Anda di halaman 1dari 2

Birokrasi Penyebab Inefisiensi Pemerintah Daerah

Fenomena birokrasi selalu ada bersama kita dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun, setiap orang seringkali mengeluhkan cara berfungsinya birokrasi sehingga pada akhirnya orang akan mengambil kesimpulan bahwa birokrasi tidak ada manfaatnya karena banyak disalahgunakan oleh pejabat pemerintah (birokratisme) yang merugikan masyarakat. Hal ini tentu saja akan berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah kita menjadi semakin berkurang, dan akhirnya menghambat laju pembangunan. Oleh karena itu, peran birokrasi khususnya pada pemerintah daerah dalam pembangunan merupakan bentuk kajian yang penting. Peran birokrasi dalam pembangunan merupakan bentuk kajian yang penting, apalagi bagi yang terlibat di bagian pemerintah. Mengingat perangkat birokrat merupakan personifikasi dari pemerintah itu sendiri yang menjadi salah satu institusi atau lembaga di suatu daerah. Namun sangat disayangkan jika birokrasi di pemerintah daerah tidak berfungsi secara maksimal sehingga menyebabkan berbagai inefisiensi. Padahal, dalam masyarakat yang modern, birokrasi telah menjadi suatu organisasi atau institusi yang penting. Banyak orang beranggapan birokrasi sama dengan inefisiensi organisasi. Gejala-gejala atau petunjuk adanya birokrasi antara lain seperti terlalu percaya kepada pemimpinnya, kurang inisiatif, penundaan, banyak formulir, serta duplikasi usaha dan departementalisme. Sebegitu krisis kepercayaan yang diberikan masyarakat terhadap kinerja para birokrat pemerintah daerah membuat kompleksitas permasalahan yang muncul ke permukaan semakin menjadi-jadi. Dari permasalahan yang ada, yang paling mencolok adalah terkuangnya sebagian kasus-kasus korupsi para birokrat daerah dan anggota legislatif daerah. . Dalam kenyataannya, pemerintah daerah menjadi salah satu motor pendobrak pembangunan ekonomi. Namun di sisi lain, juga sering membuat makin parahnya high cost economy di Indonesia, karena munculnya pungutan-pungutan yang lahir melalui Perda (peraturan daerah) yang dibuat dalam rangka meningkatkan PAD (pendapatan daerah) yang membuka ruang-ruang korupsi baru di daerah. Akibat itu semua, kemiskinan meningkat karena lapangan pekerjaan menyempit dan pembangunan ekonomi di daerah terhambat.

Belum lagi berbagai kasus korupsi yang sepertinya telah mengakar dalam kehidupan sosial-politik-ekonomi di Indonesia. Mungkin mereka tidak sadar, karena praktek itulah, investor menahan diri untuk masuk ke daerahnya dan memilih daerah yang memiliki potensi biaya rendah dengan sedikit praktek korupsi. Dan pada akhirnya daya saing investasi daerah menjadi kurang menggairahkan dan laju pembangunan di daerah tersebut menjadi terhambat. Inefisiensi birokrasi pemerintah ditandai oleh kinerja pelayanan publik yang buruk. Hal ini tampaknya menjadi faktor-faktor utama penyebab lemahnya daya saing Indonesia bagi

industri domestik maupun untuk tujuan investasi. Daya saing Indonesia dalam Global Competitive Index 2011 ditandai oleh penurunan, yakni dari peringkat 44 turun dua undakan ke peringkat 46 dengan skor 4,38. Namun daripada itu, perkembangan teknologi sebenarnya memiliki andil untuk mengefisienkan birokrasi. Dari sinilah titik terang bisa kita temukan demi menjawab tantangan global kemana Negara ini harus dibawa dalam kondisi sedemikian rupa. Ditulis Oleh : Abdul Hafizh Asri

Anda mungkin juga menyukai