Anda di halaman 1dari 4

Tirta Arum Bhakti T.

A 311 09 296 Pengauditan Internal

Performing Effective Internal Audits


Untuk meyakinkan bahwa pengendalian intern telah dilaksanakan dengan baik maka perlu adanya tindakan monitoring yang dilakukan salah satu fungsi independen yaitu audit internal. Audit internal dalam pandangan tradisional dan sempit masih dianggap penjaga (watch dog) maupun polisi (police officer) yang bekerja sebagai mata dan telinga manajemen dalam mencari ketidaksesuaian dengan peraturan yang telah ditetapkan. Dewasa ini bergesernya peran dan fungsi audit internal dari menitik beratkan pada bagaimana mengantisipasi dan mengurangi masalah, kepada lebih menitik beratkan kegiatan menganalisis akar permasalahan dan mencari solusinya sebagai suatu prilaku proaktif (Moeller, Witt : 2001, Boynton. et. al : 2001). Sejalan dengan perkembangan pandangan mengenai pentingnya peran audit internal, maka paradigma maupun subtansi yang terkandung dalam konsep maupun aktivitas audit internal mengalami pergeseran, hal tersebut bertujuan untuk lebih menguatkan dan mempertajam mengenai fungsi audit internal dalam menyikapi tanggung jawabnya. Peran audit internal secara dini harus mampu mendeteksi berbagai macam risiko yang ditimbulkan oleh lingkungan internal maupun eksternal sebagai masukan ke pada manajemen puncak dalam merumuskan strategi jangka panjang perusahaan untuk mencapai tujuan (Wheelen, Hunger : 2004, Rick Funston : 2003). Salah satu aspek yang mendukung peran audit internal adalah pemahaman terhadap seluruh aktivitas termasuk memahami tujuan, mengingat salah satu tugas pokok dari audit internal adalah mengukur keekonomisan, efisiensi, dan efektivitas seluruh aktivitas operasi perusahaan dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan (Dittenhoper : 2001, Jagdish : 2003). Arens et.al. (2005), mengemukakan pengertian audit internal sebagai berikut : Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organizations operations.it helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic diciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes.Pengertian tersebut mengandung makna bahwa audit internal adalah suatu aktivitas konsultasi dan pemberian keyakinan yang obyektif dan independen yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi suatu organisasi, untuk membantu organisasi mencapai tujuan dengan menyelengarakan suatu

pendekatan disiplin yang sistematis untuk menilai dan mengefektifkan manajemen risiko, pengendalian, dan proses tatakelola yang baik. Audit internal harus dilaksanakan oleh orang independen, hal tersebut untuk mendukung kualitas jasa yang dihasilkan diantaranya menjamin kualitas informasi sebagai bahan pengambilan keputusan manajemen, menjamin efisiensi dan efektivitas operasi, memberi keyakinan atas ditaatinya kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku serta lebih jauhnya mampu mendeteksi kegiatan terrorist financing (Colbert :1998, Meredith : 2003, Thomas : 2003, David : 2003). Salah satu bentuk aktivitas dari auditor internal adalah melakukan audit operasional, meskipun pada hakikatnya pelaksanaan audit operasional ini dapat dilakukan oleh auditor pemerintah maupun auditor eksternal (Reider : 2002, Moeller, Witt : 2001, Arens et.al : 2005). Berdasarkan hasil studi empirik Birket, Barbara (1997) yang mengkaji ruang lingkup pekerjaan audit internal pada 20 negara, ternyata sebesar 95% (19 negara) pelaksanaan audit operasional dilakukan oleh auditor internal (Hiro : 2004). Salah satu pertimbangan pelaksanaan audit operasional oleh auditor internal adalah mengingat auditor internal lebih mengenal dan menguasai situasi dan kondisi dari perusahaan tersebut dibandingkan dilakukan oleh auditor eksternal (Moeller, Witt : 2001, Reider : 2002, Arens et.al : 2005). Audit operasional secara umum dipahami dalam hubunganya dengan daya guna dan tepat guna suatu operasi perusahaan. Auditor internal bertanggung jawab dalam pengkajian efektivitas atas pengendalian intern, namun selama aktivitas tersebut bertujuan untuk membantu organisasi bisnis secara ekonomis, efisien dan efektif, bagian tersebut merupakan aktivitas audit operasional (Arens, et.al : 2005, Reider : 2002), hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Moeller, Witt (2001) sebagai berikut : The operational auditors has an overall objective to assess the quality of intern controls for an area, including its effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reporting, and compliance with applicable laws and regulation. Audit operasional merupakan aktivitas investigasi yang menitik-beratkan terhadap perbaikan operasi. Oleh karena itu pelaksanaan audit operasional senantiasa harus dilandasi oleh pemikiran yang matang dan menyeluruh dengan memperhitungkan berbagai macam kemungkinan sebagai respon atas penguatan peran secara profesional (Zhang, Charles : 2002, Barry : 2002). Untuk mendukung pelaksanaan audit operasional secara memadai, maka audit internal harus memenuhi standar profesional audit internal, yang meliputi : (1). Independensi; (2). Kemampuan professional;

(3).Lingkup pekerjaan; (4) Pelaksanaan pekerjaan audit; dan (5). Pengelolaan departemen audit internal ( Pickett : 2003, Whittington : 2004).

Lebih lanjut Pickett (2003) mengungkapkan kompetensi auditor internal meliputi : (1). Cognitive skills (kemengertian mengenai teknik, analitik, apresiatif) yang lebih menitik beratkan kepada kemampuan yang sifatnya teknis; dan (2). Behavioural skills (peran yang dilayani personal, interpersonal, organisasional) lebih menitik beratkan kepada kemampuan dalam memahami perilaku, kebijakan, serta moral yang terjadi dalam organisasi perusahaan.

Berkaitan dengan value added activity terhadap organisasi perusahaan, secara spesifik kompetensi auditor operasional minimal harus memiliki lima dimensi sebagai berikut : (1). Pengetahuan menyeluruh mengenai organisasi/ pemikiran/pandangan yang luas; (2). Keberanian berinovasi dalam rangka memberikan nilai tambah kepada para pemegang saham; (3). Pengetahuan yang luas mengenai praktek profesi; (4). Kreativitas untuk menyelaraskan antara inovasi, partisifasi dengan tujuan organisasi; dan (5). memahami secara mendalam terhadap perubahan yang terjadi baik dalam lingkungan internal maupun eksternal perusahaan (Reider : 2002, James Roth : 2003, Brune : 2003). Tujuan utama audit operasional adalah berkaitan dengan kehematan, efisiensi, dan efektivitas (Three Es : economy, Efficiency, and effectiveness), sebagai upaya mewujudkan praktik terbaik dalam pencapaian tujuan perusahaan. Reider (2002) dan BPKP (1995), menjelaskan konsep Three Es sebagai berikut : Economy (kehematan), konsep ini berkaitan dengan keekonomisan operasi sehubungan dengan alokasi dan penggunaan sumber daya (measure of input) serta implikasi jangka panjang suatu operasi yang dikaitkan dengan tujuan perusahaan. Dalam aspek kehematan sering dihubungkan dengan kesempatan untuk memilih alternatif terbaik dalam memperimbangakan kehematan sesuai dengan syarat dan kondisi dalam pengadaan dan pemanfaatan sumber daya (resources), dalam bentuk dana, tenaga kerja serta sumber daya berupa fisik dan non fisik perusahaan (Yani : 1992, BPKP :1995, Reider : 2002). Suatu kegiatan pengadaan sumber daya dipandang

cukup ekonomis apabila telah memenuhi lima kriteria dengan tepat yaitu : (1). Kualitas; (2). Kuantitas; (3). Harga; (4). Tempat; dan (5). Waktu (BPKP : 1995, Reider :2002, Andrew, Graham : 2000). Efficiency (or methods of operations), konsep efisiensi lebih menjelaskan mengenai produktivitas dari perusahaan, artinya aspek efisiensi berhubungan dengan apakah pencapaian tujuan tersebut dilaksanakan dengan penggunaan sumber daya yang optimal (measure related of input and output), suatu kegiatan dipandang cukup efisien apabila dapat menghasilkan output yang maksimal dengan sumber daya yang ada, atau dengan sumber minimal dapat menghasilkan output tertentu (Yani : 1992, BPKP : 1995, Reider : 2002, Andrew, Graham : 2000). Meskipun penggunaan konsep efficiency dan economy memiliki pengertian yang berbeda namun kedua istilah tersebut sering saling dipertukarkan (interchangeable) dalam hal penilaian harga dan perbandingan biaya untuk berbagai pilihan atau alternatif. Effektiveness (or result of operations), hal ini berkaitan dengan seberapa jauh suatu program (aktivitas) telah mencapai tujuan atau telah mencapai manfaat yang diinginkan, semakin besar persentase target yang telah tercapai semakin tinggi dan baik tingkat efektivitasnya. Dengan demikian konsep efektivitas lebih melihat mengenai pengukuran atas hasil yang dicapai (measure of output) atau mencerminkan terhadap the ratio of actual outputs to planned outputs . (BPKP : 1995, Reider : 2002, Andrew, Graham : 2000).

Anda mungkin juga menyukai