Modul Pendekatan Coaching Untuk Pengawas Sekolah
Modul Pendekatan Coaching Untuk Pengawas Sekolah
Penyusun:
Monica Irayati
Warih Wijayanti
Peninjau:
Dr. Medira Ferayanti
Walmah Ni’maturohmah, M.Pd
Editor:
Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya,
Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
dapat menyusun modul yang akan digunakan pada rangkaian pelatihan Program Sekolah
Penggerak angkatan 3 tahun 2023.
Rangkaian pelatihan Program Sekolah Penggerak menjadi salah satu tahapan penting dalam
pelaksanaan Program Sekolah Penggerak untuk menyiapkan Fasilitator Sekolah Penggerak
dan Komite Pembelajaran dalam implementasi kurikulum merdeka. Modul Pendekatan
Coaching digunakan pada Pelatihan Program Sekolah Penggerak yang merupakan panduan
bagi narasumber/fasilitator untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam proses
Bimbingan Teknis Pelatihan Komite Pembelajaran - Pengawas Sekolah angkatan 3.
Besar harapan kami, modul ini dapat menjadi rujukan dan dapat diimplementasikan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Terima Kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi aktif pada penyusunan Modul Pembelajaran ini. Semoga Tuhan Yang
Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan dan kelancaran bagi kita semua.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Pengawas sekolah meningkat tanggung jawabnya dalam pengembangan
kompetensi kepala sekolah dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan masing-
masing kepala sekolah.
2. Pengawas sekolah memiliki pemahaman bahwa coaching merupakan salah satu
pendekatan untuk mengembangkan kompetensi diri seseorang, di mana posisi
coach (pengawas) terhadap coachee (kepala sekolah) adalah mitra, yang
mendengarkan secara aktif dan mengajukan pertanyaan untuk memicu pemikiran,
yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee,
sesuai dengan apa yang ingin dicapai oleh coachee.
3. Pengawas memiliki pemahaman bahwa untuk dapat melakukan percakapan
coaching secara tepat dan efektif, pengawas perlu memiliki paradigma berpikir
coaching dan memegang prinsip-prinsip coaching selama berinteraksi dengan
kepala sekolah.
PEMAHAMAN BERMAKNA
Pengawas sekolah dapat berperan sebagai coach bagi kepala sekolah dampingannya,
dengan cara menggunakan paradigma berpikir coaching dan memegang prinsip coaching
dalam berinteraksi dengan kepala sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan
kompetensi kepala sekolah, di mana posisi pengawas sekolah terhadap kepala sekolah
adalah mitra, yang mendengarkan secara aktif dan mengajukan pertanyaan untuk memicu
pemikiran, yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional kepala
sekolah.
PERTANYAAN UTAMA
1. Ibu/Bapak ingin menjadi Pengawas yang seperti apa?
2. Ibu/Bapak ingin mendampingi Kepala Sekolah agar mereka menjadi Kepala Sekolah
yang seperti apa?
3. Apa itu coaching?
4. Apa bedanya coaching dengan konseling, mentoring, fasilitasi, dan training?
5. Prinsip apa saja yang perlu dipegang oleh seorang coach?
6. Pola pikir apa yang perlu dimiliki oleh seorang coach?
7. Kompetensi apa saja yang diperlukan dalam melakukan percakapan coaching?
8. Apa yang berbeda dari percakapan coaching untuk membuat rencana, melakukan
refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi?
PERTANYAAN PEMANTIK
Mulai dari diri:
1. Ibu/Bapak ingin menjadi Pengawas yang seperti apa?
2. Ibu/Bapak ingin mendampingi Kepala Sekolah agar mereka menjadi Kepala Sekolah
yang seperti apa?
3. Apakah Ibu/Bapak memiliki pengalaman mendampingi/mengembangkan Kepala
Sekolah secara individual yang Ibu/Bapak nilai berhasil?
4. Apa saja yang membuat itu menjadi berhasil?
Eksplorasi konsep:
1. Apa yang Ibu/Bapak ketahui tentang coaching?
2. Apa bedanya coaching dengan konseling, mentoring, fasilitasi, dan training?
3. Apakah ada persamaan antara coaching dengan konseling, mentoring, fasilitasi, dan
training? Jika ada, apa itu?
4. Paradigma berpikir apa yang perlu dimiliki oleh seorang coach?
5. Kompetensi apa saja yang diperlukan dalam melakukan percakapan coaching?
Ruang Kolaborasi:
1. Bagaimana cara Ibu/Bapak menerapkan alur TIRTA dalam percakapan coaching?
Strategi apa yang Ibu/Bapak gunakan agar percakapan coaching tetap sesuai
dengan alur TIRTA?
2. Bagaimana cara Ibu/Bapak menerapkan RASA dalam mendengarkan? Apa yang
sudah berjalan dengan baik? Apa yang masih menjadi tantangan?
3. Bagaimana cara Ibu/Bapak dalam melontarkan pertanyaan yang berbobot? Apa
yang sudah berjalan dengan baik? Apa yang masih menjadi tantangan?
4. Apa yang Ibu/Bapak lakukan agar dapat menghadirkan “presence” sebelum
melakukan percakapan coaching?
5. Apakah, selama coaching, Ibu/Bapak selalu dalam kondisi “presence”? Jika tidak,
apa yang Ibu/Bapak lakukan untuk dapat menghadirkannya kembali “presence”?
6. Merefleksikan pertanyaan-pertanyaan yang tadi Ibu/Bapak ajukan kepada coachee,
pertanyaan mana yang bisa Ibu/Bapak jadikan pertanyaan utama dalam tahap
tujuan, identifikasi, rencana aksi, dan tanggung jawab?
Refleksi Terbimbing:
1. Percakapan seperti apa yang Ibu/Bapak gunakan dalam coaching?
2. Apa bedanya percakapan coaching dengan percakapan lainnya?
3. Apa yang sudah berjalan dengan baik dari percakapan coaching yang sudah
Ibu/Bapak lakukan?
4. Apa yang masih perlu Ibu/Bapak perbaiki/tingkatkan dari percakapan coaching yang
sudah Ibu/Bapak lakukan?
5. Apa yang akan Ibu/Bapak lakukan untuk memperbaiki/meningkatkan kemampuan
Ibu/Bapak dalam melakukan percakapan coaching?
6. Apa refleksi diri Ibu/Bapak terhadap perasaan coachee saat di coaching oleh
Ibu/Bapak?
Demonstrasi Kontekstual:
Apa persamaan dan perbedaan dari keempat percakapan coaching sebagai berikut:
a. Membuat Rencana
b. Melakukan Refleksi
c. Memecahkan Masalah
d. Percakapan Kalibrasi
Elaborasi Pemahaman:
1. Pembelajaran apa yang bisa Ibu/Bapak dapatkan dari hasil mempraktikkan
percakapan coaching dalam membuat rencana pengembangan diri orang lain
(sebagai Pengawas Sekolah yang perlu mengembangkan keterampilan coaching)?
2. Apa yang Ibu/Bapak rasakan berbeda dalam mempraktikkan percakapan coaching
untuk refleksi, memecahkan masalah, atau kalibrasi?
JADWAL KEGIATAN
NO AKTIVITAS DURASI DURASI
Asinkron 1
Sinkron 1
Asinkron 2
Sinkron 2
Asinkron 3
Daftar pertanyaan
refleksi diri:
1. Ibu/Bapak ingin
menjadi
Pengawas yang
seperti apa?
2. Ibu/Bapak ingin
mendampingi
Kepala Sekolah
agar mereka
menjadi Kepala
Sekolah yang
seperti apa?
3. Apakah
Ibu/Bapak
memiliki
pengalaman
mendampingi/me
ngembangkan
Kepala Sekolah
secara individual
yang Ibu/Bapak
nilai berhasil?
4. Apa saja yang
membuat itu
menjadi berhasil?
Kemudian, peserta
menuliskan refleksi
pemahaman dengan
pertanyaan panduan,
sebagai berikut:
● Hal-hal apa yang
Ibu/Bapak anggap
penting dari
referensi-referensi
yang Ibu/Bapak
simak?
● Tuliskan contoh-
contoh kejadian yang
Ibu/Bapak ketahui
atau pernah peserta
alami, yang
menggambarkan
situasi coaching,
mentoring, konseling,
dan fasilitasi.
● Adakah hal-hal yang
masih ingin
Ibu/Bapak tanyakan
kepada instruktur?
Instruktur
menyampaikan materi:
● Definisi Coaching
(Sejarah Coaching,
Coaching vs
Pendekatan Lain,
Prinsip-prinsip
Coaching)
● Coaching Mindset
● Kompetensi Coaching
(presence,
mendengarkan aktif,
mengajukan
pertanyaan
berbobot)
● Latihan
mendengarkan
● Latihan
mendengarkan dan
bertanya dengan
RASA
Instruktur
menyampaikan materi
Alur Percakapan
Coaching.
Instruktur menjelaskan
tata cara melakukan
latihan coaching triad
dan kuartet.
Instruktur mengamati
jalannya latihan coaching
yang dilakukan oleh
peserta.
● Peserta secara
bergantian
memberikan
coaching kepada
rekan
● Kemudian melakukan
refleksi diri latihan
coaching
Daftar pertanyaan
refleksi diri latihan
coaching:
Setelah latihan,
instruktur berdiskusi
dengan peserta
mengenai latihan
coaching yang baru saja
dilakukan menggunakan
pertanyaan yang ada di
“Refleksi Diri Latihan
Coaching”
Menyampaikan materi:
● Peta peran Pengawas
Sekolah selama 12
bulan pendampingan
● Percakapan Coaching
berbasis kebutuhan
Kepala Sekolah
o Percakapan
Perencanaan
o Percakapan
Refleksi
o Percakapan
Problem Solving
o Percakapan
Kalibrasi
Memberikan
kesempatan kepada
peserta untuk
mengajukan pertanyaan
sebelum melakukan
latihan coaching triad.
Mengamati jalannya
latihan coaching triad
yang dilakukan oleh
peserta:
● memberikan
coaching kepada
rekan
● melakukan refleksi
diri
Secara mandiri
(asinkron), peserta
melakukan refleksi diri
pasca pelatihan coaching
dengan menggunakan
pertanyaan:
● Apa yang sudah
Ibu/Bapak pahami
dan dapat lakukan
dengan baik?
● Apa lagi yang masih
perlu Ibu/Bapak
lakukan untuk
meningkatkan
pemahaman
Ibu/Bapak dan agar
dapat melakukan
percakapan coaching
dengan lebih baik?
● Apa 3 tindakan
spesifik yang akan
Ibu/Bapak lakukan,
dalam menerapkan
paradigma berpikir
dan prinsip coaching,
dalam menjalankan
peran Ibu/Bapak
sebagai pengawas 12
bulan ke depan?
Persiapan :
● Pastikan Ibu/Bapak memiliki koneksi internet kuat untuk bisa masuk ke LMS
● Gunakan laptop untuk berselancar di LMS
Pelaksanaan:
● Narasumber membaca refleksi diri peserta di LMS sebagai bahan diskusi di sesi sinkron.
Persiapan :
● Pastikan Ibu/Bapak memiliki koneksi internet kuat untuk bisa masuk ke LMS
● Gunakan laptop untuk berselancar di LMS
Pelaksanaan:
ASINKRON 1.5 (67.5 menit)
● Baca refleksi pemahaman peserta di LMS sebagai bahan diskusi di sesi sinkron.
● Pembelajaran akan dilanjutkan pada sesi sinkron 1
● Sejarah kata coach dan coaching dari awal tahun 1500-an sampai sekarang.
● Coaching dan Pendekatan Lain:
○ Narasumber mengaitkan diskusi dengan apa yang sudah dilakukan peserta
dalam refleksi pemahaman secara asinkron. Elaborasi pemahaman terhadap
perbedaan dan persamaan dari peran Coach dengan Mentor, Konselor dan
mengaitkan setiap perannya dengan kondisi riil saat mendampingi Kepala
Sekolah
● Definisi Coaching:
○ Narasumber menjelaskan proses Coaching yaitu proses menghantarkan
seseorang dari tempat dia berada saat ini ke tempat lain yang menjadi
tujuannya.
○ Narasumber memberikan penjelasan dari kata kunci yang ada di definisi
coaching yaitu Kemitraan dengan individu dalam suatu percakapan kreatif,
dengan tujuan memaksimalkan potensi pribadi dan profesionalnya.
■ Kemitraan: Seorang coach harus membangun rasa setara, tidak lebih
tinggi/rendah dibandingkan coacheenya
■ Proses Kreatif: dilakukan melalui percakapan yang memicu proses
berpikir coachee. Percakapan dilakukan untuk memetakan, menggali
situasinya, dan nantinya menghasilkan ide-ide baru.
○ Memaksimalkan Potensi: percakapan coaching harus diakhiri dengan suatu
rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh coachee, yang paling mungkin dan
paling besar kemungkinan berhasilnya
● Paradigma Berpikir Coaching
○ Narasumber menjelaskan pola pikir yang dibutuhkan agar dapat menjalankan
percakapan coaching
■ Fokus pada pembelajar:
● Coach memusatkan perhatian pada orang yang dicoachingnya,
bukan pada "topik" yang dibawanya dalam percakapan.
● Fokus diletakkan pada bagaimana topik apa pun yang dibawa
oleh coachee, dapat membawa kemajuan pada coachee, sesuai
keinginan coachee
■ Bersikap terbuka:
● Coach memiliki pikiran yang terbuka terhadap pemikiran-
pemikiran coachee
● Ditandai dengan minimnya pelabelan atau analisa tentang
baik/buruk atau benar/salahnya pemikiran tersebut
● Ditandai juga dengan kemampuan menerima pemikiran dengan
tenang, dan tidak menjadi emosional
■ Bersikap ingin tahu lebih banyak:
● Seorang coach memelihara rasa ingin tahu (curiosity) yang
bersar terhadap apa yang membuat coacheenya memiliki
pemikiran/pendapat/perasaan tertentu
■ Memiliki kesadaran diri yang kuat:
● Kesadaran diri yang kuat membantu coach untuk bisa
menangkap adanya perubahan yang terjadi selama
pembicaraan
● Juga mampu menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan
mempengaruhi percakapan, baik dari dalam diri maupun dari
coachee
■ Mampu melihat peluang baru dan berpikir ke depan:
● Coach harus mampu melihat peluang perkembangan yang ada
dan juga bisa membawa coachee melihat masa depan
■ A (Acknowledge):
● Memberi tanda/sinyal bahwa kita mendengarkan
● Dengan anggukan, dengan kontak mata
● Jika percakapan dilakukan secara daring, bisa dengan
mengatakan "O..", "Ya..".
● Memberikan perhatian penuh pada coachee.
● Tidak sibuk mencatat
● Tidak terganggu dengan situasi lain
■ S (Summarize):
● Saat coachee selesai bercerita, rangkum untuk memastikan
pemahaman kita sama
● Gunakan kata kunci
● Digunakan juga untuk merangkum potongan-potongan
informasi yang telah didapatkan sebelum ini.
● Mintakan konfirmasi dari coachee apakah rangkuman kita betul
■ A (Ask):
● Berdasarkan yang kita dengar dan hasil summarizing, ajukan
pertanyaan yang membuat pemahaman coachee lebih dalam
tentang situasinya
● Pertanyaan harus merupakan hasil mendengarkan -
mengandung penggalian atas kata kunci atau emosi yang sudah
dikonfirmasi
● Dalam format pertanyaan terbuka
Peserta dapat:
● Memahami yang dimaksud dengan coaching
● Melakukan percakapan coaching dengan alur TIRTA;
● Menerapkan 3 kompetensi coaching, presence, mendengarkan aktif, dan
mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching;
● Melontarkan pertanyaan untuk identifikasi, rencana aksi, dan tanggung jawab
dalam percakapan coaching;
PERLENGKAPAN YANG DIBUTUHKAN:
● Laptop atau komputer
● Koneksi internet
● Presentasi PPT SINKRON 2
Persiapan :
● Pastikan Ibu/Bapak sudah berada di lokasi yang ideal (tidak berisik dan koneksi internet
kuat) untuk memandu pembelajaran.
● Gunakan laptop untuk memandu pembelajaran.
● Pastikan slide PPT dapat ditampilkan.
● Nyalakan nada getar di handphone agar tidak mengganggu pembelajaran.
● Login ke LMS dan memasuki ruang konferensi video
● Instruksi untuk merekam latihan coaching yang akan diunggah di LMS
Pelaksanaan:
KEGIATAN: SINKRON 1 (2X60 menit)
Pelaksanaan:
● Baca refleksi pembelajaran peserta di LMS sebagai bahan diskusi di sesi sinkron.
ASINKRON
Persiapan :
● Pastikan Ibu/Bapak memiliki koneksi internet kuat untuk bisa masuk ke LMS
● Gunakan laptop untuk berselancar di LMS
Pelaksanaan:
● Menjawab pertanyaan tentang perbedaan dan persamaan antara keempat
percakapan coaching
● Membaca tulisan peserta tentang perbedaan antara keempat percakapan coaching di
atas, di LMS sebagai bahan diskusi di sesi sinkron.
● Instruksi → PPT 3
GAMBARAN DETAIL SESI SINKRON 2
Peserta dapat:
- memahami bagaimana jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana,
melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi
- melakukan percakapan coaching untuk membuat rencana
- melakukan percakapan coaching untuk melakukan refleksi, memecahkan masalah,
atau melakukan kalibrasi
Persiapan :
● Pastikan Ibu/Bapak sudah berada di lokasi yang ideal (tidak berisik dan koneksi internet
kuat) untuk memandu pembelajaran.
● Gunakan laptop untuk memandu pembelajaran.
● Pastikan slide PPT dapat ditampilkan.
● Nyalakan nada getar di handphone agar tidak mengganggu pembelajaran.
● Login ke LMS dan memasuki ruang konferensi video
Pelaksanaan:
SUB KEGIATAN: SINKRON 1 (1X45 menit)
“Berikut percakapan coaching untuk perencanaan yang dapat Bapak dan Ibu
jadikan panduan:”
■ Mulai dengan memberi salam pembuka dan menyatakan untuk apa
tujuan percakapan ini (misalnya Kita akan membuat Rencana
Pengembangan Kompetensi Ibu/Bapak ya, dalam 15 menit ke depan)
■ Pertanyaan 1: Kompetensi Kepala Sekolah yang mana yang ingin
dikembangkan dalam 3 bulan ke depan? Apa yang ingin dilihat di
Kompetensi tersebut
● Dengarkan, tangkap kata kunci dan perdalam dengan 1-2
pertanyaan, jika perlu.
■ Pertanyaan 2: Apa ukurannya bahwa Kompetensi tersebut sudah
tercapai?
● Dengarkan, tangkap kata kunci dan perdalam dengan 1-2
pertanyaan, jika perlu.
■ Pertanyaan 3: Apa saja yang dirasakan perlu dikembangkan dalam 3
bulan ini?
● Dengarkan, tangkap kata kunci dan perdalam dengan 1-2
pertanyaan, jika perlu.
■ Pertanyaan 4: Perlu dukungan dari siapa saja? Dukungan seperti apa?
● Dengarkan, tangkap kata kunci dan perdalam dengan 1-2
pertanyaan, jika perlu.
“Apa itu kalibrasi? Biasanya kata kalibrasi digunakan untuk menggambarkan proses
pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur dengan cara membandingkan suatu
standar yang tertelusur dengan standar Nasional maupun Internasional. Kalibrasi yang
dimaksud disini adalah proses perbandingan antara kompetensi seseorang dengan
kompetensi yang disyaratkan ke orang tersebut sehubungan dengan peran dan
tanggung jawabnya.”
○ Kapan kita melakukan percakapan coaching untuk kalibrasi?
■ Setiap 3 bulan saat membicarakan kemajuan perkembangan diri
■ Saat kita/coachee ingin melakukan swanilai kinerja/perkembangannya
terhadap suatu standar/kriteria.
■ Saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana terhadap
standar/kriteria tersebut
○ Bagaimana melakukan percakapan coaching untuk kalibrasi?
■ Pastikan Ibu/Bapak dalam keadaan positif
■ Pastikan memiliki intensi yang benar
■ ingin terkoneksi bukan mengoreksi
■ ingin memahami bukan memberi tahu
■ Mulai dengan meminta coachee menilai apa hal-hal yang sudah bagus.
■ Sampaikan hal yang masih salah sebagai area development
○ TIPS
■ Selalu mulai dengan hal-hal yang sudah baik
■ Berikan penghargaan atas hal-hal yang sudah baik
■ Lalu gunakan hal yang sudah baik untuk meningkatkan atau
mengembangkan hal-hal yang belum sesuai target/keinginan
■ Berikan umpan balik secara spesifik dan positif
● “Bapak dan Ibu sekalian, setelah kita mempelajari tentang Percakapan Coaching
Melakukan Perencanaan, Refleksi, Memecahkan Masalah, dan Melakukan Kalibrasi,
sekarang kita akan melakukan latihan coaching triad menggunakan Percakapan
Coaching untuk perencanaan pengembangan diri sebagai Pengawas Sekolah yang
perlu mengembangkan keterampilan coaching
● Bapak dan Ibu akan berlatih melakukan percakapan coaching, secara triad terdiri dari
3 orang, di breakout room (BOR). Durasi latihan adalah 30-45 menit.
Pasangan/kelompok latihan sudah ditentukan sebelumnya (Narasumber menyusun
pasangan latihan, 1 hari sebelum hari H). Di dalam BOR, lakukan kegiatan sebagai
berikut:”
○ Latihan terdiri dari 3 siklus untuk 3 peserta
○ Siklus 1 (durasi 10’): peserta 1 menjadi coach, peserta 2 menjadi coachee,
peserta 3 menjadi pengamat
○ Coach bertanya menggunakan pertanyaan coaching
○ Coachee menyiapkan topik untuk percakapan
○ Pengamat mengamati jalannya latihan
○ Siklus 2 (durasi 10’): peserta 2 menjadi coach, peserta 3 menjadi coachee,
peserta 1 menjadi pengamat
○ Siklus 3 (durasi 10’): peserta 3 menjadi coach, peserta 1 menjadi coachee,
peserta 2 menjadi pengamat
○ Jika masih ada waktu, saling refleksi: Apa rasanya di-coaching? Apa rasanya
meng-coaching? Apa yang berkesan? Apa lagi yang dialami?
● “Untuk yang kuartet, tahapan latihannya akan sebagai berikut:”
○ Latihan terdiri dari 4 siklus untuk 4 peserta
○ Siklus 1 (durasi 7’): peserta 1 menjadi coach, peserta 2 menjadi coachee,
peserta 3 dan 4 menjadi pengamat
○ Coach bertanya menggunakan pertanyaan coaching
○ Coachee menyiapkan topik untuk percakapan
○ Pengamat mengamati jalannya latihan
○ Siklus 2 (durasi 7’): peserta 2 menjadi coach, peserta 3 menjadi coachee,
peserta 4 dan 1 menjadi pengamat
○ Siklus 3 (durasi 7’): peserta 3 menjadi coach, peserta 4 menjadi coachee,
peserta 1 dan 2 menjadi pengamat
○ Siklus 4 (durasi 7’): peserta 4 menjadi coach, peserta 1 menjadi coachee,
peserta 2 dan 3 menjadi pengamat
○ Jika masih ada waktu, saling refleksi: Apa rasanya di-coaching? Apa rasanya
meng-coaching? Apa yang berkesan? Apa lagi yang dialami?
○
● Catatan: Idealnya latihan percakapan coaching dilakukan triad, namun jika jumlah
peserta tidak habis dibagi 3, maka akan ada satu kelompok terdiri dari empat peserta.
● Selama peserta berlatih melakukan percakapan coaching, Narasumber berkeliling dari
satu BOR ke BOR yang lain untuk mengamati jalannya latihan. Narasumber mencatat
hal-hal yang sudah berjalan dengan baik dan yang masih perlu diluruskan untuk
disampaikan setelah latihan.
● Narasumber melakukan asesmen terhadap peserta dengan menggunakan rubrik
percakapan coaching.
● Setelah selesai latihan, Narasumber dan peserta kembali ke ruang utama untuk
berdiskusi. Narasumber meminta 2-3 peserta untuk berbagi pengalamannya sebagai
coach dan coachee. Kemudian Narasumber menyampaikan hasil pengamatannya,
memberikan afirmasi dan mengoreksi jika ada pemahaman peserta yang tidak tepat.
Narasumber juga menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
Peserta mengetahui:
● area apa yang perlu dikembangkan di dalam diri mereka untuk menerapkan paradigma
berpikir dan prinsip coaching selama pendampingan.
Persiapan :
● Pastikan Ibu/Bapak sudah berada di lokasi yang ideal (tidak berisik dan koneksi
internet kuat) untuk memandu pembelajaran.
● Gunakan laptop untuk memandu pembelajaran.
● Nyalakan nada getar di handphone agar tidak mengganggu pembelajaran.
● Login ke LMS dan memasuki ruang konferensi video
Pelaksanaan: (22.5 menit)
● Narasumber meminta peserta untuk:
○ mengunggah percakapan coaching triad yang menggunakan salah satu dari
percakapan coaching untuk refleksi, pemecahan masalah atau, kalibrasi
○ menjawab pertanyaan refleksi diri di LMS:
i. Apa yang sudah Ibu/Bapak pahami tentang percakapan coaching dan
dapat dilakukan dengan baik?
ii. Apa lagi yang masih perlu Ibu/Bapak lakukan untuk meningkatkan
pemahaman Ibu/Bapak dan agar dapat melakukan percakapan
coaching dengan lebih baik?
iii. Apa 3 tindakan konkrit yang akan Ibu/Bapak lakukan, dalam
menerapkan paradigma berpikir dan prinsip coaching, dalam
menjalankan peran Ibu/Bapak sebagai mitra berfikir bagi Kepala
Sekolah dalam mengembangkan kompetensi mereka selama 12 bulan
ke depan?
LAMPIRAN
BAHAN AJAR:
SUMBER BELAJAR
PPT Sinkron 1
PPT Sinkron 2
https://youtu.be/PPLorahBPrM
Video Percakapan Coaching untuk Refleksi
https://youtu.be/tLS_N8qfZrQ
https://youtu.be/cL7zSzZIjwA
https://youtu.be/lHoNBN-Qjts
● Hal-hal apa yang Ibu/Bapak anggap penting dari referensi-referensi yang simak?
● Tuliskan contoh-contoh kejadian yang Ibu/Bapak ketahui atau pernah Ibu/Bapak alami,
yang menggambarkan situasi coaching, mentoring, konseling, dan fasilitasi.
● Adakah hal-hal yang masih ingin Ibu/Bapak tanyakan kepada instruktur?
DAFTAR PERTANYAAN: REFLEKSI PEMAHAMAN MULAI DARI DIRI S/D RUANG KOLABORASI
● Hal-hal penting apa yang Ibu/Bapak pelajari pada saat sesi sinkron hari pertama?
● Apa lagi yang masih ingin Ibu/Bapak tanyakan kepada instruktur, pada saat sesi sinkron di
hari kedua?
KRITERIA 1 2 3 4
Mendengar Aktif 3 kali atau 1-2 kali bebas dari bebas dari
lebih muncul muncul judgment, judgment,
judgment, judgment, asumsi, dan asumsi, dan
asumsi, asumsi, atau asosiasi asosiasi, serta
dan/atau asosiasi dapat
asosiasi menangkap
emosi coachee