Anda di halaman 1dari 12

FI3201 Fisika Kuantum II

sem. 2 2009-2010 1 Dinamika Kuantum


Dosen: Prof. Freddy P. Zen, D. Sc
Asisten: Agus Suroso, M. Si
Catatan/Resume Kuliah
(terakhir diperbaharui pada 9 April 2010)
1 Dinamika Kuantum
Pada pertemuan lalu telah dijelaskan bahwa fungsi gelombang tidak memiliki makna sis namun mengkarak-
terisasi sistem. Besaran sis terkait sistem diketahui dengan menerapkan operator observabel sis ke fungsi .
Pada pertemuan ini, dibahas persamaan dinamika untuk sistem kuantum.
Persamaan dinamika kuantum didapat dengan mengerjakan operator energi (atau Hamiltonian,

H = i

t
)
pada fungsi gelombang ,

H = i

t
. (1)
Lalu, dengan menuliskan operator energi sebagai jumlah dari operator energi kinetik dan potensial,

H =
p
2
2m
+

V (r, t), (2)
dengan p = i, diperoleh persamaan Schrodinger,
_


2
2m

2
+ V (r, t)
_
(r, t) = i
(r, t)
t
. (3)
Secara umum, jika bentuk potensial suatu sistem diketahui, maka solusi dapat ditentukan secara matem-
atik. Contoh-contoh kasus potensial yang telah dibahas pada kuliah Fisika Kuantum I adalah kotak potensial
takhingga, kotak potensial berhingga, potensial tangga, potensial penghalang, dan osilator harmonik (semuanya
untuk kasus stasioner, V = V (r), dan satu dimensi). Selain itu, dibahas juga solusi persamaan Schrodinger
untuk atom hidrogen. Mahasiswa dipersilakan merujuk kembali buku/catatan kuliah Fisika Kuantum I.
Kuliah Fisika Kuantum II akan dimulai dengan pembahasan tentang gangguan pada atom hidrogen.
2 Atom Hidrogen
Atom hidrogen tersusun atas inti atom berupa proton dan elektron yang mengelilinginya. Elektron terikat oleh
inti atom oleh potensial Coloumb V
1
r
, dengan r jarak elektron dengan inti. Dinamika elektron digambarkan
oleh persamaan eigen energi

H = E, dengan solusi
nlm
(r, , ) (merupakan fungsi harmonik bola) dan
n = 1, 2, . . ., l = 0, 1, 2, . . . , (n1), m = l, . . . , 0, . . . l merupakan bilangan-bilangan kuantum yang mengkarak-
terisasi sistem. Ketiga bilangan kuantum tersebut digunakan untuk mengkarakterisasi sistem karena ketiganya
terkait dengan operator-operator (

H),

L
2
, dan

L
z
yang saling komut (sehingga nilai ketidakpastian pengukuran
serentak ketiga besaran yang berkaitan dengan operator tersebut dapat bernilai nol, artinya ketiga besaran
dapat diukur secara serentak dengan teliti).
Operator-operator saling komut yang digunakan untuk mengkarakterisasi suatu sistem kuantum membentuk
himpunan komut yang lengkap (complete commuting set, CCS). Untuk atom hidrogen tanpa gangguan, CCS
terdiri atas

H),

L
2
, dan

L
z
.
2.1 Efek Zeeman
Ketika atom hidrogen berada dalam pengaruh medan magnet luar (B), Hamiltonian sistem akan berubah,

H =

H
0
+

H
1
, (4)
copyleft c 2010 1 kotak saran: agussuroso@s.itb.ac.id
FI3201 Fisika Kuantum II
sem. 2 2009-2010 2.2 Percobaan Goudsmisth dan Uhlenbeck tentang keberadaan spin elektron
Dosen: Prof. Freddy P. Zen, D. Sc
Asisten: Agus Suroso, M. Si
dengan

H
0
adalah Hamiltonian sebelum diganggu dan

H
1
<<

H
0
Hamiltonian gangguan. Menurut model
Bohr, atom hidrogen digambarkan sebagai proton dan elektron yang mengelilinginya dengan jejari r. Gerakan
elektron mengelilingi proton akan menimbulkan arus,
I =
q
T
=
e
2r/v
, (5)
dengan v kecepatan gerak elektron. Arus tersebut menimbulkan momen magnetik sebesar
M
L
=
IA
c
=
evr
2c
, (6)
dengan c adalah konstanta. Dengan mengingat momentum sudut elektron L = m
e
rv, momen magnet elektron
dapat ditulis sebgai
M
L
=
e
2m
e
c
L. (7)
Saat M
L
berinteraksi dengan medan magnet luar B, dihasilkan Hamiltonian gangguan,

H
1
= M
L
B =
e
2m
e
c
L B. (8)
Sehingga, Hamiltonian total atom hidrogen terganggu adalah

H =

H
0

e
2m
e
c
L B. (9)
Jika arah B diambil sebagai arah sumbu-z, maka L B = L
z
B, sehingga persamaan Schrodinger untuk atom
hidrogen terganggu ini adalah
_

H
0

e
2m
e
c
B

L
z
_

nlm
= E
n

nlm
. (10)
Dengan mengingat bahwa pada keadaan tidak ada gangguan

H
0

nlm
= E
(0)
n

nlm
dan

L
z

nlm
= m
nlm
,
diperoleh
E
n
= E
(0)
n

eB
2m
e
c
m = E
(0)
n
m
0
B, (11)
dengan
0

e
2m
e
c
= 0, 9273 10
20
erg/Gauss =
13,6
2,410
9
eV/Gauss disebut magneton Bohr.
Terlihat bahwa dengan adanya medan magnetik luar, spektrum energi atom hidrogen akan terpecah
menurut nilai bilangan kuantum magnetik m. Pada keadaan dasar (n = 1), l = m = 0 sehingga energi elektron
tidak terpecah. Pada keadaan eksitasi pertama (n = 2), spektrum energi elektron akan terpecah menjadi
tiga, masing-masing dengan energi E
(0)
3

0
B, E
(0)
3
, dan E
(0)
3
+
0
B, dengan E
(0)
n
=
13,6
n
2
eV. Dan seterusnya.
Terlihat bahwa ternyata, CCS yang mengkarakterisasi sistem pada efek Zeeman sama dengan pada atom
hidrogen tanpa gangguan, yaitu operator

H,

L
2
, dan

L
z
.
2.2 Percobaan Goudsmisth dan Uhlenbeck tentang keberadaan spin elektron
Suatu berkas elektron dilewatkan pada daerah bermedan magnet. Ternyata berkas elektron tersebut terpecah
menjadi dua bagian. Sehingga disimpulkan bahwa terdapat dua keadaan internal elektron. Dalam gambaran
klasik, kedua keadaan tersebut dikaitkan dengan perputaran (rotasi atau spin) elektron terhadap sumbun-
ya ketika bergerak mengelilingi inti atom (seperti rotasi bulan terhadap sumbunya ketika mengelilingi bumi).
Selanjutnya kedua keadaan itu disebut sebagai keadaan naik (up, disingkat u) dan turun (down, d). Matem-
atikawan (di antaranya Elie Cartan) berusaha membangun teori untuk menjelaskan tentang keadaan internal
copyleft c 2010 2 kotak saran: agussuroso@s.itb.ac.id
FI3201 Fisika Kuantum II
sem. 2 2009-2010 2.3 Interaksi Spin-Orbit
Dosen: Prof. Freddy P. Zen, D. Sc
Asisten: Agus Suroso, M. Si
tersebut. Dikatakan bahwa keadaan u dan d merupakan simetri yang berlaku pada ruang internal (disebut
ruang spinor)
1
.
2.3 Interaksi Spin-Orbit
Spin elektron menghasilkan momentum sudut spin S yang menyebabkan momen magnetik spin,
M =
ge
2m
e
c
S, (12)
dengan g 2 disebut faktor Lande. Sementara itu, gerakan elektron mengelilingi inti atom menimbulkan medan
magnetik sebesar
B
1
=
v E
c
. (13)
Dengan mengingat medan listrik elektron E = V , sedangkan potensial elektron berupa potensial Coulumb,
V =
Ze
r
, diperoleh E =
Ze
r
3
r, sehingga
B
1
=
p
m
e
c

Ze
r
3
r
=
Ze
2
m
e
cr
3
(p r)
=
Ze
2
m
e
cr
3
L. (14)
Interaksi antara momen magnetik spin dengan medan magnet elektron menghasilkan Hamiltonian gangguan
sebesar

H
SL
=

M

B
1
=
gZe
2
m
e
c
2
1
r
3

S

L. (15)
Pada pertemuan lalu telah dibahas bahwa selain melakukan revolusi terhadap inti atom sehingga menim-
bulkan medan magnetik sebesar B
1
=
Ze
2
m
e
cr
3
L, elektron juga mengalami rotasi terhadap sumbu putarnya sehing-
ga menimbulkan momen magnetik M =
ge
2m
e
c
S. Interaksi kedua besaran tersebut menghasilkan Hamiltonian
gangguan sebesar

H
SL
=

M

B =
Ze
2
2m
2
e
c
2

S

L
r
3
. (16)
Adanya Hamiltonian gangguan tersebut akan membuat CCS dari sistem berubah, sehingga CCS sistem ter-
ganggu tersebut perlu dicari.
Nilai harap (ekspektasi) energi sistem dapat dituliskan sebagai
_

H
_
=
_

H
0
_
+
_

H
SL
_
, (17)
dengan
_

H
0
_
=
_
V

nlm

H
0

nlm
dV
=
_

r=0
_
2
=0
_

=0

nlm
(r, , )

H
0

nlm
(r, , )r
2
sin dr d d
= E
(0)
n
=
13, 6
n
2
eV. (18)
1
mahasiswa yang tertarik mempelajari topik ini dapat mengambil mata kuliah (antara lain) FI6111 Teori Medan Kuantum,
atau merujuk pada buku Theory of Spinor (Elie Cartan), Introduction to the Theory of Sinor (Carmeli), atau buku-buku dengan
kode 515.63 HLA, 515.63 BEN, 512.57 PEN, 530.14 COR, 512.57 CAR, 512.57 LOU di perpustakaan Fisika ITB.
copyleft c 2010 3 kotak saran: agussuroso@s.itb.ac.id
FI3201 Fisika Kuantum II
sem. 2 2009-2010 2.3 Interaksi Spin-Orbit
Dosen: Prof. Freddy P. Zen, D. Sc
Asisten: Agus Suroso, M. Si
dan
_

H
SL
_
=
_

nlm

H
SL

nlm
dV
=
Ze
2
2m
2
e
c
2
_
V

S

L
r
3
dV
=
Ze
2
2m
2
e
c
2
_

r=0
u

nl
(r)
1
r
3
u
nl
(r)r
2
dr
_
2
=0
_

=0
}

lm
(, )

S

L}

lm
(, ) sin d d. (19)
Faktor integral yang pertama menghasilkan
Ze
2
2m
2
e
c
2
_

r=0
u

nl
(r)
1
r
3
u
nl
(r)r
2
dr =
Z
3
a
3
0
1
n
3
l
_
l +
1
2
_
(l + 1)
, (20)
dengan a
0
=

M
L
c
, =
e
2
c
=
1
137
, dan adalah reduced mass.
Operator

S

L =

S
x

L
x
+

S
y

L
y
+

S
z

L
z
yang terdapat pada faktor integral kedua bukan operator eigen dari
}
lm
, tetapi

S dan

L masing-masing merupakan operator eigen dari }
lm
,

S
2
}
lm
= s(s + 1)}
lm
dan

L
2
}
lm
= l(l + 1)}
lm
, (21)
dengan s =
1
2
adalah bilangan kuantum spin elektron. Dengan demikian, jelas bahwa

J

S+

L juga merupakan
operator eigen dari }
lm
. Selanjutnya, dapat dituliskan
J
2
= J J =
_

S +

L
_

S +

L
_
= L
2
+ S
2
+ 2

S

L, (22)
(karena bekerja pada ruang yang berbeda, operator spin dan momentum sudut komut satu sama lain,
_

S,

L
_
= 0,
sehingga

S

L =

L

S) atau

S

L =
1
2
_
J
2
S
2
L
2
_
. (23)
Selanjutnya, }
lm
(, ) dapat dituliskan sebagai }
jm
j
(, ) dengan j = m + m
s
, m
j
= j, . . . , j, dan berlaku
S L }
lm
(, ) =
1
2
_
J
2
S
2
L
2
_
}
jm
j
(, )
=

2
2
j(j + 1) l(l + 1) s(s + 1) }
jm
j
. (24)
Sehingga,
_
2
=0
_

=0
}

lm
(, )S L}

lm
(, ) sin d d =

2
2
j(j + 1) l(l + 1) s(s + 1) . (25)
Nilai bilangan kuantum magnetik spin elektron adalah m
s
=
1
2
(spin u) dan m
s
=
1
2
(spin d). Maka untuk
spin u,j = l +
1
2
sehingga

S

L}
jm
j
=

2
2
__
l +
1
2
__
l +
3
2
_
l (l + 1)
1
2
_
1
2
+ 1
__
=

2
2
l}
jm
j
. (26)
Sedangkan untuk spin d, j = l
1
2
sehingga

S

L}
jm
j
=

2
2
__
l
1
2
__
l +
1
2
_
l (l + 1)
1
2
_
1
2
+ 1
__
=

2
2
(l+) }
jm
j
. (27)
copyleft c 2010 4 kotak saran: agussuroso@s.itb.ac.id
FI3201 Fisika Kuantum II
sem. 2 2009-2010 2.4 Koreksi Relativistik
Dosen: Prof. Freddy P. Zen, D. Sc
Asisten: Agus Suroso, M. Si
Jadi, nilai ekspektasi energi gangguan adalah sebesar
_

H
SL
_
=
1
4
m
e
c
2
(Z)
4
1
n
2
l
_
l +
1
2
_
(l + 1)
_
_
_
l
(l + 1) .
_
_
_
(28)
Sehingga nilai harap energi total pada persamaan (17) akan terpecah menjadi dua nilai bergantung pada nilai
bilangan kuantum magnetik spin elektron (m
s
), atau dikatakan menghasilkan struktur halus (ne structure)
pada spektrum energi atom hidrogen. Tetapan dinamakan tetapan struktur halus atau tetapan kopling
interaksi medan elektromagnetik.
2.4 Koreksi Relativistik
Elektron mengelilingi inti dengan kecepatan tinggi, sehingga efek relativistik perlu diperhatikan. Energi total
elektron tersebut adalah
E
total
=
_
p
2
c
2
+ m
2
e
c
4
= m
e
c
2
_
1 +
_
pc
m
e
c
2
_
2
_1
2
m
e
c
2
_
1 +
1
2
_
pc
m
e
c
2
_
2

1
8
_
pc
m
e
c
2
_
4
_
, (29)
(baris terakhir diperoleh dengan pendekatan Taylor hingga suku ketiga). Sehingga energi kinetik elektron adalah
E
K
= E
total
E
diam
m
e
c
2
_
1 +
1
2
_
pc
m
e
c
2
_
2

1
8
_
pc
m
e
c
2
_
4
_
m
e
c
2
=
p
2
2m
e

1
8
p
4
m
3
e
c
2
. (30)
Suku pertama pada persamaan di atas adalah energi kinetik elektron menurut teori Newton, sedangkan suku
kedua merupakan koreksi relativistik. Dalam kuantum, suku koreksi tersebut dapat dinyatakan sebagai operator
Hamiltonian koreksi relativistik,

H
rel
=
1
8
p
4
m
3
e
c
2
=
1
2
m
e
c
2
_
p
2
2m
e
_
2
. (31)
Dengan mengingat bentuk Hamiltonian atom hidrogen tanpa gangguan

H
0
=
p
2
2m
e

Ze
2
r
, diperoleh nilai harap
(atau nilai rata-rata) dari koreksi relativistik dari energi atom hidrogen sebagai
_

H
rel
_
=
1
2
m
e
c
2
_
_
p
2
2m
e
_
2
_
=
1
2
m
e
c
2
_
_

H
0
+
Ze
2
r
_
2
_
=
1
2
m
e
c
2
_

H
(0)2
+ 2

H
0
Ze
2
r
+
Z
2
e
4
r
2
_
=
1
2
m
e
c
2
_
_

H
(0)2
_
+ 2Ze
2
_

H
0
_
_
1
r
_
+ Z
2
e
4
_
1
r
2
__
=
1
2
m
e
c
2
_
E
(0)2
n
+ 2Ze
2
E
(0)
n
_
1
r
_
+ Z
2
e
4
_
1
r
2
__
. (32)
Diketahui bahwa

1
r
_
=
m
e
c
2
Z
2
e
2
1
n
2
dan

1
r
2
_
=
Z
2
c
4
m
2
e

2
e
4
1
n
3
_
l +
1
2
_
. Substitusi kedua besaran tersebut, serta
mengingat bentuk E
(0)
n
, diperoleh
_

H
rel
_
=
1
2
(Z)
4
_
1
n
3
_
l +
1
2
_
3
4n
4
_
. (33)
copyleft c 2010 5 kotak saran: agussuroso@s.itb.ac.id
FI3201 Fisika Kuantum II
sem. 2 2009-2010 3 Teori Gangguan Bebas Waktu
Dosen: Prof. Freddy P. Zen, D. Sc
Asisten: Agus Suroso, M. Si
Jadi gabungan antara efek relativistik dan interaksi spin-orbit menghasilkan koreksi energi
_

H
SL
_
+
_

H
rel
_
=
1
2
m
e
c
2
(Z)
4
1
n
3
_
1
j +
1
2

3
4n
_
, (34)
dengan j = l
1
2
masing-masing untuk elektron dengan spin u dan d.
3 Teori Gangguan Bebas Waktu
3.1 Kasus Tak Terdegenerasi
Tinjau Hamiltonian dari sebuah sistem dengan bentuk

H =

H
0
+ g

H
1
,

g

H 1

<<

H
0

, (35)
dengan

H
0
merupakan Hamiltonian tanpa gangguan dan g

H
1
merupakan Hamiltonian gangguan. Akibat gang-
guan tersebut, nilai dan fungsi eigen energi akan mengalami koreksi kecil,
E
n
= E
(0)
n
+ E
n
(36)

n
=
(0)
n
+
n
. (37)
Selanjutnya, nilai dan fungsi eigen energi tersebut dapat dituliskan dalam bentuk sebuah deret konvergen,
E
n
= E
(0)
n
+ gE
(1)
n
+ g
2
E
(2)
n
+ . . . (38)

n
=
(0)
n
+ g
(1)
n
+ g
2

(2)
n
+ . . . . (39)
Jelas bahwa pada g 0 berlaku
n
=
(0)
n
dan E
n
= E
(0)
n
.
Persamaan eigen energi untuk kasus gangguan ini adalah

H
n
=
_

H
0
+ g

H
1
_

n
= E
n

n
, (40)
dengan

H
0

(0)
n
= E
(0)
n

(0)
n
diketahui solusinya secara eksak. Substitusi (36) dan (37) ke (38) menghasilkan
_

H
0

(0)
n
E
(0)
n

(0)
n
_
+ g
_

H
0

(1)
n
+

H
1

(0)
n
E
(0)
n

(1)
n
E
(1)
n

(0)
n
_
+ g
2
_

H
0

(2)
n
+

H
1

(1)
n
E
(0)
n

(2)
n
E
(1)
n

(1)
n
E
(2)
n

(0)
n
_
+ g
3
_

H
0

(3)
n
+

H
1

(2)
n
E
(0)
n

(3)
n
E
(1)
n

(2)
n
E
(2)
n

(1)
n
E
(3)
n

(0)
n
_
+ . . . = 0, (41)
atau dapat ditulis dalam bentuk
g
0
F
(0)
+ g
1
F
(1)
+ g
2
F
(2)
+ g
3
F
(3)
+ . . . = 0, (42)
yang berlaku jika dan hanya jika
F
(0)
= F
(1)
= F
(2)
= F
(3)
= . . . = 0. (43)
Dari persamaan tersebut diperoleh

H
0

(0)
n
= E
(0)
n

(0)
n
, (44)
_

H
0
E
(0)
n
_

(1)
n
=
_
E
(1)
n


H
1
_

(0)
n
, (45)
_

H
0
E
(0)
n
_

(2)
n
=
_
E
(1)
n


H
1
_

(1)
n
+ E
(2)
n

(0)
n
, (46)
.
.
.
(dan seterusnya).
copyleft c 2010 6 kotak saran: agussuroso@s.itb.ac.id
FI3201 Fisika Kuantum II
sem. 2 2009-2010 3.1 Kasus Tak Terdegenerasi
Dosen: Prof. Freddy P. Zen, D. Sc
Asisten: Agus Suroso, M. Si
Perhatikan bahwa
(1)
n
+ a
(0)
n
juga merupakan solusi untuk persamaan (45). Sehingga, solusi persamaan
tersebut adalah
(1)
n
dan E
(1)
n
serta
(1)
n
+ a
(0)
n
dan E
(1)
n
. Dengan demikian dperlukan kendala (constraint)
untuk membuat solusinya unik. Kendala ini diambil sebagai berikut: semua koreksi dari
(0)
n
pada persamaan
(37) dianggap normal terhadap
(0)
n
, yaitu
_

(s)
n
[
(0)
n
_
= 0 untuk s > 0 dan semua n. (47)
Dalam ruang Hilbert H, hubungan hormalisasi di atas menunjukkan bahwa
n
(dan juga
n
=
(0)
n
+
n
)
adalah normal (ortogonal) terhadap
(0)
n
. Hubungan ini akan diguanakan untuk membangun
(s)
n
.
3.1.1 Koreksi Orde 1
Dari persamaan (45) di atas, terlihat bahwa

H
0

(1)
n
mengusulkan bahwa solusi
(1)
n
merupakan kombinasi linear
dari
(0)
n
, yaitu

(1)
n
_
=

i
C
(1)
ni

(0)
i
_
. Jadi persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk
_

H
0
E
(0)
n
_

i
C
(1)
ni

(0)
i
_
=
_
E
(1)
n


H
1
_

(0)
n
. (48)
Perkalian persamaan di atas dengan
_

(0)
j

dari arah kanan menghasilkan


_
E
(0)
j
E
(0)
n
_
C
(1)
nj
= E
(1)
n

jn

H
1
_
jn
, (49)
dengan
_

H
1
_
jn
=
_

(0)
j
[

H
1
[
(0)
n
_
.
Pada j ,= n, diperoleh
C
(1)
nj
=
_

H
1
_
jn
_
E
(0)
n
E
(0)
j
_, (50)
dan

(1)
n
=

j=n
_

H
1
_
jn
_
E
(0)
n
E
(0)
j
_
(0)
j
+ C
nn

(0)
n
. (51)
Selanjutnya, nilai C
nn
diperoleh dari kendala normalisasi
_

(s)
n
[
(0)
n
_
= 0 pada s = 1,

j=n
_

H
1
_
jn
_
E
(0)
n
E
(0)
j
_
jn
..
0
+C
nn

nn
..
1
= 0 C
nn
= 0. (52)
Sehingga,

(1)
n
=

j=n
_

H
1
_
jn
_
E
(0)
n
E
(0)
j
_
(0)
j
. (53)
Pada j = n, berlaku
E
(1)
n
=
_

H
1
_
nn
(54)
Jadi, fungsi gelombang dan nilai eigen energi partikel pada koreksi orde 1 akibat Hamiltonian gangguan
adalah

n
=
(0)
n
+

j=n
_

H
1
_
jn
_
E
(0)
n
E
(0)
j
_
(0)
j
, (55)
E
n
= E
(0)
n
=
_

H
1
_
nn
. (56)
copyleft c 2010 7 kotak saran: agussuroso@s.itb.ac.id
FI3201 Fisika Kuantum II
sem. 2 2009-2010 3.1 Kasus Tak Terdegenerasi
Dosen: Prof. Freddy P. Zen, D. Sc
Asisten: Agus Suroso, M. Si
Agar ekspansinya konvergen, maka haruslah berlaku

H
1)
jn

E
(0)
n
E
(0)
j

<< 1, atau
_

H
1
_
jn
<<

E
(0)
n
E
(0)
j

dan
_

H
1
_
nn
<<

E
(0)
n

(57)
3.1.2 Koreksi Orde 2
Sebagaimana pada koreksi orde 1, fungsi gelombang untuk koreksi orde 2 diambil sebagai kombinasi linear
fungsi gelombang tak terganggu,

(2)
n
_
=

i
C
(2)
ni

(0)
i
_
, (58)
sehingga persamaan (46) dapat dituliskan menjadi
_

H
0
E
(0)
n
_

i
C
(2)
ni

(0)
i
_
=
_
E
(1)
n


H
1
_

(1)
i
_
+ E
(2)
n

(0)
i
_
. (59)
Perkalian persamaan terakhir dengan
_

(0)
j

dari arah kiri menghasilkan


_
E
(0)
j
E
(0)
n
_

i
C
(2)
ni

ji
. .
C
(2)
nj
= E
(1)
n
_

(0)
j
[
(1)
n
_

(0)
j
[

H
1
[
(1)
n
_
+ E
(2)
n

jn
. (60)
Pada n = j diperoleh
E
(2)
n
=
_

(0)
n


H
1

(1)
n
_
=

i=n
_

(0)
n

H
1
_

H
1
_
in
E
(0)
n
E
(0)
i

(0)
i
_
=

i=n
_

H
1
_
ni
_

H
1
_
in
E
(0)
n
E
(0)
i
=

i=n

H
1
_
in

2
E
(0)
n
E
(0)
i
. (61)
Pada n ,= j, persamaan (60) ditulis menjadi
_
E
(0)
j
E
(0)
n
_
C
(2)
nj
=
_

H
1
_
nn
_

(0)
j

k=n
_

H
1
_
kn
E
(0)
n
E
(0)
k

(0)
k
_

(0)
j

H
1

k=n
_

H
1
_
kn
E
(0)
n
E
(0)
k

(0)
k
_
. (62)
Sehingga,
C
(2)
nj
=
1
E
(0)
n
E
(0)
j
_
_
_

k=n
_

H
1
_
jk
_

H
1
_
kn
E
(0)
n
E
(0)
k
_
_
_
_

H
1
_
nn
_

H
1
_
jn
_
E
(0)
n
E
(0)
j
_
2
. (63)
Dengan menerapkan syarat normalisasi
_

(s)
n
[
(0)
n
_
= 0, didapat

j
C
(2)
nj
_

(0)
j
[
(0)
n
_
= 0

j
C
(2)
nj

jn
= C
(2)
nn
= 0. (64)
Sehinga fungsi gelombang dan energi total partikel setelah koreksi orde 2 dapat dituliskan sebagai,

n
=
(0)
n
+

j=n
_

_
_

H
1
_
jn
E
(0)
n
E
(0)
j

H
1
_
nn
_

H
1
_
jn
_
E
(0)
n
E
(0)
j
_
2
+

k=n
_

H
1
_
jk
_

H
1
_
kn
_
E
(0)
n
E
(0)
j
__
E
(0)
n
E
(0)
k
_
_

_
(0)
j
(65)
E
n
= E
(0)
n
+
_

H
1
_
nn
+

i=n

H
1
_
in

2
E
(0)
n
E
(0)
i
. (66)
copyleft c 2010 8 kotak saran: agussuroso@s.itb.ac.id
FI3201 Fisika Kuantum II
sem. 2 2009-2010 3.2 Kasus Degenerasi
Dosen: Prof. Freddy P. Zen, D. Sc
Asisten: Agus Suroso, M. Si
3.2 Kasus Degenerasi
Perhatikan bahwa

(1)
n
_
=

i
C
(1)
ni

(0)
i
_
, (67)
dengan C
n
i
(1)
=
(

H
1)
in
E
(0)
n
E
(0)
i
. Pada kasus generasi lipat-q (q-fold degeneracy), i = 1, 2, . . . q, berarti E
(0)
1
= E
(0)
2
=
. . . = E
(0)
q
walaupun
(0)
1
,=
(0)
2
,= . . . ,=
(0)
q
. Sehingga C
(0)
ni
untuk i q.
Jadi solusinya adalah membangun fungsi basis baru dari himpunan
_

(0)
n
_
yang mendiagonalisasi
_

H
1
_
in
dengan (n, i q), yang berarti membangun elemen o-diagonal nya bernilai nol, sehingga C
ni

0
0
. Anggap
n
terdiri atas q buah fungsi yang mendiagonalisasi
_

H
1
_
in
dengan (n, i q),
[
n
) =
q

i=1
a
ni

(0)
i
_
. (68)
Sehingga

n
[

H
1
[
p
) =
_

H
1
_
np

np
(n, p q). (69)
Selanjutnya, bentuk tersebut dapat dinyatakan sebagai matriks diagonal berukuran q q. Mengingat bahwa
basis ruang Hilbert untuk
n
dan
n
adalah H =
_

1
,
2
, . . . ,
q
,
(0)
q+1
,
(0)
q+2
, . . . ,
(0)
2q
_
, maka matriks untuk

n
[

H
1
[
p
) dituliskan sebagai
_

H
1
_
=
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_

H
1
_
11
0 0 0
_

H
1
_
1 q+1
. . .
0
_

H
1
_
22
0 0
.
.
.
.
.
.
0 0
.
.
.
.
.
. . . . . . .
0 0 . . .
_

H
1
_
qq
. . . . . .
_

H
1
_
q+1 q
. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
(70)
3.2.1 Koreksi Orde 1
Mirip seperti pada kasus tak terdegenerasi, koreksi energi orde 1 untuk kasus terdegenerasi dapat dituliskan
sebagai
E
(1)
n
=
n
[

H
1
[
n
)
_

H
1
_
nn
, n q. (71)
Perhatikan persamaan Schrodinger

H
n
=
_

H
0
+

H
(1)
_

n
= E
n

n
. Dengan mengambil
n
=
n
dan E
n
=
E
(0)
n
+ E
(1)
n
dengan n q, maka persamaan Schrodinger dituliskan menjadi
_

H
0
+

H
1
_

n
=
_
E
(0)
n
+ E
(1)
n
_

n


H
(1)

n
= E
(1)
n

n
(n q), (72)
(akibat di atas disebabkan karena [
n
) =

q
i=1
a
ni

(0)
i
_
). Ini berarti E
(1)
n
=
n
[

H
1
[
n
)
_

H
1
_
nn
den-
gan (n q). Sehingga elemen diagonal submatriks
_

H
1
_
nn
dengan (n q) merupakan koreksi orde 1 dari
Hamiltonian

H.

H
1

n
= E
(1)
n

n


H
1
q

i=1
a
ni

(0)
i
_
= E
(1)
n
q

i=1
a
ni

(0)
i
_
. (73)
Perkalian persamaan terakhir dengan
_

(0)
p

menghasilkan
q

i=1
a
ni
_

H
1
_
pi
= E
(1)
n
q

i=1
a
ni

pi
= E
(1)
n
a
np
(n, p q) (74)
copyleft c 2010 9 kotak saran: agussuroso@s.itb.ac.id
FI3201 Fisika Kuantum II
sem. 2 2009-2010 3.2 Kasus Degenerasi
Dosen: Prof. Freddy P. Zen, D. Sc
Asisten: Agus Suroso, M. Si
atau
q

i=1
_
_

H
1
_
pi
E
(1)
n

pi
_
a
ni
= 0 (n, p q) (75)
Persamaan di atas dapat dituliskan dalam bentuk matriks. Misal, untuk n = 1, diperoleh persamaan untuk
E
(1)
1
dan a
1i
sebagai berikut:
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_

H
1
_
11
E
(1)
1
_

H
1
_
12
. . .
_

H
1
_
1q
_

H
1
_
21
_

H
1
_
22
E
(1)
1
. . .
_

H
1
_
2q
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
_

H
1
_
q1
_

H
1
_
q2
. . .
_

H
1
_
qq
E
(1)
1
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
a
11
a
12
.
.
.
a
1q
_
_
_
_
_
_
_
_
= 0 (76)
Basis untuk matriks di atas adalah
_

(0)
n
, n q
_
.
Untuk n = 2, maka didapat q buah persamaan untuk E
(0)
2
dan a
2i
. Demikian seterusnya. Lalu, karena
n q, maka akan terdapat q buah persamaan matriks seperti di atas. Untuk tiap n = 1, 2, . . . , q, supaya
solusinya ada, maka
det

(H
1
)
pi
E
(1)
n

= 0. (77)
Tiap E
(1)
n
dengan n = 1, 2, . . . , q meemberikan solusi pada a
1i
, . . . , a
qi
dan koesien ini akan memberikan
basis baru pada
n
=

a
ni
. dalam basis ini degenerasi disingkirkan dan menjadi tak terdegenerasi.
Jadi, pada akhirnya diperoleh fungsi dan nilai eigen energi sebagai berikut:

n
=
n
+ g
(1)
n
+ g
2

(2)
n
+ . . . n q (78)

n
=
n
+ g
(1)
n
+ g
2

(2)
n
+ . . . n > q (79)
E
n
= E
(0)
n
+ gE
(1)
n
+ g
2
E
(2)
n
+ . . . n q (E
(0)
1
= E
(0)
2
= . . . = E
(0)
q
) (80)
E
n
= E
(0)
n
+ gE
(1)
n
+ g
2
E
(2)
n
+ . . . n > q (81)
E
(1)
n
=
n
[

H
1
[
n
) n q (82)
E
(1)
n
=
n
[

H
1
[
n
) n > q (83)
<<<<<<< terakhir diperbaharui pada 9 April 2010 >>>>>>>
copyleft c 2010 10 kotak saran: agussuroso@s.itb.ac.id
FI3201 Fisika Kuantum II
sem. 2 2009-2010 3.2 Kasus Degenerasi
Dosen: Prof. Freddy P. Zen, D. Sc
Asisten: Agus Suroso, M. Si
Notasi Matematika
Variabel matematika yang disertai topi menyatakan operator, contoh: p,

L
z
, dll.
Variabel matematika yang dicetak tebal menyatakan vektor, contoh:

L, r, dll.
copyleft c 2010 11 kotak saran: agussuroso@s.itb.ac.id
Indeks
atom hidrogen, 1
dinamika kuantum, 1
efek Zeeman, 1
ne structure, 5
Goudsmith dan Uhlenbeck, 2
relativistik
energi, 5
koreksi, 5
spin, 2
Spin-Orbit, 3
spinor, 3
struktur halus, 5
12

Anda mungkin juga menyukai