Anda di halaman 1dari 58

Laporan Survei Cepat Strata PHBS, Faktor Resiko Hipertensi dan Fungsi Fisiologis Keluarga di Desa Karangendep, Kecamatan

Patikraja

Kelompok 2 1. Nur Astuti Harahap 2. Tyasa Budiman 3. Sofia Kusumadewi 4. Silvia Rosyada 5. Windarto 6. Andika Pratiwi 7. Nurvynda Pratiwi 8. Agista Khoirul M 9. Atep Lutpia Pahlepi 10. Nahiyah Isnanda 11. Hesti Putri Anggraeni G1A010004 G1A010005 G1A010006 G1A010035 G1A010036 G1A010037 G1A010066 G1A010067 G1A010069 G1A010098 G1A010099

Pendamping Fakultas: Dr. Viva Ratih Bening Ati

COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENTAL MEDICINE II FAKULTAS KEDOKTERAN & ILMU ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN JUNI 2011

HALAMAN PENGESAHAN Laporan Survei Cepat Strata PHBS, Faktor Risiko Hipertensi dan Fungsi Fisiologis Keluarga di Desa Karangendep, Kecamatan Patikraja

Kelompok 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Nur Astuti Harahap Tyasa Budiman Sofia Kusumadewi Silvia Rosyada Windarto Andika Pratiwi Nurvynda Pratiwi Agista Khoirul M Atep Lutpia Pahlepi G1A010004 G1A010005 G1A010006 G1A010035 G1A010036 G1A010037 G1A010066 G1A010067 G1A010069 G1A010098 G1A010099

10. Nahiyah Isnanda 11. Hesti Putri Anggraeni

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan : Hari :

Tanggal :

dr. Viva Ratih Bening Ati

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Berdasarkan teori HL. Blum, status kesehatan atau derajat kesehatan dipengaruhi oleh herediter, pelayanan kesehatan, gaya hidup dan lingkungan. Sejalan dengan Visi Indonesia Sehat 2010 yang ingin mencapai bangsa Indonesia yang hidup dalam lingkunagn sehat, penduduk berperilaku hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, sehingga pada akhirnya dapat tercapai derajat kesehatan yang optimal. Dengan kepada visi tersebut maka pembangunan kesehatan dilandaskan Sehat, yaitu lebih mengutamakan upaya-upaya

Paradigma

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), tanpa mengesampingkan usaha kuratif dan rehabilitatif. Untuk menerapkan Paradigma Sehat, maka aspek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat menjadi salah satu program pemerintah untuk menilai status kesehatan pada tingkat rumah tangga (RT). PHBS sesuai dengan upaya mengutamakan pencegahan penyakit tanpa mengesampingkan upaya pengobatan. Jika setiap individu dan keluarga berperilaku sehat secara mandiri maka akan tercapai derajat kesehatan yang optimal. Paradigma sehat tersebut kemudian dijabarkan dan dioperasionalkan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pada level individu, keluarga, dan masyarakat. Sehingga PHBS menjadi budaya hidup setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk selalu mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri. Dalam rangka mengidentifikasi strata PHBS ditingkat Rumah Tngga, maka perlu dilakukan penilaian strata PHBS, khususnya di Kecamatan patikraja. Data/informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan tindak lanjut untuk meningkatkan kesehatan bahkan kesejahteraan masyarakat khususnya warga desa karangendep kecamatan patikraja.

B.

Tujuan a. Tujuan Umum: Mahasiswa mampu mengintegrasikan konsep determinan sehat sakit, upaya promotif dan preventif dengan menerapkan prinsip-prinsip pendekatan survey epidemiologi. b. Tujuan Khusus: 1. Mahasiswa mampu melakukan penilaian strata PHBS 2. Mahasiswa mampu melakukan penilaian fungsi fisiologis keluarga (Family APGAR) 3. Mengetahui prevalensi strata PHBS dan fungsi fisiologis keluarga 4. Mahasiswa mampu melakukan metode pengumpulan, pengolahan, analisis, penyajian, dan pelaporan data secara benar sesuai prinsipprinsip epidemiologi (statistik diskriptrif) 5. Mahasiwa mampu menjelaskan metode rapid survey sebagi salah satu metode pengumpulan data/informasi dari sebagian populasi yang dianggap mewakili (representatif)

C.

Manfaat 1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengintegrasikan konsep determinant sehat sakit, upaya promotif dan preventif dengan menerapkan prinsip-prinsip pendekatan survey epidemiologi. 2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar dapat melakukan penilaian tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan cara observasi langsung dan wawancara. 3. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang penilaian fungsi keluarga (Family APGAR). 4. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang prevalensi strata PHBS dan Fungsi Fisiologis Keluarga. 5. Melatih mahasiswa agar mampu melakukan metode pengumpulan, pengolahan, analisis, penyajian dan pelaporan data secara benar sesuai prinsip-prinsip epidemiology (statistik deskriptif).

6. Memperdalam pemahaman mahasiswa tentang metode rapid survey sehingga dapat menjelaskan metode tersebut sebagai salah satu metode pengumpulan data/ informasi dari sebagian populasi yang dianggap mewakili (representative).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Hidup Bersih & Sehat Sehat adalah karunia Allah yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak azasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak mengatkan bahwa: sehat memang bukan segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi tidak berarti (Azwar,2006) Karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga (Azwar,2006). Perilaku merupakan faktor terbesar yang memengaruhi derajat

kesehatan seseorang, yang kemudian diikuti oleh faktor lingkungan, layanan kesehatan, dan keturunan (genetik). Untuk merubah perilaku seseorang atau masyarakat perlu dilakukan upaya promosi kesehatan yang terus menerus oleh semua komponen masyarakat (Azwar,2006). a. Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegoiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasankesehatan. b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menyimpatakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (sosial support) dan pemberdayaan

masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. c. Rumah Tangga adalah wahana atau wadah, dimana keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-anaknya menjalani kehidupan sehari-hari. d. PHBS Tatanan Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu malakukan tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. e. PHBS Tatanan Institusi Pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan setiap hari untuk berperilaku Hidup sehat yaitu : a. Makan aneka ragam makanan sesuai dengan pedoman gizi seimbang yaitu dengan tinggi serat rendah lemak, tidak berkebihan, serta selalu memantau berat badan. b. Melakukan aktivitas fisik yang teratur untuk menjaga kesehatan, seperti jalan cepat, senam, dan renang. c. d. e. Mengendalikan stress Hindari NAPZA (Narkotik, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya) Tidak melakukan hubungan seksual diluar nikah

B. Hipertensi Darah tinggi bukanlah tingkat emosi yang berlebihan. Emosi dan stress dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat, namun hanya sementara. Darah tinggi atau hipertensi berarti tekanan tinggi didalam arteriarteri. Arteri-arteri adalah pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah dari jantung yang memompa ke seluruh jaringan dan organ-organ tubuh. Tekanan darah terdiri dari sistolig (tekanan didalam arteri ketika jantung berkontraksi

dan memompa darah maju ke dalam arteri-arteri), dan diastolik (mewakili tekanan di dalam arteri-arteri ketika jantung istirahat (relax) setelah kontraksi) (Ginting, 2011). Hipertensi terdiri dari hipertensi primer (primary hypertension) dan hipertensi sekunder (secondary hypertension). a. Hipertensi Primer Hipertensi primer adalah suatu kondisi yang lebih sering terjadi pada banyak orang. Penyebab dasar yang mendasarinya tidak selalu diketahui, namun dapat terdiri dari beberapa faktor antara lain: 1) Tekanan darah tidak terdeteksi (diastolik < 90 m Hg, sistolik > 105 mmHg) 2) Peningkatan kolesterol plasma (> 240-250 mg/dl)

3) Kebiasaan merokok / alcohol 4) Kelebihan Berat Badan / Kegemukan / Obesitas

5) Kurang olah raga 6) Penggunaan garam yang berlebihan

7) Peradangan ditandai peningkatan C reactive 8) Gagal ginjal (renal insufficiency) 9) Faktor genetic / keturunan 10) Usia Kekakuan atau kehilangan kelenturan pada arteri kecil yang paling jauh dari jantung (peripheral arteries atau arterioles) dimana penyebabnya belum diketahui secara pasti. b. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu kelainan spesifik dari suatu organ tertentu atau pembuluh darah, seperti ginjal, kelenjar adrenal, atau arteri aorta. 1) Peningkatan trigliserida plasma 2) 3) Kelebihan Berat Badan / Kegemukan / Obesitas Penyakit Kencing Manis / Diabetes

4) Stress kronis 5) Pil KB

6) Vasektomi 7) Kebiasaan merokok / alcohol 8) Kelainan spesifik dari suatu organ tertentu atau pembuluh darah, seperti ginjal, tumor kelenjar adrenal, dan kelainan aorta. Hipertensi sederhana umumnya terjadi tanpa gejala-gejala apapun (diam-diam). Hipertensi dapat berlanjut pada komplikasi penyakit jantung atau stroke. Hipertensi sederhana mungkin hadir dan tetap tidak diketahui untuk bertahun-tahun, bahkan sampai dekade-dekade (puluhan tahun). Beberapa penderita sampai pada kondisi darurat (Malignant hypertension) umumnya merasakan gejala: a. b. c. d. e. f. Sakit kepala berat Pusing-pusing Kehabisan napas Penglihatan kabur Mual Kadangkala gagal ginjal (Ginting, 2011).

C. Fungsi Fisiologis Keluarga Apgar score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. a. Adaptation Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota keluarga yang lain. b. Partnership Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut. c. Growth Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut. d. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga. e. Resolve Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihasilkan bersama anggota keluarga yang lain (Lestari, 2007).

D. Status Kesehatan Kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan ekonomi. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Menurut WHO Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan
(Asmadi,2005 dan Richo,2009)

Status Kesehatan adalah suatu keadaan kedudukan orang dalam tingkatan sehat atau sakit. Status kesehatan jiwa individu sangat menentukan kualitas hidup, karena status kesehatan jiwa yang buruk akan menurunkan indeks pembangunan manusia Indonesia (Asmadi,2005). Faktor yang mempengaruhi status kesehatan menurut Hendrik Bloom yaitu : 1. Hereditas atau keturunan Secara sederhana penyakit manusia dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, salah satunya adalah penyakit yang disebabkan oleh factor gen. penyakit ini disebut juga sebagai penyakit herediter atau keturunan (Asmadi,2005). 2. Layanan Kesehatan Layanan kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan individu khususnya dan masyarakat umumnya. Beberapa aspe layanan kesehatan yang dapan memengaruhi status kesehatan adalah sebagai berikut a. Tempat layanan kesehatan

Letak geografis tempat layanan kesehatan dapat mempengaruhi keterjangkauan masyarakat terhadap layanan kesehatan dan

keterjangkauan petugas kesehatan dalam memberikan layanan kepada masyarakat, terutama petugas puskesmas. b. Kualitas petugas kesehatan Jika petugas kesehatan tidak memiliki kompetensi yang berkualitas, bukan kesembuhan yang akan masyarakat peroleh, melainkan penderitaan atau bahkan kematian yang mungkin masyarakat dapatkan. c. Biaya kesehatan Tingginya biaya pengobatan menyebabkan tidak semua orang mampu memanfaatkan layanan kesehatan. d. System layanan kesehatan Layanan kesehatan terdepan bukan semata berfokus pada

pengobatan, tetapi juga pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. dalam system ini, kita tidak lagi menekankan upaya kuratif melainkan upaya promotif dan preventif 3. Lingkungan Lingkungan adalah pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu orgisme. Secara umum lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu: a. Lingkungan fisik Yaitu lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia. Lingkungan fisik ini meliputi banyak hal seperti cuaca,musim, keadaan geografis, struktur geologis dan lain-lain b. Lingkungan non fisik Yaitu lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi antar manusia. Lingkungan non fisik ini meliputi social-budaya, norma, nilai, adat istiadat dan lain-lain 4. Perilaku Jika perilaku individu, keluarga dan masyarakat sehat, dapat dipastikan akan sehat pula hasilnya. Begitu juga sebaliknya. Perilaku manusia bukan

sesuatu yang berdiri senduri, melainkan dipengaruhi oleh banyak factor seperti pendidikan, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan, social ekonomi dan sebagainya (Asmadi,2005).

E. Kerangka Teori

UMUR

PREVALENSI

JENIS KELAMIN

DEFINISI : Perilaku hidup bersih dan sehat PHBS

BATASAN VARIABEL PENELITIAN PREVALENSI :

HIPERTENSI

BATASAN KONSEP PENELITIAN : 1. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat 2. Mengetahui fungsi fisiologi keluarga 3. Mengetahui status kesehatan yang langsung di interpretasikan saat pengumpulan data

PHBS : 1. Persalinan dan pelayanan kesehatan 2. Asi eksklusif 3. Penimbangan teratur 4. Ketersediaan Makanan bergizi 5. Ketersediaan Air bersih 6. Ketersediaan Jamban 7. Ketersediaan Tempat sampah 8. Lantai kedap air 9. Gaya hidup ( merokok, miras, cuci tangan dan gosok gigi). 10. Adanya JPK, PSN

F. Kerangka Konsep
Inform Consent

Family APGAR Mempersiapkan materi Membagi Klaster Melakukan PL Data PHBS

Metode PL

Kuesioner Hipertensi

Kuosioner

Wawancar a

Observasi

Laporan

Bagan dan Grafik

Hasil Praktik Lapangan

Pemrosesan Data

Pengumpulan Data

Faktor Risiko Penyakit Hipertensi

BAB III METODE

A.

Jenis Penelitian Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan, pengumpulan data hendaknya menggunakan metode yang lazim. Bila data primer yang ingin kita kumpulkan maka dapat dilakukan dengan sampling survey atau dengan langsung menemui penderita. (Budiarto, 2002) Survey merupakan kegiatan atau usaha pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi. Informasi dari masyarakat dapat diperoleh dengan alat bantu atau dikenal sebagai instrument penelitian baik yang berupa kuesioner maupun peralatan lain untuk pengukuran misalnya timbangan untuk megukur berat, meteran untuk mengukur panjang atau tinggi subjek penelitian. Informasi yang bisa didapat berupa informasi tentang cakupan atau prevalensi suatu kejadian, bisa juga informasi mengenai hubungan antar variabel. Pada pengambilan data secara survey, biasanya jumlah respondennya cukup banyak sehingga tidak mungkin dilakukan menyeluruh tetapi dilakukan dengan pengambilan sampel. Sebelum dilakukan survey perlu dipertimbangkan dahulu masalah waktu, biaya dan tenaga yang tersedia. Kegiatan survey seringkali memerlukan biaya, waktu dan tenaga besar maupun prosedur yang rumit apabila mencakup pada skala luas. Untuk itu perlu dikembangkan adanya suatu metode survey yang sederhana, relative murah, cepat dan tepat sehingga informasi yang didapatkan hanya berdasarkan laporan kegiatan rutin saja kurang memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan. (Budiarto, 2002) World health organization (WHO) telah mengembangkan teknik survey yang cepat dan murah untuk mengevaluasi program imunisasi. Teknik survey ini dikenal sebagai metode survey cepat (Rapid Survey Method) dan ternyata ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi program kesehatan lain. (Ariawan, 2005) Metode survey yang digunakan dalam praktek lapangan ini adalah metode survey cepat. Metode ini menerapkan rancangan sampel klaster dua tahap, dengan

pemilihan klaster pada tahap pertama secara probability proportionate to size. Pemilihan sampel pada tahap kedua, yaitu pemilihan sampel rumah tangga dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random) atau dengan menerapkan rumah terdekat. Ciri khas dari survey cepat adalah: 1. 2. Digunakan untuk mengukur kejadian yang sering terjadi di masyarakat Pengambilan sampel secara kluster dua tahap, dimana untuk tiap kabupaten diambil sebanyak 30 klaster dan masing-masing klaster diambil sebanyak 7 sampai 10 responden saja. 3. Jumlah pertanyaan cukup 20-30 pertanyaan saja dan bersifat sederhana, (hal ini karena survey ini bersifat cepat) 4. Rancangan sampel, memasukkan data, pengolahan dan aanlisis data dilakukan dengan bantuan computer (program yang bisa digunakan adalah Epi Info dan CSurvey) 5. 6. Waktu sejak pelaksaan sampai pelaporan bisa dilakukan secara singkat Analisa data, penyajian data dan hasil survey disajikan denagn memakai teknik statistik yang sederhana denagn tetap memperhatikan kaidah statistik yang berlaku. (Ariawan, 1996) Keuntungan pengumpulan data dengan metode survei cepat adalah kita dapat mendapatkan data primer yang dapat dipercaya dengan cara yang mudah, waktu yang singkat dan biaya yang terjangkau. (Budiarto, 2002)

B.

Populasi dan Sampel Data yang digunakan untuk survey dapat berupa populasi dan sampel. Perbedaan terpenting adalah pada saat penentuan besar sampel dan teknik pengambilan sampel. Populasi adalah kumpulan individu atau elemen yang ingin kita ketahui karakteristiknya. Populasi dapat berupa kumpulan orang/individu atau kumpulan barang. Populasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah semua keluarga desa Karangendep, kecamatan Patikraja, Banyumas. Sampel adalah yaitu kumpulan elemen yang tidak overlapping dari populasi yang mencakup populasi keseluruhan. Secara ideal, survai harus mencakup semua

orang yang termasuk dalam populasi. Sampel pada penelitian ini adalah warga desa Karangendep kecamatan Patikraja, Banyumas dengan jumlah total 33 keluarga. Hasil yang kita diperoleh dari sampel tidak akan persis sama dengan apa yang ada di dalam populasi. Perbedaan antara apa yang diperoleh dari sampel dengan yang sebenarnya pada populasi disebut sampling error. Kesalahan ini selalu terjadi pada survai yang tidak mengikut sertakan seluruh populasi. Namun kesalahan ini dapat diperkecil dengan cara: memilih sampel secara tidak bias, dan memilih sampel yang cukup besar (Wibowo, 2005). Kriteria sampel harusmemenuhi criteria inklusi sebagai berikut : a. Keluarga merupakan penduduk tetap desa Karangendep kecamatan Patikraja, Banyumas. b. Bersedia menjadi responden dengan mengisi lembar inform consent

C.

Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai dam variasi nilai itu tampak jika variabel itu didefinisikan secara operasional dan ditentukan tiingkatannya. Terdapata empat tingkatan skala variabel yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. (Darwis, 2003) Ciri utama variabel adalah adanya keanekaragaman. Adapun yang disebut dengan variabel aktif dan variabel atribut. Variabel adalah variabel penelitian yang dapat dimanipulasi dengan cara tertentu sedangkan variabel atribut adalah variabel yang harus dilihat apa adanya dan tidak dapat dimanipulasi. (Darwis, 2003) Contoh variabel atribut antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Umur Jenis Kelamin Intelegensi Pendidikan Status sosial Tempat tinggal

7.

Status ekonomi dll. (Darwis, 2003) Untuk menentukan variabel penelitian juga dapat diketahui berdasarkan

karakteristik demografi meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. Usia Jenis kelamin Tingkat pendidikan Pekerjaan Penghasilan

1.

Usia a. Skala data kontinyu 1) Uji Normalitas Data dengan : a) Nilai Mean = Median b) Koefisien varians c) Kurtosis dan Skewness d) Gambar histogram, data sesuai kurva normal e) Uji K-S atau S-W, nilai kemaknaan P > 0,05

2) Distribusi normal, data disajikan sebagai nilai mean (SD) 3) Tidak berdistribusi b. Skala data kategori Data disajikan sebagai sebaran frekuensi n (%) c. SKRT 2004 1) Usia 25 34 tahun 2) Usia 35 44 tahun 3) Usia 45 55 tahun 2. Jenis kelamin Skala data kategori, data disajikan sebagai sebaran frekuensi n (%) a. b. 3. Laki Laki Perempuan

Pendidikan Skala data kategori, data disajikan sebagai sebaran frekuensi n (%)

a. b. c. d. e. f. g. 4.

Tidak Sekolah SD SLTP SLTA D3 S1 S2

Pekerjaan Skala data kategori, data disajikan sebagai sebaran frekuensi n (%) a. b. c. d. e. PNS BUMN Karyawan Swasta Petani Buruh Dll.

5.

Penghasilan Skala data kategori, data disajikan sebagai sebaran frekuensi n (%) a. b. c. d. Rp 650.0000 Rp 700.000 1.500.000 Rp 1.500.000 3.000.000 Rp 3.000.000

D.

Definisi Operasional Untuk menyamakan pengertian variabel penelitian, maka ditentukan definisi operasional. Definisi operasional berperan menjadi penghilang bias dalam mengartikan suatu ide/maksud yang biasanya dalam bentuk tertulis. Tabel III. 1 Variabel Penelitian

No. 1.

Variabel Umur

Definisi Operasional Umur responden dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir

Hasil Ukur / Kategori Umur (WHO) 1. 25-35 2. 36-45

Skala Ordinal

yang sudah dilewati saat penelitian berlangsung 2.

3. 46-55 4. 56-65

Kedudukan dalam Posisi responden di 1. Kepala keluarga keluarga dalam keluarganya 2. Istri 3. Anak

3.

Jenis kelamin

Penandaan responden 1. Laki-laki ke dalam kategori 2. Perampuan dan

Nominal

laki-laki perempuan berdasarkan

karakteristik biologis 4. Genetik, riwayat Faktor keturunan yang 1. Ada Keluarga yg hipertensi 2. Tidak ada keluarga yg Hipertensi Nominal

keluarga/keturunan dimaksud adalah adanya riwayat hipertensi dalam keluarga yaitu orang tua atau saudara kandung. 5. Diet tinggi garam Kebiasaan responden dalam mengkonsumsi makanan yang rasanya asin. 6. Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh Kebiasaan makan makanan yang mengandung lemak jenuh sehari-hari dalam periode waktu tertentu sebelum terdiagnosis

Intensitas : 1. Sering 2. Tidak Pernah

Nominal

1. Sering, setiap hari s/d 3 x seminggu mengkonsumsinya 2. Sedang, 1-2x Semingu mengkonsumsinya 3. Jarang,belum tentu

Ordinal

hipertensi (Bustan, MN.,1997).

seminggu sekali mengkonsumsinya. 4. Tidak pernah, jika tidak suka makanan yg mengandung lemak jenuh

7.

Berat badan

Berat badan responden 1. Kurus hasil terakhir penimbangan 2. Sedang 3. Berat 4. Gemuk 5. Obesitas

Ratio

8.

Kebiasaan merokok

Perilaku

menghisap 1. Perokok berat (lebih dari 12 batang per hari)

Ordinal

rokok dan atau pernah merokok sehari-hari hipertensi (Bustan,MN.,1997) dalam

sebelum 2. Perokok sedang (10 20 batang per hari) 3. Perokok ringan (kurang dari 10 batang per hari) 4. Bukan perokok (tidak memiliki kebiasaan merokok)

9.

Kebiasaan konsumsi alkohol

Kebiasaan responden mengkonsumsi minuman beralkohol sehari-hari dalam periode waktu tertentu sebelum terdiagnosis hipertensi.

1. Sering, setiap hari sampai dengan 3 kali seminggu mengkonsumsi 2. Kadang, < 1 kali Semingu mengkonsumsinya 3. Tidak pernah,

Ordinal

responden tidak pernah konsumsi 10. Kebiasaan olahraga Kebiasaan responden 1. Tidak pernah berolah untuk minimal setiap hari. berolahraga 30 menit raga, jika responden tidak pernah melakukan kegiatan olah raga 2. Olah raga tidak ideal, jika responden melakukan olah raga tertentu kurang dari seminggu 3 kali dengan waktu kurangdari 30 menit 3. Olah raga ideal, jika Responden melakukan olah raga tertentu minimal 3 kali seminggu dengan waktu minimal 30 menit. 11. Tingkat pendidikan Pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan tinggi. 1.Ttidak pernah sekolah 2. SD 3. SLTP 4. SLTA 5. D2 6. D3 7. S1 8. S2 12. Jenis pekerjaan Pekerjaan pokok yang 1. PNS Nominal Ordinal Ordinal

dikerjakan sehari-hari oleh responden

2. BUMN 3. Karyawan swasta 4. Petani 5. Buruh 6. Pekerjaan yang

lainnya 13. Penghasilan Jumlah rata-rata uang yang diperoleh responden dalam waktu satu bulan Kriteria : 1. < Rp 650.000 2. Rp 700.000 Rp 1.500.000 3. Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 4. > Rp 3.000.000 14. Strata PHBS a. KIA dan gizi a. Pengetahuan responden mengenai pentingnya kesehatan ibu dan anak serta gizi b. Pengetahuan b. Kesehatan lingkungan responden mengenai aspek kesehatan lingkungan c. Kebiasaan hidup c. Gaya hidup sehari-sehari responden d. Pengetahuan d. Upaya kesehatan masyarakat responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan upaya kesehatan, Rasio Nominal

mulai dari keikutsertaan dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk. 15. Hipertensi Suatu keadaan dimana tekanan darah responden melebihi batas normal, yaitu sistolik 120 mmHg dan Diastolik > 80 mmHg. Borderline : TS : 140 159 mmHg. TD : 90 99 mmHg. Ringan : TS : 160 179 mmHg. TD : 100 109 mmHg. Sedang : TS : 180 209 mmHg. TD : 110 119 mmHg. Berat : TS : > 210 mmHg. TD : > 120 mmHg. 16. Fungsi keluarga fisiologis Instrumen skrining untuk menilai disfungsi keluarga responden, menilai kepuasan responden terhadap hubungan interaksi keluarga. Sumber : Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Praktik Lapangan CHEM II 1. Sering / selalu 2. Kadang 3. Jarang / tidak Ordinal Ordinal

E. Metode Pengumpulan Variabel Metode yang digunakan dalam survai kesehatan ini adalah metode survai cepat (rapid survey method). Metode ini menerapkan rancangan sampel klaster dua tahap, dengan pemilihan klaster pada tahap pertama secara probability proportionate to size. Pemilihan sampel pada tahap kedua, yaitu pemilihan sampel rumah tangga dilakukan dengan cara acak sederhana (simple random) atau dengan menerapkan rumah terdekat (Nugroho, 2009). Cara pengambilan sampel yang dilakukan menurut WHO adalah cara sampel klaster 2 tahap. Pada tahap pertama dipilih sejumlah klaster, dan pada tahap kedua barulah dipilih subyek survai. Pada survai cepat ini, pada tahap pertama memilih klaster yang diambil secara random sebagai sampel adalah 30 klaster, dan selanjutnya pada tahap ke dua, masing-masing klaster diambil subyek survei bisa berupa perorangan atau KK sebanyak 7 s.d 10 responden. Secara praktis dapat dikatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30 x 7 s.d 10 responden, (30 klaster / desa. 7 s.d 10 orang tiap klaster / desa) sudah mencukupi untuk estimasi proporsi kejadian berkisar 15%- 85%, sehingga total sampel yang terkumpul adalah 30 x 7 s.d 10 = 210 s.d 300. Agar pemilihan sampel dapat secara adil, besar sampel pada tiap klaster harus sebanding dengan besar relatif klaster tersebut, artinya tiap klaster / desa yang terpilih jumlah subyek juga berbeda. Hal ini tidak praktis dan perlu modifikasi agar tiap klaster jumlah subyek yang terpilih bisa sama. Caranya pemilihan klaster pada tahap pertama menggunakan cara probabilitas proporsional dengan besar klaster (probability Proportionate to size/ PPS), yaitu pada desa dengan jumlah penduduk lebih besar maka kemungkinan untuk menjadi klaster yang terjadi juga lebih banyak, misalnya desa dengan penduduk kecil kemungkinan hanya terjadi 1 klaster, sedangkan penduduk yang jumlah banyak bisa menjadi beberapa klaster sesuai dengan proporsi besar klaster.

F.

Analisis Univariat Dalam analisis data dibedakan tingkatannya yaitu analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Penelitian analisis univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005). Analisis

univariat merupakan analisis setiap variabel yang dinyatakan dengan sebaran frekuensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara persentase, disertai dengan penjelasan kualitatif. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi suatu informasi yang berguna. peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil 1. Gambaran Umum Kecamatan Patikraja a) Keadaan Geografis Kecamatan Patikraja merupakn bagian dari wilayah Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 43,23 km 2 dan berada pada ketinggian 30 200 m dari permukaan laut.Batas-batas wilayah Kecamatan Patikraja sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Kecamatan purwokerto selatan 2. Sebelah Selatan: Kecamatan rawalo dan kec.kebasen 3. Sebelah Timur : Kecamatan kalibagor dan kec. banyumas 4. Sebelah Barat : Kecamatan cilongok Kecamatan Patikraja terdiri dari 13 desa, karekteristik desa-desa tersebut seperi tabel di bawah ini : Tabel 4.1 Letak Geografis Tiap Desa Jarak dari kecamatan ke kantor desa (km) 2 5 4 0.3 1 3 4 5 2 2 Tinggi desa dari permukaan laut 3 75 74 69 74 65 60 56 71 66

No

Desa

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sawangan wetan Karangendep Notog Patikraja Pegalongan Sokawera kidul Wlahar kulon Kedung randu Kedungwuluh kidul

10 11 12 13

Kedungwuluh lor Karanganyar Sidabowa kedungwringin

3 4 4 5

67 65 74 75

Sumber Data: Kantor Kecamatan Patikraja Pemanfaatan tanah di Kecamatan Patikraja adalah sebagian besar luas tanah merupakan tanah sawah. Tanah sawah sendiri terdiri dari berbgabai jenis pengairan. Berikut ini data pengairan sawah (HA) di kecamatan parikraja : Tabel 4.1 Luas Kecamatan Menurut Desa dan Penggunaan tanah pada akhir 2009 Tabah sawah menurut jenis pengairan (HA) no Desa Irigasi tehkni 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sawangan wetan Karangendep Notog Patikraja Pegalongan Sokawera kidul Wlahar kulon Kedung randu Kedungwuluh kidul 2 79.6 92 126.1 88.1 206.9 44.7 89.6 70.3 94.1 Irigasi 1/2 tehkni 3 12.8 11.7 1.5 19.2 65.5 53.3 71.4 20.8 15.5 17.9 10.1 6.5 29.3 36.3 17 4 5 53.3 71.4 113.3 92 141.6 117.7 101 214.9 74 145.1 70.3 176.6 sederhana Jumlah

10 Kedungwuluh lor 11 Karanganyar 12 Sidabowa

13 Kedungwringin JUMLAH

30.6 922

110.7

33.1 402.3

63.7 1435

Sumber Data: DIPERTAN Patikraja b) Keadaan Demografi Jumlah Penduduk di Kecamatan Patikraja adalah sebanyak 49333 jiwa, yang terdiri dari 24734 laki-laki dan 24601 perempuan dari total penduduk. Jumlah kepala keluarga sebanyak 15744 KK. Penduduk di kecamatan ini terus meningkat walaupun dengan rasio tingkatan yang berbeda setiap tahunnya di amati dari tahun 1990 sampai dengan 2009. Tercatat peningkatan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 1998 dengan peningkatan sebesar 1,25%. Jumlah penduduk terbanyak berasal dari desa sidabowa yaitu 6471 jiwa sedangkan Jumlah penduduk terendah adalah desa karanganyar dengan jumlah penduduk sebesar 1716 jiwa. Kepadata penduduk di Kecamatan Patikraja sebesar 1141 jiwa /km . Tercatat Desa terpadat adalah Desa Patikraja dengan jumlah kepadatan sebesar 2915 jiwa/km2, sedangakan desa dengan kepadatan penduduk terendah adalah Desa sokawera kidul dengan jumlah kepadatan penduduk sebasar 647 jiwa/km2. a. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jumlah Penduduk di Kecamatan Patikraja adalah sebanyak 49333 jiwa, yang terdiri dari 24734 laki-laki dan 24601 perempuan dari total penduduk. Jumlah kepala keluarga sebanyak 15744 KK sedangkan sex ratio adalah 101. Berikut data lengkapnya :
2

Tabel 4.3 Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tiap Desa Keadaan Akhir Tahun 2009 Lakino Desa 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Sawangan wetan Karangendep Notog Patikraja Pegalongan Sokawera kidul Wlahar kulon Kedung randu Kedungwuluh kidul Kedungwuluh lor Karanganyar Sidabowa Kedungwringin JUMLAH laki 2 1807 1682 2704 2490 1090 1189 938 2737 1255 1950 860 3181 2849 24732 3 1750 1677 2667 2494 1161 1186 814 2789 1158 1907 856 3290 2852 24601 4 3557 3359 5371 4984 2251 2375 1752 5526 2413 3857 1716 6471 5701 49333 5 103 100 101 100 94 100 115 98 108 102 100 97 100 101 wanita jumlah Sex ratio

Sumber Data: Kantor Kecamatan Patikraja b. Penduduk Menurut Usia Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Patikraja terbagi menjadi 16 kelompok umur. Penduduk terbanyak adalah penduduk yang berada pada kelompok umur 0 - 4 tahun, yaitu sebanyak 4732 jiwa. Sedangkan kelompok umur lebih dari 74 tahun merupakan kelompok umur terendah, yaitu sebesar 876 jiwa. Penduduk yang barada pada kelompok umur 0 4 tahun paling

banyak terdapat pada desa kedungrandu dengan

jumlah penduduk

sebesar 536 jiwa sedangkan penduduk yang barada pada kelompok umur lebih dari 74 tahun paling banyak terdapat pada desa Notog dengan jumlah penduduk sebesar 133 jiwa. c. Penduduk Menurut tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Patikraja masih sangat minim soal pendidikan dikarenakan hasil pencatatan hanya terdapat satu sekolah mengah atas di kecamatan tersebut yang terdiri dari 13 desa dan tidak setiap desa mempunyai sarana tempat pembelajaran. d. Penduduk Menurut Pekerjaan Sebagian besar penduduk Kecamatan patikraja bermata

pencarian di bidang pertanian dan perternakan. Terdepat juga perdagangan di kecamatan ini namun tidak sebanyak penduduk yang bermata pencarian sebagai petani dan peternak. c) Sarana Prasarana Sarana kesehatan di kecamatan Patikraja, terdiri dari: 1. Puskesmas, dikecamatan Patikraja hanya ada satu puskesmas, dan hanya terdapat pada desa Patikraja. 2. Posyandu Posyandu di wilayah kecamatan Patikraja ini sudah mulai banyak dan merata tercatat desa 90 posyandu yang tersebar di kecamatan ini. 3. Pusling Sarana kesehatan ini hanya ada di empat tempat saja, yaitu di desa pegalongan, wlahar kulon, kedungwuluh lor dan sidabowa. Masingmasing desa hanya terdapat satu pusling. 4. Polindes Polindes di kecamatan patikraja sudah hampir tersebar di setiap desa. Tercatat hanya tiga desa yang tidak mempunyai sarana kesehatan ini. Desa tersebut ialah notog, patikraja, kedungrandu.

2. Gambaran Umum Desa Karangendep a) Keadaan Geografis a. Luas Desa i. Tanah Sawah 1. Sawah tadah hujan = 90,6 ha

ii. Tanah Kering 1. 2. Tegal/lading Pemukiman = 10 ha = 146,73 ha

iii. Tanah Perkebunan 1. Tanah perkebunan rakyat = 60 ha

iv. Tanah Fasilitas Umum 1. 2. 3. 4. Kas desa Lapangan Perkantoran pemerintah Lainnya = 1,93 ha = 0,73 ha = 0,098 ha = 1,612 ha

v. Tanah Hutan Hutan produksi b. Tipologi Desa sekitar hutan c. Orbitasi i. Berada di ibu kota kecamatan terdekat ii. Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat iii. Lama tempuh ke ibu kota kecamatan terdekat = ya/tidak = 3 km = 0,25 jam = 202,6 ha

iv. Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan terdekat = Koperades v. Jarak ke ibu kota kabupaten terdekat vi. Lama tempuh ke ibu kota kabupaten terdekat vii. Kendaraan umum ke ibu kota kabupaten terdekat d. Iklim i. Jumlah unlan hujan ii. Suhu rata-rata harian iii. Tinggi tempat = 6 bulan = 300C = 25 mdl = 15 km = 0,5 jam = Angkutan kota

iv. Benteng wilayah b) Keadaan Demografi

= berbukit

a. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jumlah laki-laki 1.978 orang Jumlah perempuan 1.879 orang b. Penduduk Menurut Usia Table 4.4 Data Penduduk menurut usia
Umur (tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Jumlah (orang)

71 70 70 72 64 64 63 63 64 68 69 71 67 71 72 74 74 73 75 62 61 63

Umur (tahun) 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51

Jumlah (orang)

53 53 54 53 51 50 53 53 53 51 53 52 54 53 51 50 53 53 53 50 53 52

23 24 25 26 27 28 29

62 61 54 52 50 53 53

52 53 54 55 56 57 58>

54 53 51 50 53 53 379

Sumber Data: Balai Desa Karangendep

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Belum sekolah Usia 7-45 tahun tidak pernah Sekolah Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat Tamat SD/sederajat SLTP/sederajat SLTA/sederajat D-1 D-2 D-3 S-1 S-2 S-3 c. Penduduk Menurut Pekerjaan Petani Buruh tani Buruh/swasta Pegawai negeri Pengrajin = 523 orang = 741 orang = 204 orang = 26 orang = 2 orang = 711orang = 105 orang = 301 orang = 1.932 orang = 468 orang = 294 orang = 10 orang = 13 orang = 8 orang = 15 orang ===-

Pedagang Peternak Nelayan Montir Dokter Penderes TNI/Polri Penjahit Tukang kayu/batu

= 66 orang ===== 205 orang = 5 orang = 5 orang = 155 orang

c) Sarana dan Prasarana a. Pendidikan i. Sarana dan prasarana pendidikan 1. TK a. Jumlah murid b. Jumlah guru 2. SD/sederajat a. Jumlah murid b. Jumlah guru 3. SLTP/sederajat a. Jumlah murid b. Jumlah guru 4. SLTA/sederajat a. Jumlah murid b. Jumlah guru 5. Lembaga pendidikan keagamaan a. Jumlah peserta didik b. Jumlah pengajar b. Kesehatan i. Sarana Kesehatan 1. Jumlah dokter umum == 2 unit = 71orang = 4 orang = 2 unit = 437 orang = 26 orang ======= 2 unit = 145 orang = 7 orang

2. 3. 4. 5. 6.

Jumlah dokter gigi Jumlah dokter spesialis lainnya Jumlah paramedis Jumlah dukun terlatih Bidan desa

===== 2 orang

ii. Prasarana Kesehatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Rumah sakit umum Puskesmas Puskesmas pembantu Poliklinik/balai pengobatan Apotik Posyandu Toko obat Alat bedah Tempat menyimpan obat === 1 unit = 1 unit == 6 unit ====-

10. Tempat dokter praktek 3. Analisis Univariat

Tabel 4.5 Distribusi Karakterisitik Responden NO 1 USIA RESPONDEN < 20 Tahun 20 - 40 Tahun 41 - 60 Tahun > 60 Tahun 2 JENIS KELAMIN RESPONDEN Laki-laki Perempuan 3 JUMLAH ANGGOTA KEL < 2 Orang 2 Orang 3-4 Orang > 4 Orang 1 9 8 15 3.03% 27.27% 24,24% 45.45% 7 26 21.21% 78.79% 0 4 13 16 0.00% 12.12% 39.39% 48.48% KARATERISTIK JUMLAH %

BENTUK KELUARGA Nuclear Family (Keluarga Inti) Extended Family (Keluarga Besar) Single parent Three Generation Family (Keluarga Tiga Generasi) 21 8 2 2 0 0 1 1 1 7 9 14 11 19 2 1 0 0 0 0 0 0 14 11 8 29 2 2 0 63.64% 24.24% 6.06% 6.06% 0.00% 0.00% 3.03% 3.03% 3.03% 21.21% 27.27% 42.42% 33.33% 57.58% 6.06% 3.03% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 42.42% 33.33% 24.24% 87.88% 6.06% 6.06% 0.00%

STAGE KELUARGA Married Couples (Perkawinan Awal) Childbearing Family (Keluarga dengan Bayi) Fam. With Preschool Children (Keluarga dengan Anak Prasekolah) Fam. With Schoolchildren (Keluarga dengan anak sekolah) Fam. With Teenagers (Keluarga dengan anak remaja) Fam launching young adult (Keluarga dengan anak meninggalkan keluarga) Middle-Age Parents (Orang Tua Usia Menengah) Aging Family Members (Keluarga Jompo)

PENDIDIKAN RESPONDEN Tidak Sekolah SD SLTP SLTA D3 S1 S2

PEKERJAAN RESPONDEN PNS BUMN Karyawan Swasta Petani Buruh Lain-lain

PENGHASILAN RATA/BULAN < Rp 650.000 Rp 700.000 - Rp 1.500.000 RP 1.500.000 - Rp 3.000.000 > 3.000.000

FAMILY APGAR Sehat Kurang sehat Tidak sehat 32 1 0 2 7 24 0


4

96.97% 3.03% 0.00% 6.06% 21.21% 72.73% 0.00% 12.12% 75% 25% 0% 75% 25% 33.33% 81.82% 18.18% 30.30% 87.88% 24.14% 37.93% 13.79% 24.14% 12.12% 87.88% 10.34% 44.82% 34.45% 10.34% 12.12%

10

STRATA PHBS RT Pratama Madya Utama Paripurna

15

FAKTOR RISIKO Merokok Kurang dari 1/2 bubgkus/hari 1 bungkus/hari Lebih dari 1 bungkus/hari Jenis rokok kretek Jenis rokok filter Olahraga 1 minggu sebanyak 3x selama 30 menit 1 minggu tidak sebanyak 3x selama 30 m3nit Riwayat hipertensi Makan asin Setiap hari 3x/minggu 1-2x/minggu Tidak setiap minggu Tidak pernah (tdk suka makan asin) Pakai jelantah Setiap hari 3x/minggu 1-2x/minggu Tidak setiap minggu Tidak pernah (tdk suka makan gorengan) 3 1 0 3 1
11

9 2
10 29

7 11 4 7 4
29

3 13 10 3 4

Usia Responden
18 16 14 Jumlah responden 12 10 8 6 4 2 0 <20 TAHUN 20-40 TAHUN 40-60 TAHUN >60 TAHUN Usia Responden

Gambar 4.1 Grafik Usia Responden

Jenis Kelamin Responden


120 100 Jumlah responden 80 60 Jenis Kelamin Responden 40 20 0 Laki - Laki Perempuan

Gambar 4.2 Grafik Jenis Kelamin Responden

Jumlah Anggota Keluarga


90 80 70 Jumlah responden 60 50 40 30 20 10 0 < 2 orang 2 orang 3 - 4 orang > 4 orang Jumlah Anggota Keluarga

Gambar 4.3 Grafik Jumlah Anggota Keluarga

Bentuk Keluarga
25 20 Jumlah KK 15 10 5 0 Bentuk Keluarga

Gambar 4.4 Grafik Bentuk Keluara

Pendidikan responden
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Jumlah responden

Pendidikan responden

Gambar 4.5 Grafik Pendidikan Responden

Pekerjaan Responden
16 14 12 10 8 6 4 2 0 Jumlah responden

Pekerjaan Responden

Gambar 4.6 Grafik Pekerjaan Responden

Penghasilan Responden
35 30 Jumlah responden 25 20 15 10 5 0 < Rp 650.000 Rp 700.000 - RP 1.500.000 > 3.000.000 Rp 1.500.000 - Rp 3.000.000 Penghasilan Responden

Gambar 4.7 Grafik Penghasilan Responden

Faktor Risiko
35 30 Jumlah responden 25 20 15 10 5 0 Merokok Olahraga Riwayat Makan Asin hipertensi Pakai Jelantah Faktor Risiko

Gambar 4.8 Grafik Faktor Resiko Hipertensi

Rokok yang dikonsumsi


3.5 3 Jumlah responden 2.5 2 1.5 1 0.5 0 KURANG DARI 1 LEBIH DARI 1 1/2 BUNGKUS/HARI BUNGKUS/HARI BUBGKUS/HARI Rokok yang dikonsumsi

Gambar 4.9 Grafik Rokok yang dikonsumsi

Jenis Rokok Kretek/Filter


3.5 3 Jumlah responden 2.5 2 1.5 1 0.5 0 JENIS ROKOK KRETEK JENIS ROKOK FILTER Jenis Rokok Kretek/Filter

Gambar 4.10 Grafik Jenis Rokok

Faktor Risiko Olahraga


10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 MINGGU SEBANYAK 3X 1 MINGGU TIDAK SELAMA 30 MENIT SEBANYAK 3X SELAMA 30 M3NIT Jumlah responden

Faktor Risiko Olahraga

Gambar 4.11 Grafik Faktor Risiko Hipertensi (olahraga)

Makan Asin
12 10 Jumlah responden 8 6 4 2 0 SETIAP HARI 3X/MINGGU 1-2X/MINGGU TIDAK SETIAP MINGGU Makan Asin

Gambar 4.12 Grafik Faktor Risiko Hipertensi (makan asin)

Pakai Jelantah
14 12 Jumlah responden 10 8 6 4 2 0 SETIAP HARI 3X/MINGGU 1-2X/MINGGU TIDAK SETIAP MINGGU Pakai Jelantah

Gambar 4.13 Grafik Faktor Risiko (pakai jelantah)

Family APGAR
35 30 25 Jumlah KK 20 15 10 5 0 Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat Family APGAR

Gambar 4.14 Grafik Family APGAR

Strata PHBS RT
30 25 20 Jumlah KK 15 Strata PHBS RT 10 5 0 PRATAMA MADYA UTAMA PARIPURNA

Gambar 4.15 Grafik Strata PHBS RT

B. Pembahasan Pada Blok Chem II terdapat Praktik Lapangan yang bertujuan untuk mengetahui faktor risiko hipertensi, PHBS, beserta penilaian fungsi keluarga. Kelompok II CHEM II ini mendapatkan Desa Karangendep Kecamatan Patikraja sebagai desa yang dijadikan sebagai tempat untuk melaksanakan Praktek Lapangan ini. Praktik Lapangan ini telah mendapat ijin dari pemerintah desa setempat dan mendapat bantuan dari bidan desa yang bertugas di Desa Karangendep tersebut. Data data tentang warga yang menderita penyakit hipertensi tersebut juga sebagian didapatkan dari rekaman medis bidan desa. Pada pemeriksaan faktor risiko hipertensi sekaligus juga dilakukan penilaian terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan penilaian fungsi keluarga menggunakan skor APGAR. Penyakit hipertensi atau sering disebut juga sebagai penyakit darah tinggi oleh orang awam merupakan suatu penyakit dimana keadaan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan atau tekanan diastolik 90 mmHg. Gejala yang timbul adalah peninggian tekanan darah kemudian baru disertai gejala gejala lainnya

seperti sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, dan pusing (Mansjoer, et al., 2001) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) meliputi KIA & GIZI, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Ada 10 indikator nasional dan 6 indikator local dimana setiap pernyataan diberi nilai 1 untuk jawaban ya dan nilai 0 untuk jawaban tidak. Total nilai tertinggi adalah 16. Penilaian Fungsi Keluarga salah satunya dapat menggunakan metode Family APGAR diantaranya menilai tentang adaptasi, kemitraan, pertumbuhan, kasih sayang dan kebersamaan anggota keluarga di dalam sebuah keluarga. Penilaian yang diberikan adalah dengan memberikan nilai 2 untuk setiap jawaban sering atau selalu, nilai 1 untuk jawaban kadang kadang, dan nilai 0 jawaban jarang atau tidak pernah. Total nilai tertinggi adalah 10. Dengan interpretasi bahwa: 7 10 46 03 1995). Bentuk Keluarga berdasarkan definisi dari Goldenberg (1980) atau sussman (1970) dalam Azwar, A., (1996) dibedakan mennjadi : 1. Keluarga inti Keluarga yang terdiri dari suami, isteri dan anak kandung. 2. Keluarga besar Keluarga inti ditambah dari sanak saudara lain menurut garis vertical dan ataupun horizontal. 3. Keluarga orang tua tunggal Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati sserta anak mereka yang tinggal bersama. 4. Keluarga campuran Keluarga inti ditambah anak tiri. 5. Keluarga tiga generasi : Keluarga Sehat (Healthy Family) : Keluarga Kurang Sehat : Keluarga Kurang Sehat (Unhealthy Family) (Azwar,A.,

Keluarga inti ditambah anak yang dilahirkan oleh anak mereka (Azwar, A., 1996). Dalam siklus keluarga terdapat perubahan tugas pengembangan sebuah keluarga, dimana tahap siklus keluarga terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tahap awal perkawinan Tahap keluarga dengan bayi Tahap keluarga dengan anak prasekolah Tahap keluarga dengan anak sekolah Tahap keluarga dengan anak remaja Tahap keluarga dengan anak meninggalkan keluarga Tahap orang tua usia menengah Tahap keluarga usia jompo (Goh, LG., 2004).

Adapun data mengenai keadaan umum kecamatan Patikraja sebagai berikut : 1. Data geografi Survei yang kami lakukan dilaksanakan di kecamatan Patikraja. Gambaran umum kecamatan patikraja di tinjau dari keadaan georafis dan demografis. Bila di lihat secara geografis kecamatan patikraja itu merupan bagian dari wilayah kabupaten banyumas provinsi jawa tengah. Dengan luas wilayah 4333km2. Kecamatan patikraja ini terdiri dari 13 desa, desa-desa tersebut antara lain: sawangan wetan, karangendep, notog, patikraja, pegalongan, soka wera kidul, wlahar kulon, kedung randu, kedungwuluh kidul, kedungwuluh lor, karang anyar, sidaboa, kedungwringin. Dari 13 desa tersebut sawangan wetan dan kedungwringin merupakan desa dengan jarak yang paling jauh dari kecamatan, sedangkan desa notog merupan desa yang paling dekat dekan kantor kecamatan. Jika di lihat dari tinggi desa di atas permukaan laut tersebut sawangan wetan dan kedungwringin merupakan desa dengan ketinggiannya yang paling tinggi di atas permukaan laut, sedangkan yang paling rendah merupan desa wlahar kulon. Pemanfaatan tanah sendiri di kecamatan patikraja sebagian besar luas tanah di manfaatkan sebagai tanah sawah, tanah sawah itu sendiri terdiri dari berbagai jenis pengairan. Jenis-jenis pengairan sawah itu sendiri diantaranya teknik

irigasi,teknik setengah irigasi,dan teknik sederhana. Desa kedung randu merupakan desa yang paling banyak menggunakan teknik irigasi,hal ini di sebabkan karena desa kedungrandu dekat dengan sungai. Sedangkan teknik setengah irigasi jarang di gunakan oleh penduduk desa kecamatan petikraja,hal ini di sebabkan karena sebagian besar penduduk lebih suka menggunakan teknik irigasi dan sederhana. Tercatat desa karangendep merupakan desa yang terbanyak menggunakan teknik sederhana. 2. Data Demografi Penduduk di kecanmatan patikraja berjumlah 49333 orang.yang terdiri dari 24734 laki-laki dan 24601 perempuan dari total penduduk jumlah keluarga sebanyak 15744kk. Penduduk kecamatan ini dari tahun 1990 sampai 2009

mengalami peningkatan walaupun dengan rasio peningkatan yang berbeda setiap tahunnya, yang tercatat peningkatan penduduk tertinggi dari tahun 1998. Dengan peningkatan sebesar 1,25%. Jumlah penduduk terbanyak berasal dari desa Sidaboya dengan jumlah pendudukan sebanyak 6471 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terrendah adalah desa Karanganyar dengan jumlah penduduk 1717 jiwa. Dilihat dari jumlah kepadatan penduduk di kecamatan Patikraja berjumlah 1141 jiwa/km2 tercatat desa Patikraja adalah desa yang terpadat di kecamatan ini dengan jumlah kepadatan sebesar 2915 jiwa/km2, sedangkan desa Sokawara kidul merupakan desa dengan kepadatan penduduk terendah dengan jumlah penduduk sebesar 647 jiwa/km2. Apabila dilihat menurut jenis kelamin, jumlah penduduk di kecamatan Patikraja berjumlah 49333 orang.yang terdiri dari 24734 laki-laki dan 24601

perempuan dari total penduduk jumlah keluarga sebanyak 15744 KK. Sedangkan sex ratio berjumlah 101. Apabila dilihat menurut usia, jumlah penduduk di Kecamatan Patikraja terbagi menjadi 16 kelompok. Penduduk terbanyak adalah penduduk yang berada

pada kelompok usia 0-4 tahun sebanyak 4732 jiwa. Untuk kelompok usia terendah pada kelompok usia lebih dari 74 tahun sebanyak 876 jiwa. Menurut tingkat pendidikan, penduduk kecamatan Patikraja merupakan

penduduk yang masih sangat minim soal pendidikan karena hanya ada satu SMA di kecamatan tersebut. Apabila dilihat menurut pekerjaan sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian dan peternakan. 3. Sarana dan Prasarana Dilihat dari sarana pendidikannya kecamatan Patikraja sudah terdapat TK, SD, SLTP, SMU, MTS dan MI. Sedangkan untuk sarana kesehatan, sudah terdapat Puskesmas, Posyandu, Pusling dan Polindes. Berdasarkan hasil survey yang telah dilaksanakan pada tanggal 27 28 Juni 2011 didapatkan data desa Karangendep sebagai berikut: 1. Data Geografi Selain digunakan sebagai pemukiman daerah di desa Karangendep sebagian besar juga digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan serta masih dalam keadaan hutan pinus yang masih menjadi kawasan perhutani. Bentuk wilayahnya berupa bukit bukit tetapi jalur transportasinya cukup bagus. 2. Data Demografi 1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dari data yang didapatkan bahwa rasio antara penduduk laki laki dan perempuan hampir sama akan tetapi sedikit lebih banyak penduduk laki lakinya. 2. Penduduk Menurut Usia Penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif yaitu anak anak dan manula. 3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Sebagian besar penduduk di desa Karangendep memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah baik itu untuk penduduk usia muda maupun penduduk usia tua, bahkan jumlah terbanyak yang didapatkan dari data menunjukkan bahwa

mereka pernah sekolah tetapi tidak tamat SD. Ada juga yang tidak pernah sekolah sehingga masih banyak penduduk yang buta aksara maupun buta wacana. Hanya sebagian kecil penduduk yang berpendidikan tinggi. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat ekonomi juga mata pencaharian dari penduduk tersebut. 4. Penduduk Menurut Pekerjaan Bertani menjadi mata pencaharian utama di desa Karangendep, sebagian besar penduduknya berprofesi menjadi petani. Profesi lain yaitu buruh tani, buruh/swasta, pegawai negeri, pedagang, penderes, polisi, tukang kayu/batu dan penjahit. 3. Sarana dan Prasarana 1. Pendidikan Ada 2 unit Taman Kanak Kanak dan 2 unit Sekolah Dasar, untuk sarana dan prasarana pendidikan yang lebih tinggi tidak terdapat di desa Karangendep, hal tersebut juga dapat yang mempengaruhi tingkat pendidikan penduduk. 2. Kesehatan Di desa Karangendep terdapat 2 bidan desa, tetapi belum terdapat dokter desa. Terdapat puskesmas pembantu dan poliklinik/balai pengobatan yang sangat berguna bagi penduduk di sekitar desa Karangendep karena akses kesehatan menjadi mudah terjangkau. Posyandu juga diadakan untuk memantau pertumbuhan balita dan juga memantau keadaan para lansia. 4. Data Responden a. Usia Responden Usia responden tidak ada yang kurang dari 20 tahun, dan terdapat responden dengan usia 20 40 tahun sebanyak 4 orang (12,12%), usia 41 60 tahun sebanyak 13 orang (39,39%), usia diatas 60 tahun sebanyak 16 orang (48,48%). b. Jenis Kelamin Responden Terdapat responden laki laki sebanyak 7 orang (21,21%), sedangkan responden perempuan sebanyak 26 orang (78,79%). c. Jumlah Anggota Keluarga

Terdapat jumlah anggota keluarga kurang dari 2 orang sebanyak 1 keluarga (3,03%), jumlah anggota keluarga 2 orang sebanyak 9 keluarga (27,27%), jumlah anggota keluarga 3 4 orang sebanyak 8 keluarga (24,24%), jumlah anggota keluarga lebih dari 4 sebanyak 15 keluarga (45,45%). d. Bentuk Keluarga Terdapat bentuk keluarga nuclear family (keluarga inti) sebanyak 21 keluarga (63,64%), bentuk keluarga extended family (keluarga besar) sebanyak 8 keluarga (24,24%), bentuk keluarga single parents (orang tua tunggal) sebanyak 2 keluarga (6,06%), keluarga three generation family (keluarga tiga generasi) sebanyak 2 keluarga (6,06%). e. Tahap Keluarga Jumlah keluarga dalam tahap perkawinan awal dan keluarga dengan bayi sebanyak 0 %, sedangkan keluarga dengan anak pra sekolah sebanyak 1 keluarga (3,03%), keluarga dengan anak sekolah sebanyak 1 keluarga (3,03%), keluarga dengan anak remaja sebanyak 1 keluarga (3,03%), keluarga dengan anak meninggalkan keluarga sebanyak 7 keluarga (21,21%), orang tua usia menengah sebanyak 9 keluarga (27,27%), keluarga jompo sebanyak 14 keluarga (42,42%). f. Pendidikan Responden Responden yang tidak bersekolah sebanyak 11 orang (33,33%), pendidikan SD sebanyak 19 orang (57,58%), pendidikan SLTP sebanyak 2 orang (6,03%), pendidikan SLTA sebanyak 1 orang (3,03%), pendidikan D3, S1, S2 sebanyak 0%. g. Pekerjaan Responden Terdapat responden dengan pekerjaan PNS, BUMN, karyawan swasta sebanyak 0%, sedangkan petani sebanyak 14 orang (42,42%), buruh sebanyak 11 orang (33,33%), dan lain lain sebanyak 8 orang (24,24%). h. Penghasilan Rata Rata Per Bulan Responden dengan penghasilan < Rp. 650.000 sebanyak 29 orang atau 87,88%, sedangkan Rp. 700.000 Rp. 1.500.000 sebanyak 2 orang (6,06%), Rp.

1.500.000 Rp. 3.000.000 sebanyak 2 orang (6,06%), > Rp. 3.000.000 sebanyak 0%. i. Family APGAR Responden dengan fungsi keluarga sehat sebanyak 32 keluarga (96,97%), fungsi keluarga kurang sehat sebanyak 1 keluarga (3,03), fungsi keluarga tidak sehat sebanyak 0%. j. Strata PHBS Responden dengan strata PHBS Pratama sebanyak 2 keluarga (6,06), strata PHBS Madya sebanyak 7 keluarga (21,21%), strata PHBS Utama sebanyak 24 keluarga (72,73%), dan strata PHBS Paripurna sebanyak 0%. k. Faktor Risiko Hipertensi 1. Merokok Responden yang merokok sebanyak 4 orang (12,12%) dari 33 orang responden. Responden yang merokok kurang dari setengah bungkus per hari sebanyak 3 orang (75%) dan yang merokok 1 bungkus per hari sebanyak 1 orang (25%) dari 4 orang responden yang merokok. Untuk responden yang merokok dengan jenis rokok kretek sebanyak 3 orang (75%) dan dengan jenis rokok filter sebanyak 1 orang (25%). 2. Olah raga Responden yang berolah raga sebanyak 11 orang (33,33%) dari 33 responden. Untuk responden yang berolahraga dalam 1 minggu sebanyak 3 kali selama 30 menit ada sebanyak 9 orang (81,82%) dan sisanya berolahraga tetapi tidak sebanyak 3 kali selama 30 menit (18,19%) 3. Riwayat hipertensi Responden yang memiliki keluarga dengan riwayat keluarga sebanyak 10 orang (30,30%) 4. Konsumsi makanan asin Responden yang mengkonsumsi makanan asin sebanyak 30 orang (90,91%) dari 33 responden. Responden yang mengkonsumsi setiap hari sebanyak 7 orang (24,14%), yang mengkonsumsi sebanyak 3 kali seminggu sebanyak 11 orang (37,93%), yang mengkonsumsi 1-2 kali per

minggu sebanyak 4 orang (13,79%), yang tidak setiap minggu sebanyak 7 orang (24,14%) dan yang tidak pernah mengkonsumsi asin sebanyak 4 orang (12,12%) 5. Menggoreng dengan minyak jelantah Responden yang menggoreng dengan minyak jelantah sebanyak 28 orang (84,85%) dari 33 responden. Responden yang menggunakan minyak jelantah sebanyak 3 orang (10,34%), yang menggunakannya sebanyak 3 kali per minggu sebanyak 13 orang (44,82%), kemudian yang menggunakannya 1 2 kali per minggu sebanyak 10 orang (34,45%), yang menggunakannya tidak setiap hari sebanyak 3 orang (10,34%) dan yang tidak pernah menggunakannya sebanyak 4 orang (12,12%). Faktor risiko terjadinya hipertensi antara lain:
a.

Konsumsi garam Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi. Asupan garam kurang dari tiga gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan pada asupan garam antara 5-15 gram per hari maka prevalensi hipertensi meningkat hingga 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah (Suyono,2001).

b. Kurangnya olah raga

Olah raga dikaitkan dengan peran obesitas terhadap hipertensi. Kurang olah raga akan meningkatkan penimbunan lemak dan kemungkinan timbulnya obesitas (Suyono,2001).
c.

Rokok Merokok secara langsung meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah karena pengaruh nikotin serta dalam peredaran darah (Saryawati,2008). Pada keadaan merokok pembuluh darah dibeberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat. Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan

peningkatan

tekanan

darah.

Namun

rokok

akan

mengakibatkan

vasokonstriksi pada pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah (Mangku S., 1997. Jode,2010). Dengan menghisap sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam asap rokok. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun, antara lain Carbon Monoxide (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah cramp, sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek (Smet,B.,1994. Jode,2010). Dampak asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif (Active Smoker), tetapi juga bagi perokok pasif (Passive Smoker). Orang yang tidak merokok atau perokok pasif, tetapi terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat racun yang dihembuskan oleh perokok aktif (Mangku S., 1997. Jode,2010). Nikotin juga merangsang peningkatan tekanan darah (Sianturi G., 2003. Jode,2010).Menurut Direktur Agro Departemen Perindustrian dan

Perdagangan (Deperindag) Yamin Rahman menyatakan kandungan kadar nikotin pada rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg sehingga lebih berisiko untuk terkena hipertensi (Jode, 2010).
d.

Konsumsi gorengan yang digoreng dengan minyak jelantah Mengkonsumsi gorengan dapat menyebabkan peningkatan kolesterol. Hal ini terjadi karena kadar kolesterol yang tinggi pada darah dapat menyebabkan timbulnya endapan kolesterol pada lapisan endotel dinding pembuluh darah. Apabila proses ini berlangsung secara terus menerus maka endapan tersebut akan menyumbat pembuluh darah dan juga mengganggu proses hemodinamik dan semakin memperparah kondisi hipertensi (Maulana, 2008).

Keadaan yang didapatkan di lapangan menunjukkan bahwa: a. Salah satu faktor risiko adalah kurangnya olah raga. Akan tetapi ini bukan penyebab utama karena para responden memiliki aktivitas fisik seperti jalan

kaki jauh ke sawah kemudian bertani yang bisa menjadi media pembakaran lemak. b. Data responden juga menunjukkan angka konsumsi gorengan yang tinggi yaitu sebanyak 84,85%. Hal ini terjadi karena di daerah Purwokerto ini terkenal dengan gorengan mendoan yang sangat disukai oleh warga termasuk para responden. c. Faktor risiko mengkonsumsi makanan asin pada responden sangat tinggi yaitu mencapai 90.91%. Hal ini disebabkan karena tingkat penghasilan responden yang rendah sehingga lebih sering untuk mengkonsumsi ikan asin yang harganya terjangkau disbanding dengan konsumsi daging atau yang lainnya. d. Untuk kebiasaan merokok biasanya dilakukan oleh para pria sehingga data yang kami peroleh menunjukkan bahwa faktor risiko merokok memiliki hasil yang paling sedikit yaitu sebanyak 12,12% karena para responden pada umumnya wanita. Akan tetapi ada di sebagian data yang menyatakan bahwa suami atau anak dari responden merupakan perokok aktif, sehingga bisa menjadi faktor risiko dari hipertensi para responden.

BABV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan a. Jumlah penduduk Desa Karangendep menurut jenis kelamin didominasi oleh laki-laki sebanyak 1.978 sedangkan jumlah perempuannya mencapai 1.879 orang. b. Penduduk Desa Karangandep relatif banyak yang termasuk kategori hipertensi, baik disebabkan oleh perilaku/lingkungan maupun faktor genetik. c. Menurut klasifikasi usia, penduduk Desa Karangendep lebih banyak dari usia lebih dari 58 tahun dan sangat mendominasi sekali. d. Penduduk Desa Karangendep masih banyak yang belum pernah mengeyam bangku pendidikan, yang tidak tamat SD sangat

mendominasi. Bahkan belum ada satu orang pun yang bisa mencapai lulusan sarjana (S1). Hal ini bisa berpengaruh terhadap pekerjaan mereka, di mana pendapatan mereka dari pekerjaannya itu sangat rendah yaitu kurang dari Rp 650.000 / bulan. e. Sebagian besar mata pencaharian Penduduk Desa Karangendep adalah sebagai buruh tani, sedangkan yang paling sedikit adalah sebagai pengrajin. f. Sarana prasarana pendidikan maupun kesehatan di Desa Karangendep masih relatif kurang, tercatat baru ada 2 unit Taman Kanak-Kanak dan 2 unit Sekolah Dasar. Sarana kesehatan baru ada bidan desa, puskesmas pembantu dan belum ada dokter yang ditempatkan di wilayah tersebut. g. Jumlah penduduk yang ada sebagian besar sudah berkeluarga dengan banyak anggota kelurga tiap rumah sebanyak 3 sampai 4 orang dan merupakan kelurga inti (nuclear family).

B. SARAN a. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dapat mempengaruhi gaya/perilaku hidup yang kurang sehat seperti tidak berolahraga, cara menyajikan makanan dengan kurang baik dan banyak yang merokok. Maka penting sekali untuk banyak memberikan penyuluhan mengenai kesehatan dan perilaku hidup sehat, baik dilakukan oleh pihak dari bidan desa, puskesmas setempat maupun dari dinas kesehatan terkait. Untuk menjamin derajat kesehatan warga Desa Karangendep ke arah yang lebih baik. b. Kerjasama antara perangkat desa dengan petugas kesehatan sebaiknya lebih di tingkatkan lagi agar upaya peningkatan derajat kesehatan di Desa Karangendep lebih optimal.

Daftar Pustaka Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Saryawati, Ratna. 2008. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Pekerja Industri Tekstil. Konsentrasi Kesehatan Lingkungan Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro. Maulana, Irfan. 2008. Hubungan Kadar Kolesterol Total dengan Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru. Al Ulum Vol. 36 No. 2 Halaman 11-15. Jode, Jegathes. 2010. Gambaran Kebiasaan Merokok pada Pasien-Pasien Hipertensi yang Datang Berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara. Azwar. 2006. Ilmu Kesehatah Umum. Jakarta: EGC Grinting, Rosa. 2011. Kenali, dan Jauhi Hipertensi. Jakarta: Penerbit Widya Medika Lestari, Anik. 2007. Fungsi Fisiologis. Solo: EGC Richo. 2009. Undang-undang kesehatan dan praktik kedokteran. Jakarta Asmadi. 2005. Konsep dasar keperawatan. jakarta: EGC Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika. Jakarta : EGC Azwar A. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. IDI. Jakarta Goh, LG; Azwar A.; Wonodirekso S. 2004. A Primer on Family Medicine Practice. Singapore International Foundation. Singapore

Anda mungkin juga menyukai