Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan seluruh mahluk hidup. Kasus pencemaran air laut sebagai akibat pembuangan limbah cair industri secara sembarangan sangat berdampak negatif bagi kehidupan manusia maupun biota lain yang sangat tergantung dengan kualitas sumber air (Connell,1995). Perairan Teluk Jakarta merupakan badan air terakhir yang menampung limbah dari industri-industri dan pembuangan sampah yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Pencemaran oleh bahan-bahan industri yang mengandung bahan berbahaya, misalnya logam berat seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), dan Kadmium (Cd) cenderung meningkatkan kasus keracunan dan gangguan kesehatan masyarakat (Sugijanto, dkk, 1991 dalam Rochyatun dan Rozak, 2007). Timbal yang masuk ke dalam air sangat berbahaya bagi kehidupan organisme di dalamnya. Hal ini disebabkan karena timbal bersifat bioakumulatif yaitu timbal terkumpul dan meningkat kadarnya dalam jaringan tubuh organisme hidup perairan. Walaupun kandungan timbal perairan rendah, tetapi dapat diabsorbsi oleh tubuh organisme perairan. Adanya pencemaran timbal pada perairan akan menyebabkan akumulasi timbal dalam tubuh biota-biota tersebut. Salah satu biota perairan yang mampu mengabsorbsi timbal adalah kerang hijau (Perna viridis) (Loedin,1985 dalam Ratmini, 2009).

Kerang hijau (Perna viridis) telah digunakan sebagai bioindikator atau biomonitoring pencemaran lingkungan perairan karena hewan ini tergolong sessil (menetap) dan filter feeder (mengambil makanan dengan cara menyaring air) (Buwono, 2005). Makanan P.viridis dapat berupa zooplankton, fitoplankton,

bakteri, flagellata, protozoa, detritus, alga, dan berbagai zat yang tersuspensi seperti logam berat dalam perairan tempat tinggalnya (Ricomarsen, 2010). Pada jaringan insang P.viridis terjadi regulasi metabolisme parsial sehingga mengakumulasi timbal dan logam berat lain (Inswiasri, 1995). Disamping itu, P.viridis merupakan salah satu jenis kerang yang banyak dibudidayakan di perairan Marunda untuk dikonsumsi masyarakat yang kemungkinan mengandung timbal, sehingga perlu dilakukan suatu upaya penghilangan atau pengurangan kandungan timbal didalam tubuh kerang sebelum dikonsumsi. Detoksifikasi merupakan proses pembuangan racun dari dalam tubuh. Proses ini membantu tubuh melakukan pembersihan diri secara alami. P.viridis memiliki kemampuan untuk mendetoksifikasi logam dalam tubuhnya

(Wedjatmoko, 2011). P. viridis mempunyai metabolisme yang berbeda sehingga proses detoksifikasi juga berbeda. Perbedaan ini sangat tergantung pada banyaknya racun dalam tubuh dan kepekaan tubuh terhadap perubahan (Handini, 2011). Depurasi merupakan salah satu cara detoksifikasi pada P.viridis, depurasi yaitu suatu proses untuk menghilangkan polusi mikrobiologis dari tubuh kerangkerangan dengan menempatkannya dalam tanki-tanki yang berisi air laut steril (Peranginangin dan Suherman, 2003).

1.2 Identifikasi Masalah 1. Apakah terjadi penurunan kandungan timbal selama depurasi pada P. viridis. 2. Apakah terdapat perbedaan penurunan kandungan timbal dalam tubuh P. viridis berdasarkan lamanya waktu depurasi yaitu 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. 3. Apakah terdapat perbedaan penurunan logam timbal dalam tubuh P. viridis berdasarkan ukuran cangkang besar, sedang, dan kecil. 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi penurunan kandungan logam timbal dalam tubuh P. viridis melalui proses depurasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan penurunan kandungan logam timbal dalam tubuh P. viridis setelah depurasi. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas dan dapat dijadikan salah satu solusi dalam menyelesaikan masalah pencemaran logam timbal dalam tubuh P. viridis. 1.5 Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental di laboratorium menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan mangambil asumsi bahwa hewan uji diambil secara acak sehingga pengaruh faktor lingkungan pada P.viridis akan berbeda. Perlakuan yang digunakan berdasarkan lamanya waktu perendaman yaitu 24 jam, 48 jam dan 72 jam,

serta berdasarkan ukuran cangkang besar, sedang dan kecil. Dilakukan tiga pengulangan pada tiap perlakuan. Analisis kandungan timbal dilakukan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectofotometry)

(Rufiana,1995). Data dianalisis dengan menggunakan analisis varians satu arah, yaitu berdasarkan waktu dan ukuran cangkang. 1.6 Kerangka Pemikiran Kualitas air Teluk Jakarta, terutama di daerah muara sungai, sudah tidak memenuhi baku mutu air laut bagi perikanan atau biota air (Rozi, 1966 dalam Suprijanto, 1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar logam berat dalam air di Teluk Jakarta sudah tergolong tinggi, bahkan kandungan timbal dalam air dan berbagai jenis biota laut yang hidup di perairan Teluk Jakarta sudah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan. Kandungan logam berat timbal sudah melampaui baku mutu yang direkomendasikan oleh Food and Drug Administration (FDA) (Winarno, 2009). Berdasarkan penelitian Abdulgani (2010), kandungan logam berat timbal pada P.viridis yang berukuran kecil, lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang berukuran besar. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian Inswiasri dkk (1995) yang menunjukan bahwa kadar logam berat dalam P.viridis selalu menurun seiring dengan naiknya ukuran kerang. Hal tersebut terjadi karena mekanisme cara makan kerang bivalvia yaitu filter feeder, diduga logam berat yang masuk bersamaan dengan partikel makanan mengalami difusi melalui membran insang dan terbawa aliran darah. Daya akumulasi dan depurasi logam berat oleh P.viridis tergantung pada proses metabolismenya. Oleh karena itu besarnya penurunan kandungan logam berat

yang terjadi pada P.viridis berbanding lurus dengan penyerapannya (Beckvar, et al, 1996). Jumlah logam berat yang terakumulasi dalam jaringan tubuh hewan air yang masih aman dikonsumsi oleh manusia ditentukan dalam standar. Kep. Ditjen POM No. 03725/B/SK/VII/1998 dan /WHO (1976) menentukan batas maksimum kandungan logam timbal pada organisme laut yang boleh dikonsumsi yaitu 2 ppm (Kep. Ditjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 dan WHO 1989) (Murtini, 2004). Sedangkan kandungan timbal yang

diperbolehkan dalam badan air berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 tahun 2004 untuk Biota Laut sebesar 0,008 ppm (Lampiran Kepmen LH, 2004). Wedjatmoko (2011) menyatakan bahwa salah satu upaya untuk menurunkan kandungan logam berat pada tubuh P. viridis adalah depurasi, yaitu perendaman dalam air laut bersih. Sanjaya (2010) menyatakan hal yang sama yaitu sebelum pemasakan dilakukan proses perendaman dan pencucian terhadap kerang agar kandungan logam dapat berkurang. Menurut Sanjaya (2010), kerang kerangan dapat mengurangi logam berat seperti timbal dengan cara melepaskan bahan-bahan terlarut dan

terkonsentrasi yang kemudian didistribusikan pada lingkungannya. Kerang mampu mentolerir dan mengeksresikan senyawa-senyawa pencemar ke lingkungannya melalui proses fisiologis dan enzimatis. Menurut data hasil penelitian Wedjatmoko (2011) dari Balai Penelitian Perikanan Laut Jakarta, depurasi mampu menurunkan logam sebesar 0.001-0,0038 ppm. Penelitian Yulianda (2010) menghasilkan bahwa perebusan dalam akuades selama 1

menit menunjukkan kandungan logam berat 2,05940,0449 mcg/g dengan penurunan sebesar 8,83%, dan perebusan selama 15 menit adalah 1,49670,0083 mcg/g dengan penurunan sebesar 33,23% (Yulianda, 2010). Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Murtini dan Paranginangin (2003) bahwa kandungan logam berat setelah perendaman selama 1 jam menurun sebesar 16,90%, 2 jam sebesar 19,22%, dan 3 jam sebesar 25,95%. Sedangkan penelitian Erungan, dkk (1997) menghasilkan bahwa penurunan kandungan logam berat setelah perendaman selama 30 menit sebesar 28,87%. 1.7 Hipotesis Berdasarkan uraian yang terdapat pada kerangka pemikiran, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut : 1. Terjadi penurunan kandungan logam timbal melalui depurasi P. viridis. 2. Terdapat perbedaan penurunan kandungan timbal dalam tubuh P. viridis berdasarkan lamanya waktu depurasi yaitu 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. 3. Terdapat perbedaan penurunan logam timbal dalam tubuh berdasarkan ukuran cangkang besar, sedang, dan kecil. 1.8 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian Depurasi Logam Berat Timbal (Pb) Pada Jaringan Lunak Kerang Hijau (Perna Viridis) yang Berasal dari Perairan Marunda, Teluk Jakarta dilakukan pada September-Oktober 2011 di Laboratorium Ekologi Bandung. P. viridis

Anda mungkin juga menyukai