Anda di halaman 1dari 12

HASNA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKLENGKAPAN IMUNISASI BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANDOMAYANG KECAMATAN BAMBALAMOTU KABUPATEN

MAMUJU UTARA PROPINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2006 Xiii + 70 halaman + 18 tabel + 9 lampiran Imunisasi merupakan upaya pencegahan terhadap beberapa jenis penyakit dengan pemberian vaksin berupa agent penyakit yang sudah dilumpuhkan ke dalam tubuh seseorang dalam rangka pemberian kekebalan terhadap jenis penyakit yang sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan. Pemberian imunisasi pada bayi dan balita merupakan program kesehatan dalam rangka menunjang pencapaian derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Namun pada beberapa kasus terutama pada masyarakat pedesaan kurang memiliki pemahaman akan manfaat pemberian imunisasi sehingga anak kurang memperoleh imunisasi secara lengkap. Berdasarkan hal tersebut maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor yang berhubungan dengan ketidaklengkapan pemberian imunisasi pada bayi dengan mengambil lokasi penelitian dalam wilayah kerja Puskesmas Randomayang Kabupaten Mamuju Utara Propinsi Sulawesi Barat dengan melihat hubungan pengetahuan ibu, pendidikan ibu, jarak pelayanan dan sikap kerja petugas imunisasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional Study yang bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor pengetahuan ibu, pendidikan ibu, jarak pelayanan dan sikap kerja petugas terhadap ketidaklengkapan pemberian imunisasi pada bayi. Sampel penelitian adalah ibu yang memiliki baduta umur 12 24 bulan dengan unit sampel adalah baduta umur 12 24 bln dengan besar sampel sebanyak 139 ibu yang ditentukan menggunakan rumus. Pengumpulan data penelitian dengan melaksanakan wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuesioner. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel dengan analisis data penelitian dengan melaksanakan pengujian statistik Yates Correction yang membandingkan antara nilai X
2

hitung dengan X
2

tabel (3.841). Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan pengaruh antara pengetahuan ibu, jarak pelayanan dan sikap kerja petugas imunisasi terhadap ketidaklengkapan pemberian imunisasi pada bayi dimana ibu dengan pengetahuan kurang, jarak tempat tinggal yang jauh dengan waktu tempuh > 15 menit dan sikap kerja petugas imunisasi yang negatif dalam

memberikan pelayanan meningkatkan ketidaklengkapan pelaksanaan imunisasi kepada bayi yaitu ibu akan kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga pelaksanaan imunisasi bayi tidak secara lengkap. Sedangkan pendidikan ibu tidak menunjukkan adanya hubungan pengaruh terhadpa ketidaklengkapan pemberian imunisasi dimana ibu dengan pendidikan kurang pun memiliki kesadaran untuk tetap mengunjungi pelayanan kesehatan dalam rangka pemberian imunisasi pada bayinya secara lengkap. Saran yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. upaya pemberian informasi kepada masyarakat yang tidak hanya kepada ibu meskipun

sebagai hal yang utama perlu dilakukan secara lebih kontinyu sehingga kesadaran masyarakat khususnya ibu akan meningkat akan pentingnya pemberian imunisasi kepada bayi secara lengkap dan berkesinambungan, peningkatan kualitas kerja dari petugas imunisasi juga perlu mendapat perhatian dengan melaksanakan pelatihan dan pemberian motivator kepada petugas sehingga dapat mendukung pelaksanaan aktivitas kerja berupa penyelenggaraan pelayanan imunisasi kepada bayi dengan lebih berkualitas dan dalam rangka pemerataan pelayanan kepada masyarakat khususnya pencapaian program pelaksanaan penanggulangan penyakit tergolong dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) maka pelaksanaan imunisasi harus dilaksanakan dengan melaksanakan kunjungan rumah pada ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita Kepustakaan : 24 (1992 2006)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap 1000 kelahiran hidup terdapat 5 anak yang pincang karena polio, 10 meninggal karena tetanus neonatorum, 20 meninggal karena pertusis dan 30 meninggal karena campak dan komplikasinya. Hal inilah yang menjadi pertimbangan program imunisasi terhadap penyakit yang dimulai sejak bayi (Satgas Imunisasi, 2001). Sejak penetapan the expanded Program on Imunitation (EPI) oleh WHO Tashun 1977 cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% meningkat hingga mencapai 80% di seluruh dunia. Vaksinasi terhadap 7 penyakit yang telah direkomendasi EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang: BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B (Ali M, 2003). Program imunisasi mempunyai tujuan turunnya angka kesakitan kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Serta tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal (insiden di bawah satu per seribu kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2008. Eradikasi polio pada tahun 2008 dan tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2006 serta tercapainya dan dipertahankannya target UCI (Universal Child Imunization) 90,0% (Depkes, 2005). Pada awal pelaksanaan program imunisasi di Indonesia, cakupan imunisasi lengkap pada bayi sangat rendah yaitu sekitar 4%. Melalui strategi

akselerasi cakupan imunisasi lengkap dapat ditingkatkan menjadi 73%. Strategi ini ditujukan terutama untuk memperkuat infrastruktur dan kemampuan manajemen program. Akhir tahun 1997, maka Indonesia menetapkan angka pencapaian target imunisasi minimal 90% dari total cakupan. Di Indonesia pencapaian imunisasi BCG mencapai (92,1%), DPT 1 sebesar (94,5%), DPT 2 mencapai (98,1%), DPT 3 (96,7%), Polio 1 (98,1%), Polio 2 (98,0%), Polio 3 (96,5%), Polio 4 (94,3%) serta hepatitis B (96,2%). Meskipun angka tersebut telah melewati angka target, namun Indonesia kembali menggalakkan imunisasi Polio sejak ditemukannya berbagai kasus polio di beberapa wilayah di Jawa Barat Tahun 2005 dan Tahun 2006. bahkan Presiden Republik Indonesia mengambil langkah sigap dengan mencanangkan program Indonesia Bebas Polio, melalui pemberian imunisasi polio massal 2 kali selama setahun (Tontro dkk, 2005). Selain masalah kasus polio masalah Hepatitis B juga merupakan suatu masalah yang tidak dapat dianggap remeh. Prevalensi pengidap di Indonesia Tahun 1993 bervariasi antara daerah yang berkisar dari 2,8% - 33,2%. Bila ratarata 5% penduduk Indonesia adalah carier Hepatitis B, maka diperkirakan saat ini ada 10 juta orang. Para penderita hepatitis B makin menyebar ke masyarakat luas. Negara dengan tingkat HbsAg > 8% dihimbau oleh WHO untuk menyertakan Hepatitis B ke dalam program imunisasi nasional (Tontro dkk, 2005). Target di Tahun 2007 adalah Indonesia bebas Hepatitis B sebesar 50% dari total kasus. Data epidemiologi menyatakan sebagian kasus yang terjadi pada penderita Hepatitis B (10%) akan menjurus kepada kronis dan dari kasus ini 20%

menjadi hepatoma. Kemungkinan akan kronisitas lebih banyak terjadi pada anakanak balita oleh karena respon immune pada mereka belum sepenuhnya berkembang sempurna (Tontro dkk, 2005). Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidakteraturan imunisasi pada bayi. Berdasarkan beberapa kajian yang dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi yaitu kemampuan untuk menjawab materi tentang pernah tidaknya mendengar istilah imunisasi, pengertian imunisasi, jenis imunisasi, frekuensi pemberian tiap jenis imunisasi, Frekuensi pemberian imunisasi tiap jenis imunisasi, umur untuk mendapatkan imunisasi, tempat pelayanan dan waktu pelayanan imunisasi. Dari beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi pada bayi. Semakin cukup pengetahuan, maka akan semakin lengkap pula imunisasi bayi. Hasil penelitian Zubaedah (2003), menemukan fakta bahwa ada hubungan pengetahuan dengan ketidaklengkapan imunisasi pada bayi. Pada ibu yang pendidikan tinggi (tamat SLTP ke atas), maka kecenderungannya adalah imunisasi pada bayi lengkap. Hasil penelitian Zubaedah (2003), menemukan fakta bahwa ada hubungan pendidikan dengan ketidaklengkapan imunisasi pada bayi. Jarak merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan lengkap atau tidak lengkapnya imunisasi yang ada di wilayah kerja puskesmas. Jarak tempat pertolongan persalinan yang mudah dijangkau, akan memotivasi ibu untuk sering berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan guna mendapatkan imunisasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andi Rosdiana

pada tahun 2000 di Puskesmas Palattae Kabupaten Bone menemukan data bahwa ada hubungan jarak tempat pelayanan kesehatan dengan kelengkapan imunisasi pada bayi. Sikap petugas terdiri atas beberapa uraian besar yaitu respon yang diperlihatkan oleh petugas saat pasien datang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja puskesmas guna memanfaatkan pelayanan imunisasi. Sikap seorang tenaga kesehatan di tempat pelayanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap keinginan ibu untuk melengkapi imunisasi anak-anaknya (Nasrul Effendi, 2002). Menurut hasil laporan rekapitulasi program imunisasi tentang jumlah sasaran imunisasi pada bayi sebanyak 2.515 untuk Kabupaten Mamuju Utara dengan cakupan imunisasi masing-masing pencapaian adalah < 90%. Untuk imunisasi BCG mencapai (78,1%), DPT 1 sebesar (81,3%), DPT 2 mencapai (79,6%), DPT 3 (79,8%), Polio 1 (81,3%), Polio 2 (73,0%), Polio 3 (62,2%), Polio 4 (57,0%) serta HB1 (79,2%), HB2 (63,8%) dan HB3 (50,3%). Ditinjau dari angka-angka pencapaian tersebut, maka diketahui bahwa Kabupaten Mamuju Utara bermasalah dalam hal pencapaian target imunisasinya (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Utara,2006). Di Puskesmas Randomayang Kecamatan Bambalamuto Kabupaten Mamuju Utara Sulawesi Barat jumlah bayi pada akhir tahun 2006 mencapai 215 orang. Pencapaian Imunisasi BCG mencapai (120,2%), DPT 1 sebesar (115,2%), DPT 2 mencapai (96,3%), DPT 3 (74,7%), Polio 1 (45%), Polio 2 (33,4%), Polio 3 (25,5%), Polio 4 (41%) serta HB1 (74,7%), HB2 (44,2%) dan HB3 (41,1%).

Kondisi ini menunjukkan bahwa target pencapaian masih rendah, dari angka standar yang seharusnya UCI (Universal Child Imunitation) yaitu sebesar 90,0%. Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan ketidakkelengkapan imunisasi pada bayi di Puskesmas Randomayang Kecamatan Bambalamuto Kabupaten Mamuju Utara Sulawesi Barat Tahun 2006. B. Batasan Masalah Banyak faktor yang terkait dengan ketidaklengkapan imunisasi pada bayi. Menurut Markum (1997) faktor tersebut adalah pengetahuan ibu, pendidikan ibu, jarak ke tempat pelayanan kesehatan, sikap pemberi pelayanan kesehatan, paritas ibu dan umur serta ketersediaan imunisasi. Namun, karena keterbatasan peneliti, maka penelitian ini dibatasi pada pengetahuan ibu, pendidikan ibu, jarak ke tempat pelayanan kesehatan, dan sikap pemberi pelayanan kesehatan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan pengetahuan ibu dengan ketidaklengkapan imunisasi pada bayi? 2. Apakah ada hubungan pendidikan ibu dengan ketidaklengkapan imunisasi pada bayi?

3. Apakah ada hubungan jarak ke tempat pelayanan kesehatan dengan ketidaklengkapan imunisasi pada bayi? 4. Apakah ada hubungan sikap pemberi pelayanan kesehatan dengan ketidaklengkapan imunisasi pada bayi? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan ketidaklengkapan imunisasi pada bayi di Puskesmas Randomayang Kecamatan Bambalamuto Kabupaten Mamuju Utara Tahun 2006 2. Tujuan Khusus a. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan ketidaklengkapan imunisasi pada bayi b. Untuk menganalisis hubungan pendidikan ibu dengan ketidaklengkapan imunisasi pada bayi c. Untuk menganalisis hubungan jarak ke tempat pelayanan kesehatan dengan ketidaklengkapan imunisasi pada bayi d. Untuk menganalisis hubungan sikap pemberi pelayanan kesehatan dengan ketidaklengkapan imunisasi pada bayi E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Institusi Sebagai masukan dan bahkan pertimbangan bagi Puskesmas dan Dinas

Kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan bayi dan ibunya. 2. Manfaat Praktis Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dan menambah wawasan dalam pengembangan /penerapan ilmu di lapangan. 3. Manfaat Ilmiah Sebagai sumber informasi dan bacaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lainnya.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Puskesmas Randomayang terletak dalam wilayah administrasi Kecamatan Bamba Lamotu Kabupaten Mamuju Utara Propinsi Sulawesi Barat dengan luas wilayah 109,426 Km
2

dengan batas-batas wilayah kerja puskesmas adalah sebagai berikut. 1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sarjo 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Martajaya 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lalundu Kabupaten Donggala Sulteng 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar Wilayah kerja Puskesmas Randomayang secara administrasi terdiri dari 5 Desa dan 43 Dusun dengan pembagian sebagai berikut. 1. Desa Bambaira terdiri dari 7 dusun 2. Desa Kasoloang terdiri dari 8 dusun 3. Desa Randomayang terdiri dari 8 dusun 4. Desa Bambalamotu terdiri dari 10 dusun 5. Desa Polewali terdiri dari 5 dusun B. Keadaan Demografi

Anda mungkin juga menyukai