? Untuk umat Kristen mereka mengklaim bahwa Yesus selalu ada meskipun
9
© Islamic Online University AQD 101
dia terlahir di dunia ini, dia selalu ada. Jadi mereka memberinya atribut keberadaan abadi, yang
tanpa permulaan, pada akhirnya mereka memberinya salah satu sifat Allah. Lalu ada lagi tokoh
dalam injil yang disebut Melchizadek raja Salem dia juga diberikan atribut-atribut semacam itu.
Tertulis dalam Hebrew ayat 1 & 3 Dia tak berayah, mendeskripsikan Melchizadek Raja Salem
pendeta tertinggi Tuhan dikatakan dia bertemu Abraham dan raja yang digambarkan sebagai tanpa
ayah atau ibu atau gineologi dan tidak memiliki permulaan ataupun akhir kehidupan. Tetapi
menyerupai anak Tuhan dia terus menjadi pendeta selamanya. Penjelasan ini, tanpa permulaan
atau akhir kehidupan, ini adalah Allah, ini adalah sifat Allah al awwal wal akhir satu yang tidak
ada sebelum-Nya satu yang setelah-Nya tidak ada lagi, tanpa permulaan, tanpa akhiran, jadi
Syiah, sebagai contoh, dalam konsep keimaman mereka dan ini adalah area terbesar
dimana mereka berbeda dari Islam yang kebanyakan. Mereka berbeda dalam hal sifat Tuhan yang
Syiah, seperti telah kita sebutkan telah memberikan nama dan sifat Allah pada imam-imam
mereka. Sifat kesempurnaan, tidak bisa salah, ini hanyalah milik Allah semua manusia berbuat
kesalahan. Nabi ﷺbersabda: qullu bani adam khatta setiap keturunan adam berbuat kesalahan.
Dan yang terbaik di antara yang berbuat kesalahan adalah mereka yang terus menerus kembali
kepada Tuhan dalam pertobatan. Jadi itulah realita manusia, akan tetapi menurut orang syiah
10
© Islamic Online University AQD 101
mereka mendefinisikan imam ini dalam buku berjudul “In the faith of Syiah Islam” yang ditulis
oleh Muhammad Ridho al Muzafar karya tulis syiah, buku standar untuk belajar anak-anak dia
mengatakan: “seorang imam harus tanpa salah yaitu dikatakan tidak dapat berbuat kekeliruan atau
kesalahan baik secara batiniah maupun lahiriah sejak kelahirannya sampai kematiannya baik
Umat Kristen katolik, mereka menganggap pendeta mereka juga tanpa kesalahan akan
tetapi bagi mereka, pendeta menjadi bebas dari kesalahan ketika dia memasuki status kepasturan
ketika dia menjadi paus ketika dia telah memiliki hak atau apapun dari kepasturan, maka dia
menjadi bebas dari kesalahan. Itulah sebabnya paus benedict membuat kesalahan besar pada apa
yang dia katakan tentang muslim dan dia berusaha mengoreksinya dengan berbagai cara dia hanya
dapat pergi sejauh itu tanpa berkata: “saya minta maaf saya telah membuat kesalahan.” Dia tidak
bisa karena dia bebas dari kesalahan. Anda lihat? Maka dia buntu ini disebut cash 22 meskipun
dia salah dia tidak bisa berkata bahwa dia salah, karena paus tanpa kesalahan dan tidak bisa salah.
Itu sebabnya dia terperangkap, dia mencoba mencari jalan ini dan itu mencoba menjelaskan saya
tidak bermaksud demikian, tetapi dia tidak bisa berkata saya telah salah.
Tapi itu umat katolik. Setidaknya mereka mengakui sebelum paus menjadi paus dia bisa
bersalah. Jadi dia lahir dan dibesarkan dia membuat kesalahan tapi tidak sampai dia menjadi paus
lah dia menjadi tanpa kesalahan. Tetapi syiah satu langkah lebih jauh, mereka kataan dari saat dia
terlahir. Tidak hanya itu, tidak mungkin baginya berbuat kesalahan meskipun dalam batinnya,
tidak hanya secara lahiriah. Kita tahu kesalahan dapat terlihat, tapi bahkan dalam batinnya, berarti
11
© Islamic Online University AQD 101
murni bebas dari kesalahan secara absolut, Kita katakan ini adalah tuhan, ini adalah Allah. Juga,
imam menurut mereka, adalah omniscient, mereka mengetahui segala hal. Dan kita katakan lagi,
ini adalah sifat Allah, dia adalah al-alim, yang mengetahui segala sesuatu.
Menurut pengarang syiah ini, dalam bukunya yang merupakan buku pengajaran dasar, dia
katakan, sang imam mampu memahami informasi tentang apa saja, di mana saja, kapan saja.
Apalagi yang tersisa setelah itu? Maka kesesatan mereka berdasarkan pada penghancuran mereka
pada tawhid asma wa sifat. Dalam aspek ini, memberikan manusia, imam mereka, imam yang 12
atau 7 atau 5 tergantung pada grup mana yang mereka ikuti, memberikan imam-imam ini sifat-
sifat Allah. Sebenarnya, mereka bahkan pergi lebih jauh lagi, sampai ke omnipotence.
Imam khumeini adalah ulama terkemuka di abad ke-21 dia berkata dalam bukunya “al
hukumah Islamiyah”: “sesungguhnya para imam memiliki kedudukan terkemuka, peringkat yang
tinggi, satu khalifah penciptaan, kedaulatan tertinggi, penguasaan, atas segala atom ciptaan,”
Kedaulatan tertinggi, penguasaan, atas segala atom ciptaan, apa lagi yang tersisa untuk Allah
setelah itu? Ini adalah inti kesesatan mereka, dan banyak grup lain yang sesat akan anda temukan
ShaiBaba yang disembah lebih dari 8 juta orang india bagi mereka dia adalah avatar,
inkarnasi tuhan maka dia melakukan keajaiban di hadapan mereka, maksud saya pada dasarnya
hanya trik sulap tetapi dia melakukannya di antara mereka. Dan berdasarkan apa yang
12
© Islamic Online University AQD 101
dilakukannya, mereka menganggapnya sebagai inkarnasi tuhan dan mereka memberinya sifat
tuhan, dia tidak dapat berbuat kesalahan. Jadi meskipun terdapat kasus besar, pengadilan
internasional atas dirinya, yang telah diangkat oleh orang amerika yang berpindah agama ke
Hinduism yang mengirim anak mereka untuk dilatih dan dibesarkan dalam ashram-nya dan dia
menganiaya mereka secara seksual dan itu ketahuan. Tentu saja pengikutnya berkata tidak, bukan
begitu, anda tidak mengerti, hanya terlihat seperti itu, mereka mencoba menutupinya, karena ini
adalah Manusia Tuhan, dia tidak dapat berbuat salah. Tetapi meskipun kasus ini diangkat
melawannya, karena pengikutnya percaya bahwa dia adalah tuhan, maka apapun yang terjadi, dia
Kondisi ke-5 yang harus dipenuhi agar nama dan sifat Allah terjaga keunikannya, dan
kesatuannya, adalah nama yang Allah berikan untuk diri-Nya yang terdapat di hadapan mereka
artikel definit “al”, nama ini tidak dapat diberikan pada manusia dengan artikel definit. Maka
sebagai contoh istilah rauf yang artinya penuh belas kasihan, tanpa artikel definit bersama dengan
penuh sayang Rahim sifat ini telah diberikan pada nabi muhammad ﷺoleh Allah pada 9:128
َنَأَنفُ ِس ُك َْمَ َع ِزيزََ َعلَ ْي َِهَ َماَ َعنِت ُّ َْمَ َح ِريصََ َعلَ ْي ُكمَبِ ْال ُمؤْ ِم ِنينَََ َر ُءوفََ َّر ِحيم ُ لَقَدََْ َجا ٓ َء ُك َْمَ َر
َْ سولََ ِ ِّم
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan
Sifat ini telah diberikan kepada nabi muhammad ﷺtetapi sifat ar-Rauf dana ar-Rahim yang
menggunakan “al” definit sebelumnya yang berarti Yang Maha penuh belas kasih dan Yang Maha
13
© Islamic Online University AQD 101
Penyayang, sifat ini tidak dapat diberikan pada manusia. Nama ini, tidak dapat diberikan pada
manusia. Beberapa nama lain, yang tidak memiliki “al” padanya juga tidak diberikan, di antaranya
Allah, meskipun itu nama yang telah tetap/ tertentu kita tidak dapat memberikan ini pada manusia.
Dan ada nama lain yang mendeskripsikan sifat yang khusus hanya untuk Allah jadi baik nama itu
memiliki “al” ataupun tidak kita tidak memberikannya. Kita melihatnya secara lebih mendetail
Tetapi untuk saat ini, cukup bagi kita untuk memahami bahwa kita menjaga kesatuan nama
dan sifat Allah dengan berhati-hati dalam pemahaman kita, ungkapan kita, perbuatan kita, dimana
14