Anda di halaman 1dari 68

I

JURNAL NEWMEDIA volume I nom or 1 Hal. 1- 62 Denpasar September 2010 ISSN 1693 - 313
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010
Jurnal Ipteks New Media Volume 1 Nomor 1 September 2010 merupakan edisi perdana yang
bertemakan Pendidikan, Ekonomi, Disain Grafs, Arsitektur dan Teknologi Infomasi.
Edisi ini diawali dengan artikel yang berjudul tentang Mengelola Jaringan Komputer Dengan
Mudah Melalui Metode Subnetting oleh I Gede Eka Sanjaya. Artikel kedua dari Caroline
Felicia Christine Lawalata dengan judul Perilaku Pembelian Ponsel Cerdas (Smartphone)
Antara Gaya Hidup dan Kebutuhan. Artikel ketiga oleh Putu Astri Lestari dengan judul Faktor-
faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi pada Lembaga Perkreditan
Desa di Kota Denpasar. Artikel keempat dengan judul Blog, Media Aktualisasi Bagi Penulis
Pemula di Indonesia oleh Inten Pertiwi. Dan artikel terakhir dengan judul Konservasi Flora
Usaha Perlambatan Laju Pemanasan Global oleh Made Gede Suryanata.
Redaksi sangat bersyukur kepada Tuhan karena edisi perdana ini bisa terbit dengan lancar
dan tepat waktu. Redaksi mengucapkan terimakasih kepada Newmedia atas motivasi dan
masukkannya untuk kesempurnaan jurnal ini serta seluruh civitas akademika New Media atas
kekompakan dan semangatnya.
Terakhir, kritik dan saran guna kesempurnaan selanjutnya sangat kami harapkan dan kepada
semua yang telah membantu penerbitan jurnal ini dan para pembaca yang budiman kami
ucapkan terimakasih.
Redaksi
Alamat Redaksi
NEW MEDIA
Jl. Tukad Batanghari No. 29 Renon Denpasar
Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459
SMS Center: 0818663342 (NMEDIA) email: info@newmedia-bali.com
website: http://www.newmedia-bali.com
PENGANTAR REDAKSI
ISSN: 1693 - 313
JURNAL IPTEKS
NEW MEDIA
VOLUME 1 NOMOR 1 SEPTEMBER 2010
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010
VOLUME 1 NOMOR 1 SEPTEMBER 2010
Pelindung dan Penanggung Jawab:
Nyoman Sutedja, Ak.
Kadek Sudrajat, S.Kom
Penasehat :
Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, ST, MA, Dipl.LMP
Ketua Dewan Redaksi :
Yohanes Sutomo, ST
Mitra Bestari :
Prof. Dr. Shane Greive (Architect and Urban Specialist, Curtin University of Technology)
Dewan Editor :
Flabianus Febi D. Mahardinata, S.Ds
Inten Pertiwi, S.I.P
Kadek Eddy Dumiarthana, S.Kom
Nyoman Budiasih, S.Kom
Gede Indra Saputra
Redaktur Pelaksana :
Arygia Pebrisa
Ni Luh Oktarini
Rudy Dharmawan
Kadek Wulandari Laksmi, S.E
Putu Dessy Widanti
Alamat Redaksi :
NEW MEDIA
Jl. Tukad Batanghari No. 29 Renon Denpasar
Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459. SMS Center: 0818663342
Email: info@newmedia-bali.com, website: http://www.newmedia-bali.com
Desain Cover : Gede Indra Saputra
Cover Depan: Kampus New Media oleh Gede Indra Saputra
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA yang terbit pertama kali September Tahun 2010 adalah wahana informasi di bidang ilmu pengetahuan, teknologi
informasi, ekonomi, bisnis, sinema, seni grafs dan arsitektur. Artikel berupa hasil penelitian, tulisan ilimah populer, studi kepustakaan, review buku
maupun tulisan ilmiah terkait lainnya. Dewan Redaksi menerima artikel terpilih untuk dimuat, dengan frekuensi terbit secara berkala 2 (dua) kali
setahun yaitu September dan Maret. Naskah yang dimuat merupakan pandangan dari penulis dan Dewan Redaksi hanya menyunting naskah
sesuai format dan aturan yang berlaku tanpa mengubah substansi naskah.
ISSN: 1693 - 313
JURNAL IPTEKS
NEW MEDIA
VOLUME 1 NOMOR 1 SEPTEMBER 2010
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010
PETUNJUK PENGIRIMAN NASKAH
TATA TULIS NASKAH :
1. Kategori naskah ilmiah hasil penelitian (laboratorium, lapangan, kepustakaan), ilmiah
populer (aplikasi, ulasan, opini) dan diskusi.
2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris diketik pada kertas ukuran
A-4, spasi Single, dengan batas atas, bawah, kanan dan kiri masing-masing 2,5 cm dari
tepi kertas.
3. Batas panjang naskah/artikel maksimum 20 halaman dan untuk naskah diskusi maksimum
5 halaman.
4. Judul harus singkat, jelas tidak lebih dari 10 kata, cetak tebal, huruf kapital, huruf Times
New Romans 16 pt, ditengah-tengah kertas. Untuk diskusi, judul mengacu pada naskah
yang dibahas (nama penulis naskah yang dibahas ditulis sebagai catatan kaki).
5. Nama penulis/pembahas ditulis lengkap tanpa gelar, di bawah judul, disertai institusi asal
penulis dan alamat email dibawah nama.
6. Harus ada kata kunci (keyword) dari naskah yang bersangkutan minimal 2 kata kunci.
Daftar kata kunci (keyword) diletakkan setelah abstrak.
7. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata, dicetak miring,
1 spasi. Abstrak tidak perlu untuk naskah diskusi.
8. Judul bab ditulis di tengah-tengah ketikan, cetak tebal huruf capital, huruf Times New
Romans 12 pt
9. Gambar, grafk, tabel dan foto harus disajikan dengan jelas. Tulisan dalam gambar, grafk,
dan tabel tidak boleh lebih kecil dari 6 point (tinggi huruf rata-rata 1,6 mm).
10. Nomor dan judul untuk gambar, grafk, tabel dan foto ditulis di tengah-tengah kertas
dengan huruf kapital di awal kata. Untuk nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel,
sedangkan untuk nomor dan judul gambar, grafk dan foto diletakkan di bawah gambar,
grafk dan foto yang bersangkutan.
11. Untuk segala bentuk kutipan, pada akhir kutipan diberi nomor kutipan sesuai dengan
catatan kaki yang berisi referensi kutipan (nama, judul, kota, penerbit, tahun dan halaman
yang dikutip). Rumus-rumus hendaknya ditulis sederhana mungkin untuk menghindari
kesalahan pengetikan. Ukuran huruf dalam rumus paling kecil 6 point (tinggi huruf rata-
rata 1,6 mm).
12. Defnisi notasi dan satuan yang dipakai dalam rumus disatukan dalam daftar notasi. Daftar
notasi diletakkan sebelum daftar pustaka.
13. Kepustakaan diketik 1 spasi. Jarak antar judul 1,5 spasi dan diurutkan menurut abjad.
Penulisannya harus jelas dan lengkap dengan susunan : nama pengarang. tahun. judul.
kota: penerbit. Judul dicetak miring.
KETERANGAN UMUM :
1. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dalam program pengolahan kata M.S.
Word.dan naskah bisa dikirimkan via email atau dalam bentuk CD ke alamat redaksi.
2. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain.
3. Redaksi berhak menolak atau pengedit naskah yang diterima. Naskah yang tidak memenuhi
kriteria yang ditetapkan akan dikembalikan. Naskah diskusi yang ditolak akan diteruskan
kepada penulis naskah untuk ditanggapi.
JURNAL IPTEKS
NEW MEDIA
VOLUME 1 NOMOR 1 SEPTEMBER 2010
ISSN: 1693 - 313
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010
Mengelola Jaringan Komputer Dengan Mudah
Melalui Metode Subnetting
I GEDE EKA SAnJAyA
Perilaku Pembelian Ponsel Cerdas (Smartphone)
Antara Gaya Hidup dan Kebutuhan
CARolInE FElICIA ChRIStInE lAwAlAtA
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi
Akuntansi pada Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar
Putu AStRI lEStARI
Blog, Media Aktualisasi Bagi Penulis Pemula di Indonesia
IntEn PERtIwI
Konservasi Flora - Usaha Perlambatan Laju
PemanasanGloba
MADE GEDE SuRyAnAthA
1 - 9
10 - 18
19 - 38
39 - 50
51 - 62
DAFtAR ISI
ISSN: 1693 - 313
JURNAL IPTEKS
NEW MEDIA
VOLUME 1 NOMOR 1 SEPTEMBER 2010
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
1
MENGELOLA JARINGAN KOMPUTER DENGAN MUDAH MELALUI
METODE SUBNETTING
oleh :
I Gede Eka Sanjaya
Ketua Jurusan Teknik Informatika
Email : igede.ekasanjaya@gmail.com
ABSTRACT
Computer network utilization depends on the number of hosts that are connected into the
network. Increasing the number of computers in a network will affect the speed of the network.
Since there is the number of hosts, it will be more complicated network management in the
same network.
A network administrator will be very difficult to detect problems that occur on the network. To
solve these problems then we can make this big network division into several smaller
networks so that network management will be easier. Divisions, a large network into smaller
parts is called subnetting method.
Furthermore subnetting method is very useful for a network administration because with this
method we can manage the network easily and also saves IP address that is used, with proper
use of the IP address, the utility of a network will be maximized.
Key Word : IP address, host, subnetting and computer network
2
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi saat ini
khususnya untuk penggunaan jaringan
komputer sudah sangat komplek. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya pengguna
jaringan yang terhubung kedalam jaringan
tersebut. Bertambahnya pengguna
jaringan (Host) akan berbanding lurus
terhadap penggunaan alamat ip sehingga
dapat dipastikan nantinya alamat ip yang
berhingga akan habis.
Disamping itu banyaknya pengguna
jaringan juga akan berakibat bertambahnya
traffic data dalam jaringan apalagi terjadi
dalam satu jaringan besar tanpa dibagi-
bagi. Pengelolaan jaringan seperti ini akan
sangat menyulitkan administrator dalam
pemeliharaan jaringan.
Melalui artikel ini penulis ingin
menjelaskan secara detail bagaimana cara
menanggulagi/mengurangi masalah ini,
sehingga seorang administrator jaringan
dapat dengan mudah dalam pengelolaan
jaringan di organisasinya.
PEMBAHASAN
Pengertian Subnet
Menurut Melwin Syafrizal (1998) Subnet
adalah sekelompok host (bisa komputer,
switch atau lebih tepatnya piranti jaringan)
pada satu segmen jaringan yang sama yang
berbagi IP jaringan yang sama. Pada
protocol TCP/IP umumnya, istilah jaringan
dimaksudkan sebagai LAN (Local Area
Network). Jaringan LAN hanya bisa
mempunyai satu IP address jaringan
tunggal, atau bisa saja jaringan yang
memiliki banyak segmen jaringan dimana
masing-masing segmen jaringan tersebut
mempunyai alamat jaringan tersendiri.
Subnet bisa juga diartikan sebagai
pembagian satu alamat jaringan tunggal
menjadi banyak alamat jaringan atau
banyak subnet. Sebagai acuan, tabel 1
adalah address class untuk jaringan private
untuk membedakan dengan IP address
public diluar range private address.
Tipe Kelas Alamat
Awal
Alamat
Akhir
Kelas A 10.0.0.0 10.255.255.254
Kelas B 172.16.0.0 172.31.255.254
Kelas C 192.168.0.0 192.168.255.254
Tabel 1. Kelas IP address private
Sebagai contoh lihat gambar 1, dimana
dalam satu perusahaan mempunyai
jaringan dengan address kelas B yang bisa
memuat ribuan host IP Address sampai 65
ribuan pada satu segmen jaringan tunggal.
Akan sangat sulit untuk memelihara dan
juga administrasinya. Sementara arsitektur
jaringan fisik terbatas pada jumlah host
yang bisa dimuat dalam satu jaringan fisik.
MENgELOLA JARINgAN KOMPUTER DENgAN MUDAh MELALUI METODE SUBNETTINg
(I gEDE EKA SANJAyA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
3
Gambar 1. Jaringan dengan satu subnet
Sumber : http://computer-network.net
Cara terbaik adalah dengan cara membagi
jaringan kelas B ini menjadi banyak
kelompok host atau subnet-subnet yang
mudah dipelihara dan jauh lebih gampang
administrasinya. Perhatikan gambar 2,
kelas B tadi dibagi-bagi menjadi kelompok
jaringan subnet yang berbeda.
Gambar 2. Jaringan dengan banyak subnet
Sumber : http://computer-network.net
Konsep
Subnetting merupakan suatu hal yang
wajib dikuasai oleh seorang Network
Administrator. Administrator-administrator
yang mengelola jaringan besar sering kali
merasa perlu membagi-bagi jaringan
menjadi bagian yang lebih kecil lagi yang
disebut sub networks.
Apa sebenarnya yang disebut dengan
subnetting dan kenapa harus dilakukan?
Menurut Romi Satria Wahono (2007)
Pertanyaan ini bisa dijawab dengan analogi
sebuah jalan. Jalan bernama Gatot Subroto
terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-
08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah
ketua RT yang memiliki tugas
mengumumkan informasi apapun kepada
seluruh rumah di wilayah Jl. Gatot Subroto
4
Gambar 3. Analogi Jalan
Sumber : http://romisatriawahono.net/
Dikarenakan oleh suatu keadaan dimana
rumah di wilayah itu makin banyak, tentu
kemungkinan menimbulkan keruwetan dan
kemacetan. Karena itulah kemudian
diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-
gang, rumah yang masuk ke gang diberi
nomor rumah baru, masing-masing gang
ada Ketua RT nya sendiri-sendiri.
Sehingga ini akan memecahkan kemacetan,
efiesiensi dan optimalisasi transportasi,
serta setiap gang memiliki privileged
sendiri-sendiri dalam mengelola
wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru
seperti di gambar 4
Gambar 4. Analogi penambahan gang
Sumber : http://romisatriawahono.net/
Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan
konsep subnetting. Dimana tujuannya
ingin mempermudah pengelolaan,
misalnya suatu kantor ingin membagi kerja
menjadi 4 divisi dengan masing-masing
divisi memiliki 10 komputer (host). Tujuan
lainnya juga untuk optimalisasi dan
efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu
lintas tidak terpusat di satu jaringan besar,
tapi terbagi ke beberapa ruas-ruas gang.
Yang pertama analogi Jl. Gatot Subroto
dengan rumah disekitarnya dapat
diterapkan untuk jaringan adalah seperti
Network Address (nama jalan) dan Host
Address (nomer rumah). Sedangkan Ketua
RT diperankan oleh Broadcast address
(192.168.1.255), yang bertugas
mengirimkan message ke semua host yang
ada di network tersebut. Broadcast-
broadcast ini secara berkesinambungan
dikirim ke semua host dalam sebuah
network. Saat traffic broadcast mulai
mengonsumsi begitu banyak bandwith
tersedia, maka administrator perlu
mengambil langkah subnetting untuk
mereduksi ukuran broadcast domain
tersebut, sehingga diperoleh performansi
jaringan yang lebih baik.
Gambar 5. Analogi Network
Sumber : http://romisatriawahono.net/
Masih mengikuti analogi jalan diatas, kita
terapkan ke subnetting jaringan adalah
seperti gambar di bawah. Gang adalah
subnet, masing-masing subnet memiliki
host address dan broadcast address.
MENgELOLA JARINgAN KOMPUTER DENgAN MUDAh MELALUI METODE SUBNETTINg
(I gEDE EKA SANJAyA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
5
Gambar 6. Analogi pembagian network
dengan subnetting
Sumber : http://romisatriawahono.net/
Sebuah jaringan tunggal dan besar yang
dibatasi oleh area geografis dapat
menimbulkan berbagai masalah terutama
di sisi kecepatan. Dengan mengkoneksikan
multi jaringan yang lebih kecil maka
diharapkan dapat membuat sistem lebih
efisien.
Keuntungan Subnetting
Disamping memberikan tambahan address
jaringan, subnetting sebuah jaringan
memberikan banyak keuntungan, menurut
Winarno Sugeng (2006) seperti berikut :
1. Mengurangi congestion / kebanjiran
jaringan dengan cara mengarahkan
traffic dan mengurangi sinyal
broadcast. Sinyal broadcast hanya
sebatas segmen jaringan, tidak
melewati segmen yang lain.
2. Mengisolasi masalah pada satu subnet,
tidak melebar
3. Mengurangi penggunaan CPU dengan
cara mengurangi jumlah traffic
broadcast
4. Memperbaiki keamanan, keamanan
bisa diberikan kepada subnet tertentu
(dengan menggunakan extended access
list pada network router) berdasarkan
protocol atau address.
5. Bisa menggunakan media berbeda
dengan menggunakan subnet yang
berbeda untuk setiap media yang
berbeda.
Subnet Mask
Suatu Subnet Mask adalah angka sebanyak
32 bit (dibagi menjadi 4 oktet) yang meng-
identifikasikan porsi alamat jaringan dari
suatu IP address. sebagai tambahan, router
menggunakan subnet mask untuk
membedakan address subnet jaringan lokal
dan address subnet jaringan tetangga.
Default Subnetmask
Setiap kelas IP address sudah termasuk
default subnet mask nya. Dengan tidak
adanya custom subnet mask, default subnet
mask mendifinisikan pemisahan antara ID
jaringan dan ID host. Untuk memahami
konsep ini, bayangkan subnet mask sebagai
mask (topeng) yang sebenarnya yang
menutupi bagian dari suatu IP address.
setiap komputer dan router menggunakan
mask ini untuk menentukan ID jaringan
dari setiap IP address yang harus dikirim.
Bit-2 yang ditutupi mask ini tidak
menutupi identitas ID host.
Subnet Mask terdiri dari bit 1 XQWXN
setiap bit yang ditutupi. Dalam format
desimal bertitik, setiap oktet yang ditutupi
oleh subnet mask memiliki nilai 255.
Mask
Default
Subnet
Class A
Network
= 8 bits
Host = 24
bits
Class A
menutupi
oktet
pertama
Class A
255 . 0 . 0 . 0
11111111.00000000.00000000.00000000
255.0.0.0
6
saja
Class B
Network
= 16 bits
Host = 16
bits
Class B
menutupi
dua oktet
pertama
Class A
255 . 255 . 0 . 0
11111111.00000000.00000000.00000000
255.255.0.0
Class C
Network
= 24 bits
Host = 8
bits
Class C
menutupi
tiga oktet
pertama
Class A
255 . 255 . 255 . 0
11111111.00000000.00000000.00000000
255.255.255.0
Tabel 1. Subnetmask default
Perhitungan Subnetting
Penghitungan subnetting bisa dilakukan
dengan dua cara, cara binari yang relatif
lambat dan cara khusus yang lebih cepat.
Pada umumnya dengan melakukan
subnetting maka akan ada empat hal yang
muncul diantaranya, Jumlah Subnet,
Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan
Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah
dengan 192.168.1.2. Namun ada kalanya
ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini
artinya? Artinya bahwa IP address
192.168.1.2 dengan subnetmask
255.255.255.0. Hal ini dikarenakan /24
diambil dari penghitungan bahwa 24 bit
subnetmask diselubung dengan binari 1.
Atau dengan kata lain, subnetmask nya
adalah,
11111111.11111111.11111111.00000000
(255.255.255.0). Konsep ini yang disebut
dengan CIDR (Classless Inter-Domain
Routing) yang diperkenalkan pertama kali
tahun 1992 oleh IEFT.
Subnet Mask yang bisa digunakan untuk
melakukan subnetting bisa dilihat sesuai
dengan tabel 2
Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
Tabel 2. Subnetmask yang bisa digunakan
untuk subnetting
Subnetting pada IP kelas C
Pada subnetting IP kelas C, kita akan ambil
salah satu kasus apa yang terjadi dengan
sebuah Network Address 192.168.1.0/26 ?
Dalam kasus ini bisa diterapkan langkah
untuk melakukan subnetting dengan :
1. Analisa
Analisalah IP Address 192.168.1.0,
dimana IP tersebut termasuk kelas C
dengan Subnet Mask /26 dimana kalau
diubah ke dalam binari akan menjadi
11111111.11111111.11111111.110000
00 (255.255.255.192)
MENgELOLA JARINgAN KOMPUTER DENgAN MUDAh MELALUI METODE SUBNETTINg
(I gEDE EKA SANJAyA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
7
2. Penghitungan
Setelah melakukan analisa, maka
langkah selanjutnya adalah mencari
jumlah subnet, jumlah host per subnet,
blok subnet, alamat host dan broadcast
yang benar.
a. Jumlah Subnet = 2
x
, dimana x
adalah banyaknya binari 1 pada
oktet terakhir subnet mask (2 oktet
terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet
terakhir untuk kelas A). Jadi
Jumlah Subnet adalah 2
2
= 4 subnet
b. Jumlah Host per Subnet = 2
y
2,
dimana y adalah adalah kebalikan
dari x yaitu banyaknya binari 0
pada oktet terakhir subnet. Jadi
jumlah host per subnet adalah 2
6

2 = 62 host
c. Blok Subnet = 256 192 (nilai
oktet terakhir subnet mask) = 64.
Subnet berikutnya adalah 64 + 64 =
128, dan 128+64=192. Jadi subnet
lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
d. Bagaimana dengan alamat host dan
broadcast yang benar? Untuk dapat
mengetahui hal ini dapat dicari
dengan langsung buat tabelnya.
Sebagai catatan, host pertama
adalah 1 angka setelah subnet, dan
broadcast adalah 1 angka sebelum
subnet berikutnya.
Subnet 192.168.1.0 192.168.1.64 192.168.1.128 192.168.1.192
Host
Pertama
192.168.1.1 192.168.1.65 192.168.1.129 192.168.1.193
Host
Terakhir
192.168.1.62 192.168.1.126 192.168.1.190 192.168.1.254
Broadcast 192.168.1.63 192.168.1.127 192.168.1.191 192.168.1.255
Subnetting untuk IP kelas B
Berikutnya adalah melakukan subnetting
untuk IP address class B. Pertama, subnet
mask yang bisa digunakan untuk
subnetting class B adalah seperti dibawah.
Tabelnya dipisah jadi dua, blok tabel 3 dan
tabel 4 karena masing-masing berbeda
teknik terutama untuk oktet yang
dimainkan berdasarkan blok subnetnya.
CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis
dengan subnetting Class C, hanya blok
subnet nya dimasukkan langsung ke oktet
ketiga, bukan seperti Class C yang
dimainkan di oktet keempat. Sedangkan
CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok
subnet mainkan di oktet keempat, tapi
setelah selesai oktet ketiga berjalan maju
(counter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
Tabel 3. Blok subnet CIDR /17 - /24
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
Tabel 4. Blok subnet CIDR /25 - /30
Dalam subnetting menggunakan
subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24,
kasusnya adalah network address
172.16.0.0 /18
Sama dengan IP kelas C, mulai langkah
untuk melakukan subnetting dengan :
8
1. Analisa
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan
Subnet Mask /18 berarti
11111111.11111111.11000000.000000
00 (255.255.192.0)
2. Penghitungan
a. Jumlah Subnet = 2
x
, dimana x
adalah banyaknya binari 1 pada 2
oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet
adalah 2
2
= 4 subnet
b. Jumlah Host per Subnet = 2
y
2,
dimana y adalah adalah kebalikan
dari x yaitu banyaknya binari 0
pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah
host per subnet adalah 2
14
2 =
16.382 host
c. Blok Subnet = 256 192 = 64.
Subnet berikutnya adalah 64 + 64 =
128, dan 128+64=192. Jadi subnet
lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
d. Alamat host dan broadcast yang
valid?
Subnet 172.16.0.0 172.16.64.0 172.16.128.0 172.16.192.0
Host
Pertama
172.16.0.1 172.16.64.1 172.16.128.1 172.16.192.1
Host
Terakhir
172.16.63.254 172.16.127.254 172.16.191.254 172.16.255.254
Broadcast 172.16.63.255 172.16.127.255 172.16.191.255 172.16..255.255
Berikutnya untuk kelas B khususnya untuk
yang menggunakan subnetmask CIDR /25
sampai /30. Contoh network
address 172.16.0.0/25
1. Analisa
172.16.0.0 berarti kelas B, dengan
Subnet Mask /25 berarti
11111111.11111111.11111111.100000
00 (255.255.255.128)
2. Penghitungan
a. Jumlah Subnet = 2
9
= 512 subnet
b. Jumlah Host per Subnet = 2
7
2 =
126 host
c. Blok Subnet = 256 128 = 128.
Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
d. Alamat host dan broadcast yang
benar?
Subnet 172.16.0.0 172.16.0.128 172.16.1.0 172.16.255.128
Host
Pertama
172.16.0.1 172.16.0.129 172.16.1.1 172.16.255.129
Host
Terakhir
172.16.0.126 172.16.0.254 172.16.1.126 172.16.255.254
Broadcast 172.16.0.127 172.16.0.255 172.16.1.127 172.16.255.255
Subnetting untuk IP kelas C
Pada IP kelas A konsepnya semua sama.
Perbedaannya adalah di oktet mana kita
mainkan blok subnet. Kalau Class C di
oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan
4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet
2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian
subnetmask yang bisa digunakan untuk
subnetting class A adalah semua
subnetmask dari CIDR /8 sampai /30.
Kasusnya adalah untuk network address
10.0.0.0/16
Langkah-langkahnya sama untuk semua
kelas ip address,
1. Analisa
10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet
Mask /16 berarti
11111111.11111111.00000000.000000
00 (255.255.0.0)
2. Penghitungan
a. Jumlah Subnet = 2
8
= 256 subnet
b. Jumlah Host per Subnet = 2
16
2 =
65534 host
c. Blok Subnet = 256 255 = 1. Jadi
subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
d. Alamat host dan broadcast yang
benar?
MENgELOLA JARINgAN KOMPUTER DENgAN MUDAh MELALUI METODE SUBNETTINg
(I gEDE EKA SANJAyA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
9
Subnet 10.0.0.0 10.1.0.0 10.254.0.0 10.255.0.0
Host
Pertama
10.0.0.1 10.1.0.1 10.254.0.1 10.255.0.1
Host
Terakhir
10.0.255.254 10.1.255.254 10.254.255.254 10.255.255.254
Broadcast 10.0.255.255 10.1.255.255 10.254.255.255 10.255.255.255
SIMPULAN
Dengan subneting diharapkan bagi para
administrator jaringan dapat melakukan
konfigurasi dan mengelola jaringan dengan
mudah dan efisien. Dimana dengan
subnetting pertama, dapat memecah
network ID yang dimiliki oleh suatu
organisasi atau perusahaan menjadi
beberapa network ID lain dengan jumlah
anggota jaringan yang lebih kecil, hal ini
dilakukan karena sebuah organisasi
mempunyai lebih dari satu jaringan/LAN,
kedua masing-masing jumlah host nya
tidak sebesar jumlah maksimal IP host
yang disediakan oleh satu kelas IP address
dari network ID yang dimiliki organisasi
tersebut jadi kita akan sangat berhemat IP
address, ini dapat terjadi karena teknologi
yang berbeda, keterbatasan teknologi,
kongesti pada jaringan, dan hubungan
point-to-point. Jika semua administrator
jaringan bisa mengimplementasikan di
organisasi tempat mereka bekerja maka
sudah pasti jaringan yang tersedia akan
sangat optimal dan mudah dalam
pengelolaan sehingga berakibat juga pada
penghematan IP address karena
penggunaanya yang efisien
DAFTAR PUSTAKA
Burns, K. 2003. TCP/IP Analysis and
Troubleshooting Toolkit.
Indianapolis :
Wiley Publishing, Inc.
Melwin Syafrizal. 2008. Jaringan
Komputer. Penerbit Andi
Romi Satria Wahono. 2007. Pola Soal
Subnetting dan Teknik
Mengerjakannya
URL : http://romisatriawahono.net/
Romi Satria Wahono. 2006. Perhitungan
Subnetting.
Sukmaaji, A dan Rianto. 2008. Jaringan
Komputer. Andi PublisherWinarno
Sugeng. 2006. Jaringan Komputer dengan
TCP/IP. Penerbit Informatika
Yani. A. 2007. Panduan Membangun
Jaringan Komputer. Kawan
Pustaka
10
PERILAKU PEMBELIAN PONSEL CERDAS (SMARTPHONE)
ANTARA
GAYA HIDUP DAN KEBUTUHAN
Oleh :
Caroline Felicia Christine Lawalata
Dosen Jurusan Computer Secretary & Public Relation
Email : kyfelicia@yahoo.com
ABSTRACT
Lifestyle is a persons pattern on living as expressed in his or her activities, interest and opinions. It
involves measuring consumers major AIO dimensions activities (works, hobbies, shopping, sport,
social events), interests (food, fashion, family, recreation) and opinions (about themselves, social
issues, business, products). It profiles a person whole pattern of acting and interacting in the world.
Life style also reflects the social class behind someone and social class is clearly visible to the
charateristics of particular products. Life style are one of several factors that affect consumer
behavior, one of the elements within personal charateristic that is very useful to formulate marketing
strategy. Consumer purchases are influenced strongly by cultural, social, personal and psychological
charateristics. This paper aims to analyze the influence of lifestyle behaviors on the purchases of
smartphone. Based on literature found that there is a significant influence on the lifestyle behavior of
purchase. This is the strengthening and providing support to the theory of the relationship and lifestyle
consumer behavior.
Key Words : purchasing behaviour, life style, needs
PERILAKU PEMBELIAN PONSEL cERDAS (SMARTPHONE) ANTARA gAyA hIDUP DAN KEBUTUhAN
(cAROLINE fELIcIA chRISTINE LAwALATA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
11
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan manusia seringkali kita
dihadapkan pada pilihan antara kebutuhan
dan gaya hidup. Kebutuhan manusia dan
bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut
adalah alasan mengapa manusia menjalani
kehidupannya, menjalani berbagai bentuk
pekerjaan dan usaha untuk mencukupi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Seiring
dengan perkembangan peradaban manusia,
kebutuhan manusia akan semakin
bertambah dan bervariasi. Kebutuhan tidak
hanya terbatas pada makanan, pakaian dan
pendidikan saja, tetapi juga kebutuhan
untuk meningkatkan status sosial
kehidupan manusia tersebut. Manusia
saling berinteraksi dan berkomunikasi
antara satu dengan lainnya dalam rangka
memenuhi kebutuhannya. Berbicara
tentang komunikasi, jelas bahwa
komunikasi merupakan kebutuhan manusia
yang sangat penting, komunikasi
dibutuhkan untuk memperoleh atau
memberi informasi dari atau kepada orang
lain. Kebutuhan mendapatkan informasi
semakin meningkat sehingga manusia
membutuhkan alat perantara dalam
melakukan komunikasi yang dapat
digunakan kapanpun dan dimanapun
mereka berada. Salah satu alat komunikasi
yang saat ini menjadi pembicaraan dan
pilihan setiap orang adalah ponsel cerdas
(smartphone). Seakan berlomba-lomba
semua produsen peralatan komunikasi ikut
mengeluarkan ponsel cerdas (smartphone)
dalam jajaran produksi ponsel mereka.
Sejak dua tahun terakhir ini, dimulai dari
tahun 2008, tidak jarang produsen
peralatan komunikasi mengeluarkan dua
sampai tiga seri ponsel cerdas dalam
beberapa pilihan kelebihan yang tentu saja
disesuaikan dengan harga yang harus
dibayar. Begitu halnya dengan konsumen,
dari kalangan pelajar sampai profesional
sepertinya merasa tidak percaya diri ketika
mereka tidak memiliki salah satu dari
ponsel cerdas (smartphone) tersebut.
Sepertinya di zaman perekonomian yang
sulit ini tidak mempengaruhi konsumen
untuk membeli ponsel cerdas
(smartphone). Terkadang harga sudah
tidak menjadi pertimbangan ketika mereka
sudah dihadapkan pada fitur-fitur canggih
yang memudahkan mereka berkomunikasi
seperti akses internet, kirim-terima email
bahkan menulis artikel dan membuat
laporan. Mendengarkan musik dan
mengambil gambar pun dapat dengan
mudah dilakukan. Beragam inovasi yang
ditawarkan membuat konsumen tertarik
akan kecanggihan ponsel cerdas tersebut.
Ditambah dengan fenomena booming
jejaring sosial di dunia maya seperti
facebook, twitter, friendster, foursquare,
flickr, myspace dan sebagainya.
Kecanggihan fitur yang ditawarkan
membuat siapapun penggunanya tampak
seperti orang yang tidak bisa lepas dari
ketergantungan terhadap ponsel cerdas
tersebut. Lembaga International Data
Corporation (IDC) memperkirakan ponsel
cerdas (smartphone) dengan tampilan data
komunikasi kuat akan menyingkirkan
ponsel tradisional terbukti dengan
melonjaknya penjualan ponsel cerdas
hingga 290 (dua ratus sembilan puluh)
persen sedangkan ponsel berteknologi
lama turun sebesar 51 (lima puluh satu)
persen. Melihat minat dan animo
masyarakat yang tinggi terhadap ponsel
cerdas (smartphone) ini apakah
melambangkan bahwa masyarakat kita
sudah melek akan teknologi (mainded),
tidak gagap teknologi dan membutuhkan
sarana komunikasi yang dapat mendukung
aktivitas mereka ataukah hanya sekedar
mengikuti trend dan gaya hidup agar tidak
tertinggal dalam pergaulan.
Konsumen adalah setiap orang pemakai
barang dan atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Consumer behavior can
be defined as the behavior that customer
display in searching for, purchasing,
using, evaluating, and disposing of
products, services, and ideas they expect
12
will satisfy they needs. (Schiffman dan
Kanuk, 2000). Artinya bahwa perilaku
konsumen merupakan perilaku yang
diperhatikan konsumen dalam mencari
mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan mengabaikan produk,
jasa, atau ide yang diharapkan dapat
memuaskan konsumen untuk dapat
memuaskan kebutuhannya dengan
mengkonsumsi produk atau jasa yang
ditawarkan. Dengan demikian konsumen
akan mengembangkan sejumlah alternatif
untuk sampai kepada keputusan membeli
atau tidak membeli suatu produk atau jasa.
Banyak faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen antara lain faktor
budaya, sosial, pribadi, dan psikologis.
Gaya hidup merupakan salah satu indikator
dari faktor pribadi yang turut berpengaruh
terhadap perilaku konsumen. Gaya hidup
juga merupakan frame of reference yang
dipakai seseorang dalam bertingkah laku
dan konsekuensinya akan membentuk pola
perilaku tertentu. Gaya hidup sangat
berkaitan dengan bagaimana seseorang
membentuk image di mata orang lain,
berkaitan dengan status sosial yang
disandangnya. Oleh karena itu gaya hidup
sering dikaitkan dengan salah satu faktor
mempengaruhi perilaku pembelian
konsumen, dimana konsumen memutuskan
untuk melakukan pembelian bukan hanya
semata-mata mempertimbangkan harga
namun prestise kenyamanan dan
penerimaan lingkungan menjadi pendorong
kuat dalam pertimbangan pembelian
tersebut. Dari latarbelakang yang telah
dijabarkan diatas maka penulisan ini
adalah untuk menjelaskan dan
menganalisis perilaku pembelian
konsumen terhadap ponsel cerdas
(smartphone) antara gaya hidup dan
kebutuhan. Apakah gaya hidup
mempengaruhi perilaku konsumen dalam
membeli ponsel cerdas (smartphone)?
Ataukah kebutuhan yang mendorong
konsumen melakukan pembelian ponsel
cerdas (smartphone)?
PEMBAHASAN
Berbicara mengenai kebutuhan,
kebanyakan manusia pada umumnya yang
berkembang selaras dengan perkembangan
usia dan dengan pencapaian status
ekonomi yang jika disusun bertumpuk
maka akan membentuk piramid. Dimana
kebutuhan penemuan jati diri dan
pendekatan diri kepada Tuhan menjadi
puncaknya. Mulai dari bawah ke atas,
secara berurutan, skala prioritas kebutuhan
manusia adalah sebagaimana berikut :
1. Kebutuhan biologis fisiologis fisikal
dan material yaitu kebutuhan primer
atau utama. Kebutuhan kelompok
ekonomi kelas bawah, sifatnya sesaat
dan sementara (instant and temporary),
contoh makan, minum, istirahat, tidur,
mandi, pakaian, hiburan, uang dan lain-
lain sebagainya.
2. Kebutuhan ekonomis finansial dan
intelektual yaitu kebutuhan sekunder
atau penunjang. Termasuk kebutuhan
kelompok ekonomi kelas bawah-atas
dan kelas menengah-bawah. Sifat
kebutuhannya jangka pendek (short
term), contoh pendidikan, peralatan
elektronik, perabotan rumahtangga,
kendaraan, rumah, kepemilikan tanah
dan rumah atau properti dan lain-lain
sebagainya.
3. Kebutuhan logis rasional dan legal
yaitu kebutuhan tertier atau pendukung.
Termasuk kebutuhan kelompok
ekonomi kelas menengah, sifatnya
jangka panjang (long term), contoh
pekerjaan, pernikahan, perlindungan,
keamanan, keselamatan, kesehatan,
olahraga, obat-obatan, tabungan,
asuransi, jamsostek, saham perusahaan,
gelar akademis, lingkup pergaulan dan
lain-lain sebagainya.
4. Kebutuhan psikologis emosional dan
sosial yaitu kebutuhan kuartener atau
kebutuhan tambahan. Termasuk
kebutuhan kelompok ekonomi kelas
menengah-atas dan kelas atas. Sering
disebut juga dengan kebutuhan lain-
lain, contoh prestasi, status sosial,
PERILAKU PEMBELIAN PONSEL cERDAS (SMARTPHONE) ANTARA gAyA hIDUP DAN KEBUTUhAN
(cAROLINE fELIcIA chRISTINE LAwALATA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
13
kedudukan, jabatan, pangkat, gelar
kehormatan, keanggotaan organisasi,
relasi, rekanan, dan lain-lain
sebagainya.
Kebutuhan muncul karena konsumen
merasakan ketidaknyamanan (state of
tension) antara yang seharusnya dirasakan
dan yang sesungguhnya dirasakan.
Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan
yang berbeda sehingga hal ini dapat
digunakan pemasar untuk mendorong
konsumsi suatu produk atau jasa (Maslow
dan McClelland, 1995). Dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, konsumen harus
memilih produk atau jasa yang akan
dikonsumsinya. Banyak pilihan yang
tersedia, kondisi yang dihadapi serta
pertimbangan-pertimbangan yang
mendasari akan membuat pengambilan
keputusan satu individu berbeda dari
individu lainnya. Pada saat seorang
konsumen baru akan melakukan pembelian
yang pertama kali akan berbeda dari
pembelian yang telah berulang kali
dilakukan. Proses pengambilan keputusan
diawali dengan adanya kebutuhan yang
berusaha untuk dipenuhi. Pemenuhan
kebutuhan ini terkait dengan beberapa
alternatif sehingga perlu dilakukan
evaluasi yang bertujuan memperoleh
alternatif terbaik dari persepsi konsumen.
Di dalam proses membandingkan ini
konsumen memerlukan informasi yang
jumlah dan tingkat kepentingannya
tergantung dari kebutuhan konsumen serta
situasi yang dihadapinya. Konsumen
memiliki pertimbangan-pertimbangan yang
berbeda ketika memutuskan untuk
melakukan pembelian terhadap ponsel
cerdas (smartphone). Konsumen membeli
ponsel cerdas (smartphone) didorong oleh
adanya kebutuhan akan komunikasi atau
dengan kata lain untuk mempermudah
komunikasi terutama bagi yang memiliki
mobilitas sangat tinggi. Diharapkan dengan
adanya ponsel pintar (smartphone) ini
memudahkan pemakainya untuk
melakukan komunikasi dimanapun mereka
berada seperti browsing, mengirimkan
email kepada rekan dan kolega serta
mengakses berita/email dengan cepat.
Beberapa perusahaan bahkan
menganjurkan karyawannya untuk
memakai ponsel cerdas (smartphone) agar
komunikasi antar rekan kerja lebih efektif
dan pekerjaan dapat diselesaikan dengan
tepat waktu tanpa harus mengeluarkan
biaya komunikasi yang besar. Disisi lain
ponsel cerdas (smartphone) ini juga
menarik minat kalangan pengguna
korporat, terutama karena dapat mengakses
berbagai aplikasi korporat seperti database
dan peranti-lunak Customer Relationship
Management (CRM).
Perilaku konsumen adalah proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik
individu-individu yang semuanya
melibatkan individu dalam menilai,
mendapatkan, menggunakan atau
mengabaikan barang-barang dan jasa.
Consumer behavior may be defined as the
decision process and physical activity
individuals engage in when evaluating,
acquiring, using, or disposing of goods
and service (Loudon dan Della Bitta,
1993). Perilaku konsumen dapat dijelaskan
juga sebagai the various facets of the
decision of the decision process by which
customers come to purchase and consume
a product (Ebert dan Griffin, 1995).
Perilaku konsumen adalah upaya
konsumen untuk membuat keputusan
tentang suatu produk yang dibeli dan
dikonsumsi. Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen adalah
faktor eksternal dan Internal. Faktor
eksternal merupakan pengaruh keluarga,
kelas sosial, kebudayaan, marketing
strategy dan kelompok referensi.
Kelompok referensi merupakan kelompok
yang memiliki pengaruh langsung maupun
tidak langsung pada sikap dan perilaku
konsumen. Kelompok referensi
mempengaruhi perilaku seseorang dalam
pembelian dan sering dijadikan pedoman
oleh konsumen dalam bertingkah laku.
Untuk faktor internal perilaku konsumen
dipengaruhi oleh motivasi, persepsi, sikap,
14
gaya hidup, kepribadian dan belajar.
Belajar menggambarkan perubahan dalam
perilaku seseorang individu yang
bersumber dari pengalaman. Seringkali
perilaku manusia diperoleh dari
mempelajari sesuatu. Keputusan pembelian
dari pembeli sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor (Philip Kotler dan Gary
Amstrong, 1996)
1. Faktor Budaya memberikan pengaruh
paling luas dan dalam pada perilaku
konsumen. Perusahaan harus
mengetahui peranan yang dimainkan
oleh budaya, sub-budaya dan kelas
sosial pembeli. Budaya adalah
penyebab paling mendasar dari
keinginan dan perilaku seseorang.
Budaya merupakan kumpulan nilai-
nilai dasar, persepsi, keinginan dan
perilaku yang dipelajari oleh seorang
anggota masyarakat dari keluarga dan
lembaga penting lainnya. Sub-budaya
dapat dibedakan menjadikan empat
jenis yaitu kelompok nasionalisme,
kelompok keagamaan, kelompok ras,
dan kelompok area geografis. Kelas
sosial adalah masyarakat yang relatif
permanen dan bertahan lama dalam
suatu masyarakat yang tersusun secara
hierarki dan keanggotaannya
mempunyai nilai, minat dan perilaku
yang serupa. Kelas sosial bukan
ditentukan oleh satu faktor tunggal
seperti pendapatan tetapi diukur dari
kombinasi pendapatan, pekerjaan,
pendidikan, kekayaan dan variable
lain.
2. Faktor Sosial yaitu perilaku konsumen
yang dipengaruhi oleh faktor sosial
seperti kelompok kecil, keluarga serta
peranan dan status sosial konsumen.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh
banyak kelompok kecil. Kelompok
yang mempunyai pengaruh langsung.
Definisi kelompok adalah dua orang
atau lebih yang berinteraksi untuk
mencapai sasaran individu atau
bersama. Keluarga dapat
mempengaruhi perilaku pembelian.
Keputusan pembelian keluarga
tergantung pada produk, iklan dan
situasi.
3. Faktor Pribadi dipengaruhi oleh
karateristik pribadi seperti umur dan
tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi
ekonomi, gaya hidup serta kepribadian
dan konsep diri pembeli. Konsumsi
seseorang dibentuk oleh tahapan siklus
hidup keluarga. Situasi ekonomi
seseorang akan mempengaruhi
pemilihan produk. Situasi ekonomi
seseorang terdiri dari pendapatan yang
dapat dibelanjakan (tingkatnya,
stabilitas dan polanya), tabungan dan
hartanya termasuk presentase yang
mudah dijadikan uang. Gaya hidup
adalah pola hidup yang diekspresikan
oleh kegiatan, minat dan pendapat
seseorang. Gaya hidup
menggambarkan seseorang secara
keseluruhan yang berinteraksi dengan
lingkungan. Gaya hidup
mencerminkan sesuatu dibalik kelas
sosial seseorang. Kepribadian adalah
karateristik psikologis yang berada
dari setiap orang yang memandang
responnya terhadap lingkungan yang
relatif konsisten. Kepribadian adalah
variabel yang berguna dalam
menganalisa perilaku konsumen. Bila
jenis-jenis kepribadian dapat
diklasifikasikan dan memiliki korelasi
yang kuat antara jenis-jenis
kepribadian tersebut dengan berbagai
pilihan produk atau merek.
4. Faktor Psikologis adalah pemilihan
barang yang dibeli seseorang lebih
lanjut dipengaruhi oleh faktor
psikologis yaitu motivasi, persepsi,
pengetahuan dan kepercayaan.
Motivasi merupakan kebutuhan yang
cukup menekan untuk mengarahkan
seseorang mencari cara untuk
memuaskan kebutuhan tersebut.
Beberapa kebutuhan bersifat biogenik,
kebutuhan ini timbul dari suatu
keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa
lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman.
Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain
bersifat psikogenik yaitu kebutuhan
PERILAKU PEMBELIAN PONSEL cERDAS (SMARTPHONE) ANTARA gAyA hIDUP DAN KEBUTUhAN
(cAROLINE fELIcIA chRISTINE LAwALATA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
15
yang timbul dari keadaan fisologis
tertentu, seperti kebutuhan untuk
diakui, kebutuhan harga diri atau
kebutuhan diterima. Persepsi
didefinisikan sebagai proses dimana
seseorang memilih,
mengorganisasikan, mengartikan
masukan informasi untuk menciptakan
suatu gambaran yang berarti. Orang
dapat memiliki persepsi yang berbeda-
beda dari objek yang sama karena tiga
proses persepsi yaitu perhatian yang
selektif, gangguan yang selektif dan
mengingat kembali yang selektif.
Proses pengambilan keputusan pembelian
terdiri dari lima tahap, yaitu: pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi,
pengevaluasian alternatif, keputusan
pembelian, dan perilaku setelah pembelian.
Pencarian informasi dibutuhkan sebagai
alat pertimbangan dari berbagai alternatif
yang ada. Hasil yang diharapkan dari
pencarian informasi ini adalah
meningkatkan pengetahuan atas produk,
meningkatkan hasil pembelian yang
memuaskan serta dapat membuat
keputusan pembelian yang lebih baik.
Kegiatan pencarian informasi dilakukan
oleh konsumen yang mempunyai
kesadaran terhadap kebutuhan dan
keinginannya. Konsumen yang baru
mengenal dan menggunakan ponsel cerdas
(smartphone) akan mencari berbagai
macam informasi dan mempertimbangkan
atribut-atribut perilaku pembelian,
diantaranya :
1. Operating system. Operating system
seperti Windows Mobile, Linux Mobile,
Blackberry, Android, Palm OS,
Symbian pada ponsel cerdas
(smartphone) memiliki keunggulan
tersendiri. Konsumen yang akan
menyesuaikan fungsinya dengan
kebutuhan yang diinginkan.
2. Operator ponsel (provider), berbagai
macam paket atau sistem bundling
ditawarkan oleh penyedia jasa layanan
operator ponsel. Yang perlu
dipertimbangkan adalah kualitas
jaringan dari operator selular tersebut
serta tarif yang ditawarkan.
3. Download speed atau kecepatan
pengambilan data merupakan salah satu
pertimbangan ketika akan membeli
ponsel cerdas (smartphone). Fasilitas
yang ditawarkan untuk mendukung
kecepatan pengambilan data yang
ditawarkan seperti GPRS, EDGE, 3G
hingga HSDPA (High Speed Downlink
Package Access).
4. Keypad juga termasuk pertimbangan
dalam menentukan pemilihan ponsel
cerdas (smartphone), apakah konsumen
memilih keypad numerik atau qwerty
(susunan huruf pada keyboard
computer).
5. Untuk connectivity disini konsumen
harus mencari informasi apakah ponsel
cerdas yang akan dibeli memiliki
sambungan ke perangkat lain maupun
kabel data yang memudahkan ketika
harus memindahkan data ke komputer
atau perangkat lainnya.
6. Memory disesuaikan dengan kebutuhan
yang diinginkan. Sebaiknya slot
eksternal memory harus dimiliki pada
ponsel cerdas (smartphone) yang akan
dibeli
7. Ukuran layar pada setiap ponsel cerdas
(smartphone) berbeda, ukuran besar
akan memudahkan dalam mengerjakan
dokumen.
8. Aplikasi pengolahan dokumen, push
email maupun entertainment.
9. Pertimbangan akan daya tahan baterai
baik waktu bicara maupun pada saat
mendengarkan musik, video dan
aplikasi lainnya.
10. Konsumen harus memastikan garansi
(layanan purna jual) yang jelas.
11. Kenyamanan dalam menggunakan
ponsel cerdas (smartphone) tersebut,
baik kenyamanan akan fitur-fitur dan
kelebihan yang ditawarkan juga
kenyamanan akan harga yang sesuai
dengan fitur yang ditawarkan.
Sementara pengguna ponsel pintar
(smartphone) lainnya memiliki pendapat
16
yang berbeda, memiliki ponsel pintar
(smartphone) disebabkan oleh adanya
dorongan atau motivasi bahwa dengan
memiliki ponsel pintar (smartphone)
tersebut menggambarkan tingkat ekonomi
seseorang. Bahkan ponsel cerdas
(smartphone) tersebut jarang difungsikan,
hanya untuk mengikuti trend (gaya hidup).
Sebagian orang terutama di kota-kota besar
memiliki ponsel cerdas (smartphone)
sudah menjadi bagian dari gaya hidup,
bahkan penggunaan ponsel cerdas
(smartphone) ini bukan saja dikonsumsi
oleh para pekerja tetapi juga dikonsumsi
dan dimanfaatkan oleh para pelajar untuk
sekedar bertukar pesan maupun terhubung
dengan situs-situs pertemanan. Dalam
pembelian ponsel cerdas (smartphone)
konsumen mempertimbangkan beberapa
atribut gaya hidup sebelum mengambil
keputusan pembelian seperti membeli
karena merek, ingin dinilai sebagai orang
yang gaya dan mengikuti model, faktor
kenyamanan dan motivasi membeli karena
keinginan. Gaya hidup adalah pola hidup
seseorang di dunia yang diekspresikan
dalam aktivitas, minat dan opininya
(Kotler, 2002). Gaya hidup
menggambarkan keseluruhan diri
seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Gaya hidup mencerminkan
keseluruhan pribadi yang berinteraksi
dengan lingkungan. Gaya hidup
menggambarkan seluruh pola seseorang
dalam beraksi dan berinteraksi di dunia.
Gaya hidup adalah A mode of living that
is identified by how people spend their time
(activities), what they consider important
in their environment (interest), and what
they think of themselves and the world
around them (opinions) (Assael, 1984 :
252). Faktor-faktor utama pembentuk gaya
hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu
secara demografis dan psikografis. Faktor
demografis berdasarkan tingkat
pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan
jenis kelamin. Sedangkan faktor
psikografis lebih kompleks karena
indikator penyusunnya dari karateristik
konsumen. Peneliti pasar yang menganut
pendekatan gaya hidup cenderung
mengklasifikasikan konsumen berdasarkan
variabel-variabel AIO, yaitu aktivitas-
aktivitas, interest (minat) dan opini (Kasali,
1998). Segmentasi gaya hidup mengukur
manusia dalam hal pola seseorang dalam
menghabiskan waktunya, minat seseorang,
pandangan seseorang terhadap diri sendiri
dan orang lain serta karakter-karakter dasar
seperti tahap yang dilalui seseorang dalam
kehidupan (life cycle), penghasilan,
pendidikan dan dimana mereka tinggal.
VALS (Value and Lifestyle) adalah salah
satu contoh pendekatan segmentasi gaya
hidup yang lain (Joseph Plumer, 1974).
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di
dunia yang diekspresikan dalam aktivitas
atau kegiatan (pekerjaan, hobi, belanja,
olahraga dan kerja sosial), minat
(makanan, mode, keluarga dan rekreasi)
dan opininya (pendapat tentang diri mereka
sendiri, isu-isu sosial, bisnis dan produk).
Gaya hidup menggambarkan keseluruhan
diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Gaya hidup merupakan
pola hidup yang menentukan bagaimana
seseorang memilih untuk menggunakan
waktu, uang dan energi dan merefleksikan
nilai-nilai, rasa dan kesukaan. Bagaimana
seseorang menjalankan apa yang menjadi
konsep dirinya yang ditentukan oleh
karateristik individu yang terbangun dan
terbentuk sejak lahir dan seiring dengan
berlangsungnya interaksi sosial selama
mereka menjalani siklus kehidupan. Pada
dasarnya gaya hidup mencerminkan
perilaku konsumen, gaya hidup seringkali
memiliki hubungan dengan kelas sosial
tertentu dan karateristik produk tertentu
pula. Jenis produk tertentu seperti ponsel
cerdas (smartphone) bahkan memiliki daya
tarik tertentu yang menyebabkan
konsumen mengembangkan pertimbangan
lain selain harga dalam mendorong
pembeliannya. Nilai-nilai individu akan
menentukan gaya hidup seseorang dan
gaya hidup seseorang akan menentukan
konsumsi atau perilaku seseorang.
Sebagian ahli memiliki pendapat yang
PERILAKU PEMBELIAN PONSEL cERDAS (SMARTPHONE) ANTARA gAyA hIDUP DAN KEBUTUhAN
(cAROLINE fELIcIA chRISTINE LAwALATA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
17
sedikit berbeda. Mereka berpendapat
bahwa nilai-nilai individu mempunyai
hubungan langsung terhadap perilaku
konsumen. Konsumen membeli ponsel
cerdas (smartphone) sebagai kelengkapan
penampilan atau aksesoris fashion saja
tanpa memaksimalkan penggunaan fitur-
fitur yang ada. Konsumen membeli ponsel
cerdas (smartphone) bukan semata-mata
didorong oleh kebutuhan (needs) tetapi
sekedar untuk memenuhi keinginan
(desire) guna menaikkan status. Pemakaian
ponsel cerdas (smartphone) sudah
merupakan bagian dari gaya hidup karena
selalu dihubungkan dengan kemudahan-
kemudahan yang ditawarkan seperti
membantu pemakainya terhubung dengan
internet selama 24 (dua puluh empat) jam.
Dimana dalam 24 (dua puluh empat) jam
tersebut mereka bisa melakukan berbagai
macam hal termasuk chatting dengan
berbagai macam aplikasi messengger yang
tersedia di dalam ponsel cerdas tersebut.
Sehingga komunikasi antara teman,
saudara, rekan kerja atau orang-orang yang
berada dalam networking pemakai tersebut
tidak akan pernah terganggu dan terhalang
oleh keterbatasan sarana komunikasi.
Kemudian adanya layanan push email
memudahkan kita menerima email
langsung dari pengirimnya sama seperti
saat kita menerima sms (short message
service) dan kitapun bisa langsung
membalasnya. Dengan adanya fasilitas-
fasilitas ini tentu saja membantu pemakai
ponsel cerdas (smartphone) untuk tetap up-
to-date dengan networking si pemakai
ponsel tersebut, tidak akan ketinggalan dan
kehilangan berita penting. Untuk aplikasi
entertainment, tersedianya kamera dalam
ponsel cerdas (smartphone) ini dapat
membantu para pemakai ponsel cerdas
(smartphone) untuk langsung mengunggah
(upload) foto ke berbagai jaringan sosial
online yang saat ini sedang booming
seperti facebook, flickr, myspace dan
sebagainya. Semua orang yang berada
dalam networking pemakai ponsel cerdas
(smartphone) bisa langsung menikmati apa
yang disajikan oleh si pemilik foto
tersebut. Sebut saja Blackberry, salah satu
merek smartphone (ponsel cerdas) yang
saat ini menguasai pasar Indonesia, setelah
Nokia dan Symbian Operating Systemnya.
Blackberry diciptakan oleh RIM (Research
in Motion), sebuah perusahaan dari
Kanada, mencatat bahwa hanya 30% (tiga
puluh persen) dari pengguna Blackberry di
Indonesia yang menggunakan sebagai
keperluan bisnis, sedangkan 70% (tujuh
puluh persen) menggunakan untuk
Blackberry Messenger dan keperluan
jejaring sosial seperti Facebook, Twitter,
MySpace (articlesnatch.com). Ponsel
cerdas (smartphone) begitu cepat
perkembangannya hingga menjadi sebuah
symbol identitas.
SIMPULAN
Untuk produk ponsel cerdas (smartphone)
yang sedang menjadi trend di masyarakat
saat ini, keputusan pembelian tidak terkait
dengan adanya kepercayaan terhadap nilai-
nilai tertentu. Pemakaiannya identik
dengan ponsel-ponsel jenis biasa lainnya.
Pertimbangan pembelian lebih kepada
trend yang berlaku dan kelebihan fitur-fitur
yang ditawarkan dalam ponsel cerdas
(smartphone) dibandingkan dengan ponsel
biasa. Produk-produk yang dapat
memberikan manfaat lebih cepat
cenderung berkemungkinan lebih tinggi
untuk paling tidak dicoba oleh konsumen.
Selanjutnya adalah kesederhanaan sejauh
mana suatu produk yaitu ponsel cerdas
(smartphone) tersebut memiliki fungi yang
dimengerti dan mudah digunakan
konsumen. Manfaat relative adalah sejauh
mana suatu produk memiliki keunggulan
bersaing yang bertahan atas kelas produk,
bentuk produk dan merek lainnya.
Persaingan di kelas produk ponsel cerdas
(smartphone) sangat tinggi karena pilihan
konsumen berdasarkan fungsi dan selera.
Ditambah lagi adanya makna suatu produk
atau merek bagi konsumen dan bagaimana
pengalaman konsumen ketika membeli dan
menggunakannya. Perilaku konsumen akan
ditunjukkan dengan sejauh mana mereka
18
melalui tahap-tahap keputusan pembelian
dan didorong oleh beberapa faktor untuk
sampai pada suatu keputusan pembelian
sebuah produk. Dari tinjauan literatur
menunjukkan bahwa gaya hidup
merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku pembelian. Hal ini
mengandung implikasi bahwa karateristik
produk seperti ponsel cerdas (smartphone)
sangat dipengaruhi gaya hidup, dimana
simbolisme produk menjadi kekuatan dari
produk yang menyebabkan produk ini
banyak disenangi oleh konsumen.
Sebaiknya pihak produsen ponsel cerdas
(smartphone) mempertimbangkan bahwa
faktor gaya hidup berpengaruh terhadap
proses pembelian.
DAFTAR PUSTAKA
Assael, Henry. 1998. Consumer Behaviour
and Marketing Action, Sixth Edition,
International Thomson Publishing.
Ebert, Ronald J.; Griffin, Ricky E. 1995.
Bisnis Essentials. Edisi: 5th ed. New
Jersey: Prentice Hall
Kasali, Rhenald. 1998. Membidik Pasar
Indonesia: Segmentasi, Targeting,
dan Positioning. Gramedia, Jakarta.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2004.
Principles of Marketing, IE.
Prentice-Hall, New Jersey.
Kotler, Phillip and Gary Armstrong. 1996.
Principles of Marketing, 7th Edition,
Prentice- Hall, New Jersey.
Loudon, David L. dan Albert J. Della Bitta.
1993. Consumer Behavior. 4th Ed.
McGraw Hill.
Maslow, Abraham H. 1995. Motivation
and Personality. Harper, New York, USA.
Octavia, Ade 2009. Gaya Hidup dan
Perilaku Pembelian Emas Putih
dalam Penelitian untuk Jurnal
Manajemen Pemasaran Modern.
Fakultas Ekonomi, Universitas Jambi
Plumer, Joseph. 1974. The Concept and
Application of Life Style
Segmentation dalam Journal of
Marketing, 38 (January) hal33-37.
Peter, J. Paul and Jerry C.Olson. 2000.
Consumen Behavior : Perilaku
Konsumen dan Strategi
Perusahaanan. Jilid 1,2. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Schiffman, Leon G. dan Leslie Lazar
Kanuk. 2000. Consumer Behavior.
7th ed. Prentice Hall. New Jersey:
Upper Saddle River.
Sekaran, Uma. 1992. Research Method for
Business: A Skill-Building Approach,
Second Edition, Singapore: John
Wiley & Sons, Inc.
Solomon, M.R. 1999. Consumer Behavior:
Buying, Having, Being. 4th Ed.
Prentice Hall, New Jersey.
Sumarwan, Ujang, Dr. Ir, M.Sc. 2003.
Perilaku Konsumen, Teori, dan
Penerapannya dalam Pemasaran.
Edisi Pertama. Ghalia Indonesia.
PERILAKU PEMBELIAN PONSEL cERDAS (SMARTPHONE) ANTARA gAyA hIDUP DAN KEBUTUhAN
(cAROLINE fELIcIA chRISTINE LAwALATA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
19
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR
Oleh:
Putu Astri Lestari
Ketua Jurusan Manajemen Informatika
Email: smart_girly82@yahoo.com
ABSTRAK
Pada era globalisasi saat ini, informasi merupakan suatu hal yang penting di dalam
memutuskan langkah organisasi guna memenangkan persaingan. Organisasi menggantungkan
diri pada sistem informasi untuk mempertahankan kemampuan berkompetisi. Lembaga
Perkreditan Desa merupakan salah satu organisasi yang menggunakan sistem informasi
akuntansi. Seiring dengan kemajuan teknologi, Lembaga Perkreditan Desa mulai
mengembangkan sistem informasi terkomputerisasi pada lembaga-nya agar mengikuti
perkembangan teknologi.
Penelitian ini ingin mengetahui bukti empiris tentang faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi pada lembaga perkreditan desa di kota
Denpasar. Pengumpulan data diperoleh dengan wawancara dan menyebarkan kuisioner pada
LPD di kota Denpasar. Data yang diperoleh kemudian diuji kualitasnya dengan uji validitas
dan reliabilitas. Untuk menganalisis data digunakan Uji Pearson Product Moment dan Uji
Mann-Whitney Test.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diketahui bahwa dari tujuh hipotesis yang
diajukan, terbukti ada enam faktor yang mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi
yaitu keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi akuntansi, kemampuan
teknik personal sistem informasi akuntansi, dukungan manajemen puncak, formalisasi
pengembangan sistem informasi, program pelatihan dan pendidikan pemakai, dan keberadaan
dewan pengarah sistem informasi. Jadi dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut
diharapkan akan meningkatkan kinerja sistem informasi akuntansi dapa lembaga perkreditan
desa.
Key words: Kinerja, Sistem Informasi Akuntansi
20
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi
berdampak pada penemuan-penemuan
baru diberbagai bidang, yang pada masing-
masing penemuan bermunculan beragam
inovasi. Misalnya yang terdapat pada
bidang komunikasi. Kemajuan teknologi
komunikasi sekarang mempunyai
pengaruh pada perkembangan pengolahan
data. Saat ini, sudah beragam sarana dan
prasarana komunikasi bermunculan di
seluruh lapisan masyarakat seperti internet,
telepon seluler, dan sebagainya.
Perkembangan teknologi ini pun
berdampak pada organisasi, yaitu mampu
mempercepat mendapatkan input
informasi yang nantinya akan
menghasilkan output keputusan yang dapat
diandalkan. Dalam era globalisasi saat ini,
informasi merupakan suatu hal yang
penting di dalam memutuskan langkah
organisasi guna memenangkan persaingan.
Informasi pada organisasi dikelola melalui
sebuah sistem, yang disebut sistem
informasi.
Sistem informasi akuntansi
merupakan aktivitas pendukung yang
penting di dalam menjalankan aktivitas
utama agar lebih efektif dan efisien. Dalam
sistem informasi itu sendiri juga perlu
dilakukan suatu pengembangan sistem
informasi. Secara umum pengembangan
sistem informasi dilakukan melalui tiga
fase, yang terdiri dari: analisis sistem,
perancangan sistem, dan implementasi
sistem. Pada fase analisis sistem,
dilakukan pendefinisian akan kebutuhan
informasi yang dibutuhkan oleh pemakai.
Fase perancangan sistem membuat
alternatif-alternatif rancangan serta
melakukan evaluasi terhadap rancangan
alternatif dari sistem yang diusulkan. Dan
pada fase implementasi sistem, terjadi
manakala sistem terbaru telah terpasang
dan berjalan di dalam peralatan komputer.
Kemudian keluaran disediakan bagi
pemakai, sebagai perlengkapan proses
pengembangan sistem.
Baik buruknya kinerja dari sebuah
sistem informasi akuntansi dapat dilihat
melalui kepuasan dari pemakai sistem
informasi akuntansi itu sendiri (User
Accounting Information System
Satisfaction) dan pemakaian dari sistem
informasi akuntansi (User Accounting
Information System Use). Soegiharto
(2001) dan Tjhai Fung Jen (2002) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa ada
beberapa faktor yang berpengaruh pada
kinerja Sistem Informasi Akuntansi, antara
lain:
a. Keterlibatan pemakai dalam
pengembangan SIA (User
Involvement in AIS
Development);
b. Kemampuan teknik dari
personal SIA (Technical
Capability of AIS Personal);
c. Ukuran Organisasi
(Organization Size)
d. Dukungan Manajemen Puncak
(Management Support);
e. Formalisasi Pengembangan
Sistem Informasi
(Formalization of IS
Development);
f. Program Pelatihan dan
Pendidikan Pemakai (User
Training and Education
Program);
g. Keberadaan Dewan Pengarah
Sistem Informasi (IS Steering
Committee);
h. Lokasi Departemen Sistem
Informasi (Location of IS
Departement)
Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
adalah lembaga ekonomi milik masyarakat
yang dikelola oleh desa adat dan bertujuan
untuk membantu masyarakat desa dalam
menunjang kelancaran perekonomiannya
melalui tabungan yang terarah dan
penyaluran modal yang efektif. Sebagai
suatu lembaga keuangan, LPD merupakan
salah satu organisasi yang menggunakan
sistem informasi akuntansi. Seiring dengan
kemajuan teknologi, LPD mulai
mengembangkan sistem informasi
fAKTOR-fAKTOR yANg MEMPENgARUhI KINERJA SISTEM INfORMASI
AKUNTANSI PADA LEMBAgA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR
(PUTU ASTRI LESTARI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
21
terkomputerisasi pada lembaga-nya agar
mengikuti perkembangan teknologi.
Melalui informasi yang dihasilkan,
sistem informasi akuntansi mempunyai
tiga tujuan utama (Wilkinson, 2000 dalam
Jogiyanto, 2003 : 277) sebagai berikut:
a. Untuk mendukung operasi
operasi sehari hari (to support
the day to day operations)
b. Mendukung pengambilan
keputusan manajemen (to
support decision making by
internal decision makers)
c. Untuk memenuhi kewajiban
yang berhubungan dengan
pertanggungjawaban (to fulfill
obligations relating to
stewardhip)
Galletta dan Lederer (1989) dalam
Rusma Mulyadi (1999) mengemukakan
bahwa ukuran keberhasilan sistem
informasi yang sering digunakan terbagi
dalam dua kategori umum, yaitu ekonomi
dan personal. Hasil ekonomi yang
dimaksudkan berupa meningkatnya
keuntungan, sedangkan hasil personal
yaitu kepuasan para penggunanya dan
penggunaan sistem informasi.
Beberapa penelitian mengenai
praktik dan pengembangan akuntansi di
Negara berkembang menunjukkan hasil
bahwa umumnya di Negara tersebut
mempunyai masalah dalam hal laporan
akuntansi yang baik (Whittle 1980; Holzer
dan Chandler 1981; dalam Sunarti
Setianingsih, 1998). Selain hal itu
keterlambatan waktu pelaporan, akurasi
dan realibilitas data, lemahnya
pengendalian intern serta kurangnya
auditibility dari sistem informasi akuntansi
seringkali disebut sebagai masalah lain
yang menyebabkan tidak memadainya
laporan akuntansi. Komputerisasi sistem
akuntansi merupakan salah satu alternatif
yang dapat mengatasi masalah tersebut.
Pengembangan sistem akuntansi yang
terkomputerisasi memerlukan suatu
perencanaan dan implementasi yang hati-
hati, untuk menghindari adanya penolakan
terhadap sistem yang dikembangkan
(resistance to change).
Pengembangan sistem adalah
proses memodifikasi atau mengubah
bagian atau keseluruhan sistem informasi.
Proses ini merupakan aktivitas yang
berkesinambungan dan setiap proyek
pengembangan sistem akan melalui siklus
hidup pengembangan sistem.
Tabel 1
Siklus Hidup Pengembangan Sistem
1
General Phase Detailed Phase
Analysis Feasibility assessment
Information analysis
Design System design
Program development
Procedure development
Implementation Conversion
Operation and Maintenance
Audit and Review

1
Bodnar G.H. and Hopwood W.S. (1995). Accounting Information System, p. 351
22
Kepuasan pemakai
diidentifikasikan sebagai salah satu
indikator keberhasilan pengembangan
sistem informasi (Mckeen et. Al. 1994;
Choe 1996 dalam Sunarti Setianingsih,
1998). Kepuasan pemakai sistem informasi
berkaitan dengan seberapa jauh
pemakai percaya pada sistem
informasi yang disediakan untuk
memenuhi kebutuhan informasi yang
mereka butuhkan.
Faktor-faktor penentu keberhasilan
pengembangan sistem (Sunarti
Setianingsih, 1998), antara lain:
Partisipasi Pemakai. Partisipasi
digunakan untuk menunjukkan intervensi
personal yang nyata atau aktivitas pemakai
dalam pengembangan sistem informasi.
Mulai dari tahap perencanaan,
pengembangan sampai tahap implementasi
sistem informasi. Ada tiga jenis partisipasi
pemakai dalam pengembangan sistem,
yaitu konsultatif, representatif, dan
consensus (Mumford 1983 dalam Sunarti
Setianingsinh, 1998). Tiga jebis ini
dibedakan berdasarkan tingkat pengaruh
dan kontrol yang diberikan oleh pemakai.
Keterlibatan Pemakai.
Keterlibatan sebagai suatu keadaan
psikologi yang subyektif (Barki dan
Hartwick, 1989 dalam Sunarti
Setianingsih, 1998). Salah satu pendekatan
yang memfokuskan keterlibatan pemakai
dalam pengembangan sistem adalah user-
led development approach. Pendekatan ini
dilakukan dengan melibatkan pemakai
dalam proyek pengembangan sistem.
Wakil pemakai memiliki kontrol yang
jelas pada keseluruhan proyek.
Komunikasi Pemakai
Pengembang. Pemakai mempunyai
informasi dan pemahaman tentang
dinamika lingkungan. Pemakai perlu
menyampaikan pemahaman dan wawasan
mereka tentang praktik bisnis secara akurat
dan lengkap ke pengembang yang
selanjutnya pengembang harus menerima
informasi ini dan mentranslasikannya ke
dalam sistem kerja (Mintberg, 1970 dalam
Sunarti Setianingsih, 1998).
Dukungan Manajemen Puncak.
Dukungan manajemen puncak memegang
peranan penting dalam keberhasilan
implementasi sistem informasi. Dukungan
tersebut tidak hanya untuk alokasi sumber
daya yang diperlukan untuk sumber
tersebut, namun yang terpenting
memberikan strong signal bagi karyawan
bahwa perubahan yang dilakukan
merupakan suatu yang penting (Muntoro,
1994 dalam Sunarti Setianingsih, 1998).
Pelatihan. Sebelum menerima atas
sistem yang baru, seseorang terlebih
dahulu akan mengetahui adanya perubahan
tersebut dan kemudian akan berusaha
untuk memahaminya. Hal tersebut dapat
dicapai melalui pelatihan yang tepat.
Pelatihan juga akan meningkatkan rasa
percaya diri karyawan dalam menghadapi
sistem yang baru.
Pemberitahuan awal atas
perubahan sistem. Dengan informasi
yang tepat dan memadai atas perubahan
sistem, maka apa yang diharapkan akan
dicapai oleh sistem serta konsekuensi dari
adanya perubahan tersebut akan
memberikan pemahaman yang lebih baik
bagi karyawan.
Kualitas Pemakai. Bagaimanapun
canggihnya sistem informasi, jika kualitas
pemakai tidak sesuai dengan kualitas yang
dibutuhkan untuk menjalankan sistem
informasi, maka keberhasilan
pengembangan sistem informasi akan sulit
dicapai. Amoroso et. Al (1989) dalam
Sunarti Setianingsih (1998) mengakui
bahwa pekerja yang berkualitas adalah
faktor yang memegang peranan penting
dalam keberhasilan implementasi dan
penggunaan teknologi informasi yang
canggig dalam organisasi.
Khalil (1997) dalam Tjhai Fung Jen
(2002) mengukur efektifitas sistem
informasi dengan menggunakan kepuasan
pemakai dan pemakaian sistem. Soegiharto
(2001) dan Choe (1996) dalam Tjhai Fung
Jen (2002) mengukur kinerja sistem
informasi akuntansi dari sisi pemakai
(user) dengan membagi kinerja sistem
fAKTOR-fAKTOR yANg MEMPENgARUhI KINERJA SISTEM INfORMASI
AKUNTANSI PADA LEMBAgA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR
(PUTU ASTRI LESTARI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
23
informasi akuntansi kedalam dua bagian
yaitu kepuasan pemakai informasi (user
information satisfaction) dan pemakaian
sistem informasi (system usage) sebagai
pengganti variabel kinerja sistem informasi
akuntansi.
Conrath dan Mignen (1990) dalam
Tjhai Fung Jen (2002) mengatakan
kepuasan pemakai sistem informasi dapat
diukur dari kepastian dalam
mengembangkan apa yang mereka
perlukan. Delone McLean (1992) seperti
yang dikutip oleh Soegiharto (2001)
mengemukakan : Ketika sebuah sistem
informasi diperlukan, penggunaan sistem
akan menjadi kurang dan kesuksesan
manajemen dengan sistem informasi dapat
menentukan kepuasan pemakai.
Soegiharto (2002) mengemukakan bahwa
kepuasan pemakai juga direkomendasikan
sebagai penyedia ukuran sukses di dalam
penelitian tentang informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh
Hamilton dan Chervany (1981), Ives dan
Olson (1984) dalam Tjhai Fung Jen (2002)
menunjukkan sistem informasi yang
banyak digunakan menunjukkan
keberhasilan sebuah sistem informasi
manajemen, yang artinya pada saat jam
atau waktunya penggunaan sistem
informasi apabila frekuensi
penggunaannya sering maka sistem ini
dikatakan baik. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Jahangir et al (2000) dalam
Tjhai Fung Jen (2002) menunjukkan
perbedaan penentuan keberhasilan
komputer adalah tidak berdiri sendiri
sehingga pemakaian sistem digunakan
untuk melakukan penelitian mengenai
sistem informasi. Setelah melakukan
review ulang studi empiris Delone dan
MacLean (1992) dalam Soegiharto (2001)
menemukan pemakaian sistem oleh
karyawan merupakan salah satu dari
beberapa ukuran yang terbilang berhasil.
Dari semua ukuran yang diidentifikasi,
pemakaian sistem merupakan variabel
yang paling obyektif dan paling mudah
dihitung.
Beberapa penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
sistem informasi akuntansi adalah sebagai
berikut:
a. Keterlibatan Pemakai dalam
Proses Pengembangan Sistem
Penelitian yang dilakukan oleh
Soegiharto (2001) dengan
responden perusahaan di
Australia, menemukan
hubungan yang positif dan
signifikan antara keterlibatan
pemakai dalam pengembangan
sistem dan pemakaian sistem
serta hubungan yang positif
tetapi tidak signifikan antara
variabel keterlibatan pemakai
dan kepuasan pemakai sistem
informasi akuntansi. Tjhai Fung
Jen (2002) pada penelitiannya
menemukan variabel
keterlibatan pemakai dalam
proses pengembangan sistem
informasi akuntansi, dari
koefisien korelasi menunjukkan
hubungan yang positif terhadap
kinerja sistem informasi
akuntansi. Dari dua variabel
yang digunakan untuk
menentukan kinerja SIA,
variabel keterlibatan pemakai
hanya mempengaruhi secara
signifikan terhadap pemakaian
sistem informasi.
b. Kemampuan Teknik Personal
Sistem Informasi
Penelitian yang dilakukan oleh
Soegiharto (2001), tidak dapat
menemukan adanya hubungan
yang signifikan antara faktor
kemampuan teknik personal
sistem informasi dan kinerja
sistem informasi akuntansi.
Tjhai Fung Jen (2002) dalam
penelitiannya menemukan
variabel kemampuan teknik
personal sistem informasi, dari
koefisien korelasinya
menunjukkan hubungan yang
24
positif terhadap variabel
kepuasan pemakai dan
hubungan negative terhadap
variabel pemakaian sistem.
c. Ukuran Organisasi
Penelitian Soegiharto (2001)
menemukan adanya hubungan
yang signifikan antara faktor
ukuran organisasi dengan
kepuasan pemakai dan
pemakaian sistem informasi
tetapi hubungan tersebut adalah
negative. Dengan hubungan
yang negative tersebut, kinerja
sistem informasi akan lebih
tinggi pada perusahaan yang
ukurannya lebih kecil. Hasil
penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Tjhai Fung Jen (2002) yang
menemukan adanya hubungan
yang positif dan signifikan
antara variabel ukuran
organisasi dengan kinerja
sistem informasi akuntansi.
d. Dukungan Manajemen
Puncak
Penelitian yang dilakukan oleh
Soegiharto (2001) menemukan
adanya hubungan yang positif
atas dukungan manajemen
puncak dan kinerja sistem
informasi akuntansi, tetapi
tidak menemukan adanya
hubungan yang signifikan.
Tjhai Fung Jen (2002)
menemukan variabel dukungan
manajemen puncak memiliki
hubungan yang positif dengan
kinerja sistem informasi
akuntansi tetapi hanya dengan
kepuasan pemakai yang
signifikan sedangkan hubungan
dengan pemakaian sistem
informasi tidak signifikan.
e. Formalisasi Pengembangan
Sistem Informasi
Penelitian yang dilakukan oleh
Soegiharto (2001), menemukan
adanya hubungan yang
signifikan dan negative antara
faktor formalisasi
pengembangan sistem
informasi dan pemakaian
sistem, sehingga pada
perusahaan yang tingkat
formalisasi pengembangan
sistemnya tinggi, pemakaian
sistem akan lebih rendah. Pada
penelitian Tjhai Fung Jen
(2002) ditemukan variabel
formalisasi pengembangan
sistem informasi memiliki
hubungan yang positif dan
signifikan terhadap kepuasan
pemakai serta memiliki
hubungan yang negative dan
signifikan terhadap pemakaian
sistem informasi.
f. Program Pelatihan dan
Pendidikan Pemakai
Penelitian Soegiharto (2001)
tidak menemukan adanya
perbedaan yang signifikan
antara perusahaan yang
memiliki program pelatihan dan
pendidikan pemakai dengan
perusahaan yang tidak
memiliki. Tjhai Fung Jen
(2002) dalam penelitiannya
menemukan bahwa antara
perusahaan yang
memperkenalkan sebuah
program pelatihan dan
pendidikan pemakai dan
perusahaan yang tidak
memperkenalkannya terdapat
perbedaan yang signifikan
dengan kepuasan pemakai,
tetapi tidak terbukti
menunjukkan adanya
perbedaan dengan pemakaian
sistem.
g. Keberadaan Dewan Pengarah
Sistem Informasi
Soegiharto (2001) menemukan
bahwa kinerja sistem informasi
akuntansi pada perusahaan
yang memiliki dewan pengarah
(steering committee) dalam
fAKTOR-fAKTOR yANg MEMPENgARUhI KINERJA SISTEM INfORMASI
AKUNTANSI PADA LEMBAgA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR
(PUTU ASTRI LESTARI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
25
pengembangan sistemnya dan
perusahaan yang tidak
memilikinya, tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
Tjhai Fung Jen (2002)
menemukan bahwa pemakaian
sistem dalam perusahaan yang
memiliki dewan pengarah dan
perusahaan yang tidak
memiliki, mempunyai
perbedaan yang signifikan
sedangkan untuk kepuasan
pemakai tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
METODE PENELITIAN
Hubungan variabel-variabel di dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1
Model Penelitian
Sumber : Soegiharto (2001)
Berdasarkan model penelitian
seperti yang terlihat pada gambar 1,
hipotesis yang dapat dikemukakan pada
penelitian ini adalah:
H
1.1
: Terdapat hubungan
yang positif antara
keterlibatan pemakai
dalam proses
pengembangan
Sistem Informasi
Akuntansi dengan
kinerja Sistem
Informasi Akuntansi
H
1.2
: Terdapat hubungan
yang positif antara
kemampuan teknik
personal Sistem
Informasi Akuntansi
dengan kinerja
Sistem Informasi
Akuntansi
H
1.3
: Terdapat hubungan
yang positif antara
ukuran organisasi
dengan kinerja
faktor-faktor yang berpengaruh:
a. Keterlibatan pemakai dalam
pengembangan sistem
informasi akuntansi
b. Kemampuan teknik dari
personal sistem informasi
akuntansi
c. Ukuran organisasi
d. Dukungan manajemen puncak
e. formalisasi pengembangan
sistem informasi
f. Program pelatihan dan
pendidikan pemakai
g. Keberadaan dewan pengarah
sistem informasi
Kinerja sistem informasi
akuntansi
a. Kepuasan pemakai
sistem informasi
akuntansi
b. Pemakai sistem
informasi akuntansi
26
Sistem Informasi
Akuntansi
H
1.4
: Terdapat hubungan
yang positif antara
dukungan
manajemen puncak
dalam proses
pengembangan dan
pengoperasian
Sistem Informasi
Akuntansi dengan
kinerja Sistem
Informasi Akuntansi
H
1.5
: Terdapat hubungan
yang positif antara
formalisasi
pengembangan
sistem dengan
kinerja Sistem
Informasi Akuntansi
H
2.1
: Kinerja Sistem
Informasi Akuntansi
akan lebih tinggi
dalam sebuah
organisasi apabila
sebuah program
pelatihan dan
pendidikan pemakai
diperkenalkan
dibandingkan tidak
diperkenalkan
H
2.2
: Kinerja Sistem
Informasi Akuntansi
akan lebih tinggi
dalam sebuah
organisasi apabila
terdapat sebuah
dewan pengarah
dibandingkan tidak
memiliki
Identifikasi Variabel Bebas dan
Variabel Terikat
Variabel yang tidak terikat oleh
variabel lain atau disebut juga independen
variabel, dimana dalam penelitian ini yang
tergolong variabel bebas adalah:
1. Keterlibatan pemakai dalam
pengembangan Sistem Informasi
Akuntansi (X
1
)
2. Kemampuan teknik dari
personal Sistem Informasi
Akuntansi (X
2
)
3. Ukuran Organisasi (X
3
)
4. Dukungan manajemen puncak
(X
4
)
5. Formalisasi pengembangan
sistem informasi (X
5
)
6. Program pelatihan dan
pendidikan pemakai (X
6
)
7. Keberadaan dewan pengarah
sistem informasi (X
7
)
Variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lainnya atau disebut juga
dependen variabel, dimana dalam
penelitian ini yang tergolong variabel
terikat adalah:
1. Kepuasan pemakai Sistem
Informasi Akuntansi (Y
1
)
2. Pemakaian Sistem Informasi
Akuntansi (Y
2
)
Untuk mendefinisikan suatu
variabel yang terkait dengan objek
penelitian maka dibuat beberapa
pengertian batasan operasional yaitu:
1. Keterlibatan pemakai dalam
pengembangan Sistem
Informasi Akuntansi (X
1
).
Sistem informasi yang
dikembangkan dengan melibatkan
para pemakai akan memberikan
kepuasan bagi para pemakai dan
pemakai tersebut akan bersedia
untuk menggunakan sistem
informasi akuntansi yang
diterapkan di perusahaannya.
Variabel ini diukur dengan
mengajukan dua pertanyaan yang
menunjukkan tingkat keterlibatan
responden terhadap proses
pengembangan sistem informasi
akuntansi. Variabel ini diukur
dengan menggunakan skala likert
tujuh poin dengan angka satu
menunjukkan tingkat keterlibatan
yang paling tinggi.
fAKTOR-fAKTOR yANg MEMPENgARUhI KINERJA SISTEM INfORMASI
AKUNTANSI PADA LEMBAgA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR
(PUTU ASTRI LESTARI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
27
2. Kemampuan teknik dari
personal Sistem Informasi
Akuntansi (X
2
)
Pemakai sistem informasi yang
memiliki kemampuan, dimana
kemampuan tersebut diperoleh
dari pendidikan dan
pengalamannya akan
meningkatkan kepuasan dalam
menggunakan sistem informasi
akuntansi dan akan terus
menggunakannya dalam
membantu menyelesaikan
pekerjaannya. Variabel ini diukur
dengan mengajukan dua
pertanyaan mengenai pengalaman
dari responden dalam
menggunakan sistem informasi
akuntansi yang sekarang dan
sistem lainnya dengan
pengukurannya menggunakan
skala rasio tahun, seperti kurang
dari satu tahun, antara satu sampai
dengan tiga tahun, tiga sampal
lima tahun, lima sampai tujuh
tahun dan lebih dari tujuh tahun.
Rata-rata pengalaman yang
dimiliki oleh responden diberikan
angka masing-masing satu, tiga,
lima, tujuh dan sembilan sebagai
angka penimbannya.
3. Ukuran Organisasi (X
3
)
Ukuran organisasi perusahaan
yang semakin besar dengan
didukung oleh sumber daya yang
semakin besar akan menghasilkan
sistem informasi yang lebih baik
sehingga pemakai akan merasa
puas dengan menggunakan sistem
informasi akuntansi yang ada.
Variabel ini diukur dengan
menggunakan berapa banyak
karyawan yang bekerja pada
perusahaan tersebut.
4. Dukungan manajemen puncak
(X
4
)
Dukungan manajemen puncak
yang memadai dalam proses
pengembangan sistem informasi
dan pengoperasian sistem
informasi dalam perusahaan akan
meningkatkan keinginan pemakai
untuk menggunakan sistem
informasi yang ada dan merasa
puas dalam menggunakan sistem
tersebut. Variabel ini diukur
dengan mengajukan lima
pertanyaan yang menunjukkan
persepsi dari responden terhadap
dukungan yang diberikan oleh
manajemen puncak dalam
pengembangan dan operasional
dari sistem informasi di
perusahaan. Pertanyaan yang
diajukan diukur dengan
menggunakan skala ordinal, likert
tujuh poin dan angka satu
menunjukkan pendapat sangat
tidak setuju responden terhadap
pernyataan yang diajukan dan
angka tujuh menunjukkan sangat
setuju.
5. Formalisasi pengembangan
sistem informasi (X
5
)
Pengembangan sistem informasi
yang yang diformalisasi akan
meningkatkan kinerja atau
kesuksesan sistem informasi.
Variabel ini diukur dengan
mengajukan lima pertanyaan
untuk menunjukkan tingkat
formalisasi pengembangan sistem
informasi yang telah dilakukan di
perusahaan responden.
Pertanyaan dijawab dengan
menggunakan skala ordinal, likert
tujuh poin dengan angka satu
menunjukkan bahwa formalisasi
tidak pernah dilakukan dan angka
tujuh menunjukkan bahwa
formalisasi yang dilakukan atas
pertanyaan tersebut selalu
dilaksanakan.
6. Program pelatihan dan
pendidikan pemakai (X
6
)
Adanya sebuah program pelatihan
maupun pendidikan yang
diadakan untuk memberikan atau
28
meningkatkan kemampuan dan
pemahaman pemakai terhadap
sistem informasi akuntansi yang
digunakan akan membuat
pemakai tersebut menjadi lebih
puas dan akan menggunakan
sistem yang telah dikuasainya
dengan baik dan lancar. Variabel
ini diukur dengan menggunakan
satu pertanyaan untuk mengetahui
ada tidaknya program tersebut di
perusahaan responden, jika
jawabannya Ya, diajukan kembali
satu pertanyaan untuk mengetahui
tingkat keuntungan yang dapat
diperoleh dari program tersebut,
dan diukur dengan skala ordinal,
likert tujuh poin dengan angka
satu menunjukkan keuntungan
yang diperoleh sangat rendah atau
kecil dari program pelatihan dan
pendidikan yang dijalankan
perusahaan dan angka tujuh
menunjukkan keuntungan yang
diperoleh sangat tinggi.
7. Keberadaan dewan pengarah
sistem informasi (X
7
)
Adanya sebuah dewan yang
bertugas untuk mengarahkan
pengembangan sistem,
mengimplementasikan dan
mengendalikan jalannya sistem
informasi tersebut akan membuat
kualitas dan sistem informasi
akuntansi yang digunakan
menjadi lebih baik dan berarti
kinerja sistem informasi akuntansi
tersebut juga meningkat. Variabel
ini diukur dengan mengajukan
satu pertanyaan untuk mengetahui
ada tidaknya Dewan Pengarah
(steering committee) di
perusahaan responden dengan
diukur menggunakan skala
nominal dengan format jawaban
Ya atau Tidak.
8. Kepuasan Pemakai Sistem (Y
1
)
Kepuasan pemakai sistem
diindikasi bahwa sistem mampu
melengkapi kebutuhan informasi-
informasi dengan benar dan cepat
serta cukup untuk memuaskan
kebutuhan yang diperlukan
pemakai sistem. Variabel
kepuasan pemakai sistem diukur
dengan menggunakan sebelas
pertanyaan untuk mengetahui
tingkat kepuasan pemakai
terhadap sistem informasi
akuntansi yang sedang digunakan
sekarang di perusahaan
responden. Pertanyaan ini diukur
dengan menggunakan skala
ordinal, likert tujuh poin dengan
angka satu menunjukkan persepsi
sangat tidak setuju dan angka
tujuh menunjukkan sangat setuju
terhadap pertanyaan yang
diajukan.
9. Pemakaian Sistem Informasi
Akuntansi (Y
2
)
Pemakaian sistem yang dengan
mudah dan sering digunakan akan
mengidentifikasikan kinerja
sistem yang ada relatif tinggi.
Variabel ini diukur dengan
mengajukan dua buah pertanyaan
untuk mengetahui tingkat
pemakaian sistem oleh pemakai.
Pertanyaan pertama diajukan
dengan menggunakan skala
ordinal, likert tujuh poin dengan
angka satu menunjukkan
responden tidak menggunakan
sistem informasi di
perusahaannya. Sedangkan
pertanyaan kedua diajukan untuk
mengetahui keinginan dari
pemakai untuk menggunakan
sistem di perusahaannya,
pertanyaan ini diukur dengan
menggunakan skala likert tujuh
poin dengan angka satu
menunjukkan keinginan pemakai
untuk menggunakan sistem
informasi adalah ragu-ragu dan
angka tujuh menunjukkan sangat
ingin sekali menggunakan sistem
informasi.
fAKTOR-fAKTOR yANg MEMPENgARUhI KINERJA SISTEM INfORMASI
AKUNTANSI PADA LEMBAgA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR
(PUTU ASTRI LESTARI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
29
Populasi dan Responden
Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh Lembaga Perkreditan Desa
yang ada di kota Denpasar dan telah
menerapkan sistem informasi akuntansi
berbasis komputer. Di kota Denpasar
terdapat 31 lembaga perkreditan desa yang
tersebar di tiga kecamatan yaitu kecamatan
Denpasar Barat, Denpasar Timur, dan
Denpasar Selatan. Penentuan populasi
dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling yaitu teknik penentuan
populasi dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan yang digunakan yaitu:
a. Lembaga Perkreditan Desa yang
ada di Kota Denpasar.
b. Lembaga Perkreditan Desa
tersebut telah menerapkan sistem
informasi akuntansi berbasis
komputer.
Responden pada penelitian ini
adalah pemakai sistem informasi akuntansi
yaitu pimpinan atau kepala LPD sebagai
manajemen puncak, bagian operasional,
bagian keuangan, khususnya yang bisa
mengoperasikan komputer pada lembaga
perkreditan desa yang ada di kota
Denpasar.
Teknik Analisa Data
Data yang terkumpul dari
kuisioner sebelum dilakukan analisis data,
dilakukan pengeditan dan pengkodean
untuk setiap butir pertanyaan dan variabel.
Setelah proses pengeditan dan
pengkodean, akan diperoleh data-data
yang pengisian kuisionernya telah lengkap
diisi dan sah untuk diikut sertakan dalam
pengolahan data selanjutnya yaitu:
a. Melakukan uji kualitas data
dengan cara melakukan uji
validitas dan reabilitas data.
1. Uji Validitas
Dilakukan untuk mengukur
sah atau tidaknya kuisioner
yang digunakan dalam
penelitian. Pengukuran uji
validitas dapat dilakukan
dengan menghitung korelasi
antara skor masing-masing
butir pertanyaan dengan total
skor dengan bantuan program
SPSS. Menurut Sugiyono
(1999:125) pengujian
validitas dapat dilakukan
dengan menggunakan
korelasi pearson product
moment.
2. Uji Reliabilitas
Dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana suatu instrumen
pengukuran dapat diandalkan
atau dapat dipercaya dalam
mengukur suatu obyek yang
akan diukur. Dalam
penelitian ini uji reliabilitas
dilakukan dengan
menggunakan Cronbach
alpha dengan bantuan
komputer melalui program
SPSS. Suatu instrumen
dikatakan reliabel apabila
nilai Cronbach alpha lebih
besar dari 0,6.
b. Melakukan pengujian
hipotesis pertama
Hipotesis pertama yang terdiri
dari lima hipotesis diuji dengan
analisis Pearson Product
Moment untuk mengetahui
hubungan yang terjadi antara
faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja SIA
dengan kinerja SIA, dimana
pengukurannya menggunakan
skala liken. Suatu variabel
dikatakan memiliki hubungan
yang positif apabila nilai
signifikansinya lebih kecil dari
5% atau 0,05. Pengujian
dilakukan dengan bantuan
program SPSS versi 11.
c. Melakukan pengujian
hipotesis kedua
Hipotesis kedua terdiri dari dua
hipotesis. Pengujian dilakukan
dengan alat uji statistik uji beda
Mann-Whitey Test, karena
sampel yang diuji adalah sampel
yang berbeda. Dengan kata lain
30
pengujian dilakukan untuk
menemukan bukti empiris beda
kinerja SIA antara kondisi satu
dengan kondisi lain, yaitu ada
tidaknya program pelatihan dan
ada tidaknya dewan pengarah,
dimana pengukurannya
menggunakan yes or no answer.
Pengujian dilakukan dengan
bantuan program SPSS versi 11.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan data dilakukan
dengan cara menyebarkan kuisioner yang
berisikan beberapa pertanyaan. Kuisioner-
kuisioner tersebut ditujukan kepada
karyawan lembaga perkreditan desa di
Denpasar termasuk manajemen puncak
yaitu pimpinan LPD tersebut. Lembaga
Perkreditan Desa yang dipilih yaitu LPD
yang terletak di Denpasar dan telah
menerapkan sistem informasi yang
terkomputerisasi.
Hasil pengumpulan data
berdasarkan tempat responden bekerja
dapat dilihat pada tabel 2:
Tabel 2
Rangkuman Pengumpulan Data
Tempat Responden Bekerja
Nama LPD Jumlah Responden Persentase
LPD Intaran 7 6,67 %
LPD Pedungan 6 5,72 %
LPD Panjer 5 4,76 %
LPD Sidakarya 5 4,76 %
LPD Sesetan 5 4,76 %
LPD Kepaon 5 4,76 %
LPD Pemogan 5 4,76 %
LPD Renon 4 3,81 %
LPD Sanur 3 2,86 %
LPD Serangan 2 1,90 %
LPD Poh Gading 5 4,76 %
LPD Ubung 8 7,62 %
LPD Padang Sambian 5 4,76 %
LPD Denpasar 5 4,76 %
LPD Peguyangan 6 5,72 %
LPD Tanjung Bungkak 6 5,72 %
LPD Sumerta 5 4,76 %
LPD Kesiman 8 7,62 %
LPD Pagan 5 4,76 %
LPD Tembau 5 4,76 %
Jumlah 105 100 %
Responden-responden yang
mengisi kuisioner merupakan karyawan
LPD yang bekerja pada beberapa bagian.
Hasil pengumpulan data berdasarkan nama
bagian tempat responden bekerja dapat
dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:
fAKTOR-fAKTOR yANg MEMPENgARUhI KINERJA SISTEM INfORMASI
AKUNTANSI PADA LEMBAgA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR
(PUTU ASTRI LESTARI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
31
Tabel 3
Nama Bagian
Tempat Responden Bekerja
Nama Bagian Jumlah Responden Persentase
Pimpinan 20 19,05 %
Bagian Operasional 30 28,57 %
Bagian Keuangan 55 52,38 %
Jumlah 105 100 %
Dari hasil pengumpulan data,
jumlah karyawan pada perusahaan
mayoritas berjumlah di atas sepuluh. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4
sebagai berikut
Tabel 4
Hasil Pengumpulan Data
Jumlah Karyawan
Nama Bagian Jumlah Responden Persentase
1 sampai dengan 10 2 1,91 %
11 sampai dengan 20 85 80,95 %
21 sampai dengan 30 18 17,14 %
Jumlah 105 100 %
Dilihat dari ada tidaknya program
pelatihan dan pendidikan pemakai sistem
pada perusahaan, dari hasil penelitian
bahwa ada beberapa perusahaan yang tidak
mempunyai program pelatihan sebesar
10,48% yang memungkinkan ada beberapa
responden yang kurang memadai akan
sistem yang ditetapkan perusahaan. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5
sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil Pengumpulan Data Atas Ada Tidaknya
Program Pelatihan Dan Pendidikan Pemakai
Program Pelatihan &
Pendidikan Pemakai
Jumlah Responden Persentase
Ada 94 89,52 %
Tidak 11 10,48 %
Jumlah 105 100 %
Responden dalam hal ini
karyawan LPD diketahui mayoritas belum
terlalu lama menggunakan sistem
informasi, baik itu sistem yang diterapkan
saat ini maupun sistem lainnya. Mayoritas
responden baru menggunakan sistem yang
diterapkan sekarang satu sampai dengan
tiga tahun yang jumlahnya sebesar
40,95%. Perbandingan selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 6
32
Tabel 6
Hasih Pengumpulan Data
Perbandingan Lamanya Penggunaan Sistem
Lama
Penggunaan
Sistem
Sekarang
Persentase Sistem Lain Persentase
< 1 tahun 35 33,33 % 55 52,38 %
1 < 3 tahun 43 40,95 % 37 35,24 %
3 < 5 tahun 20 19,05 % 10 9, 52 %
5 > 7 tahun 5 4,76 % 3 2,86 %
> 7 tahun 2 1,91% - -
Jumlah 105 100 % 105 100 %
Pada sistem yang ditetapkan ada
sebuah tingkatan tertentu yang
memungkinkan ada sejumlah karyawan
yang memang sudah ahli dan ada yang
hanya menjalankannya saja. Dari hasil
pengumpulan data yang diperoleh dalam
penelitian ini dimana dari seratus lima
responden yang menjawab adanya suatu
tingkatan dalam penerapan sistem tersebut
yaitu delapan puluh lima responden
(80,95%). Sedangkan yang menjawab
tidak adanya suatu tingkatan dalam
penerapan sistem hanya sebanyak dua
puluh responden (19,05%). Hasil
selengkapnya penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7
Hasil Pengumpulan Data
Atas Tingkatan Pada Sistem
Tingkatan Jumlah Responden Persentase
Ada 85 80,95 %
Tidak 20 19,05 %
Jumlah 105 100 %
Hasil pengumpulan data akan
tingkatkan pemakai pada sistem didukung
dengan latar belakang pendidikan
responden yang beraneka ragam dan
mayoritas dari mereka telah menempuh
jenjang strata satu (S1) sebesar enam puluh
responden (57,14%). Selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8
Hasil Pengumpulan Data
Latar Belakang Pendidikan
Latar Belakang
Pendidikan
Jumlah Responden Persentase
SMU 2 1,91 %
Diploma 40 38,09 %
Sarjana 60 57,14 %
Pasca Sarjana 3 2,86 %
Lainnya - -
Jumlah 105 100 %
fAKTOR-fAKTOR yANg MEMPENgARUhI KINERJA SISTEM INfORMASI
AKUNTANSI PADA LEMBAgA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR
(PUTU ASTRI LESTARI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
33
Pada penelitian ini juga dilakukan
pengumpulan data tentang kemampuan
pemakai itu sendiri, yang menghasilkan
tujuh puluh enam koma sembilan belas
persen (76,19%) responden merupakan
karyawan yang memiliki kemampuan
spesialis dan dua puluh tiga koma delapan
belas persen (23,81%) hanya mempunyai
kemampuan umum. Hasil selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9
Hasil Pengumpulan Data
Kemampuan Pemakai
Kemampuan Jumlah Responden Persentase
Spesialis 80 76,19 %
Umum 25 23,81 %
Jumlah 105 100 %
Dewan pengarah juga penting
keberadaannya dalam sistem informasi,
Jawaban responden menunjukkan dua
puluh sembilan koma lima puluh dua
persen (29,52%) di perusahaannya terdapat
dewan pengarah. Sedangkan sebanyak
tujuh puluh koma empat puluh delapan
persen (70,48%) yang menjawab tidak
terdapat dewan pengarah. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10
Hasil Pengumpulan Data
Dewan Pengarah
Keberadaan Dewan Jumlah Responden Persentase
Ada 31 29,52 %
Tidak 74 70,48 %
Jumlah 100 100 %
Dari data yang berhasil dikumpulkan, sebelum melangkah ke dalam analisis faktor
terlebih dahulu akan dilakukan Uji Validitas dan Uji Reliabititas.
a. Uji Validitas
Uji Validitas dilakukan
untuk mengukur sah atau tidaknya
kuisioner yang digunakan dalam
penelitian. Pengukuran Uji
Validitas dapat dilihat melalui
nilai signifikansi untuk koefisien
korelasi antara skor masing-
masing butir pertanyaan dengan
total skor. Dengan tingkat
signifikansinya 5% atau 0,05.
Hasil koefisien korelasi
antara masing-masing butir
pertanyaan terhadap total skor
butir-butir pertanyaan dapat
dilihat pada Tabel 11.
34
Tabel 11
Hasil Uji validitas faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Pada Kinerja Sistem Informasi Akuntansi
Variabel Koefisien Korelasi Signifikasi Ket
X1 0,279 0,004 Signifikan
X2 0,470 0,000 Signifikan
X3 0,396 0,000 Signifikan
X4 0,613 0,000 Signifikan
X5 0,531 0,000 Signifikan
X6 0,384 0,000 Signifikan
X7 0,410 0,000 Signifikan
X8 0,457 0,000 Signifikan
X9 0,432 0,000 Signifikan
X10 0,673 0,000 Signifikan
X11 0,672 0,000 Signifikan
X12 0,545 0,000 Signifikan
X13 0,784 0,000 Signifikan
X14 0,968 0,000 Signifikan
X15 0,977 0,000 Signifikan
X23 0,741 0,000 Signifikan
X24 0,716 0,000 Signifikan
X25 0,706 0,000 Signifikan
X26 0,843 0,000 Signifikan
X27 0,714 0,000 Signifikan
X28 0,761 0,000 Signifikan
X29 0,791 0,000 Signifikan
X30 0,674 0,000 Signifikan
X1 0,807 0,000 Signifikan
X32 0,848 0,000 Signifikan
Dari tabel 11 dapat dilihat
nilai signifikansi untuk koefisien
korelasi antara masing-masing
skor butir pertanyaan terhadap
total skor butir pertanyaan lebih
kecil dari tingkat signifikansi
yang di tetapkan yaitu 5% atau
0,05. Hasil ini menunjukkan
bahwa jawaban responden pada
seluruh butir pertanyaan yang ada
pada kuisioner dikatakan valid
atau sah.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana
suatu instrumen pengukuran dapat
diandalkan atau dapat dipercaya
dalam mengukur suatu obyek yang
akan diukur. Dalam penelitian ini,
uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan Cronbach Alpha.
Suatu instrumen dikatakan reliabel
apabila nilai Cronbach alpha lebih
besar dari 0,6. Hasil uji reliabilitas
untuk dua puluh lima (25) variabel
yang terdiri dari tiga belas (13)
variabel kinerja sistem dan dua
belas (12) variabel faktor yang
berpengaruh dengan responden
sebanyak seratus lima (105) dapat
dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13
sebagai berikut:
fAKTOR-fAKTOR yANg MEMPENgARUhI KINERJA SISTEM INfORMASI
AKUNTANSI PADA LEMBAgA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR
(PUTU ASTRI LESTARI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
35
Tabel 12
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Kinerja Sistem
N Of Case 105
N Of Item 13
Alpha 0,6882
Dari tabel 12 dapat dilihat
nilai Cronbach Alpha sebesar
0,6882 dibulatkan menjadi 0,7.
Nilai tersebut lebih besar dari 0,6
yang berarti instrumen yang
digunakan dapat diandalkan
sebagai alat ukur.
Tabel 13
Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja SIA
N Of Case 105
N Of Item 12
Alpha 0,8616
Dari tabel di atas dapat
dilihat nilai Cronbach Alpha
sebesar 0,8616. Nilai tersebut lebih
besar dari 0,6 yang berarti
instrumen yang digunakan dapat
diandalkan sebagai alat ukur.
Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama yang terdiri
dari lima hipotesis. Pengujian hipotesis
pertama dilakukan dengan analisis
Pearson Product Moment untuk
mengetahui hubungan yang terjadi antara
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
SIA dengan kinerja SIA. Suatu variabel
dikatakan memiliki hubungan yang positif
apabila nilai signifikansinya lebih kecil
dari 5% atau 0,05. Hasil analisis yang telah
dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 4.13 sebagai berikut
Tabel 14
Hasil Uji Pearson Product Moment
Keterlibatan Kemampuan Ukuran Org Dukungan Formalisasi
Kinerja
SIA
Kor = 0,246
Sig = 0,011
Kor = 0,246
Sig = 0,035
Kor = 0,126
Sig = 0,200
Kor = 0,366
Sig = 0,000
Kor = 0,322
Sig = 0,001
Dari tabel 14 dapat diketahui
bahwa:
Faktor keterlibatan dengan nilai
korelasi terhadap kinerja SIA sebesar
0,246 dan tingkat signifikansi sebesar
0,011 yang jauh lebih kecil dari 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah
dilakukan, ditemukan bahwa HI-1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan positif antara faktor
keterlibatan dan kinerja SIA.
Faktor kemampuan pemakai
dengan nilai korelasi terhadap kinerja SIA
sebesar 0,206 dan signifikansi sebesar
0,035. Berdasarkan hasil pengujian yang
telah dilakukan, ditemukan bahwa HI-2
diterima. Hal ini menunjukkan hubungan
36
positif antara faktor kemampuan pemakai dan kinerja SIA.
Faktor ukuran organisasi dengan
nilai korelasi sebesar 0,126 dan
signifikansi sebesar 0,200 yang jauh lebih
besar dari 0,05. Berdasarkan hasil
pengujian yang telah dilakukan, ditemukan
bahwa H1-3 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan positif
antara faktor ukuran organisasi dan kinerja
SIA.
Faktor dukungan manajemen
puncak dengan nilai korelasi sebesar 0,366
dan signifikansi sebesar 0,000 yang jauh
lebih kecil dari 0,05. berdasarkan hasil
pengujian yang telah dilakukan, ditemukan
bahwa H1-4 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
positif antara faktor dukungan manajemen
puncak dan kinerja SIA.
Faktor formalisasi pengembangan
sistem dengan nilai korelasi sebesar 0,322
dan signifikansi sebesar 0,001 yang lebih
kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil
pengujian yang telah dilakukan, ditemukan
bahwa H1-5 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
positif antara faktor formalisasi
pengembangan sistem dan kinerja SIA.
Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua
dilakukan dengan alat uji statistik Uji beda
Mann-Whitney Test, karena sampel yang
diuji adalah sampel yang berbeda. Dengan
kata lain pengujian dilakukan untuk
menemukan bukti empiris beda kinerja
SIA antara kondisi satu dengan kondisi
lain, yaitu ada tidaknya program pelatihan,
dan ada tidaknya dewan pengarah. Hasil
uji beda yang telah dilakukan dapat dilihat
pada Tabel 15 sebagai berikut:
Tabel 15
Hasil Uji Beda (Mann-Whitney Test)
Program Pelatihan Dewan Pengarah
Kinerja SIA Mean rank
0 = 56,16 (n = 94)
1 = 25,95 (n = 11)
Z = -3,116
Sig = 0,002 (2-tailed)
Mean rank
0 = 67,98 (n = 31)
1 = 46,72 (n = 74)
Z = -3,267
Sig = 0,002 (2-tailed)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa:
Pada kondisi pengujian yang
dibandingkan kinerja SIA atas ada
tidaknya program pelatihan didapatkan
hasil yaitu nilai rata-rata ranking group
kode 0 yang mewakili kelompok adanya
program pelatihan adalah 56,16 dan nilai
rata-rata ranking group kode 1 yang
mewakili kelompok tidak adanya program
pelatihan adalah 25,95, dimana semakin
besar nilai rata-rata ranking group
menunjukkan semakin baik kondisi yang
diwakilkannya. Besarnya Z hitung adalah -
3,116 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,002 (uji dua sisi). Oleh karena hipotesis
alternatif dengan prediksi satu arah, maka
uji yang dipakai satu sisi. Sehingga tingkat
signifikansi yang diperoleh harus dijadikan
satu sisi dengan membagi dua tingkat
signifikansi tersebut (0,002/2) = 0,001 dan
nilai ini jauh di bawah nilai alpha = 0,01.
Jadi menerima hipotesis H2-1, yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara adanya program
pelatihan dengan tidak adanya program
pelatihan terhadap kinerja SIA.
Berdasarkan nilai rata-rata ranking (mean
rank) group pada kedua kondisi tersebut,
kondisi adanya program pelatihan
mencerminkan kinerja SIA memang lebih
baik. Hal ini ditunjukkan dengan
membandingkan mean rank dan kedua
group, dimana group pada kondisi adanya
program pelatihan memiliki mean rank
sebesar 56,16 yang lebih besar dari mean
rank group pada kondisi tidak adanya
program pelatihan sebesar 25,95.
fAKTOR-fAKTOR yANg MEMPENgARUhI KINERJA SISTEM INfORMASI
AKUNTANSI PADA LEMBAgA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR
(PUTU ASTRI LESTARI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
37
Pada kondisi pengujian yang
dibandingkan kinerja SIA atas ada
tidaknya dewan pengarah didapatkan hasil
yaitu nilai rata-rata ranking group kode 0
yang mewakili kelompok adanya dewan
pengarah adalah 67,98 dan nilai rata-rata
ranking group kode 1 yang mewakili
kelompok tidak adanya dewan pengarah
adalah 46,72. Besarnya Z hitung adalah -
3,267 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,001 (uji dua sisi). Oleh karena hipotesis
alternatif dengan prediksi satu arah, maka
uji yang dipakai satu sisi. Sehingga tingkat
signifikansi yang diperoleh harus dijadikan
satu sisi dengan membagi dua tingkat
signifikansi tersebut (0,001/2) = 0,0005
dan nilai ini jauh di bawah nilai alpha =
0,01. Jadi menerima hipotesis H2-2, yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara adanya dewan
pengarah dengan tidak adanya dewan
pengarah terhadap kinerja SIA.
Berdasarkan nilai rata-rata ranking (mean
rank) group pada kedua kondisi tersebut,
kondisi adanya program pelatihan
mencerminkan kinerja SIA memang lebih
baik. Hal ini ditunjukkan dengan
membandingkan mean rank dari kedua
group, dimana group pada kondisi adanya
dewan pengarah memiliki mean rank
sebesar 67,98 yang lebih besar dari mean
rank group pada kondisi tidak adanya
dewan pengarah sebesar 46,72.
SIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang telah
dilakukan pada penelitian ini diperoleh
bukti bahwa terdapat enam faktor yang
mempengaruhi kinerja SIA yaitu
keterlibatan pemakai dalam
pengembangan SIA, kemampuan teknik
personal SIA, dukungan manajemen
puncak, formalisasi pengembangan sistem
informasi, program pelatihan dan
pendidikan pemakai, dan keberadaan
dewan pengarah sistem informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Buku Penuntun Penulisan
Usulan Penelitian, Skripsi,
Tugas Akhir Studi dan
Mekanisme Pengujian.
Denpasar : Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana
Anonim. 2002. Peraturan Daerah Tingkat I
Bali No. 8 Tentang Lembaga
Perkreditan Desa disertai
Keputusan Gubernur Bali.
George H. Bodnar dan William S.
Hopwood. (Amir Abadi
Yusuf, Penerjemah) 2000.
Sistem Informasi Akuntansi.
Salemba Empat.
James A. Hall. 2001. Accounting
Information System, third
edition. South Western
College Publishing, advision
of Thomson Learning.
Jogiyanto. 1997. Sistem Informasi
Berbasis Komputer.
Yogyakarya : BPFE.
------. 2003. Sistem Teknologi Informasi.
Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Putra Sasmita I Nyoman Gde. 2003.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kinerja
Sistem Informasi Akuntansi
Pada Bank Bank Umum di
Wilayah Surabaya. Skripsi
Sarjana S1 Jurusan Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Perbanas, Surabaya.
Rusma Mulyadi. 1999. Kualitas Jasa
Sistem Informasi dan
Kepuasan Para
Penggunanya:. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, vol. 1,
no. 2, hal. 120-133
38
Rowney, Steinbart, Chusing. 1997.
Accounting Information
Systems, seven edition.
Addison Wesley.
Sunarti Setianingsih. 1998. Keberhasilan
Pengembangan Sistem
Informasi dan Faktor factor
yang Mempengaruhi. Kajian
Bisnis, no. 13, hal. 84 91.
Santoso S. 2002. SPSS Statistik
Multivariat. Jakarta. PT Elex
Media Komputindo.
Soegiharto. 2001. Influence Factors
Affecting The Performance
Of Accounting Information
Systems. Gadjah Mada
International Journal Of
Business, vol.3, no.2, pp.
177-202.
------. 2002. The Effect Of Organitation
Level Of Information System
Evolution On The
Relationship Between
Influence Factors and
Accounting Information
Systems Performance.
Gadjah Mada International
Journal Of Business, vol.4,
no.1, pp. 67-89.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis.
Cetakan Pertama. Bandung:
C.V Alfabeta
Tjhai Fung Jen. 2002. Faktor - Faktor
Yang Mempengaruhi Kinerja
Sistem Informasi Akuntansi
Jurnal Bisnis dan Akuntansi,
vol.4, no.2, hal. 135-154.
fAKTOR-fAKTOR yANg MEMPENgARUhI KINERJA SISTEM INfORMASI
AKUNTANSI PADA LEMBAgA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR
(PUTU ASTRI LESTARI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
39
BLOG, MEDIA AKTUALISASI BAGI PENULIS PEMULA DI INDONESIA
Oleh :
Inten Pertiwi
DosenNew Media
Email : intenpi@yahoo.com
ABSTRAK
Perkembangan internet memberikan banyak kemudahan bagi umat manusia dalam hal
penyebaran dan pertukaran informasi, baik untuk kehidupan pribadi maupun kebutuhan
profesional atau pekerjaan. Salah satu yang paling banyak dimanfaatkan oleh pengguna
internet adalah teknologi blog. Perkembangan blog saat ini memungkinkan bagi siapa saja
untuk menggunakannya karena mudah dan hampir semuanya tidak berbayar. Melalui sebuah
blog, seorang blogger bisa mendapatkan berbagai keuntungan, baik secara sosial maupun
finansial. Disini akan dijelaskan tentang berbagai hal yang berhubungan blog, mulai dari
sejarah awal munculnya istilah blog hingga perkembangan trend blog saat ini dan ulasan
tentang penulis-penulis baru yang mengawali karirnya dari sebuah blog.
Blog pada awalnya digunakan sebagai media untuk menampung aspirasi dan ekspresi
pembuatnya. Semakin banyaknya pengguna, blog tidak lagi hanya sekedar media penyaluran
hobby. Banyak keuntungan lainnya bisa didapat, misalnya penghasilan tambahan, pergaulan
atau networking, hingga pekerjaan baru yang berkaitan dengan blogging, seperti yang diraih
oleh blogger Radhitya Dika, Yenny Lesli, Trinity, hingga Dewi Rieka. Mereka adalah
beberapa blogger yang berhasil memanfaatkan blognya, dari hanya sekedar diary online
menjadi sebuah bentuk karya berwujud buku yang mampu meraih prestasi penjualan yang
tinggi. Tentu saja hal tersebut juga memberikan keuntungan finansial sekaligus mendukung
kehidupan profesionalitas mereka.
Mengembangkan sebuah blog dari awal mula hingga bisa menghasilkan suatu karya yang
dihargai orang lain secara luas tentu bukan hal yang mudah. Sebuah proses harus dilakukan
oleh blogger, mulai dari membuat blog hingga mengisinya dengan berbagai materi yang layak
dinikmati. Kriteria lain yang harus dipenuhi tentu saja keunikan dan ciri khas yang menjadi
karakter atau identitas sebuah blog.
Keyword : blog, blogging, blogger, weblog, penulis pemula dan menulis
40
Pendahuluan
Pada awalnya, kata blog dipakai sebagai
kependekan dari weblog, yaitu istilah yang
pertama kali digunakan oleh Jorn Berger
pada bulan Desember 1997. Jorn Berger
menggunakan istilah weblog untuk
menyebut kelompok website pribadi yang
selalu diperbarui secara berkala dan berisi
link ke website lain yang mereka anggap
menarik disertai dengan komentar-
komentar mereka sendiri. Roger Yim,
seorang kolumnis San Francisco Gate,
pada Februari 2001, menuliskan bahwa
sebuah blog adalah persilangan antara
catatan harian seseorang dan daftar link di
internet. (Mulyanto, 2008 : 1).
Weblog pada dasarnya adalah sebuah
jurnal yang tersedia di web. Aktivitas
memperbarui blog disebut blogging dan
seseorang yang memiliki blog disebut
blogger. Blog biasanya diperbarui setiap
hari dengan menggunakan software yang
memungkinkan mereka yang memiliki
latar belakang teknis sedikit atau bahkan
tidak ada sama sekali bisa meng-update
dan mengelola blognya. Blog mempunyai
fungsi yang sangat beragam,dari sebuah
catatan harian, media publikasi dalam
sebuah kampanye politik, sampai dengan
program-program media dan perusahaan-
perusahaan. Sebagian blog dipelihara oleh
seorang penulis tunggal, sementara
sebagian lainnya oleh beberapa penulis.
Perkembangan Blog dari Masa ke Masa
Enda Nasution, dalam sebuah artikel
berjudul Sejarah Blog menuliskan bahwa
internet dirintis pertama kali tahun 1969
melalui sebuah program yang dinamakan
dengan ARPANET oleh Departemen
Pertahanan Amerika, U.S. Defense
Advanced Research Projects Agency
(DARPA). Namun baru pada tahun 1997,
konsep tentang blog dikenal oleh para
pengguna internet.
Rebecca Blood, seorang pionir blog
sekaligus penulis buku The Weblog
Handbook, Practical Advice on Creating
and Maintaining Your Blog (2002)
menuliskan dalam bukunya bahwa blog
pertama kemungkinan besar adalah
halaman Whats New pada browser
Mosaic yang dibuat oleh Marc Andersen
pada tahun 1993. Seperti diketahui, Mosaic
adalah browser pertama sebelum adanya
Internet Explorer bahkan sebelum
Nestcape. Kemudian pada Januari 1994,
Justin Hall memulai website pribadinya
Justins Home Page yang kemudian
berubah menjadi Links from the
Underground yang mungkin dapat disebut
sebagai blog pertama seperti yang kita
kenal sekarang.
Hingga pada tahun 1998, jumlah blog yang
ada diluar sana belumlah seberapa. Hal ini
disebabkan karena saat itu diperlukan
keahlian dan pengetahuan khusus tentang
pembuatan website, HTML, dan web
hosting untuk membuat blog sehingga
hanya mereka yang berkecimpung di
bidang Internet, System Administrator atau
Web Designer yang kemudian pada waktu
luangnya menciptakan blog-blog mereka
sendiri. (Mulyanto, 2008 : 3).
Pada Juli 1999, layanan membuat blog
online dan gratis yaitu Pitas telah ada yang
memungkinkan siapa saja bisa membuat
blog. Namun perkembangan blog belum
begitu banyak. Baru pada Agustus 1999
sebuah perusahaan Silicon Valley bernama
Pyra Lab meluncurkan layanan
blogger.com yang memungkinkan
siapapun dengan pengetahuan dasar
tentang HTML dapat menciptakan blog-
nya sendiri secara online dan gratis.
Blogger.com memberikan banyak
kemudahan bagi siapa saja untuk membuat
blognya sendiri meskipun hanya dengan
kemampuan HTML yang sangat dasar.
Penyedia layanan blog gratis ini telah
memiliki pengguna lebih dari 100.000
blogger dengan pertumbuhan jumlah
sekitar 20% per bulan.
BLOg, MEDIA AKTUALISASI BAgI PENULIS PEMULA DI INDONESIA
(INTEN PERTIwI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
41
Secara keseluruhan, tidak kurang dari 88
juta blogger tersebar di seluruh dunia.
Pada 2 Juli 2007, Bloomberg
Businessweek , sebuah portal majalah
bisnis menampilkan grafik aktifitas blog di
30 kota besar di dunia. Ada beberapa
tempat di dunia yang memiliki jumlah
aktifitas blogging yang intens, yang oleh
Bloomberg Businessweek disebut The
Blog Belt atau Sabuk Blog Dunia.
Gambar 1 : Grafik The World Belt
Sumber : Bloomberg Businessweek
Dari Sabuk Blog ini terlihat bahwa
Amerika Utara adalah wilayah dengan
aktifitas blogger yang tertinggi di dunia.
Mungkin ditunjang oleh kemudahan akses
internet yang cukup murah dan bisa
dinikmati secara lebih merata oleh
penduduk di negara tersebut. Namun
demikian, aktivitas blogger di Negara-
negara berkembang yang ditunjukkan oleh
kota-kota seperti Mumbai, Jakarta, Mexico
City tidak bisa dipandang sebelah mata
(Mulyanto, 2008 : 4). Menurut Enda
Nasution, pelopor blog di Indonesia yang
juga sering dijuluki sebagai bapak
blogger Indonesia, akhir tahun 2009
jumlah blog yang ada di Indonesia
mencapai lebih dari 1 juta blog. Perkiraan
tersebut bukan tanpa alasan, namun
menilik dari trend tahun-tahun
sebelumnya. Tahun 2007 diperkirakan ada
300 ribu blog, tahun 2008 meningkat
menjadi 600 ribu blog. Dalam 1 tahun
jumlahnya meningkat 2 kali lipat. Tahun
2009 jumlah tersebut bisa meningkat
hingga 1,2 juta blogger. Data ini baru
perkiraan untuk blog yang menggunakan
layanan blogger.com, belum termasuk blog
yang menggunakan layanan lainnya,
seperti wordpress, multiply, friendster, dan
sebagainya.
Untuk membuat sebuah blog, pengguna
internet dapat dengan mudah
menggunakan layanan yang sudah
disediakan dengan gratis atau berbayar.
Berikut ini adalah daftar beberapa
lanyanan blogging yang berhasil dihimpun
oleh World Friend Indonesia, sebuah situs
informasi komunitas tentang berbagai
aktifitas di dunia maya.
1. http://www.blogger.com
Situs Blogger merupakan salah satu
dari penyedia layanan blog yang
42
cukup populer dan bersifat gratis.
Awalnya dibuat oleh Pyra Labs, tetapi
kemudian dibeli oleh Google.
2. http://www.wordpress.com
Situs WordPress.com menyediakan
layanan blog yang gratis. Situs ini
didirikan dan dimiliki oleh suatu
perusahaan yang bernama Automatic.
3. http://www.multiply.com
Multiply menyediakan layanan blog
yang menarik dengan memisahkan
halaman foto, video, teks, dsb
sehingga pengguna bisa
mengelompokan berbagai bentuk file
sesuai dengan jenisnya.
4. http://www.livejournal.com
Live Journal didirikan oleh Brad
Fitzpatrick pada tahun 1999. Dengan
Live Journal para penggunanya dapat
berbagi blog, journal, dan juga diary.
5. http://spaces.live.com
Windows Live Spaces ini merupakan
milik Microsoft. Dikenal juga dengan
nama MSN Spaces.
6. http://www.diaryland.com
Diary Land mempunyai tampilan yang
sederhana. Pada halaman awalnya
memberi kesan untuk anak-anak.
7. http://www.xanga.com
Xanga merupakan situs komunitas
online. Di situs Xanga ini Anda dapat
membuat weblog, photoblog, atau
video blog.
8. http://www.bloglines.com
9. http://www.blogsome.com
10. http://www.blogboleh.com
11. http://edublogs.org
12. http://www.blog.com
13. http://www.tblog.com
Semakin banyaknya pengguna layanan
blog, penyedia layanan pun juga terus
meningkatkan pelayanan dengan berbagai
kemudahan aktifitas blogging seperti nama
domain yang lebih singkat dan mudah
diingat, template yang mudah
dimodifikasi, dan berbagai kemudahan lain
untuk melakukan pengunggahan, baik itu
berupa teks, foto, bahkan video.
Berkembangnya aktivitas blogging, makin
beragam pula kreatifitas mereka dalam
membuat sebuah blog. Blog konvensional
yang memuat berbagai teks dalam setiap
unggahanya memang lebih banyak
diterapkan oleh para blogger. Namun
blogger dengan minat tertentu dapat juga
membuat blog yang menampilkan materi-
materi tertentu, seperti foto, video, dan
sebagainya. Berikut adalah berbagai jenis
blog yang dikelompokkan berdasarkan
karakteristik materi yang diunggah :
x Vlog, yaitu blog yang terdiri atas
kumpulan video. Blog jenis ini
biasanya diminati oleh mereka yang
menggemari media audio visual.
Beberapa penyedia layanan blogging
menyediakan kapasitas khusus untuk
para blogger yang ingin membuat
vlog. Beberapa diantaranya yang
terkenal dan banyak peminatnya
adalah youtube, Revver, Google Video
dan MetaCafe.
x Linklog, sebutan untuk blog yang
terdiri atas kumpulan link. Blog ini
biasanya menampilkan berbagai
informasi penting dengan menyertakan
link langsung ke URL yang dituju.
Blog seperti ini memudahkan
pengunjung untuk langsung meng-klik
link yang dipromosikan atau ingin
dikenalkan oleh pemilik blog. Iklan
lowongan pekerjaan biasanya
menggunakan konsep linklog ini,
seperti http://lowonganterbaru.org
x Photolog atau photoblog adalah blog
yang terdiri atas kumpulan foto.
Blogger penggemar fotografi biasanya
memilih jenis ini untuk menampilkan
berbagai karyanya. Blog jenis ini
memang lebih banyak menampilkan
foto-foto dari pada teks. Tidak hanya
fotografer professional, bahkan para
amatir pun banyak juga yang membuat
photoblog. Penyedia layanan
photoblog yang paling bayak
digunakan adalah flickr.
BLOg, MEDIA AKTUALISASI BAgI PENULIS PEMULA DI INDONESIA
(INTEN PERTIwI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
43
x Blog yang terdiri atas kumpulan artikel
dan menggunakan media campuran,
disebut tumblelog. Blogger yang
menggunakan konsep tumblelog ini
biasanya mengunggah materi yang
bervariasi, mulai dari teks, foto, video,
bahkan link.
Manfaat yang Diperoleh dari Blog
Keberadaan blog makin digemari oleh
pengguna internet di seluruh dunia.
Terutama mereka ingin mempunyai ruang
untuk menampung minatnya. Sebuah blog
boleh dikatakan merupakan daerah
kekuasaan bagi seorang blogger, tanpa ada
editor atau pihak lain yang berhak ikut
campur di dalamnya. Sebuah blog adalah
ruang personal bagi seorang blogger untuk
mengungkapkan ide dan imajinasinya ke
dalam berbagai bentuk. Mereka bisa
menuangkan ekspresinya melalui media
paling diminati, bisa berupa tulisan, foto,
sketsa, bahkan video. Blog juga menjadi
media untuk berbagai tentang banyak hal
karena terbuka dan mudah di akses oleh
siapa saja.
Menulis blog atau blogging akan membuat
blogger menjadi penulis yang lebih
percaya diri. Dengan terbiasa
mengekspresikan pikiran pada blognya,
seorang blogger dapat dengan lebih baik
mengartikulasikan opininya. Blog bahkan
dapat menjadi semacam terapi jiwa.
Melalui blog banyak sekali keuntungan
yang bisa diraih oleh seorang blogger,
diantaranya adalah :
1. Penyampai Ide
Kelebihan blog dibandingkan media
mainstream (koran, majalah, televisi,
dsb) lainnya adalah kemudahan untuk
menyalurkan ide dan buah pikiran
lainnya. Untuk bisa melakukannya di
media mainstream tentu bukan hal
yang mudah dilakukan. Banyak jalur
yang harus dilalui hingga akhirnya ide
tersebut dapat dimuat atau disiarkan.
Namun dengan memanfaatkan blog
siapa saja bisa menuangkan idenya
dan menyebarkannya ke seluruh dunia.
2. Penghasilan tambahan
Blogger juga bisa mendapatkan
penghasilan dari aktifitas blogging.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui
program-program periklanan seperti
Google AdSense, SponsoredReview,
Ask2Link, maupun media spot iklan
secara mandiri. Cara lain yang juga
bisa dilakukan oleh blogger adalah
dengan menjadikan blognya sebagai
media jualan atau toko online. Blogger
tertentu dengan kemampuannya dalam
menulis dapat menerbitkan sebuah
buku seperti Radhitya Dika, Trinity,
Dewi Rieka, dsb
3. Terkenal
Saat ini bukanlah hal sulit untuk bisa
menjadi orang terkenal. Banyak
kompetisi diadakan oleh berbagai
media yang bisa memberikan peluang
bagi seseorang untuk terkenal. Namun
tidak semua orang memiliki
kemampuan untuk mengikuti
kompetisi, apalagi dengan persaingan
yang sangat ketat. Sebuah blog bisa
membantu orang biasa menjadi
terkenal seperti yang terjadi pada
Radhitya Dika. Beberapa Blogger
yang cukup terkenal karena aktifitas
bloggingnya adalah Enda Nasution
(http://enda.goblogmedia.com), Ndoro
Kakung (http://ndorokakung.com/),
Antyo Rencoko
(http://blogombal.org/), dll
4. Networking
Semakin banyaknya blogger
bermunculan, berkembang pula
komunitas-komunitas yang bisa
menampung keberadaan mereka.
Komunitas blogger biasanya terbentuk
karena aktifitas blogwalking atau
saling mengunjungi blog dan
meninggalkan komentar. Hampir di
setiap kota di Indonesia memiliki
komunitas blogger dengan berbagai
44
kegiatan baik kegiatan dunia maya
atau nyata. Kegiatan komunitas
blogger di dunia nyata inilah yang
menjadi wadah mereka untuk bertemu
dan berkumpul untuk menjalin
networking dengan sesama blogger
yang biasanya berasal dari kalangan
beragam. Event terbesar bagi
komunitas blogger di Indonesia adalah
Temu Blogger yang rutin diadakan
setiap tahunnya dengan melibatkan
seluruh blogger di Indonesia.
Keanggotaannya yang terbuka
memberikan kemudahan bagi siapa
saja yang memiliki blog untuk
bergabung dan bersosialisasi di
dalamnya.
5. Mengasah Kemampuan
Memiliki sebuah blog berarti
seseorang memiliki ruang pribadi
untuk menampilkan buah pikiran dan
hasil karyanya. Secara tidak langsung
tentu saja bisa memacu untuk terus
menghasilkan karya-karaya baru dan
lebih bagus untuk ditampilkan.
Aktifitas ini akan mengasah
kemampuan blogger dan tentu saja
akan menjadikannnya lebih percaya
diri.
6. Mengikuti Kompetisi
Saat ini sudah banyak kompetisi yang
diadakan khusus untuk para blogger.
Mulai dari kompetisi penulisan artikel
dengan tema tertentu, hingga
kompetisi blog bertarap internasional
yang memfokuskan pada tampilan dan
materi/isi blog. Salah satu kompetisi
yang terkenal diantara para blogger
adalah Deutsche Welle International
Weblog Awards. Sebuah kompetisi
weblog yang melibatkan blog dan
blogger dari 11 bahasa berbeda,
diantaranya : Arab, Bengali, Cina,
Jerman, Inggris, Indonesia, Prancis,
Persia, Portugis, Rusia dan Spanyol.
Peran Blog bagi Penulis Pemula
Bagi seorang penulis pemula, membuat
sebuah blog bisa menjadi sebuah terobosan
untuk makin mengasah kemampuan dan
mendorong kemauan untuk terus
menghasilkan tulisan. Seperti yang
diungkapkan oleh Edy Zaqeus, penulis
buku-buku best-seller, konsultan penulisan
& penerbitan, sekaligus pendiri Bornrich
Publishing dan Fivestar Publishing yang
berhasil menerbitkan sejumlah buku best-
seller. Dalam blog Edy Zaqeus on
Writing, dia mengungkapkan bahwa blog
dapat memberikan manfaat lebih bagi
mereka yang berminat menekuni dunia
penulisan maupun yang baru ingin belajar
menjadi penulis.
1. Blog sebagai sarana publikasi tulisan
yang termudah sekaligus strategis.
Masalah utama yang dialami
kebanyakan penulisterlebih lagi
penulis pemulaadalah soal wadah
publikasi. Media massa umum seperti
koran, tabloid, majalah, jurnal, sering
kali terbatas ruangnya dan mematok
standar kualitas tulisan tertentu. Blog
bisa jadi solusi bagi tulisan-tulisan
yang tidak tertampung dalam media
mainstream. Manakala tulisan
ditampilkan di blog, aslinya tulisan itu
sudah punya nyawa dan
mendatangkan pengaruh. Hanya
tulisan yang dipublikasikan saja yang
punya nyawa dan pengaruh kepada
pembacanya. Blog bisa menjadi alat
untuk menghidupkan tulisan kita.
2. Tulisan blog mudah sekali
dikomentari dan feedback ini banyak
manfaatnya. Tidak sulit bagi penulis
blog untuk mendapatkan komentar
dari para pembacanya asalkan dia aktif
untuk mempromosikan tulisannya agar
dibaca oleh pengunjung. Caranya
dengan aktif memperbarui tulisan di
blog dan rajin memasang tautan blog
agar banyak dikenal. Bagi penulis,
komentar atas tulisan sungguh
merupakan alat uji bagi tulisan itu
sendiri. Positif atau negatif
komentarnya, itu semua bisa menjadi
bahan perbaikan tulisan atau bagian
dari proses pembelajaran penulisnya.
BLOg, MEDIA AKTUALISASI BAgI PENULIS PEMULA DI INDONESIA
(INTEN PERTIwI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
45
Bahkan, banyak sekali ide-ide baru
yang bisa dielaborasi dan dieksplorasi
dari lalu lintas komentar tersebut.
3. Blog bisa menjadi alat penumbuh
kebiasaan dan keteraturan menulis.
Bagaimanapun, setelah punya blog
biasanya kita akan terdorong untuk
terus mengisinya dengan berbagai
bentuk tulisan. Terlebih bila tulisan-
tulisan kita mendapatkan sambutan
atau aneka komentar dari para
pengunjung. Ini akan memotivasi kita
untuk rajin mem-posting tulisan.
4. Menulis di blog secara rutin juga
berdampak pada kemampuan dalam
menuangkan gagasan. Makin sering
menulis di blog, akan semakin mudah
pula mengeluarkan ide-ide dalam
bentuk tulisan.
5. Blog bisa menjadi ajang ekspresi yang
bebas hambatan. Ini memungkinkan
tulisan-tulisan yang dalam kacamata
umum mungkin dianggap kurang
pantas, terlalu absurd, atau melanggar
aturan-aturan tertentu, di blog malah
mendapatkan saluran seluas-luasnya.
Blog bisa menjadi saluran gagasan-
gagasan alternatif, bahkan yang paling
ekstrim sekalipun. Ini yang tidak
mungkin diwadahi oleh media
konvensional.
6. Blog adalah tempat kita untuk
menabung tulisan. Satu demi satu kita
isi blog dengan beragam tulisan, maka
lama kelamaan blog kita akan penuh
juga. Bagus sekali bila mayoritas
tulisan yang kita tampilkan di blog
adalah karya sendiri. Terlebih bila
blog memang kita jadikan sebagai
sarana untuk berlatih menulis dan
menampung tulisan-tulisan karya
sendiri.
7. Blog bisa berfungsi sebagai media
personal branding. Blog bisa membuat
seorang penulis yang bukan siapa-
siapa menjadi penulis yang bisa
dikenal oleh siapa saja. Interkoneksi
antara blog dengan mesin pencari dan
kebutuhan akan data oleh pengguna
internet, ternyata telah menciptakan
situasi kesalingterhubungan alias
saling kenal.
Penulis yang Mengawali Karir dari Blog
Di Indonesia, tidak sedikit blogger yang
mampu mendapatkan nilai lebih dari
kebiaasaan blogging. Radhitya Dika
mungkin tidak akan pernah menyangka
jika hobby menuliskan kisah pribadinya di
halaman diary virtual Radhitya Dika dan
Hal Absurd Lainnya bisa menjadikannya
seorang penulis buku sekaligus bintang
film layar lebar.
46
Gambar 2 : Halaman Blog Radhitya Dika
Sumber : Radhitya Dika dan Hal Absurd Lainnya, 2010
Sampai saat ini dia telah menulis 5 buah
buku laris, yaitu Kambingjantan : Catatan
Harian Pelajar Bodoh (2005), Cinta
Brontosaurus (2006), Radikus Makankakus
: Bukan Binatang Biasa (2007), Babi
Ngesot : Datang tak Diundang, Pulang tak
Berkutang (2008), dan Marmurt Merah
Jambu (2010). Bersama dengan para
penggemarnya yang juga memiliki minat
pada penulisan, Radhitya Dika
meluncurkan sebuah buku kumpulan
tulisan pendek berjudul Tolong, Radith
Membuat Saya Bego (2007). Selain itu,
bersama komikus muda, Dio Rudiman,
mereka menerbitkan komik
Kambingjantan : Sebuah Komik Pelajar
Bodoh (2009).
Tidak hanya sampai disitu, salah satu buku
Radhitya Dika yang berjudul
Kambingjantan : Catatan Harian Pelajar
Bodoh yang terbit tahun 2005 berhasil
memikat seorang sutradara terkenal yang
juga menyutradarai film Ada Apa Dengan
Cinta, Rudi Sujarwo, untuk
mengangkatnya dalam sebuah film layar
lebar berjudul Kambingjantan: Sebuah
Film Pelajar Bodoh (2009). Film ini juga
telah menjadikan Radhitya Dika seorang
pemeran utama, sesuatu yang tidak pernah
dia bayangkan sebelumnya. Menghasilkan
buku-buku dan film yang laris dipasaran
adalah prestasi membanggakan. Namun
semua itu diraih Radhitya Dika bermula
hanya dari sebuah blog. Kecintaan pada
dunia penulisan dia wujudkan dengan
menceritakan kembali pengalaman hidup
sehari-harinya yang lucu dan konyol ke
dalam diary online atau blog.
Menerbitkan buku dari sebuah blog sedang
menjadi trend saat ini. Tidak sedikit dari
buku-buku tersebut akhirnya laris bahkan
menjadi best seller. Seperti yang diraih
oleh blogger penggemar travelling yang
menggunakan nama pena Trinity.
Kecintaannya pada dunia penulisan
terwujud melalui blognya The Naked
Traveler. Disini Trinity menuangkan hal-
hal unik mengenai berbagai hal yang
dialaminya selama melakukan perjalanan
sebagai backpaker. Sampai saat ini,
melalui tulisan di blog, Trinity sudah
berhasil menerbitkan 3 buah buku, yaitu
The Naked Traveller (2007), The Naked
Traveller 2 (2010), dan Duo Hippo
Dinamis : Tersesat di Byzantium (2010).
Buku lain yang juga bermula dari sebuah
BLOg, MEDIA AKTUALISASI BAgI PENULIS PEMULA DI INDONESIA
(INTEN PERTIwI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
47
blog adalah Gokil Mom : Diary Seorang
Mami Dodol karya Yenny Lesly. Yenny
adalah seorang blogger yang tinggal di
Bali. Melalui blognya dia menuangkan
pengalaman sehari-hari yang penuh
kekonyolan dalam merawat anak sewata
wayangnya, Tristan. Penulis lain yang juga
sekaligus blogger dan produktif
menerbitkan buku adalah pasangan suami
istri Adhitya Mulya dan Ninit Yunita.
Gambar 3 : Beberapa Buku yang Diangkat
dari Tulisan Blog
Blog, Peluang dan Tantangan Bagi
Penulis Pemula
Kehadiran blog sebagai media di internet
yang bebas dimanfaat oleh siapa saja
adalah peluang bagi para penulis baru.
Dengan cara yang mudah dan tidak
berbayar, sebuah blog bisa langsung
dibuat. Pengguna hanya perlu untuk
mendaftarkan diri pada sebuah situs yang
menyediakan layanan blogging dan
kemudian mulai mengisinya dengan
berbagai materi sesuai minat dan
kemampuannya. Bagi mereka yang
berminat pada dunia penulisan, blog dapat
menjadi solusi untuk mempublikasikan
hasil karya, tanpa aturan mengikat seperti
halnya publikasi di berbagai media seperti
koran ataupun majalah. Batasan dalam
blog sepenuhnya ada ditangan blogger
sehingga tidak ada alasan untuk terus
berekspresi dan berkarya. Dengan
mempublikasikan karya, para penulis
memiliki peluang besar untuk karyanya
dibaca dan dinikmati banyak orang. Tentu
hal ini akan menjadi pemicu semangat bagi
mereka.
Sebuah blog bisa menjadi pendorong bagi
penulis untuk terus memperbarui tulisan.
Para pengunjung blog selalu tertarik pada
tulisan baru. Ini tentu tantangan yang harus
dijawab oleh pemilik blog. Apalagi jika
blog tersebut sudah memiliki pembaca
setia yang rutin berkunjung. Tentunya
mereka yang merindukan tulisan baru dari
pemilik blog akan meninggalkan komentar
agar pemilik menulis lagi untuk blognya.
Boleh dikatakan, kemauan menulis seorang
blogger tidak hanya muncul dari dalam
dirinya sendiri namun juga dibantu oleh
dorongan semangat dari para pengunjung.
Tidak ada kata untuk berhenti menulis
ketika seorang penulis pemula memulai
sebuah blog dan mulai memiliki
keterikatan emosional dengan para
pengunjung blognya.
Rebecca Blood yang selalu menulis di
blognya, Rebeccas Pocket, mengatakan
bahwa setelah ia membuat blognya, ada
dua efek samping yang terjadi yang tidak
pernah ia pikirkan sebelumnya. Pertama, ia
menemukan kembali minatnya semenjak ia
memulai membuat blog. Kedua yang lebih
penting, ia mulai lebih menghargai cara
pandangnya sendiri. Ketika setiap harinya
ia melakukan update blog, ia mulai
mempertimbangkan opini dan ide-idenya
dengan lebih hati-hati dan ia mulai
merasakan bahwa perspektifnya adalah
unik dan penting untuk disuarakan.
48
Simpulan dan Rekomendasi
Ketika seorang penulis pemula ingin serius
menekuni dunia penulisan, blog bisa
menjadi jalan keluar yang memberikan
banyak keuntungan. Melalui blog, penulis
bisa mendapatkan masukan dari para
pembacanya. Melalui kolom komentar dari
para pengunjung, penulis bisa
mendapatkan masukan dari berbagai sudut
pandang berbeda sehingga dapat
memperkaya teknik penulisannya kedepan.
Dengan melihat jumlah pengunjung blog,
penulis dapat mengevaluasi dirinya sendiri
apakah hasil karyanya diminati ataukan
tidak oleh pembaca. Blog dapat menjadi
semacam media evaluasi dari kualitas
tulisan yang dihasilkan. Seorang penulis
pemula juga bisa mendapatakan
networking melalui blog yang dimilikinya.
Dengan bergabung dalam sebuah
komunitas blogger, penulis dapat
memperluas pergaulan dan tentunya akan
mempertinggi kepercayaan dirinya. Yang
paling penting tentu saja blog dapat
menjadi semacam media promosi bagi
penulis. Semakin banyak yang membaca
tulisannya makan akan semakin terkenal
dan akan makin mendekatnya dengan
popularitas yang tentunya dapat menjadi
modal pendukung bagi seorang penulis.
Saat ini semakin banyak penerbit yang
mulai melirik blog-blog yang ada untuk
kemudian dijajaki dan diangkat menjadi
sebuah buku. Tidak sedikit para penulis
saat ini lahir melalui proses menulis di
media blog pribadi.
Untuk menjadi penulis sukses melalui
sebuah blog memerlukan proses. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
penulis pemula ketika ingin memulai
menulis di blog. Pertama tentu saja
memilih penyedia layanan blog yang
sesuai. Layanan blog yang paling banyak
digunakan oleh blogger bisa menjadi
pilihan. Semakin banyak yang
menggunakan maka menunjukkan layanan
tersebut mudah diakses dan tidak
menyulitkan penggunanya. Mengisi
dengan berbagai posting yang berkualitas
dan menarik adalah hal yang harus
dilakukan agar pengunjung blog semakin
banyak. Semangat untuk terus menulis
dapat dijaga dengan rasa cinta. Penulis
hendakkan menuliskan hal-hal yang
memang menarik baginya sehingga dia
mampu menulis dengan hatinya. Untuk
mempertahankan pengunjung blog,
blogger harus aktif memperbarui
tulisannya. Untuk dapat menulis secara
regular, seorang blogger memang harus
menyediakan waktu khusus. Terpenting
tentu saja terus meningkatkan kemampuan
menulis dengan banyak belajar dari penulis
lain yang telah sukses. Banyak artikel di
internet yang dapat memberikan
pengetahuan tentang penulisan. Blog juga
mempermudah penulis pemula untuk
menjalin komunikasi secara langsung
dengan blogger-blogger lain yang sudah
berhasil.
Daftar Pustaka
Mulyanto, Assep Purna. 2008. Go! Blog.
Bandung : Oase Media
Nurhuda, Eko. 2010. 7 Langkah Mudah
mencarai Uang Lewat Blog.
Yogyakarta : Garailmu
Dika, Radhitya. 2005. Kambingjantan.
Jakarta : Gagas Media
Dika, Radhitya. 2010. Marmut Merah
Jambu. Jakarta : Gagas Media
Trinity. 2007. The Naked Traveler.
Yogyakarta : Bentang Pustaka
Trinity. 2010. The Naked Traveler 2.
Yogyakarta : Bnetang Pustaka
Blood, Rebecca. 2002. The Weblog
Handbook, Practical Advice on
Creating and Maintaining Your
Blog. Cambridge : Perseus
Publishing.
Zaqeus, Edy. 2007. 7 Manfaat Blog bagi
Penulis.
http://ezonwriting.wordpress.com/20
07/11/14/7-manfaat-blog-bagi-
penulis/ (didownload tanggal 19
Agustus 2010 jam 11.20 WITA)
BLOg, MEDIA AKTUALISASI BAgI PENULIS PEMULA DI INDONESIA
(INTEN PERTIwI)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
49
Nasution, Enda. 2004. Apa itu Blog?.
http://enda.goblogmedia.com/pages/a
pa-itu-blog.html (didownload tanggal
18 Agustus 2010 jam 14.15 WITA)
Blood, Rebecca. 2000. Weblogs: A History
and Perspective.
http://www.rebeccablood.net/essays/
weblog_history.html. (didownload
tanggal 18 Agustus 2010 jam 15.00
WITA)
World Friend Indonesia. 2009. Beberapa
Penyedia Layanan Blog.
http://worldfriend.web.id/beberapa-
penyedia-layanan-blog (didownload
tanggal 18 Agustus 2010 jam 14.20
WITA)
Wikipedia Ensiklopedia Bebas. 2010.
Radhitya Dika.
http://id.wikipedia.org/wiki/Raditya_
Dika (didownload tanggal 18
Agustus 2010 jam 14.45 WITA)
Radhitya Dika dan Hal Absurd Lainnya.
2007. Buku Radhit.
http://radityadika.com/buku_radit/
(didownload tanggal 18 Agustus
2010 jam 14.10 WITA)
The Naked Traveler. 2008. About.
http://naked-traveler.com/about/
(didownload tanggal 18 Agustus
2010 jam 14.30 WITA)
Kilas Berita. 2009. Tahun Ini Jumlah
Blogger Indonesia Tembus 1 Juta.
http://www.kilasberita.com/kb-
tech/internet/14286-tahun-ini-
jumlah-blogger-indonesia-tembus-1-
juta (didownload tanggal 18 Agustus
2010 jam 15.00 WITA)
Bloomberg Businesssweek. 2007. The
Blog Belt.
http://www.businessweek.com/maga
zine/content/07_27/b4041402.htm
(didownload tanggal 18 Agustus
2010 jam 16.00 WITA
50
KONSERVASI FLORA USAHA PERLAMBATAN
LAJU PEMANASAN GLOBAL
Oleh:
Made Gede Suryanata
Email: madegede64@yahoo.com
ABSTRACK
Global warming brings many effect to human & environment which not a new issue and
responded by many countries in thne world. Still, it goes on and increase it speed instead of decrease
considering many efforts that have already held to recover the earth. Lack of knowledge& unconcern
community, cut more tree in the name of country wellfare makes the act of green community
outnumbered, which is decrease the enviromental quality. In order to create environment concern
generation, a simple syncron explanation that can be understood easily will be urgent. Education
based on environment concern have to be held since the basic age to increase public awareness, so
activities can goes eficiently for a slow increase global warming.
Key Word: flora conversation, slow increase global warming, public awareness
KONSERVASI fLORA - USAhA PERLAMBATAN LAJU PEMANASAN gLOBAL
(MADE gEDE SURyANATA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
51
KONSERVASI FLORA USAHA PERLAMBATAN
LAJU PEMANASAN GLOBAL
Oleh:
Made Gede Suryanata
Email: madegede64@yahoo.com
ABSTRACK
Global warming brings many effect to human & environment which not a new issue and
responded by many countries in thne world. Still, it goes on and increase it speed instead of decrease
considering many efforts that have already held to recover the earth. Lack of knowledge& unconcern
community, cut more tree in the name of country wellfare makes the act of green community
outnumbered, which is decrease the enviromental quality. In order to create environment concern
generation, a simple syncron explanation that can be understood easily will be urgent. Education
based on environment concern have to be held since the basic age to increase public awareness, so
activities can goes eficiently for a slow increase global warming.
Key Word: flora conversation, slow increase global warming, public awareness
52
BAGIAN I: PEMANASAN GLOBAL
PEMANASAN GLOBAL SUATU
KENYATAAN
Dalam dekade terakhir peningkatan suhu
bumi sangat signifikan sebagaimana
diungkapkan oleh Joseph Algore dalam
film dokumenter bertajuk The
Inconvenient Truth yang mengakibatkan
peningkatan suhu air laut dan udara. Hal ini
secara langsung mempengaruhi pelelehan
es di kutub utara dan selatan yang
mengakibatkan peningkatan level air laut,
bahkan pemisahan gunung es yang
berukuran raksasa dapat mengancam
transportasi kelautan dan kehidupan mahluk
laut lainnya.
Permukaan bumi selama 100 tahun terakhir
telah mengalami peningkatan suhu sebesar
0.18
o
C, yang secara umum disebabkan oleh
efek rumah kaca. Sedangkan pada proyek
IPCC, didapati kesimpulan bahwa
peningkatan suhu permukaan secara global
sebesar 1.1-6.4
o
C dalam waktu 110 tahun
(1990-2100) (Wikipedia 2010). Hal ini
menunjukkan terjadinya trend peningkatan
suhu permukaan yang signifikan karena
efek rumah kaca yang memberikan efek
multiplier (pengkali) sehingga peningkatan
suhu yang sesuai dengan deret hitung.
Kadar gas rumah kaca (CO
2
, NO
2
, CH
4
)
yang melampaui ambang daya dukung
lingkungan, sehingga efek rumah kaca
terjadi dalam skala yang sangat besar.
Sumber gas rumah kaca terbesar untuk saat
ini adalah kegiatan manusia yang kurang
peduli dengan lingkungannya. Penggunaan
energi yang tidak efisien (21.3%), proses
industri yang tidak ramah lingkungan
(16.8%), pola transportasi yang semrawut
(14.0), dan produksi pangan yang
berlebihan merupakan momok yang seperti
buah simalakama (12.5%) (Wikipedia
2010).
Namun terdapat beberapa kalangan &
ilmuwan yang tidak setuju dengan
pernyataan IPCC tentang pemanasan global
sebagai suatu bencana besar yang
disebabkan karena aktivitas manusia.
Terdapat pandangan yang melihat
pemanasan global sebagai suatu siklus alam
yang memang terjadi sesuai waktunya.
Pandangan ini didasarkan pada kebutuhan
mahluk hidup di bumi akan suhu yang
stabil sehingga mahluk hidup dapat
berkembang dan ber-evolusi. Sehingga dari
sudut pandang ini pemanasan global tidak
semata-mata merupakan bencana yang
disebabkan limbah aktifitas manusia,
namun juga sebagai suatu proses alami
yang memang seharusnya berlangsung.
Tabel perbandingan produksi gas rumah kaca 2008.
Sumber:en.wikipedia.org
Tabel persentase gas rumah kaca berdasar sumbernya
Sumber: (Stewardship 2007)
KONSERVASI fLORA - USAhA PERLAMBATAN LAJU PEMANASAN gLOBAL
(MADE gEDE SURyANATA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
53
Berdasarkan pada diagram diatas,
disebutkan bahwa hanya 3.3% gas rumah
kaca berasal dari gas alam (Stewardship
2007), sehingga pemanasan global sebagai
suatu siklus alami dapat dikatakan benar
adanya, namun siklus tersebut mengalami
percepatan karena peningkatan konsentrasi
gas rumah kaca yang memberikan efek
multiplier terhadap laju peningkatan suhu
permukaan bumi.
EFEK RUMAH KACA & UMPAN
BALIK
Segala sumber energi yang terdapat di bumi
berasal dari Matahari. Energi matahari
berbentuk radiasi gelombang pendek
(termasuk cahaya tampak) yang ketika
terkena permukaan bumi dan menjadi panas
yang menghangatkan bumi. Permukaan
Bumi, menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya yang
berwujud radiasi infra merah gelombang
panjang ke angkasa. Sebagian gelombang
panas tetap terperangkap di atmosfer bumi
karena tertahan gas rumah kaca (uap air,
karbon dioksida, dan metana) yang
kemudian dipantulkan kembali ke bumi dan
terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi
terus meningkat yang disebut dengan efek
rumah kaca.
Selain efek rumah kaca, pemanasan global
juga dipengaruhi proses umpan balik dari
reaksi lingkungan terhadap peningkatan
suhu bumi. Sebagai contoh adalah pada
penguapan air. Peningkatan suhu bumi
akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca
seperti CO
2
mengakibatkan lebih banyak air
yang menguap ke atmosfer. Karena uap air
sendiri merupakan gas rumah kaca,
pemanasan akan terus berlanjut dan
menambah jumlah uap air di udara sampai
tercapainya suatu kesetimbangan
konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang
dihasilkan uap air lebih besar bila
dibandingkan oleh dengan gas CO
2
. Namun
umpan balik ini hanya berdampak
sementara, karena uap air berada di
atmosfer dalam kurun waktu relatif pendek
bila dibandingkan dengan CO
2
yang relatif
lebih lama di atmosfer (Muchti 2008).
Menurut Muchti (2008) efek umpan balik
yang disebabkan oleh uap air diudara
tentnya akan mengundang pertanyaan
tentang keberadaan awan sebagai faktor
penyebab efek umpan balik. Secara logika,
awan memantulkan langsung radiasi
matahari yang diterimanya sehingga
memberikan efek naungan terhadap
permukaan bumi. Namun disatu sisi,
gelombang pendek yang diterima oleh awan
dari radiasi permukaan bumi akan
dikembalikan oleh awan sehingga
meningkatkan suhu lingkungan.
Peningkatan suhu lingkungan dengan
keberadaan awan dapat langsung dirasakan
adalah ketika mendung yang cukup jenuh
air menaungi suatu wilayah yang
sebelumnya terkena matahari dalam jangka
waktu relatif lama. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa awan memiliki peranan
terhadap peningkatan suhu lingkungan yang
terjadi melalui proses umpan balik.
PEMANASAN GLOBAL: AWAL
MATA RANTAI
Pemanasan global pada dekade terakhir
sangat marak dibahas dalam berbagai level
forum, mulai dari personal hingga pada
forum Internasional yang melibatkan
berbagai pihak pemangku otoritas
diberbagai belahan dunia. Sebagian pihak
menganggap bahwa fenomena ini
merupakan hal yang sangat serius untuk
ditangani, namun sebagian lagi
menganggap bahwa pemanasan global
merupakan hal yang dapat diabaikan karena
seluruh aspek kehidupan manusia tidak
dapat dipisahkan dari proses yang
menghasilkan substansi pendukung
pemanasan global, bahkan terdapat
sebagian pihak memandang pemanasan
global sebagai suatu hal yang wajar dan
54
merupakan siklus bumi yang memang harus
berlangsung.
Pertentangan pandangan tentang fenomena
pemanasan global wajar adanya karena
memang dapat dipandang dari berbagai sisi
yang memiliki kebenarannya masing-
masing, termasuk kebenaran akan dampak
penangulangan pemanasan global terhadap
kepentingan pihak tertentu. Sebelum
berbicara tentang berbagai dampak &
upaya penanggulangan pemanasan global,
ada baiknya kita telusuri terlebih dahulu
posisi pemanasan global dalam rantai siklus
perubahan karakter lingkungan yang saat
ini terjadi secara besar-besaran diseluruh
bumi.
1. Pemanasan Global dimasa awal bumi
Menurut (Guggenheim 2006), pemanasan
global sesungguhnya bukanlah hal baru
yang perlu diperdebatkan penyebabnya
ataupun bagaimana prosesnya. Peningkatan
suhu bumi (konstan maupun fluktuatif)
merupakan suatu hal yang telah terjadi
sejak bumi tercipta. Pernyataan ini
didukung dengan adanya fakta berakhirnya
zaman es & permulaan zaman baru dengan
suhu lingkungan yang relatif stabil dan
dapat ditinggali berbagai jenis mahluk
hidup. Berakhirnya zaman es ditandai
dengan peningkatan suhu permukaan bumi
dan mencairnya es berusia ribuan tahun,
sehingga tanah/daratan mulai terlihat dan
diikuti dengan terciptanya lautan luas yang
menutupi 2/3 permukaan bumi.
Letusan-letusan gunung berapi pada zaman
purba membebaskan sejumlah besar karbon
ke atmosfer bumi dan menyerap panas
matahari yang kemudian berkonveksi
diudara, menyebabkan fluktuasi suhu bumi
lebih stabil secara perlahan diikuti dengan
peningkatan suhu global yang konstan
(hanya pada permukaan bumi saja). Suhu
permukaan bumi yang relatif stabil,
merupakan kondisi yang sangat nyaman
bagi mahluk hidup untuk tinggal, mencari
makan dan berkembang biak (yang
merupakan insting dasar). Dalam konteks
ini, pemanasan global merupakan
penyelamat segala kehidupan dipermukaan
bumi.
2. Pemanasan Global di Era Manusia
Seiring perkembangan waktu, jumlah
mahluk hidup berkembang dengan berbagai
variasi posisi dalam mata rantai makanan,
mulai dari tumbuhan & pengurai, herbifora,
karnifora, dan omnifora. Mahluk omnifora
& karnifora berada pada puncak rantai
makanan sebagai pemangsa. Hukum rimba
yang berlaku secara alami memberikan
otoritas kepada jenis pemakan daging
sebagai dominator kehidupan bergerak
dimuka bumi. Manusia (dalam posisinya
sebagai omnifora) berkembang dengan
sangat pesat dari sisi jumlah (sebagaimana
kita ketahui jumlah penduduk bumi saat ini
telah mencapai lebih dari 10 milyar jiwa)
dan dibekali intelejensi yang tinggi,
sehingga membawa manusia sebagai
dominator dalam beberapa puluh abad
terakhir mulai dari awal peradaban
manusia.
Perkembangan manusia dari sisi jumlah dan
teknologi dalam berbagai bidang kehidupan
manusia serta keserakahan manusia akan
euforia sebagai dominator membawa
peradaban manusia manjadi peradaban yang
(sebagian besar) tidak selaras dengan
lingkungan alamiah sehingga
mempengaruhi siklus alami bumi (dalam
hal ini adalah perubahan suhu permukaan
bumi secara global). Pembukaan lahan
hutan secara besar-besaran untuk
permukiman manusia mengurangi
penyerapan panas matahari oleh tumbuhan
serta perkerasan ruang terbuka yang masif
mengurangi penyerapan air hujan ke tanah.
Penciptaan dengan teknik rekayasa material
membebaskan sebagian besar karbon ke
udara bebas serta gas rumah kaca lainnya.
Industri pangan dan barang tersier-
quartener secara besar-besaran membawa
merkuri & belerang ke udara yang
mengakibatkan polusi udara & air dalam
kurun waktu lama. Menurut bahwa
seharusnya siklus bumi pada masa ini
KONSERVASI fLORA - USAhA PERLAMBATAN LAJU PEMANASAN gLOBAL
(MADE gEDE SURyANATA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
55
seharusnya adalah permulaan zaman es
baru yang berawal pada tahun 2010. Namun
dapat kita lihat kondisi lingkungan yanng
cenderung mengalami peningkatan suhu
dan humiditas merupakan kebalikan dari
kondisi awal zaman es. Ketidakselarasan
manusia dengan alam (dengan cara
mengeksploitas secara berlebih &
pencemaran lingkungan) mengakibatkan
siklus pemanasan global tidak berjalan
dengan sebagaimana mestinya.
Berbagai usaha sudah digalang &
dilaksanakan untuk memperlambat laju
pemanasan global dengan termasuk juga
berbagai pro dan kontra kebijakan-
kebijakan penanggulangan pemanasan
global. Mulai dari penggalangan dukungan
seluruh dunia (melalui berbagai protokol)
dan perubahan arah pembangunan yang
berorientasi berkelanjutan (Sustainable).
Lembaga-lembaga non-pemerintah
(NGO/LSM) dengan berbagai program
penghijauan hingga efisiensi energi/sumber
daya serta kampanye-kampanye yang
menghimbau seluruh masyarakat dunia
untuk mengurangi sumbangsihnya kepada
percepatan laju pemanasan global. Namun
tetap saja terdapat benturan terhadap pihak-
pihak yang tidak mendukung sepenuhnya
upaya perlambatan laju pemanasan global
atas dasar kepentingan ekonomi & sosial.
Sebagai contoh adalah produsen kendaraan
bermotor yang menolak untuk mengurangi
produksi dan penolakan terhadap
pengaturan amdal (dinegara berkembang)
oleh industri rumah tangga dengan dalih
modal dan sumber daya manusia.
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
Pemanasan global membawa berbagai
perubahan yang signifikan terhadap
lingkungan, sebagaimana telah kita rasakan
sekarang. Bila ditarik benang merah dari
pemanasan global mengakibatkan berbagai
efek beruntun sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan iklim secara global.
Pemasanan global mengakibatkan lebih
banyak air yang menguap keudara (yang
akan memberikan umpan balik), yang
tentunya akan mengakibatkan curah
hujan meningkat (secara global 1%).
Seiring dengan peningkatan hujan dan
kelembaban udara secara global, maka
akan lebih sering terjadi badai dan
bencana alam lain yang melibatkan
udara.
2. Peningkatan suhu permukaan air laut
mengakibatkan mencairnya es di kutub-
kutub bumi dan Greendland sehingga
terjadi peningkatan permukaan air laut
yang mengakibatkan perubahan luasan
daratan yang bisa dihuni. Selain itu dapat
mempengaruhi kehidupan terumbu
karang dan penyerapan karbon oleh
plankton di laut.
3. Peningkatan suhu global akan
mengakibatkan pencairan es pada
sumber mata air dari es (sungai gletser)
yang ada di pegunungan sehingga daerah
yang bergantung pada cadangan air ini
akan mengalami kekeringan.
4. Peningkatan suhu juga memicu
timbulnya berbagai jenis penyakit
tumbuhan, sehingga tanaman pangan
akan berkurang produktifitasnya
(Soemarwoto 2005).
5. Gangguan siklus migrasi hewan dan
tumbuhan untuk mencari daerah yang
lebih nyaman suhunya. Namun karena
perkembangan manusia, tidak dapat
terjadi imigrasi yang seharusnya,
sehingga populasi hewan dan tumbuhan
akan semakin berkurang (Soemarwoto
2005).
6. Dampak sosial dan politik akan diderita
manusia, Dimana peningkatan suhu
meningkatkan risiko penyakit yang
menular melalui air dan vector (malaria,
demam berdarah). Karena penyakit
tanaman akan terjadi kelaparan dan
malnutrision sehingga secara
keseluruhan akan menurunkan tingkat
kesejahteraan masyarakat dan kestabilan
negara. Peningkatan suhu tentunya juga
dapat menyebabkan kebakaran hutan
yang semakin memperburuk kondisi
udara serta gangguang kesehatan
manusia (ISPA) (Mitchel 1997).
56
UPAYA PENANGGULANGAN LAJU
PEMANASAN GLOBAL
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mengendalikan laju pemanasan
global antara lain: Pengendalian polusi dan
pemurnian air (air, limbah, bahan kimia
berbahaya), konservasi sumber daya alam
dan manajemen spesies (Bahan tambang,
minyak bumi dan gas, hutan/pohon, taman,
tempat bersejarah, pengunaan lahan dan
infrastruktur, dan penggunaan energi untuk
transportasi) (Soemarwoto 2005).
Merupakan suatu hal yang sangat menarik
bila hanya dengan mengendalikan berbagai
kebiasaan hidup manusia dapat
memperlambat laju pemanasan global.
Sebagaimana diungkapkan oleh
Guggenheim (2006) bahwa seorang
vegeratian yang menggunakan mobil
Hummer lebih bersahabat dengan alam
dibandingkan seorang pemakan daging
yang menaiki sepeda. Juga dapat dilihat
dari kebiasaan manusia dalam
menggunakan energi untuk transportasi dan
konstruksi yang tidak efisien, sehingga
sering mengindahkan kepentingan alam
demi ambisi dan pembangunan.
Kepentingan konstruksi yang saat ini
banyak terkait dengan pengerusakan alam
adalah proses ekstraksi mineral dan
exploitasi sumber daya hutan (dalam hal ini
tumbuhan) berlebih sehingga terjadi
degradasi lingkungan secara global.
Terdapat berbagai upaya yang dapat
dilakukan untuk menanggulangi pemanasan
global sebagai berikut:
x Penanaman pohon untuk mengurangi
efek rumah kaca.
x Penghijauan lahan perkotaan.
x Penyuntikan karbondioksida kedalam
lapisan bumi untuk mengurangi kadar
karbon dioksida di atmosfer.
x Penggunaan teknologi yang lebih
ramah lingkungan terutama pada sektor
energi (penggunaan energi terbarukan),
transportasi (hidrogen dan elektrik),
industri (hidrogen dan daur ulang),
produksi pangan (pengendalian
produksi pangan & refinery metana).
Penurunan jumlah tumbuhan pada hutan-
hutan diseluruh dunia ternyata memberikan
peningkatan presentase gas rumah kaca
secara signifikan, dan mengalami fluktuasi
yang relatif tinggi dan rutin terjadi setiap
tahunnya. Sedangkan setiap pohon yang
memiliki tinggi rata-rata 25 meter dengan
area tutupan 10.000m2 akan menghasilkan
600kg dan menyerap 900kg CO
2
setiap
harinya. Sehingga dipandang perlu untuk
mentelusuri peranan flora terhadap
kandungan gas rumah kaca yang
berdampak pada perlambatan laju
pemanasan global (Simamora 2010).
BAGIAN II: KONSERVASI FLORA
FLORA
Tumbuhan dapat diartikan sama dengan
flora yang mengikat berbagai jenis tanaman
yang merujuk pada Regnum Plantae yang
terdiri atas bebagai kelas rumput, alga,
paku, lumut, semak, terna, dan pepohonan
(dikotil dan monokotil)
Terdapat beberapa manfaat flora pada
lingkungan manusia sebagai berikut
(Istamar 2004):
x Merupakan sumber kehidupan,
penghidupan dan kelangsungan hidup
bagi umat manusia, karena potensial
sebagai sumber pangan, papan,
sandang, obat-obatan serta kebutuhan
hidup yang lain.
x Merupakan sumber ilmu pengetahuan
dan teknologi.
x Mengembangkan sosial budaya umat
manusia.
x Membangkitkan nuansa keindahan
yang merefleksikan penciptanya.
KONSERVASI fLORA - USAhA PERLAMBATAN LAJU PEMANASAN gLOBAL
(MADE gEDE SURyANATA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
57
KONSERVASI
Konservasi menurut Peraturan Pemerintah
RI no.7 (1999), secara harfiah berasal dari
bahasa Inggris. Konservasi dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan sebagai
pengawetan, sehingga konservasi flora
dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk
menjaga agar keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
baik di dalam maupun di luar habitatnya
tidak punah.
Aspek botani atau flora lebih cenderung
kepada usaha-usaha pelestarian yang
bertujuan jangka panjang atau tidak
terhingga. Di Indonesia istilah konservasi
merupakan hal yang sangat penting
berkaitan dengan kekayaan
keanekaragaman hayati yang sangat
melimpah. Berdasarkan data World Bank,
bahwa hutan Indonesia dari aspek
keanekaragaman hayatinya menempati
urutan ke 2 setelah hutan Amazon di Brazil.
Apabila dilihat dari aspek lokasinya maka
kondisi kepulauan yang ada di Indonesia
sangat rentan terhadap proses perusakan.
Selain itu proses pengawasan menghadapi
kendala baik sumberdaya manusia, biaya
maupun keamanannya. Pengawasan hanya
dapat dilakukan secara efektif apabila
melibatkan masyarakat disekitar lokasi
konservasi. Meskipun kerusakan habitat
tidak dapat dielakkan dan hal ini sebagai
dampak dari pembangunan industri,
pemukiman dan fasilitas umum.
Pembukaan lahan pertanian atau
perkebunan juga tidak dapat dihindari.
PERANAN FLORA TERHADAP LAJU
PEMANASAN GLOBAL
Terdapat berbagai hal yang dapat dilakukan
untuk mengurangi laju pemanasan global
sebagaimana diungkapkan diatas, namun
seluruh proses tersebut membutuhkan dana
yang relatif sangat besar. Satu potensi yang
dapat dimanfaatkan negara berkembang dan
miskin agar dapat berperan serta dalam
penghambatan laju pemanasan global
adalah dengan cara melakukan konservasi
ruang hijau dinegaranya. Dimana flora
memiliki peranan yang sangat penting dan
signifikan dalam usaha pengendalian
karbon di atmosfer (Zoeraini, 2007), selain
itu melalui konservasi flora memiliki
berbagai keuntungan.
1. Secara langsung flora berperan aktif
dalam mereduksi dan menyerap panas
yang didapat dari matahari, sehingga
suhu lingkungan mikro akan tereduksi.
2. Meningkatkan penguapan-menjaga
kelembaban udara sehingga suhu udara
lebih stabil.
3. Menyerap karbon dioksida dan logam
berat diudara. Dalam fungsi ini flora
berperanan untuk membersihkan udara
dari kandungan logam berat yang dapat
membahayakan kesehatan manusia.
Logam berat diserap tumbuhan untuk
kemudian disalurkan ke tanah.
Penyerapan karbon dioksida digunakan
untuk melakukan proses foto sintesa
yang akan menghasilkan berbagai
deposit nutrisi, serta mensirkulasi udara
dibawah tanah sehingga kesuburan tanah
meningkat.
4. Sebagai pengikat energi untuk seluruh
ekosistem, dari energi matahari dengan
fotosintesis dan hara tanah akan
menghasilkan makanan bagi spesies
lainnya.
5. Sebagai sumber hara mineral. Kehidupan
memerlukan karbon, hidrogen, kalsium
dan unsur lainnya dalam jumlah yang
berbeda-beda. Manusia dan hewan tidak
memiliki kemampuan untuk
mengekstraksi unsur-unsur tersebut
walau banyak terdapat di udara dan
tanah. Tumbuhan menyediakan hara
yang dibutuhkan tubuh melalui proses
fotosintesa selain juga menyediakan
Oksigen sebagai hasil sampingan dari
fotosintesa.
58
KONSERVASI FLORA DALAM
GERAKAN FEMINISME
Faktor gender & kondisi sosial masyarakat
sangat mempengaruhi konservasi flora. Hal
ini diakibatkan adanya keterikatan antara
peranan domestik wanita terhadap
lingkungannya.
Kaitan antara faktor gender dengan
konservasi flora dalam catatan Mitchel
(1997) terpublikasi untuk pertama kalinya
pada tahun 1970, pergerakan Chipko
muncul ketika para wanita setempat
berdemonstrasi mempertahankan hutan dari
pengembilan kayu untuk kepentingan
komersial yang diprakarsai pemerintah
India. Hal ini diawali dengan adanya minat
pemerintah untuk mengembangkan industri
produk hutan yang kemudian menyebabkan
terjadinya erosi dan banjir. Hal ini
memancing pergerakan wanita yang
memiliki perhatian dan kekhawatiran
terhadap pemakaian hutan untuk komersial
secara berlebih, peningkatan kerusakan
lingkungan dan hilangnya fungsi hutan non-
komersial (sumber kayu bakar, makanan
ternak, tumbuhan obat tradisional, buah dan
lainnya).
Terjadi pergulatan kepentingan antara pihak
pemilik modal yang menginginkan
keuntungan dari penambangan kayu hutan
untuk keperluan industri. Sedangkan para
wanita mempertahankan hutan untuk
mempertahankan sumber kehidupan
keluarga dan pemenuhan tanggung jawab
domestik wanita. Namun disamping itu
tanpa disadari bahwa hutan memiliki
berbagai potensi yang memang seharusnya
dipertahankan, misalkan sumber kayu
bakar, penahan air tanah dan hara tanah,
serta memberikan cadangan oksigen bagi
lingkungan sekitar.
Setelah penebangan hutan terhenti, para
wanita mengorganisir diri untuk
mengadakan penanaman hutan kembali
dan mengawasi perkembangan hutan
hingga kembali pulih. Peranan pria dalam
kondisi saat itu adalah membantu
pengawasan pada malam hari dan
berperang melawan para penebang liar.
Peranan lingkungan sosial merupakan suatu
hal yang sangat penting, dimana suatu
usaha konservasi flora dalam hal ini untuk
menahan laju pemanasan global &
kerusakan lingkungan membutuhkan
kesadaran dari para pihak yang
membutuhkan keberadaan hutan baik
sebagai sumber penghidupan ataupun
memang merupakan suatu panggilan hati
untuk membantu menghambat laju
pemanasan global. Namun disamping
kesadaran pribadi dibutuhkan juga
dukungan dari pemerintah dalam hal ini
dukungan regulasi dan rekognisi serta
edukasi untuk meningkatkan ketahanan
masyarakat untuk mempertahankan dan
mengembangkan diri sehingga dikemudian
hari tidak menjadi suatu ancaman bagi
kelangsungan program konservasi flora.
KONSERVASI FLORA DARI SISI
EKONOMI
1. Flora sebagai komoditi
Flora dipandang dari sisi ekonomi
(dalam hal ini kayu hutan) merupakan
suatu komoditi yang memiliki nilai
tinggi. Penggunaan kayu sebagai
berbagai bahan utama dalam kehidupan
manusia dapat dikatakan tidak
tergantikan. Misalkan pada bidang
arsitektur (yang mana merupakan bidang
yang paling merusak keberadaan hutan)
merupakan bahan utama yang hampir
tidak tergantikan. Salah satu penggunaan
kayu hutan sebagai bahan utama yang
sangat merusak hutan adalah industri
kertas yang setiap tahunnya
membutuhkan ribuan meter kubik kayu
untuk pemenuhan permintaan kertas
dunia. Faktor ekonomis flora dalam hal
ini merupakan suatu ancaman dan
hambatan yang sangat luar biasa bagi
konservasi flora.
Peranan flora sebagai komoditi dalam
hal ini membutuhkan suatu solusi dari
berbagai pihak dalam usaha untuk
KONSERVASI fLORA - USAhA PERLAMBATAN LAJU PEMANASAN gLOBAL
(MADE gEDE SURyANATA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
59
Profil Urban heat Island
Sumber: www.concretethinker.com
menahan laju pemanasan global.
Misalkan dengan melakukan riset bahan
pengganti komoditi kayu hutan dalam
bidang arsitektur dan ataupun kertas.
Dengan memanfaatkan teknologi, kayu
hutan sebagai bahan utama dalam
arsitektur telah tergantikan dengan kayu
olahan dari perkebunan karet. Harus
diakui bahwa kayu memang tidak
tergantikan, namun kayu olahan yang
dibuat dengan memanfaatkan kayu yang
dibuang (secara ekonomis sudah tidak
produktif) oleh perkebunan karet
merupakan solusi yang cemerlang.
Produk kayu olahan tersebut dikenal
dengan Enginereed Solid Wood. Hal ini
tentunya membantu pengurangan
permintaan kayu di pasaran sehingga
menurunkan tingkat perambahan hutan,
yang tentunya mampu mengurangi laju
pemanasan global.
Kayu sebagai bahan baku kertas
memang sangat susah untuk digantikan,
namun berbagai teknologi telah
diciptakan manusia untuk dapat
melakukan daur ulang kertas yang tidak
terpakai dan penggunaan kayu
perkebunan (pada beberapa produsen
kertas telah berkomitemen dengan
Sustainable Forest Fibre) sehingga
ekploitas hutan untuk kepentingan ini
dapat dikurangi. Perkembangan terakhir
juga menyebutkan bahwa bambu
merupakan bahan baku kertas yang
sustainable karena dapat tumbuh lebih
cepat dari pada kayu, namun tetap
diperlukan pengendalian permintaan
kertas oleh pihak-pihak yang terkait.
2. Flora sebagai investasi abadi
Terkait dengan program internasional
tentang penjualan karbon (Carbon
Trading) bagi negara-negara maju
kepada negara berkembang. Program ini
merupakan suatu kesempatan yang harus
dimanfaatkan dan menjadi suatu alasan
bagi seluruh pihak yang memiliki
kesadaran untuk meng-konservasi flora
dan melakukan penolakan terhadap
permintaan mengelola hutan untuk
kepentingan industri kayu (Asshiddiqie
2009).
Hal ini juga secara tidak langsung dapat
menjadi pemicu pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat lokal daerah
yang memiliki lahan tidak terbangun
untuk penghutanan kembali. Dengan
menjaga kelestarian flora pada daerah-
daerah yang memungkinkan
(pemberlakuan hutan lindung dan cagar
alam) maka negara-negara berkembang
memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi aktif dalam upaya
menghambat laju pemanasan global.
KONSERVASI FLORA DALAM FISIK
KOTA
Ruang-ruang perkotaan pada umumnya
penuh sesak dengan bangunan tanpa
memperhatikan dan mempertimbangkan
kebutuhan manusia akan ruang terbuka &
tumbuhan. Hal ini selain berakibat secara
fisik manciptakan urban Heat Island
juga mengganggu stabilitas psikis
masyarakat kota secara berkesinambungan.
Untuk itu diperlukan suatu ruang terbuka
hijau yang berisikan berbagai macam flora
yang dapat membantu mengurangi pulau
panas perkotaan juga sebagai ruang bagi
masyarakat kota untuk bersosialisasi dan
lebih dekat dengan alam (Tarigan 2005).
Namun pada kenyataannya perencanaan
ruang terbuka kota terkesan tidak
memperhitungkan daya dukung dan daya
60
tampung kota sehingga lahan hijau kota
hanya sebagai pelengkap, oleh karena itu
diperlukan penghijauan terintegrasi pada
lingkungan kota.
Penghijauan kota adalah usaha untuk
menghijaukan kota dengan melaksanakan
pengelolaan taman kota, taman lingkungan,
jalur hijau dan sebagainya (Irwan 2007).
Dalam arti luas adalah segala daya untuk
memulihkan, memelihara dan
meningkatkan kondisi lahan agar dapat
berproduksi dan berfungsi secara optimal,
baik sebagai pengatur tata air atau
pelindung lingkungan.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan
perkotaan (pemukiman), lahan hijau
menjadi korban alih fungsi lahan, bahkan
saat ini sudah meliputi daerah batas kota.
Ditambah dengan penghijauan pada ruang
perkotaan yang tidak mempertimbangkan
keanekaragaman flora yang produktif,
sehingga fungsi penghijauan tidak
mencapai pada target pengurangan karbon
yang diinginkan. Seperti yang diungkapkan
pada sidang lingkungan hidup di Jepang
(1991) bahwa karbon yang dihasilkan
kendaraan bermotor merupakan penyebab
utama kenaikan suhu diseluruh dunia.
Fungsi dan peranan penghijauan pada
lingkungan kota adalah sebagai berikut:
1. Sebagai paru-paru kota. Taman sebagai
elemen hijau pada pertumbuhannya
menghasilkan oksigen yang diperlukan
seluruh mahluk hidup untuk bernafas.
2. Sebagai pengatur lingkungan mikro,
vegetasi akan menyerap panas dari
lingkungan yang menimbulkan hawa
sejuk bagi lingkungan (Frick 2007).
3. Pencipta lingkungan hidup. Penghijauan
dapat menciptakan lingkungan hidup
bagi mahluk hidup lain yang ada di alam.
4. Perlindungan dari kondisi lingkungan
sekitar (misalkan angin, hujan, debu dan
lainnya).
5. Estetika. Penghijauan yang direncanakan
dengan baik akan meningkatkan
keindahan kota sehingga lebih nyaman
untuk dihuni.
6. Kesehatan. Vegetasi memberikan udara
yang lebih bersih sehingga
meningkatkan kualitas lingkungan hidup
dan hidup manusia secara fisik dan
psikis.
7. Rekreasi dan pendidikan untuk anak
dalam mengenal lingkungan hidup. Hal
ini penting untuk menciptakan suatu
mindset anak tentang pentingnya
lingkungan hidup yang ada disekitanya
(Laimona and Fauzi 2008).
Pemilihan tumbuhan yang akan digunakan
pada penghijauan kota hendaknya
memperhatikan syarat-syarat holtikultural
(ecological) dan syarat fisik. Syarat
holtikultural meliputi respon, toleransi
temperatur, kebutuhan air, kebutuhan dan
toleransi matahari, kebutuhan tanah, dan
penyakit. Syarat fisik meliputi tujuan
penghijauan, persyaratan budi daya, bentuk
tajuk tekstur, warna dan aroma (Nurmandi
2006; Maryono 2008).
VISIBILITAS KONSERVASI FLORA
Dengan berbagai uraian dan analisa, maka
akan dilakukan perunutan kekuatan,
kesempatan, kelemahan, dan ancaman
konservasi flora dalam upaya perlambatan
laju pemanasan global.
1. Kekuataan
x Penguapan air dan pemanasan global
meningkatkan kemungkinan
terjadinya hujan diseluruh dunia.
x Penguapan air menciptakan awan
yang mengembalikan panas matahari
keluar dari bumi (awan sebagai
pelindung bumi).
x Penghijauan pada perkotaan
membantuk mereduksi pulau panas
kota dan berfungsi memperindah
kota.
x Flora merupakan jembatan bagi
manusia dan mahluk lainnya untuk
dapat mempergunakan energi dari
alam.
KONSERVASI fLORA - USAhA PERLAMBATAN LAJU PEMANASAN gLOBAL
(MADE gEDE SURyANATA)
JURNAL IPTEKS NEW MEDIA VOL. 1 NO. 1 SEPTEMBER 2010 : 1 - 62
61
x Flora memiliki nilai ekologis yang
sangat tinggi sebagai alasan untuk
dikonservasi.
x Menciptakan keseimbangan dengan
mahluk hidup lain dilingkungan
sekitar.
x Meningkatkan ketahanan sumber air
masyarakat dan menjaga
kebersihannya.
x Perbaikan hara tanah (dengan
pengelolaan yang tepat).
x Berperan sebagai elemen estetika dan
rekreatif.
x Berperan dalam pembelajaran anak
untuk masa depan anak yang peduli
lingkungan.
2. Potensi
x Adanya program Carbon Trading
yang mendukung dengan kompensasi
kepada negara pemilik lahan hijau
dari negara penghasil karbon untuk
mengembangkan kehutanan.
x Kesempatan bagi setiap negara yang
memiliki lahan terbuka/hutan untuk
mengkonservasi flora dan berperan
serta dalam penghambatan laju
pemanasan global.
x Konservasi flora akan meningkatkan
produksi pangan nabati yang
memiliki nilai ekonomis. Mulai
timbulnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya ruang hijau dan hutan.
x Adanya dukungan internasional untuk
mempertahankan hutan dan ruang
terbuka hujau kota sebagai bagian
dari konstitusi internasional.
x Dukungan dan peran serta wanita
dalam pelestarian hutan diberbagai
belahan dunia.
3. Kelemahan
x Penguapan yang tinggi ke udara
meningkatkan kemungkinan
terjadinya badai.
x Penguapan air diudara mengakibatkan
efek balik karena uap air juga
merupakan bagian dari gas rumah
kaca.
x Konservasi flora dengan tanaman
pangan akan mengakibatkan unsur
hara tanah terserap dan membutuhkan
pemupukan yang berpotensi meracuni
lingkungan.
4. Ancaman
x Perambahan hutan untuk kepentingan
konstruksi dan pembangunan yang
kurang memperhatikan keberlanjutan
secara menyeluruh.
x Flora memiliki nilai ekonomis yang
menggiurkan bagi penebang liar dan
investor.
x Kekuatan para investor pengguna
hutan yang masih besar dan didukung
oknum pemerintah.
x Penurunan PAD daerah karena
penurunan permintaan kayu.
x Konservasi Flora dapat dilaksanakan
untuk menghambat laju pemanasan
global, dengan catatan bahwa setaip
pihak yang terlibat memang memiliki
kesungguhan hati untuk
menyelamatkan lingkungan demi
masa depan generasi penerus
manusia.
SIMPULAN
Terdapat beberapa kesimpulan yang didapat
dari uraian dan permasalahan yang
diungkapkan pada rumusan masalah
sebagai berikut:
x Pemanasan global atau Global Warming
adalah adanya proses peningkatan suhu
rata-rata atmosfer, laut, dan daratan
bumi, yang secara alamiah merupakan
sebuah siklus.
x Faktor penyebab pemanasan global
adalah efek rumah kaca, efek umpan
balik
x Dampak pemanasan global,
ketidakseimbangan iklim secara global,
peningkatan suhu permukaan air laut,
peningkatan suhu global, gangguan
ekologis, dampak sosial dan politik.
x Terdapat berbagai upaya yang dilakukan,
namun memiliki berbagai pro & kontra
62
dari pemangku kekuasaan. Terdapat
suatu jalan tengah, yaitu dengan
konservasi flora.
x Konservasi flora telah dilakukan
berbagai kalangan, dengan berbagai
alasan dan keuntungan baik secara
ekonomis, sosial, dan fisik kota.
x Flora memberikan pengaruh yang besar
dalam usaha perlambatan laju
pemanasan global.
x Konservasi flora memiliki banyak
kekuatan dan kesempatan yang dapat
dimanfaatkan untuk menghambat laju
pemanasan global, namun juga memiliki
kelemahan dan ancaman yang harus
diatasi dengan koordinasi berbagai pihak
yang terkait dan kesungguhan dari
pelaku.
REFERENSI
Asshiddiqie, Jimly. 2009. Green
Constitution. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Frick, Heinz. 2007. Dasar-dasar Arsitektur
Biologis. Jakarta: Gramedia.
Guggenheim, Davis. 2006. An Inconvenient
Truth. Unites State of America:
Paramount Classics.
Indonesia, Pemerintah Republik. 1999.
Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan
Satwa: Pemerintah Republik
Indonesia.
Irwan, Zoer'aini Djamal. 2007. Prinsip-
prinsip Ekologi, Ekosistem,
Lingkungan & Pelestariannya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Istamar, Syamsuri. 2004. Biologi IA Untuk
SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Laimona, Beria, and Anunul Fauzi. 2008.
CSR & Pelestarian Lingkungan:
Mengelola Dampak Positif dan
Negatif. Jakarta: Indonesia Business
Link.
Maryono, Agus. 2008. Eko Hidraulik:
Pengelolaan Sungai Ramah.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Mitchel, Bruce. 1997. Resource &
Enviromental Management. 3 ed.
Vol. 3. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Muchti, Firmansyah Aditya. 2010.
Penyebab Global Warming: Efek
Umpan Balik. Wordpress.com, 25
Desember 2008 2008 [cited 20
Agustus 2010 2010]. Available from
http://firmansyah11.wordpress.com/
2008/12/25/penyebab-global-
warming-efek-umpan-balik/.
Nurmandi, Achmad. 2006. Manajemen
Perkotaan. Yogyakarta: Sinergi
Publishing.
Simamora, Johan. 2010. Kemampuan
Pohon dalam Menghasilkan
Oksigen.
http://koranbaru.com/kemampuan-
pohon-dalam-menghasilkan-
oksigen/.
Soemarwoto, Otto. 2005. Menyinergikan
Pembangunan & Lingkungan.
Edited by S. E. Atmojo, Telaah
Kritis Begawan Lingkungan.
Yogyakarta: PD Anindya.
Stewardship, REI. 2010. Greenhouse Gas
Emission. REI Stewartship 2007
[cited 20 Agustus 2010 2010].
Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan
Pembangunan Wilayah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Wikipedia. 2010. Pemanasan Global, 12
Agustus 2010 2010 [cited 19
Agustus 2010]. Available from
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemana
san_global.
KONSERVASI fLORA - USAhA PERLAMBATAN LAJU PEMANASAN gLOBAL
(MADE gEDE SURyANATA)
ISSN 1693 - 313
JUnnHl nfWmfDIH
Volume I Nomor ~ September 2 0 ~ O
Mengelola Jaringan Komputer Dengan Mudah
Melalui Metode Subnetting
I GEDE EKA SANJAYA
Perilaku Pembelian Ponsel Cerdas (Smartphone)
Antara Gaya Hidup dan Kebutuhan
CAROLINE FELICIA CHRISTINE LAWALATA
Fa ktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi
Akuntansi pada Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar
PUTU ASTRI LESTARI
Blog, Media Aktualisasi Bagi Penulis Pemula di Indonesia
INTEN PERTIWI
Konservasi Flora - Usaha Perlambatan Laju
Pemanasan Global
MADE GEDE SURYANATA

Anda mungkin juga menyukai