Anda di halaman 1dari 9

3

BAB II ISI

2.1 Pengertian Pneumonitis Hipersensitivitas Pneumonitis Hipersensitivitas (Alveolitis Alergika Ekstrinsik, Pneumonitis Interstisial Alergika, Pneumokoniosis Debu Organik) adalah suatu peradangan paru yang terjadi akibat reaksi alergi terhadap alergen (bahan asing) yang terhirup. Pneumonitis alergi ekstrinsik adalah istilah umum untuk sekelompok gangguan yang disebabkan oleh suatu reaksi hipersensitivitas terhadap debu yang terinhalasi. Alergen bisa berupa debu organik atau bahan kimia (lebih jarang). Debu organik bisa berasal dari hewan, jamur atau tumbuhan. 2.2 Penyebab Pneumonitis Hipersensitivitas Pneumonitis hipersensitivitas biasanya merupakan penyakit akibat pekerjaan, dimana terjadi pemaparan terhadap debu organik ataupun jamur, yang menyebabkan penyakit paru akut maupun kronik. Pemaparan juga bisa terjadi di rumah, yaitu dari jamur yang tumbuh dalam alat pelembab udara, sistem pemanas maupun AC. Penyakit akut bisa terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan, yaitu pada saat penderita keluar dari daerah tempat ditemukannya alergen. Penyakit kronik disertai perubahan pada foto rontgen dada bisa terjadi pada pemaparan jangka panjang. Penyakit kronik bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan parut pada paru). Contoh dari pneumonitis hipersensitivitas yang paling terkenal adalah paru-paru petani (farmer's lung), yang terjadi sebagai akibat menghirup bakteri termofilik di gudang tempat penyimpanan jerami secara berulang. Hanya sebagian kecil orang yang menghirup debu tersebut yang akan mengalami reaksi alergi dan hanya sedikit dari orang yang mengalami reaksi alergi, yang akan menderita kerusakan paru-paru yang menetap. Secara umum, untuk terjadinya sensitivitas dan penyakit ini, pemaparan terhadap alergen harus terjadi secara terus menerus dan sering.

Penyebab Pneumonitis Hipersensitivitas Penyakit Paru-paru petani Paru-paru pemelihara burung Paru-paru peternak burung dara Paru-paru pemelihara ayam betina Paru-paru penyejuk ruangan Bagassosis Paru-paru pekerja jamur Paru-paru pekerja gabus (Suberosis) Sumber Partikel Debu Jerami yang berjamur

Kotoran betet, burung dara, ayam

Pelembab udara, penyejuk ruangan Limbah tebu Pupuk jamur

Gabus yang berjamur

Penyakit kayu maple Kayu maple yang berjamur Paru-paru pekerja gandum Sequoiosis Paru-paru pekerja keju Penyakit kumbang gandum Paru-paru pekerja kopi Paru-paru pekerja atap Paru-paru pekerja kimia Gandum yang berjamur Debu kayu merah yang berjamur Keju yang berjamur Tepung gandum yang terinfeksi Biji kopi Serabut atau tali yang digunakan untuk atap Bahan kimia yang digunakan untuk membuat serabut busa poliuretan, penyekatan, molding, karet tiruan dan bahan pembungkus

Walaupun

penyakit

ini

berhubungan

dengan

reaksi

inflamasi

(peradangan)-reaksi imun, tetapi hubungan pasti masih belum banyak diketahui. Disamping itu pengaruh genetik juga dianggap berperanan dalam penyakit ini. Hal ini terlihat dari adanya hubungan variasi TNF alpha (sejenis faktor inflamasi) pada seseorang dengan kerentanan untuk timbulnya penyakit ini. Walaupun begitu saat ini sudah menjadi acuan umum bahwa penyakit ini diduga berhubungan dengan kombinasi reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV sebagai akibat paparan antigen. Hipersensitifitas tipe III dan IV merupakan dua tipe dari 4 tipe reaksi hipersensitif tubuh. Reaksi hipersensitifitas tipe III merupakan reaksi dimana antigen dan antibodi bergabung/berikatan menjadi suatu komplek imun sehingga disebut juga immune complex. Sedangkan pada tipe IV(cell mediated or delayed hypersensitivity), antibodi tidak banyak berperanan karena disini lebih dominan karena aktivasi makrofag, natural killer cell. Sehingga pada hypersensitivity pneumonitis lebih banyak ditemukan limfosit-T (CD8) dan pada pemeriksaan darah tepi akan ditemukan peningkatan sel darah putih terutama neutrofil. 2.3 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Gangguan Pernapasan Gangguan saluran pernafasan akibat inhalasi debu dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: a. Faktor debu itu sendiri Yaitu ukuran partikelnya, daya larut, konsentrasi, sifat kimiawi, lama perjalanan dan faktor individu berupa mekanisme pertahanan selain itu faktorfaktor yang menyebabkan timbulnya gangguan paru dapat berupa jenis debu, ukuran partikel, konsentrasi partikel, lama pajanan, dan kerentanan individu.Tingkat kelarutan debu pada air, kalau debu larut dalam air, bahan dalam debu larut dan masuk pembuluh darah kapiler alveoli. Bila debu tidak mudah larut tetapi ukurannya kecil maka partikel-partikel tersebut dapat masuk ke dinding alveoli. Konsentrasi debu, makin tinggi konsentrasinya makin besar kemungkinan menimbulkan keracunan. Jenis debu ada dua (2) macam yaitu

debu organik (debu padi/ kulit padi), dan debu anorganik (debu yang berasal dari mesin penggilingan padi). b. Masa kerja Masa kerja menunjukkan suatu masa berlangsungnya kegiatan seseorang dalam waktu tertentu. Seseorang yang bekerja di lingkungan industri yang menghasilkan debu akan memiliki resiko gangguan kesehatan. Makin lama seseorang bekerja pada tempat yang mengandung debu akan makin tinggi resiko terkena gangguan kesehatan, terutama gangguan saluran pernafasan. Debu yang terhirup dalam konsentrasi dan jangka waktu yang cukup lama akan membahayakan. Akibat penghirupan debu, yang langsung akan kita rasakan adalah sesak, bersin, dan batuk karena adanya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan debu untuk beberapa tahun pada kadar yang rendah tetapi di atas batas limit paparan menunjukkan efek toksik yang jelas. c. Umur Umur merupakan salah satu karateristik yang mempunyai resiko tinggi terhadap gangguan paru terutama yang berumur 40 tahun keatas, dimana kualitas paru dapat memburuk dengan cepat. Menurut penelitian Juli Soemirat dan kawan-kawan dalam Rosbinawati (2002), mengungkapkan bahwa umur berpengaruh terhadap perkembangan paru-paru. Semakin bertambahnya umur maka terjadi penurunan fungsi paru di dalam tubuh. Menurut hasil penelitian Rosbinawati (2002) ada hubungan yang bermakna secara statistik antara umur dengan gejala pernapasan. Faktor umur berperan penting dengan kejadian penyakit dan gangguan kesehatan. Hal ini merupakan konsekuensi adanya hubungan faktor umur dengan : potensi kemungkinan untuk terpapar terhadap suatu sumber infeksi, tingkat imunitas kekebalan tubuh, aktivitas fisiologis berbagai jaringan yang mempengaruhi perjalanan penyakit seseorang. Bermacam-macam bekerja. perubahan biologis berlangsung seiring dengan bertambahnya usia dan ini akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

d. Alat pelindung diri Alat pelindung diri adalah perlengkapan yang dipakai untuk melindungi pekerja terhadap bahaya yang dapat mengganggu kesehatan yang ada di lingkungan kerja. Alat yang dipakai disini untuk melindungi sistem pernapasan dari partikel-partikel berbahaya yang ada di udara yang dapat membahayakan kesehatan. Perlindungan terhadap sistem pernapasan sangat diperlukan terutama bila tercemar partikel-partikel berbahaya, baik yang berbentuk gas, aerosol, cairan, ataupun kimiawi. Alat yang dipakai adalah masker, baik yang terbuat dari kain atau kertas wol. e. Riwayat merokok Riwayat merokok merupakan faktor pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena asap rokok yang terhisap dalam saluran nafas akan mengganggu lapisan mukosa saluran napas. Dengan demikian akan menyebabkan munculnya gangguan dalam saluran napas. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur jalan nafas. Perubahan struktur jalan nafas besar berupa hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus. Sedangkan perubahan struktur jalan nafas kecil bervariasi dari inflamasi ringan sampai penyempitan dan obstruksi jalan nafas karena proses inflamasi, hiperplasia sel goblet dan penumpukan secret intraluminar. Perubahan struktur karena merokok biasanya di hubungkan dengan perubahan/kerusakan fungsi. Perokok berat dikatakan apabila menghabiskan rata-rata dua bungkus rokok sehari, memiliki resiko memperpendek usia harapan hidupnya 0,9 tahun lebih cepat ketimbang perokok yang menghabiskan 20 batang sigaret sehari. f. Riwayat penyakit Riwayat penyakit merupakan faktor yang dianggap juga sebagai pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena penyakit yang di derita seseorang akan mempengaruhi kondisi kesehatan dalam lingkungan kerja. Apabila seseorang pernah atau sementara menderita penyakit sistem pernafasan, maka akan meningkatkan resiko timbulnya penyakit sistem pernapasan jika terpapar debu.

2.4 Gejala Pneumonitis Hipersensitivitas Secara klinis, gejalanya yang ditemukan sangat bervariasi mulai akut sampai kronik. Banyak ditemukan dalam keadaan gagal napas (respiraory failure) karena gangguan keseimbangan ventilasi-perfusi. Hal ini terjadi karena memang kerusakan terjadi pada alveoli-kapiler, tempat difusi dan perfusi (aliran darah) oksigen. Gejala dari pneumonitis hipersensitivitas akut dan subakut adalah gejalagejala timbul sekitar 4-8 jam setelah paparan berat terhadap debu yang mengandung antigen. Gejalanya antara lain berupa sakit kepala, demam, mual, muntah-muntah, dada sesak, sulit bernapas, dan batuk. Mungkin ada sianosis dan krepitasi pada auskultasi. Pada kasus-kasus lanjut, foto sinar-X dada memperlihatkan gambaran opak kecil-kecil tersebar di daerah tengah dan bawah paru. Penurunan kapasitas ventilasi dan transfer gas merupakan gangguan fungi paru utama. Gejala pneumonitis hipersensitivitas kronis adalah setelah serangan akut berulang dan seringkali didahului oleh suatu episode akut, paparan berulang terhadap debu antigenik berkadar rendah, lambat laun akan menimbulakan disppnea. Uji fungsi paru mengungkapkan gangguan keterbatasan ventilasi dan transfer gas. Radiogram dada memperlihatkan suatu varian opasitas linear tersebar yang sesuai dengan perkembangan fibrosis paru interstisial difus. 2.5 Pengobatan Pneumonitis Hipersensitvitas Pneumonitis hipersensitvitas episode akut, biasanya akan sembuh jika kontak yang lebih jauh dengan alergen dihindari. Bila terjadi penyakit yang lebih berat, untuk mengurangi gejala dan membantu mengurangi peradangan yang lebih berat, bisa diberikan corticosteroid (misalnya prednisone). Episode berkelanjutan atau berulang bisa mengarah ke terjadinya penyakit yang menetap. Fungsi paru-paru bisa semakin memburuk sehingga perlu diberikan terapi oksigen tambahan.

2.6 Pencegahan Pneumonitis Hipersensitvitas Pencegahan terbaik adalah menghindari pemaparan terhadap alergen, yaitu dengan cara berganti pekerjaan. Meniadakan atau mengurangi debu atau menggunakan masker pelindung bisa membantu mencegah berulangnya penyakit. Menangani limbah jerami secara kimiawi dan menggunakan sistem ventilasi yang baik, membantu mencegah pemaparan dan sensitisasi pekerja terhadap bahan-bahan ini. 2.7 Alat Pelindung Diri Pada tempat-tempat kerja tertentu seringkali udaranya kotor yang diakibatkan oleh bermacam-macam sebab antara lain: 1. Debu-debu kasar dari pengindaraan atau operasi-operasi sejenis. 2. Racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan atau asap. 3. Uap beracun atau gas beracun dari pabrik kimia. 4. Bukan gas beracun tetapi seperti CO2 yang menurunkan konsentrasi oksigen. Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran tersebut, kita dapat menggunakan alat yang disebut masker. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu: 1. Bagaimana menggunakan masker secara benar. Macam dari kotoran debu yang perlu dihindari. Lamanya menggunakan alat tersebut. Masker penyaring debu

Jenis-jenis masker dan penggunaannya: Masker penyaring debu berguna untuk melindungi pernapasan dari serbukserbuk logam, pengerindahan atau serbuk kasar lainnya. 2. Masker berhidung Masker ini dapat menyaring debu atua benda lain sampai ukuran 0,5 mikron, bila kita sulit bernapas waktu memakai alat ini maka hidungnya harus diganti karena filternya telah tersumbat oleh debu

10

Hal yang perlu diingat dalam penggunaan masker berhidung adalah sebagai berikut: a. Memasang masker ini harus menempel baik pada wajah. Untuk memeriksa initempelkan selembar kertas atau telapak tangan pada hidung. Bila masker terpasang baik pada wajah, maka kertas atau telapak tangan akan tertarik. b. c. 3. Karena hidungnya ada 2 buah, maka dalam memasang janganlah Bersihkanlah masker setelah pemakaian dan lepaskan hidungMasker bertabung sampai terbalik. hidungnya. Masker bertabung mempunyai filter yang baik daripada masker berhidung. Masker ini sangat tepat digunakan untuk melindungi pernapasan dari gas tertentu. Bermacam-macam tabung dapat dipasangkan dan bermacam-macam tabungnya tertulis untuk macam gas yang bagaimana masker tersebut digunakan. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagian berikut: a. Memasang masker ini harus menempel baik pada wajah. Untuk ini ujung pipa yang menempel pada tabungdilepaskan dan memeriksa

ditempelkan selembar kertas atau telapak tangan. Bila masker terpasang baik pada wajah, maka kertas atau telapak tangan akan tertarik. b. c. d. Yakinlah bahwa tabung dipasang dengan benar. Gantilah tabung setelah dipakai. Bersihkanlah bagian yang menempel diwajah setelah dipakai.

11

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pneumonitis Hipersensitivitas (Alveolitis Alergika Ekstrinsik, Pneumonitis Interstisial Alergika, Pneumokoniosis Debu Organik) adalah suatu peradangan paru yang terjadi akibat reaksi alergi terhadap alergen (bahan asing) yang terhirup. Pneumonitis alergi ekstrinsik adalah istilah umum untuk sekelompok gangguan yang disebabkan oleh suatu reaksi hipersensitivitas terhadap debu yang terinhalasi. Alergen bisa berupa debu organik atau bahan kimia (lebih jarang). Debu organik bisa berasal dari hewan, jamur atau tumbuhan. Pencegahan terbaik adalah menghindari pemaparan terhadap alergen, yaitu dengan cara berganti pekerjaan. Meniadakan atau mengurangi debu atau menggunakan masker pelindung bisa membantu mencegah berulangnya penyakit. Menangani limbah jerami secara kimiawi dan menggunakan sistem ventilasi yang baik, membantu mencegah pemaparan dan sensitisasi pekerja terhadap bahan-bahan ini.
3.2

Saran Sebaiknya para pekerja lebih mempehatikan kesehatan dan keselamatan

kerja agar dapat menghindari dari kecelakaan kerja yang tidak diinginkan. Khusus untuk Pneumonitis Hipersensitivitas pekerja sebaiknya menggunakan masker ketika bekerja di dekat alergen debu organik.

Anda mungkin juga menyukai