Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH PENULISAN ILMIAH

DENGAN JUDUL PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENARCHE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWI Disusun untuk memenuhi tugas ujian tengah semester

Oleh: M. NASHIRUDDIN IQBAL 010701090

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2011

ABSTRAK Menarche merupakan menstruasi pertama yang terjadi pada remaja putri yang diikuti dengan perubahan pada tubuh remaja putri. Perubahan yang terjadi bersamaan dengan menarche menimbulkan tingkat kecemasan bagi remaja putri untuk menolak proses fisiologis. Tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi menarche meliputi respon fisik, respon perasaan, respon pikiran dan respon perilaku. Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman terhadap tingkat kecemasan putri dalam menghadapi menarche. Diharapkan remaja putri dapat meningkatkan pemahaman tentang menarche dalam upaya mengatasi kecemasan dalam menghadapi menarche. Kata kunci : Remaja, menarche, tingkat kecemasan

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan masa kanak - kanak dan masa dewasa. Pertumbuhan penduduk usia remaja terjadi di berbagai Negara, demikian pula di Indonesia, saat ini remaja di Indonesia mencapai 22% atau sekitar 44 juta jiwa. Pubertas pada perempuan umumnya terjadi di usia 9 - 12 tahun, sedangkan pubertas pada laki-laki terjadi di usia yang lebih tua, yaitu 9 - 14 tahun. Pubertas pada perempuan dapat ditandai dengan datangnya menstruasi untuk pertama kali (Menarche) Rubianto (2007). Remaja putri cenderung menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran, lebih suka bersolek dan sampai berjam-jam di depan cermin karena percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, mulai mengagumi dan menyukai lawan jenis, selain itu mereka juga mulai mengalami banyak konflik batin dari datangnya menstruasi pertama yang dapat menimbulkan beberapa tingkah laku patologis, meliputi kecemasan kecemasan berupa fobia, wujud minat yang sangat berlebih, rasa berdosa atau bersalah yang sangat ekstrim yang kemudian menjelma menjadi reaksi paranoid (Purnamasari, 2001). Menarche merupakan peristiwa paling penting pada remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah dimulai. Datangnya menarche membuat sebagian remaja takut dan gelisah karena beranggapan bahwa darah haid merupakan suatu penyakit, namun beberapa remaja justru merasa senang sewaktu mendapatkan menarche, terutama mereka yang telah mengetahui tentang menarche Rubianto (2007). Kurangnya pengetahuan disebabkan karena dari segi fisik dan psikologis remaja belum matang, informasi yang kurang dari orang tua, sulitnya mencari informasi karena letak desa yang jauh dari perkotaan menyebabkan timbulnya perasaan cemas dan takut pada remaja ketika menstruasi pertama tiba (Akbidyo, 2007).

Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan, yang mempunyai sumber tidak jelas. Kecemasan seringkali disertai dengan perubahan fisiologis dan perilaku yang mirip dengan yang disebabkan oleh ketakutan (Yakita, 2008). Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, pada remaja putri yang mengalami menarche tanpa pengetahuan yang cukup akan mengalami berbagai kecemasan (Kartono, 2006). Pemberian pendidikan kesehatan tentang menarche memberikan pengetahuan kepada remaja tentang menarche serta meningkatnya keinginan remaja untuk membaca bukubuku kedokteran akan mengurangi tingkat kecemasan (Dianawati, 2003). Menurut Deutsch, 1989 dalam buku Menarche dan diperkuat oleh pendapat Kartono (2006), saat menstruasi timbul proses yang disebut komplek kastrasi atau trauma genetalis. Beberapa peristiwa komplek kastarasi atau trauma genetalis muncul gambaran-gambaran fantasi yang aneh disertai kecemasan dan ketakutanketakutan yang tidak nyata, (Kartono, 2006). Berbagai reaksi dapat terjadi dan sangat mencolok pada menarche antara lain kecemasan atau ketakutan yang sering di perkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut (Kartono, 2006). Perbedaan pola pikir dan persiapan dari remaja putri dalam penerimaan materi pendidikan kesehatan tentang menarche dapat mempengaruhi persepsi terhadap dirinya sendiri dan reaksinya terhadap perbedaan tingkat kecemasan dari masingmasing remaja dalam menghadapi menarche, menarche memerlukan penyesuaian diri selama pubertas dan berhubungan dengan respon emosional yang kuat, baik positif maupun negatif (Kartono, 2006). Informasi tentang proses menstruasi salah satunya dapat diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Bentuk penyampaian informasi kesehatan reproduksi remaja bisa dilakukan dengan pendekatan yang disesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat Indonesia. Salah satunya dengan mengembangkan forum

tersendiri (Akbidyo, 2007). Sekolah merupakan langkah yang strategis dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat karena sekolah merupakan lembaga yang sengaja didirikan untuk membina dan meningkatkan SDM baik fisik, mental, moral maupun intelektual. Pendidikan kesehatan melalui sekolah paling efektif diantara usaha kesehatan masyarakat yang lain, karena usia 6-18 tahun mempunyai prosentase paling tinggi dibandingkan dengan kelompok umur yang lain (Notoatmodjo, 2007). Peneltian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menarche terhadap tingkat kecemasan siswi MTs Maarif, Desa Nyatnyono dalam menghadapi menarche.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya dan kecemasan tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan sehari-hari (Hawari, 2002). 2. Manifestasi kecemasan National Health Committe (1998) dalam Issacs (2004), menyebutkan beberapa manifestasi kecemasan secara umum yang dapat muncul berupa: a. Respon fisik berupa sulit tidur, dada berdebar - debar, tubuh berkeringat meskipun tidak gerah, tubuh panas atau dingin, sakit kepala, otot tegang atau kaku, sakit perut atau sembelit, terengahengah atau sesak nafas. b. Respon pikiran seperti mengira hal yang paling buruk akan terjadi dan sering memikirkan bahaya.
c. Respon perilaku seperti menjauhi situasi yang menakutkan, mudah

terkejut, hyperventilation, dan mengurangi rutinitas. 3. Faktor yang mempengaruhi kecemasan Issacs (2004), menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang, antara lain: a. Usia dan tahap perkembangan Pada tahap remaja awal akan timbul penyesuaian dengan perubahan baik yang terjadi secara fisik maupun emosional. Salah satu perubahan yang terjadi adalah terjadinya menstruasi yang pertama (menarche). b. Pengetahuan Semakin banyaknya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang maka seseorang tersebut akan lebih siap dalam menghadapi sesuatu dan dapat mengurangi kecemasan.
c. Kemampuan mengatasi masalah (coping)

Kemampuan coping yang buruk atau maladaptif memperbesar resiko seseorang mengalami kecemasan.

4. Sumber koping untuk mengurangi kecemasan Menurut Hawari (2002), individu dapat mengatasi stres dan cemas menggunakan sumber koping yang ada didalam lingkungan. Sumber tersebut antara lain: a. Modal ekonomi Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli. b. Kemampuan menyelesaikan masalah Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat. 5. Tingkat kecemasan
a. Cemas ringan (mild anxiet )

Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
b. Cemas sedang (moderat anxiety)

Cemas sedang memungkinkan seseorang berfokus pada masalah yang sedang dihadapi dan mengesampingkan yang lain sehingga menyebabkan lapang persepsi menyempit dan kemampuan melihat, mendengar menurun.
c. Cemas berat (severe anxiety)

Cemas berat sangat mempengaruhi lahan persepsi. Seseorang cenderung berfokus pada hal-hal yang kecil dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.

B. Remaja 1. Pengertian

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu peubahan organ-organ fisik (organobilogik) secara cepat. Perubahan tersebut seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional) (Sarwono, 2005). 2. Ciri perkembangan masa remaja Menurut Sarwono (2005), ciri perkembangan masa remaja dibagi menjadi 3 tahap yaitu: a. Tahap masa remaja awal Perkembangan fisik mulai jelas ditandai oleh perubahan, fungsi alat kelamin karena perubahan alat kelamin semakin nyata. b. Tahap masa remaja tengah Pada tahap ini remaja dituntut untuk lebih bertanggung jawab terhadap kehidupannya, tuntutan untuk bertanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarga yang lain, tetapi juga dari masyarakat sekitar. c. Tahap masa remaja akhir Remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, perilaku yang semakin dewasa (Sarwono, 2005). C. Menarche 1. Pengertian Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 1016 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menarche merupakan suatu tanda awal adanya perubahan lain seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut daerah pubis dan aksila, serta distribusi lemak pada daerah pinggul. (Proverawati dan Misaroh, 2009). 2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya menarche

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya menarche menurut Rubianto (2007), yaitu: a. Makanan bergizi dan faktor lingkungan Dibandingkan dengan kondisi perempuan beberapa tahun lalu, remaja putri saat ini yang dipercaya karena asupan makanan lebih bergizi dan lingkungan modern membuat remaja putri lebih dini mengalami menarche. b. Faktor hereditas (keturunan) Usia c. dimana remaja putri mengalami menarche sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Banyaknya stressor Semakin banyak stressor yang diperoleh maka semakin cepat remaja putri mengalami menarche. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penbelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat kecemasan siswi MTs Maarif Desa Nyatnyono dalam menghadapi menarche sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang menarche yaitu, tingkat kecemasan ringan 50.0%, tingkat kecemasan sedang 45,0%, dan tingkat kecemasan berat 5,0%, jadi sebagian responden mengalami tingkat kecemasan ringan. 2. Tingkat kecemasan siswi MTs Maarif Desa Nyatnyono dalam menghadapi menarche setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang menarche yaitu, tingkat kecemasan ringan 90,0%, tingkat kecemasan sedang 10.0%.
3.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan

kesehatan tentang menarche terhadap tingkat kecemasan siswi MTs Maarif Desa Nyatnyono dalam menghadapi menarche yang ditunjukkan dengan nilai p-value 0,016 < (0,05).

DAFTAR PUSTAKA Akbidyo. 2007. Kesehatan Reproduksi. Diunduh 6 September, 2010 from Http://pikr.wordpress.com. Anonym. 2001. Perlunya Orang Tua Menyiapkan Haid Pertama Bagi Putrinya. Diunduh 15 Oktober, 2010 from Http: // www.dwp.or.id. Arief, M. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Klaten Selatan: CSGF (The Comunity of Self Help Group Forum). Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi V. Jakarta : Renika Cipta. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Hawari, D. 2002. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta : FK UI. Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Umum Keperawatan. Jakarta : Salemba. Pardede, N. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : IDI Sagung Seto.

Proverawati, A., & Misaroh. 2009. Menarche Penuh Makna. Yogyakarta : Nuha Medika. Purnamasari, V. 2001. Perasaan dan Harapan Remaja Putri Saat Memasuki Menarche. Yogyakarta : Nuha Medika. Rasid. 2006. Menyiapkan Menarche Pada Remaja. Diunduh 15 Oktober, 2010 From www. Lampungpost. Rubiyanto. 2007. Menstruasi, Matangnya Organ Perempuan. Yogyakarta : Nuha Medika. Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Yakita. 2008. Kecemasan. Diunduh 18 Oktober, 2010 from Http://Www.Yayasan Permata Hati Kita.com.

Anda mungkin juga menyukai