Anda di halaman 1dari 7

1.

Latar Belakang Nanas (Ananas comosus L. Merr) merupakan buah yang banyak dikonsumsi penduduk Indonesia. Selain dikonsumsi sebagai

buah segar, banyak juga yang memanfaatkannya untuk tambahan makanan salah satunya adalah rujak. Untuk dikonsumsi dalam bentuk buah maupun sebagai makanan alternatif lain, nanas perlu dikupas terlebih dahulu, karena bagian kulitnya yang kasar dapat mengganggu saat dikonsumsi. Namun sering kali kulit nanas yang terbuang tidak dimanfaatkan dengan baik. Padahal kalau kita jeli kulit nanas masih mengandung 81,72% air, 20,87% serat kasar, 17,53% karbohidrat, 4,41% protein dan 13,65% gula (Wijana dkk, 1991) Kandungan zat ini diduga akan dapat dimanfaatkan oleh bakteri Acetobacter xylinum untuk tumbuh dan berkembang. Selama ini pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum membutuhkan unsur karbon (C) dan kondisi yang memiliki pH-asam. Kandungan zat berupa gula dan unsur lain tersebut diatas serta kondisi nanas yang asam semakin meyakinkan bagi peneliti untuk memanfaatkannya sebagai bahan untuk menangkap bakteri Acetobacter xylinum. Di Pasar Tanjung Kota Mojokerto terdapat pedagang nanas yang berjumlah 4 tempat. Berdasarkan wawancara dengan pedagang nanas, setiap harinya mereka dapat menghasilkan limbah kulit nanas sebanyak 4 kilogram. Limbah sebanyak itu membuat kami tertarik untuk memanfaatkannya sebagai bahan untuk menangkap Bakteri Acetobacter xylinum. Sebab limbah kulit nanas yang terbuang percuma dipasar dapat membuat bau yang sangat menyengat dan berdampak pada rasa tidak nyaman bagi para pembeli. Berdasarkan pertimbangan kandungan zat dan dampak sampah kulit nanas yang banyak ditemukan di pasar Tanjung Kota Mojokerto Peneliti tertarik untuk memanfaatkannya sebagai bahan untuk menangkap bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri yang tertangkap kemudian kita kembangbiakkan dengan memindahkan ke medium air kelapa dan dijadikan starter yaitu bibit untuk pembuatan nata de coco. 2. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. Apakah kulit nanas dapat digunakan sebagai bahan untuk menangkap bakteri A. xylinum? Bagaimana cara menangkap Bakteri A. xylinum dengan limbah kulit nanas (Ananas comosus L.Merr) ? Berapa liter starter bakteri A. xylinum yang diperoleh dari pemanfaatan limbah kulit nanas? Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kulit nanas dapat digunakan sebagai bahan untuk menangkap bakteri A. xylinum. Untuk mengetahui cara menangkap bakteri A. xylinum dengan limbah kulit nanas (Ananas comosus L.Merr). Untuk mengetahui jumlah dalam liter, starter bakteri A. xylinum yang diperoleh dari pemanfaatan limbah kulit nanas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Nanas (Ananas comosus L Merr) Buah nanas (Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu jenis buah yang terdapat di Indonesia, mempunyai penyebaran yang merata. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, nanas juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri pertanian. Dari berbagai macam pengolahana nanas seperti selai, manisan, sirup, dan lain-lain maka akan didapatkan kulit yang cukup banyak sebagai hasil sampingan. Hal ini terlihat di Pasar Tanjung Kota Mojokerto. Berdasarkan kandungan nutriennya, ternyata kulit buah nanas mengandung karbohidrat dan gula yang cukup tinggi. Menurut Wijana, dkk (1991) kulit nanas mengandung 81,72 % air; 20,87 % serat kasar; 17,53 % karbohidrat; 4,41 % protein dan 13,65 % gula

reduksi. Mengingat kandungan karbohidrat dan gula yang cukup tinggi tersebut maka kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia, salah satunya etanol melalui proses fermentasi. Selain itu nanas merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak dihasilkan di Indonesia. Dari data statistik, produksi nenas di Indonesia untuk tahun 1997 adalah sebesar 542.856 ton dengan nilai konsumsi 16,31 kg/kapita/tahun (Anonymous, 2001). Dengan semakin meningkatnya produksi nanas, maka limbah yang dihasilkan akan semakin meningkat pula. Peningkatan jumlah limbah kulit nanas perlu disikapi secara baik yang mampu memberi nilai tambah secara ekonomis. Upaya ini yang akan diujicobakan oleh penulis untuk menjadikannya sebagai bahan menangkap bakteri A. xylinum.

Menurut Suprapti (2001), limbah nanas berupa kulit, ati/ bonggol buah atau cairan buah/ gula dapat diolah menjadi produk lain seperti sari buah atau sirup. Menurut Kumalamingsih(1993), secara ekonomi kulit nanas masih bermanfaat untuk diolah menjadi pupuk dan pakan ternak. Komposisi limbah kulit nanas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.1. Hasil Analisis Proksimat Limbah Kulit Nanas Berdasarkan Berat Basah Komposisi Air Protein Lemak Abu Serat basah Karbohidrat Sumber: Sidharta (1989) Kandungan zat-zat tersebut diatas diduga dapat dimanfaatkan oleh Bakteri A. xylinum untuk tumbuh dan berkembang. B. Acetobacter xylinum Sifat yang paling menonjol dari bakteri ini adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya, selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal A. xylinum adalah bakteri pembentuk nata yang termasuk dalam genus Acetobacter yang mempunyai ciri antara lain berbentuk batang, gram negatif, dan bersifat aerobic. A. xylinum merupakan bakteri yang menguntungkan bagi manusia. Rata-rata Berat Basah (%) 86,70 0,69 0,02 0,48 1,66 10,54

B.1. Sifat sifat Bakteri A. xylinum Sifat-sifat bakteri A. xylinum dapat diketahui dari sifat morfologi, sifat fisiologi dan pertumbuhan selnya. Adapun masingmasing dapat dijelaskan di bawah ini: 1. Sifat Morfologi

A. xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar 0.6 mikron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bisa membentuk rantai pendek dengan satuan 6 - 8 sel. Bersifat non motil dan dengan pewarnaan Gram menunjukkan Gram negative. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel dan koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat dengan mudah diambil dengan jarum ose. 2. Sifat Fisiologi

Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alkohol, dan propil alkohol, tidak membentuuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O. Sifat yang paling menonjol sebagai nata. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperatur dan ketersediaan oksigen. 3. Pertumbuhan sel

Pertumbuhan sel bakteri didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen didalam sel hidup. Umur sel ditentukan segera setelah proses pembelahan sel selesai, sedangkan umur kultur ditentukan dari lamanya inkubasi. 4. Fase hidup bakteri A. xylinum dan pembentukan lapisan nata Dalam satu waktu generasi, bakteri akan melewati beberapa fase pertumbuhan sebagai berikut: a. Fase Adaptasi Begitu dipindahkan ke media baru atau ditanam, bakteri A. xylinum tidak akan langsung tumbuh dan berkembang. Pada fase ini, bakteri akan terlebih dahulu menyesuaikan diri dengan substrat dan kondisi lingkungan barunya. Oleh sebab itu, fase disebut sebagai fase adaptasi. Meskipun tidak mengalami perbanyakan sel, pada fase ini terjadi aktivitas metabolisme dan bahkan pembesaran sel. Lama fase ini di tentukan oleh medium lingkungan pertumbuhan serta jumlah inokulum. Fase adaptasi bagi A. xylinum dicapai antara 0 - 24 jam atau 1 hari sejak inokulasi. Makin cepat fase ini dilalui, makin efisien proses pembentukan nata yang terjadi.

b. Fase Pertumbuhan Awal Pada fase ini, sel mulai membelah dengan kecepatan rendah. Fase ini menandai diawalinya fase pertumbuhan eksponensial. Fase ini dilalui beberapa jam.

c. Fase Pertumbuhan Eksponensial Fase ini disebut juga sebagai fase pertumbuhan logaritmik, yang ditandai dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Untuk bakteri A. xylinum, fase ini dicapai dalam waktu antara 1 - 5 hari tergantung pada kondisi lingkungan. Pada fase ini juga, bakteri nata mengeluarkan enzim ekstraseluler polymerase sebanyak-banyaknya, untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa (matrik nata). Fase ini sangat menentukan tingkat kecepatan suatu strain A. xylinum dalam membentuk nata.

d. Fase Pertumbuhan Lambat Pada fase ini pertumbuhan tidak lagi stabil, tetapi jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak dari pada jumlah sel yang mati.

5.

Fase Pertumbuhan Tetap

Pada fase ini, jumlah sel yang tumbuh relatif sama dengan jumlah sel yang mati. Pada sel ini, sel akan lebih bertahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim jika dibandingkan dengan ketahanan pada fase yang lain. Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini.

5.

Fase Menuju Kematian

Pada fase ini, bakteri mulai mengalami kematian karena nutrisi telah habis dan sel kehilangan banyak energi cadangan.

B.2. Tingkatan Klasifikasi A. xylinum

Dalam system klasifikasi dari A. xylinum masuk dalam divisi Protophyta dan susunan klasifikasinya secara lengkap adalah sebagai berikut: Divisi : Protophyta Class : Schizomycetes Ordo : Pseudomonadales Famili : Pseudomonadaceae Genus : Acetobacter Spesies : Acetobacter xylinum

Acetobacter xylinum ini memiliki sifat yang unik, yaitu bila ditambahkan pada medium gula akan membentuk suatu polisakarida yang dikenal dengan selulosa ekstraseluler. Selain itu mempunyai aktivitas oksidasi lanjutan atau over oxydizer, yaitu mampu mengoksidasi lebih lanjut asam asetat menjadi CO2 dan H2O. Gambar 2.1. Acetobacter xylinum

C. Bibit Nata Seperti halnya pembuatan makanan atau minuman hasil fermentasi, pembuatan nata juga memerlukan bibit. Bibit nata sering disebut starter. Disebut starter, karena bibit ini telah siap tumbuh dan berkembang dalam cairan bahan nata. Bibit nata tersebut tidak lain suspensi sel A. xylinum (Pambayun, 2002). BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh data tentang pemanfaatan limbah kulit nanas (Ananas comosus L. Merr) di Pasar Tanjung Mojokerto sebagai bahan untuk produksi starter bakteri A. xylinum pembuat nata maka dilakukan penelitian eksperimen.

2.

Sasaran Penelitian

1. 2.

Limbah kulit nanas diperoleh dari Pasar Tanjung Kota Mojokerto. Bakteri A. xylinum yang akan ditangkap di Laboratorium SMP Negeri 2 Kota Mojokerto.

2.

Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas ; Jumlah air kulit nanas yang digunakan menangkap bakteri A. xylinum dalam mili liter. 2. Variabel Terikat ; Bakteri A. xylinum yang tertangkap dihitung dalam jumlah mili liter. 3. Variabel Kontrol; wadah untuk menangkap bakteri, waktu pembuatan media.

2.

Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Air kulit nanas adalah air yang diperoleh dari pemerasan kulit nanas yang diblender terlebih dahulu kemudian disaring. 2. Starter bakteri A. xylinum adalah bakteri yang ditangkap dari medium limbah kulit nanas dan diinokulasikan ke medium air kelapa sebagai bibit untuk pembuatan nata.

2.

Alat dan Bahan Penelitian

a. Alat Alat yang digunakan adalah blender, pisau, saringan, wadah, toples kaca, kain, kapas, dan gelas ukur 10 ml. b. Bahan Bahan yang digunakan adalah gula pasir secukupnya, kulit nanas, alkohol 90%, dan air aquades

2.

Prosedur Kerja

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menangkap dan mengembangbiakkan starter bakteri A. xylinum dari limbah kulit nanas adalah sebagai berikut : a. Membuat Perasan Air Kulit Nanas 1. Potong kulit nanas kecil-kecil. 2. Blender kulit nanas sampai lembut. 3. Saring dan masukkan ke wadah. Dalam membuat perasan air kulit nanas diambil dari 4 kilogram kulit nanas yang diblender dan diperoleh 800 ml air kulit nanas. b. Membuat Medium untuk Menangkap Bakteri Acetobacter xylinum 1. Air kulit buah nanas sebanyak 800 ml dibagi ke dalam 4 toples yang masing masing mendapatkan 200 ml. 2. Dari masing-masing 200 ml air kulit nanas ditambah air aquades steril sampai 1 liter. 3. Masing-masing toples tadi ditambah gula 20 gram dan di aduk hingga homogen. 4. Masing-masing toples ditutup dengan kain (supaya terjadi sirkulasi udara) karena A. xylinum adalah bakteri aerob. 5. Dibiarkan beberapa minggu (kurang lebih 1 - 2 minggu) sampai terbentuk gumpalan kenyal berwarna putih. 6. Cairan di sekitar gumpalan putih tersebut diduga banyak mengandung bakteri A. xylinum. 7. Bakteri yang telah didapat lalu diisolasi secara aseptik dan diinokulasikan ke dalam medium nata yang terbuat dari air kelapa. c. Memindahkan Bakteri Acetobacter xylinum ke medium air kelapa untuk generasi 1 (F1) dan (F2). 1. Bersihkan jarum suntik dengan alkohol kemudian dibakar. 2. Ambil medium air kulit nanas yang telah berisi bakteri A. xylinum kemudian suntikkan jarum ke medium yang telah di tumbuhi bakteri, ambil cairan dibawah gumpalan putih sebanyak 10 ml. 3. Cairan yang diambil dimasukkan ke medium air kelapa. 4. Dibiakan selama 1 - 2 minggu sampai diperoleh lapisan nata. 2. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh adalah cairan di bagian paling atas pada medium di toples terdapat lapisan nata yang teksturnya belum teratur, di bawah lapisan itu cairannya diduga banyak mengandung bakteri A. xylinum diambil untuk diinokulasikan ke medium air kelapa. Dari medium air kelapa yang pertama diperoleh keturunan pertama (F1) kemudian diinokulasikan kembali ke medium air kelapa yang baru untuk mendapatkan keturunan kedua (F2) hingga diperoleh medium dengan isi bakteri Acetobacter xylinum yang banyak memiliki serabut fibril dan lapisan nata yang lebih baik teksturnya dan putih warnanya. Adanya serabut fibril dan lapisan nata yang tekstur dan warnanya lebih baik pada medium pertumbuhan air kelapa menunjukkan bahwa bakteri A. xylinum dapat tumbuh dan hidup dalam medium yang diujicobakan, setelah sebelumnya ditangkap dengan medium air perasan limbah kulit nanas. Analisa Data

Dalam penelitian ini hanya mengetahui adanya serabut fibril dan lapisan nata pada medium percobaan dari pemindahan medium limbah air kulit nanas sehingga metode analisisnya hanya menggunakan deskriptif kualitatif hasil pengamatan dari medium pertumbuhan bakteri A. xylinum yaitu pada medium air kelapa pada generasi pertama (F1) dan generasi kedua (F2). 2. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium SMP Negeri 2 Mojokerto. Dilaksanakan mulai 10 Maret s/d 20 Mei 2009.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1.

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka data yang diperoleh tentang pertumbuhan bakteri A. xylinum pada

medium air limbah kulit nanas dan air kelapa dapat di lihat ditabel dibawah ini:

Tabel 4.1. Pertumbuhan bakteri A. xylinum pada medium air limbah kulit nanas dan air kelapa No 1 2. 3. 4. Toples 1 Ada lapisan nata Ada serabut fibril Di peroleh F1 Di peroleh F2 Toples 2 Ada lapisan nata Ada serabut fibril Di peroleh F1 Di peroleh F2 200ml---1000ml Toples 3 Ada lapisan nata Ada serabut fibril Di peroleh F1 Di peroleh F2 200ml---1000ml Toples 4 Ada lapisan nata Ada serabut fibril Di peroleh F1 Di peroleh F2 200ml---1000ml

5. 200ml---1000ml

2.

Pembahasan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa medium air limbah kulit nanas dapat dipakai sebagai bahan untuk menangkap bakteri yang kemudian dipakai sebagai starter yang ditumbuhkan pada air kelapa. Dari keempat toples semuanya berhasil dalam hal; terdapat lapisan nata, ditemukan serabut fibril, dapat dikembangbiakkan di medium air kelapa hingga diperoleh keturunan pertama (F1), dan dapat dikembangbiakkan pula di medium air kelapa pada generasi kedua (F2) Dalam pemakaian air limbah kulit nanas sebagai medium untuk menangkap bakteri A. xylinum untuk dikembangkan menjadi 2 generasi yaitu F1 dan F2 tidak mengalami kendala karena masing-masing medium dari F1 dan F2 memiliki kandungan zat dan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan Bakteri A. xylinum. Dalam hal ini medium untuk F1 dan F2 berasal dari air kelapa. Keberhasilan menangkap bakteri menggunakan air limbah kulit nanas disebabkan kandungan zat dari kulit nanas itu sendiri yang mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan A. xylinum. Kandungan zat tersebut antara lain: kulit nanas mengandung 81,72 % air; 20,87 % serat kasar; 17,53 % karbohidrat; 4,41 % protein dan 13,65 % gula reduksi (Wijana, dkk, 1991). Mengingat kandungan karbohidrat dan gula yang cukup tinggi itulah maka kebutuhan hidup dari unsur karbon bagi A.xylinum dapat terpenuhi. Selain itu kondisi pH yang cenderung asam 4 - 5 membuat bakteri ini mampu hidup, karena memang selama ini kemampuan hidup A.xylinum cenderung berada di lingkungan yang ber-pH asam (Pambayun, 2002). Dengan keberhasilan menangkap bakteri menggunakan limbah kulit nanas berarti menjawab rumusan masalah bahwa limbah kulit nanas dapat digunakan sebagai bahan untuk menangkap bakteri A. xylinum yang kemudian dipakai sebagai starter (bibit bakteri). Pemanfaatan limbah kulit nanas tersebut sekaligus menjawab bahwa masalah pencemaran dipasar Tanjung Kota Mojokerto sedikit banyak sudah teratasi terutama untuk limbah kulit nanas. Dari 4 botol yang masing-masing berisi 1000 ml untuk pertumbuhan bakteri A. xylinum dari medium air kulit nanas diperoleh total jumlah bakteri sebanyak 4000 ml. Jadi diperoleh starter bakteri A. xylinum awal berjumlah 4 liter, setelah dikembangkan menjadi generasi F1 dan F2 jumlah bakteri dapat diperoleh lebih banyak tergantung dari berapa liler media yang akan dibuat.

BAB V PENUTUP

1.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa: 1. 2. Perasan air kulit nanas dapat digunakan untuk pertumbuhan bakteri A. xylinum sebagai starter dalam pembuatan nata. Bibit starter bakteri A. xylinum pada medium air kulit nanas dapat diperoleh sebanyak 4 liter.

2.

Saran

Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa banyak jumlah bakteri A. xylinum yang tumbuh pada medium perasan air kulit nanas dalam satuan individual bakteri menggunakan Hemocytome

Anda mungkin juga menyukai