Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum m.k.

Engineering Akuakultur

Hari/Tanggal Kelompok Dosen Asisten

: Kamis/19 April 2012 : VIII : Dr. Eddy Supriyono, M.Sc. : 1. Anggih Isti Choironawati 2. Humairani 3. Kurnia Faturrohman 4. Wildan Nurussalam 5. Putri Jayanti

PENGUKURAN DEBIT (HIDROLOGI)

Oleh: Reza Akbar Santoso C14090015

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

I. METODOLOGI
1.1 Waktu dan Tempat Kegiatan praktikum pengukuruan debit (hidrologi) dilaksanakan pada hari Kamis 29 Maret 2012 pukul 14.00-16.00 WIB, bertempat di Kolam Percobaan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

1.2 Alat dan Bahan Alat yang dipakai dalam praktikum hidrologi ini adalah ranting kayu, papan kayu, botol plastik, stopwatch, karet ban, paku, meteran, gergaji, penggaris, dan alat tulis. Adapun bahan yang digunakan adalah cairan kalium permanganate (PK), tepung maizena, dan air.

1.3.Prosedur Kerja 1.3.1 Float Method Hal yang pertama kali dilakukan yakni mempersiapkan berbagai peralatan yang akan digunakan seperti, ranting kayu, stopwatch, botol plastik, penggaris, dan meteran. Selanjutnya mengukur saluran sepanjang 4 meter menggunakan meteran dan dibersihkan dari benda asing yang mengganggu. Saluran tersebut diukur panjang, lebar, tinggi dan kedalamannya kemudian diberi tanda. Setelah itu, ranting kayu dan botol plastik dihanyutkan ke saluran air tersebut, bersamaan dengan itu, stopwatch mulai dinyalakan dan dihentikan sampai kedua alat yang dihanyutkan tersebut sampai pada posisi yang telah ditentukan. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3-4 kali ulangan untuk masing-masing perlakuan kemudian dilakukan penghitungan debit.

1.3.2 Dye Stain and Cross-Section Method Saluran air harus dibersihkan terlebih dahulu untuk memperlancar pengerjaan dan diukur. Selanjutnya cairan PK yang telah dicampur air dan cairan PK yang sudah dicampur tepung maizena, dialirkan ke saluran air. Bersamaan dengan hal tersebut, stopwatch langsung dinyalakan untuk mengukur waktu aliran PK pertama kali menyentuh garis akhir dan waktu aliran paling belakang PK

menyentuh garis akhir. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3-4 kali ulangan untuk masing-masing perlakuan PK dan setelahnya dilakukan penghitungan debit.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Hasil


Berikut ini merupakan tabel hasil pengukuran debit air (hidrologi) pada kelompok shift 2: Tabel 1. Perhitungan debit dengan Float method (ranting kayu) (SHIFT 2)
Ulangan 1 2 3 4 S (m) 4 4 4 4 T1 (s) 7,73 7,30 7,05 7,15 T2 (s) 8,25 7,67 7,96 8,03 V (m/s) 7,69 10,81 4,39 4,54 A (m2) 1,4 1,4 1,4 1,4 Q (m3/s) 10,77 15,13 6,15 6,36

Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel 1 di atas, didapatkan pada waktu pertama (t1), ranting kayu tercepat yakni pada ulangan ke- 3 dengan waktu 7,05 detik, sedangkan pada waktu kedua (t2), ranting kayu tercepat pada ulangan ke- 2 dengan waktu 7,67 detik. Nilai debit air tertinggi pada ulangan ke- 2 dengan nilai 15,13 m3/s, adapun yang terendah yakni pada ulangan ke- 3 dengan nilai 6,15 m3/s.

Tabel 2. Perhitungan debit dengan Dye Stain and Cross-Section Method (PK+Air) (SHIFT 2)
Ulangan 1 2 3 4 S (m) 2 2 2 2 T1 (s) 7,03 6 6,85 6,34 T2 (s) 15,98 10,90 12,31 13,30 V (m/s) 0,22 0,40 0,37 0,29 A (m2) 0,7 0,7 0,7 0,7 Q (m3/s) 0,15 0,28 0,26 0,20

Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel 2 di atas, didapatkan pada waktu pertama (t1), ranting kayu tercepat yakni pada ulangan ke- 2 dengan waktu 6 detik, sedangkan pada waktu kedua (t2), ranting kayu tercepat pada ulangan ke- 2 dengan waktu 10,90 detik. Nilai debit air tertinggi pada ulangan ke- 2 dengan nilai 0,28 m3/s, adapun yang terendah yakni pada ulangan ke- 1 dengan nilai 0,15 m3/s.

Tabel 3. Perhitungan debit dengan Dye Stain and Cross-Section Method (PK+Maizena) (SHIFT 2)
Ulangan 1 2 3 4 S (m) 2 2 2 2 T1 (s) 6,60 6,35 6,68 6,58 T2 (s) 10,50 10,65 10,51 10,40 V (m/s) 0,51 0,46 0,53 0,53 A (m2) 0,7 0,7 0,7 0,7 Q (m3/s) 0,36 0,32 0,37 0,37

Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel 2 di atas, didapatkan pada waktu pertama (t1), ranting kayu tercepat yakni pada ulangan ke- 2 dengan waktu 6,35 detik, sedangkan pada waktu kedua (t2), ranting kayu tercepat pada ulangan ke- 2 dengan waktu 10,40 detik. Nilai debit air tertinggi pada ulangan ke- 3 dan ke- 4 dengan nilai 0,37 m3/s, adapun yang terendah yakni pada ulangan ke- 2 dengan nilai 0,32 m3/s. 2.2 Pembahasan Debit adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu (sungai/saluran/mata air) persatuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk) (Sihotang 2006). Dapat didefinisikan juga sebagai berikut, merupakan besaran yang menunjukkan volume fluida atau cairan ( dalam satuan m3 yang mengalir melalui suatu penampang per satuan waktu (sekon). Untuk fluida atau cairan yang tidak kompresibel, debit dinyatakan sebagai hasil kali antara laju aliran dengan luas penampang. Faktor utama yang mempengaruhi debit air sungai yakni dipengaruhi oleh curah hujan. Menurut Mulyana (2007), curah hujan terjadi di hulu tempat alat pengukuran permukaan air sungai yang merupakan data deret waktu yang memiliki komponen musiman dan siklus tahunan dengan karakteristik musim hujan panjang atau kemarau panjang. Selain faktor utama tersebut, menurut Irwan, et al (1995), debit air yang dihasilkan oleh suatu sumber air ditentukan oleh beberapa faktor-faktor seperti : 1. Penggundulan hutan Fungsi utama hutan dalam kaitan dengan hidrologi adalah sebagai penahan tanah yang mempunyai kelerengan tinggi sehingga air hujan yang jatuh di daerah tersebut tertahan dan meresap ke dalam tanah untuk selanjutnya akan menjadi air tanah. 2. Pengalihan fungsi hutan Risiko pengalihan fungsi hutan untuk dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan lainnya dengan cara penebangan dapat menurunkan kemiringan lahan sekitar diatas 25% sehingga menyebabkan penurunan debit air sungai yang terjadi akibat erosi.

3. Intersepsi Merupakan proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi di atas permukaan tanah, tertahan beberapa saat untuk diuapkan kembali ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. 4. Evaporasi dan Transpirasi Evaporasi transpirasi juga merupakan salah satu komponen atau kelompok yang dapat menentukan besar kecilnya debit air di suatu kawasan DAS. Dengan adanya curah hujan yang tinggi maka debit air di DAS akan bertambah juga sedikit demi sedikit. Manfaat dan berbagai hal penting yang dapat diambil dari kegiatan perhitungan debit air salah satunya adalah untuk pengendalian banjir. Hal ini dapat dijadikan patokan antisipasi kemungkinan banjir melanda. Selain itu, kondisi perairan yang tetap terkendali dapat menguntungkan berjalannya usaha perikanan yang ada di badan perairan tersebut.Perhitungan debit juga dapat menunjukkan adanya respon akibat adanya perubahan karakteristik biogeofisika yang berlangsung dalam suatu DAS yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengelolaan DAS sesuai dengan hukum keseimbangan alam (ekologi) yang pada akhirnya terciptalah kelestarian lingkungan ( Asdak 1995). Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan debit air sungai yaitu luas penampang stasiun pengukuran dengan cara mengukur kedalaman masingmasing titik pengukuran. Kedalaman perairan adalah jarak vertikal dari permukaan sampai ke dasar perairan yang biasanya dinyatakan dalam meter. Semakin dalam suatu perairan maka hasil pengamatan yang didapat, jauh dari faktor arus berbentuk-bentuk (meander) atau arus turbulen (Hadiwigeno 1990). Menurut Welch (1948), Float method memiliki kelebihan yaitu mudah dilakukan dan dalam pelaksanaannya lebih cepat. Namun kekurangan dari metode ini adalah pelampung yang digunakan mudah terpengaruh oleh aliran angin sehingga laju pelampung dapat berubah setiap waktu dan dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengukuran, selain itu benda/pelampung yang digunakan dapat tersangkut di badan air dan menyulitkan dalam pengamatan. Penggunaan Dye method juga memiliki kekurangan dan kelebihan, kelebihan yaitu mudah dalam pelaksanaan dan lebih cepat sedangkan kekurangannya

adalah kesulitan dalam melihat PK karena terlalu cepat mengalir dan bentuknya yang cair sangat menyulitkan untuk mengamati apalagi jika warna air di saluran atau sungai sangat keruh (berwarna kehitam-hitaman) sehingga harus dilakukan beberapa kali ulangan agar data akurat. Berdasarkan data yang diperoleh menggunakan metode Dye Stain, perlakuan yang menggunakan PK+air memiliki debit air yang relatif cepat (nilainya rendah) jika dibandingkan dengan perlakuan yag menggunakan PK+maizena. Hal ini dapat terlihat dari nilai PK+air pada ulangan ke- 1 sebesar 0,15 m3/s, adapun untuk nilai perlakuan PK+maizena pada ulangan ke- 2 sebesar 0,32 m3/s. Perbedaan nilai ini dipengaruhi oleh volume rata-rata PK+air lebih kecil sehingga mempengaruhi laju yang lebih cepat. Metode yang paling efektif dan sering digunakan dalam pengukuran debit air adalah adalah float method. Dengan menggunakan float method pengambilan datanya lebih mudah dan medianya berbentuk padat sehingga memudahkan dalam pengamatan, namun perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat mengganggu yaitu seperti bentuk saluran air, kondisi dasar perairan, ukuran saluran air dan arah angin untuk meminimalisir kesalahan (Wetzel 2001). Pengukuran debit air dapat digunakan untuk mengukur kebutuhan pendistribusian dan pengisian air ke tambak, kolam, dan wadah-wadah budidaya lainnya. Sehingga praktikum pengukuran debit air ini sangat bermanfaat untuk kegiatan budidaya perairan. Pengukuran debit air diperlukan karena masingmasing media pemeliharaan berbeda dalam pendistribusian airnya yang disesuaikan dengan organisme budidaya, seperti ikan nila dan udang galah yang memerlukan adanya aliran air yang deras (Effendy 2003).

III. KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan Berdasarkan dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa praktikan telah dapat mengukur debit air menggunakan float method dan Dye Stain and Cross-Section Method. Penggunaan float method lebih efektif dalam pengukuran debit air dibandingkan dengan metode lainnya. Namun dalam penggunaannya harus memperhatikan beberapa faktor seperti bentuk saluran air, kondisi dasar perairan, ukuran saluran air dan arah angin untuk meminimalisir kesalahan.

3.2 Saran Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu, sebaiknya pengukuran juga dilakukan pada saluran air yang lebih besar seperti sungai agar praktikan lebih memahami kondisi di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA
Asdak C. 1995. Hidrologi dan pengolahan daerah aliran sungai.Gadjah Mada University Press.Yogjakarta. Effendy H. 2003. Telaah Kualitas Air.Kanisius.Yogyakarta. Irwan et al. 1995. Prinsip-prinsip ekologi dan ekosistem komunitas dan lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta. Mulyana. 2007. Pemodelan debit air sungai (studi kasus : DAS Cikapundung) dalam lokakarya sistem informasi pengelolaan DAS. Institut Pertanian Bogor. Bogor Sihotang C. 1989. Limnologi I. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. Welch P.S. 1948. Lymnological Method. McGraw-Hill Book Company Inc. Nem York. Wetzel R.G. 2001.Limnology; Lake and River Ecosystems. Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai