Anda di halaman 1dari 6

KOMPLIKASI SINUSITIS A. Komplikasi Orbita Sinus etmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering.

Pembengkakkan orbita dapat merupakan manifestasi etmoiditis akut, namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat pula menimbulkan infeksi isi orbita. Terdapat lima tahapan : a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus etmoidalis di dekatnya. Seperti dinyatakan sebelumnya, keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus etmoidalis seringkali merekah pada kelompok umur ini. b. Selulitis orbita. Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk. c. Abses subperiosteal. Pus terkumpul di antara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.
d. Abses orbita. Pada tahap ini, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi

orbita. Tahap ini disertai gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang terserang dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin bertambah. e. Thrombosis sinus kavernosus. Komplikasi ini merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena ke dalam sinus kavernosus di mana selanjutnya terbentuk suatu tromboflebitis septik. Secara patognomonik, thrombosis sinus kavernosus terdiri dari oftalmoplegia, kemosis konjungtiva, gangguan penglihatan yang berat, kelemahan pasien, dan tanda-tanda meningitis oleh karena letak sinus kavernosus yang berdekatan dengan saraf kranial II, III, IV, dan VI, serta berdekatan juga dengan otak.

Pengobatan komplikasi orbita dari sinusitis berupa pemberian antibiotik intravena dosis tinggi dan pendekatan bedah khusus untuk membebaskan pus dari rongga abses. Manfaat terapi antikoagulan pada thrombosis sinus kavernosus masih belum jelas. Pada kasus tromboflebitis septik, terapi antikoagulan hanya akan menyebarkan (diseminata) thrombus yang terinfeksi. Angka kematian setelah thrombosis sinus kavernosus dapat setiggi 80%. Pada penderita yang berhasil sembuh, angka morbiditas biasanya berkisar antara 60-80%, di mana gejala sisa thrombosis sinus kavernosus seringkali berupa atrofi optik. B. Mukokel Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus. Kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mucus dan biasanya tidak berbahaya. Dalam sinus frontalis, etmoidalis, dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur di sekitarnya. Dengan demikian kista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakkan pada dahi atau fenestra nasalis dan

dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf di dekatnya. Piokel adalah mukokel terinfeksi. Gejala piokel hampir sama dengan mukokel meskipun lebih akut dan lebih berat. Eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua mukosa yang terinfeksi dan berpenyakit serta memastikan suatu drainase yang baik atau obliterasi sinus merupakan prinsip-prinsip terapi. C. Komplikasi Intrakranial 1. Meningitis Akut Di samping thrombosis sinus kavernosus, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut. Infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribiformis di dekat sistem sel udara etmoidalis. 2. Abses Dura Abses dura adalah kumpulan pus di antara dura dan tabula interna cranium; seringkali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini mungkin timbul lambat sehingga pasien mungkin hanya mengeluh nyeri kepala, dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intrakranial yang memadai, mungkin tidak terdapat gejala neurologic lain. Abses subdural adalah kumpulan pus di antara dura mater dan araknoid atau permukaan otak. Gejala-gejala kondisi ini serupa dengan abses dura yaitu nyeri kepala yang hebat dan demam tinggi dengan tanda-tanda rangsangan meningen. Gejala utama tidak timbul sebelum tekanan intrakranial meningkat atau sebelum abses memecah ke dalam ruang subaraknoid. 3. Abses Otak Serelah sistem vena dalam mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat dimengerti bahwa dapat terjadi perluasan metatastik secara hematogen ke dalam otak. Namun, abses otak biasanya terjadi melali tromboflebitis yang meluas secara langsung. Dengan demikian, lokasi abses yang lazim adalah pada ujung vena yang pecah, meluas menembus dura dan araknoid hingga ke perbatasan antara substansia alba dan grisea korteks serebri. Pada titik inilah akhir saluran vena permukaan otak bergabung dengan akhir saluran vena serebralis bagian sentral.

Kontaminasi substansi otak dapat terjadi pada puncak suatu sinusitis supuratif yang berat, dan proses pembentukan abses otak dapat berlanjut sekalipun penyakit pada sinus telah memasuki tahap resolusi normal. Oleh karena itu, kemungkinan terbentuknya abses otak perlu dipertimbangkan pada semua kasus sinusitis frontalis, etmoidalis, dan sfenoidalis supuratif akut yang berat, yang pada fase akut dicirikan oleh suhu yang meningkat tajam dan menggigil sebagai sifat infeksi intravena. Kasus seperti ini perlu diobservasi selama beberapa bulan. Hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, kakeksia sedang, demam derajat rendah sore hari, nyeri kepala berulang, serta mual dan muntah yang tak dapat dijelaskan mungkin merupakan satu-satunya tanda infeksi yang berlokasi dalam hemisfer serebri. Komplikasi-komplikasi intrakranial ini sekali-sekali tidak boleh ditafsirkan selalu berjalan mengikuti urutan dari meningitis ke abses lobus frontalis. Komplikasi ini dapat terjadi setiap saat dengan hanya sedikit atau tanpa keterlibatan varian lainnya. Pengobatan infeksi supuratif intrakranial yang berat kembali berupa terapi antibiotic yang intensif, drainase secara bedah pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi.

D. Osteomielitis dan Abses Subperiosteal Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri dan nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik berupa malaise, demam, dan menggigil. Pembengkakkan di atas alis mata juga lazim terjadi dan bertambah hebat bila terbentuk abses subperiosteal, dalam hal mana terbentuk edema supraorbita dan mata menjadi tertutup. Timbul fluktuasi dan tulang menjadi sangat nyeri tekan. Radiogram dapat memperlihatkan erosi batas-batas tulang dan hilangnya septa intrasinus dalam sinus yang keruh. Pada stadium lanjut, radiogram memperlihatkan

gambaran seperti digerogoti rayap pada batas-batas sinus, menunjukkan infeksi telah meluas melampaui sinus. Destruksi tulang dan pembengkakkan jaringan lunak, demikian pula cairan atau mukosa sinus yang membengkak paling baik dilihat dengan CT scan. Sebelum penggunaan antibiotic, penyebaran infeksi ke kalvaria akan mengangkat perikranium dan menimbulkan gambaran klasik tumor Pott yang bengkak. Pengobatan komplikasi ini termasuk antibiotik dosis tinggi yang diberikan intravena, diikuti insisi segera abses periosteal dan trepanasi sinus frontalis guna memungkinkan drainase. Suatu tabung drainase atau kateter dijahitkan ke dalam sinus hingga infeksi akut mereda sepenuhnya dan duktus frontonasalis berfungsi dengan baik. Jika duktus frontonasalis tidak lagi dapat diperbaiki, perlu dilakukan prosedur lanjutan untuk menciptakan suatu duktus frontonasalis baru. Pada osteomielitis kalvarium yang menyebar, diharuskan suatu debridement yang luas dan terapi antibiotik masif.

Anda mungkin juga menyukai