Anda di halaman 1dari 48

13

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai konsep
dasar atau pengertian kepemimpinan, dan semua itu tergantung dari sudut
mana mereka memandangnya. Menurut Marno, M.Ag. & Triyo Supriyanto,
S.Pd., M.Ag, tentang arti kepemimpinan (leadership), yaitu dapat juga berarti
to influence (mempengaruhi). Jadi leadership adalah suatu proses
mempengaruhi orang lain atau kelompok bawahan guna mencapai tujuan
secara efektif dan efisien
1
.
Veithzal Rivai mendefinisikan kepemimpinan secara luas meliputi
proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi
perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi
mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan
aktifitas-aktifitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerjasama
dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerjasama dari orang lain diluar
kelompok atau organisasi
2
.

1
Marno, M.Ag. & Triyo Supriyanto, S.Pd., M.Ag, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam (Bandung; PT Refika Aditama)hlm 23
2
Veithzal Rivai, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi (Jakarta: PT Remaja Grafindo Persada,
2004), hlm. 2

14
Disebutkan juga menurut E Mulyasa bahwa kepemimpinan dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang lain yang
diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan Sutisna dalam
Mulyasa merumuskan "kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi
kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan
dalam situasi tertentu". Sementara Soepardi dalam Mulyasa juga
mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggerakkan,
mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengerahkan, menasehati,
membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum
(kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media
menejemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara
efektif dan efisien. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan
sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya
pemimpin dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi
kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi
3
.
Pendapat lain menurut Veithzal Rivai mengungkapkan
"kepemimpinan merupakan suatu penggeneralisasian dari satu perilaku dan
konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang
historis, sebab musabab timbulnya kepemimpinan, persyaratan menjadi
pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas-tugas pokok dan fungsinya,
serta etika profesi kepemimpinan"
4


3
E, Mulyasa, Manajemen Berasis Sekolah ( Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2004), hlm. 107-
108
4
Veithzal Rivai, Pemimpin Dan Kepemimpinan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.
27

15
Nanang Fattah juga mengatakan bahwa "pemimpin pada hakikatnya
seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan"
5

Menurut pendapat lain Syaiful sagala menjelaskan bahwa
"pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang anggotanya dapat merasakan
bahwa kebutuhan mereka terpengaruhi, baik kebutuhan bekerja, motivasi,
rekreasi, kesehatan, sandang, pangan, tempat tinggal maupun kebutuhan
lainnya yang pantas didapatkannya"
6

Dari berbagai definisi kepemimpinan tersebut di atas terdapat
beberapa unsur yang bersamaan yaitu :
a. Keinginan untuk mempengaruhi orang lain,
b. Mengharapkan bantuan orang lain dengan sungguh-sungguh dan tertib
c. Ada tujuan yang ingin dicapai
Pendapatnya Stogdil dalam Wahjosumidjo membuat kesimpulan
bahwa :
Sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola
interaksi, hubungan kerja sama antar peran, kedudukan dari satu
jabatan administrasi, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi
pengaruh. Sedangkan konsep dasar Wahjossumidjo mengatakan
tentang definisi tunggal tentang kepemimpinan (a single definition of
leadership) sangat sulit secara umum mengakomodasi berbagai
macam pengertian, serta secara khusus mampu memberikan pelayanan

5
Nanang Fattah, Landasan Manajemen dan Pendidikan (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2004),
hlm. 88
6
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Allfa Beta, 2005), hlm. 143

16
atau melaksanakan fungsinya sebagai suatu pelaksanaan dari berbagai
macam variabel (as an operationalization of the variable)
7
.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kepmimpinan itu hanya terdapat dalam situasi hubungan antara individu
dengan kelompok lain yang terjadi atau berlangsung dalam interaksi tiap
individu yang terorganisir yaitu untuk mencapai tujuan bersama yang dicita-
citakan atau diharapkan. Jedi kepemimpinan merupakan bentuk suatu
kelompok atau group yang memiliki tanggung jawab kepada pemimpinnya.
Maka tanpa adanya kelompok atau group bukan disebut kepemimpinan dan
semua itu saling ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan.
Dari Al-Qur'an terjemah diterangkan bahwa kewajiban umat untuk
memilih seorang pemimpin yang juga disebut sebagai "Imam" atau
"Imamah" sebagai pemegang fungsi kepemimpinan. Sebagaimana telah
disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 30 yaitu:
^O)4 4~ CG4O
gOj^UEUg O)E+)
gN~E} O) ^O-
LOEO)UE= W W-EO7~
NE^_` OgOg }4`
O^NC OgOg lgOEC4
47.4`g].- }^44
E)Ol=O+^ Eg;O4
+Eg-+^4 El W 4~

7
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah (Jakartal: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
hlm. 18

17
EO)E+) NU;N 4`
4pOUu> ^@
ArtinyaIngatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui." (Al-Baqarah : 30)
8


Dari ayat tersebut telah jelas disebutkan bahwa memilih seorang
pemimpin sangat diwajibkan untuk mengatur, dan membimbing umat
manusia agar tidak terjerumus dalam jalan yang salah, serta untuk
mengarahkan umat manusia pada keridhoan Allah SWT
Dalam Al-Qur'an juga disebutkan juga surat lain yang menerangkan
tentang pemimpin yang baik yaitu orang yang beriman, karena memiliki dasar
moral yang baik dan akhlak yang terpelihara dari perbuatan yang dilarang,
maka dari itu dengan dasar taqwa kepada Allah SWT mereka dapat mengatur
roda organisasi yang dipimpinnya dan memegang kendali kepengurusan
dengan baik dan bertanggung jawab. Dalam hal ini sebagaimana telah
disebutkan dalam surat Al-Anbiyaa' ayat 105 yaitu:
;4 E44 O)
jOO+EO- }g` gu4
@O^g]~.- ] 4O-
E_@O4C EOg14:gN
]O)UO- ^)

8
Depag RI, Al-Qur'an Dan Terjemah (Jakarta: CV Toha Putra, 1989), hlm. 13

18
Artinya :Dan sungguh Telah kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis
dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi Ini dipusakai hamba-
hambaKu yang saleh.
9


Bahwasanya ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa pemimpin
yang sholeh dan beriman dapat diandalkan untuk memimpin muka bumi ini
dengan baik. Dan sebaliknya orang yang kafir tidaklah dapat diharapkan
kepemimpinannya dengan baik, malah akan menimbulkan kerusakan dan
kehancuran dalam kehidupan. Oleh karena itu sebagai orang yang beriman
kita harus memilih pemimpin dari golongan kita sendiri, supaya terwujud
kemakmuran dan kesejahteraan dimuka bumi ini.
Pemimpin didalam suatu umat manusia ini merupakan keharusan
Sunnatullah yang perlu dilakukan di muka bumi ini. Dari sini sudah jelas
bahwa sanya memilih seorang pemimpin itu merupakan suatu kewajiban baik
anjuran agama atau dalam dunia umum.

2. Syarat-Syarat Pemimpin
Untuk menjalankan tugas sebagai kepala sekolah yang baik
diperlukan, seseorang yang memiliki syarat-syarat tertentu, disamping
syarat ijasah yang merupakan syarat formal, juga yang perlu diperhatikan
adalah kepribadian, perjalanan kerja dan kualitas.
Sesuai dengan sabda nabi Muhammad Saw.


9
Ibid., hlm. 508

19
)(

artinya "mana kala suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya
maka tunggulah masa kehancuranya" (AL-Bukhori. Juz 2: 23).

Dan syarat-syarat minimal yang harus di miliki oleh seorang kepala
sekolah adalah sebagai berikut.
a. memiliki ijasah yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang
telah di tetapkan oleh pemerintah.
b. mempunyai pengalaman kerja yang cukup, terutama di sekolah
yang sejenis dengan sekolah yang di pimpinya.
c. mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifat-
sifat keprobadian yang di perlukan bagi kepentingan pendidikan.
d. mempunyai keahlian dan pengetahuan yang di perlukan bagi
sekolah yang dipimpinya.
e. mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk memajukan dan
pengembangan sekolahnya.
10

Di dunia ini banyak orang menjadi pemimpin, demikian di Negara
kita, tetapi yang benar-benar yang dapat memimpin, apalagi dapat
ditokohkan sebagai pemimpin yang ideal dan sempurna masih belum dapat
kita temui, dalam kepemimpinan seorang pasti masih ada kekuarangannya,
tetapi sorang pemimpin setidaknya mempunyai acuan untuk menjadi
pemimpin yang dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya dengan baik,

10
H.M Daryanto, Administrasi Pendidikan,(Jakarta: Rineka Cipta.2001), hal. 91-92

20
dan dapat menjelaskan kepemimpinan dengan efektif, diantaranya harus
memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
Syarat-syarat yang di ungkapkan oleh J. Slikboer dalam J. Winardi
yang harus dipenuhi oleh seorang organisator adalah sebagai berikut :
a. Sifat-sifat kemampuan-kemampuan dalam bidang intelektual
b. Sifat-sifat yang berhubungan dengan watak
c. Sifat-sifat temperamental
d. Sifat-sifat dan kemampuan dalam bidang-bidang khusus:
1) Sehubungan dengan pergaulan manusia
2) Sifat-sifat teknis, Vak dan kemampuan-kemampuan
11

Berdasarkan syarat-syarat kepemimpinan diatas, pada dasarnya
merupakan kumpulan dari sifat-sifat manusia yang dipersiapkan untuk
menjadi pemimpin yang efektif dan dapat melaksanakan fungsi
kepemimpinannya dengan baik bila telah memiliki kelebihan yang
diprioritaskan. Kelebihan itu tidak berarti harus menjadi manusia yang
sempurna, tetapi seorang yang memiliki sifat-sifat yang baik untuk dapat
diterapkan dalam menjalankan kepeimpinannya.
Dalam paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas
kepada kepala sekolah dalam mengembangkan berbagai potensinya
memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek
manajerialnya. Karena kepala sekolah merupakan salah satu komponen
pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

11
J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi (Jakarta: PT Prenada Media, 2004), hlm. 317

21
Seperti yang diungkapkan Supriadi bahwa : "Erat hubungannya antara mutu
kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin
sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta
didik". Dalam hal itu kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen
pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses
pembelajaran di sekolah, sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1
PP 28 tahun 1990 bahwa: " kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, admistrasi sekolah, pembinaan
tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana
dan prasarana
12
.

3. Tipe-Tipe Atau Gaya Pemimpin
Seorang pemimpin dalam memperjuangkan lembaga yang
dipimpinnya mencapai kesuksesan tidak lepas dari cara kerja, maupun gaya
kepemimpinan yang tepat, sehingga dapat dipertanggung jawabkan dan bisa
menggerakkan orang lain untuk turut serta mengerjakan sesuatu dalam
mencapai tujuan yang dicita-citakan. Bantuk gaya atau tipe kepemimpinan
merupakan ciri khas dari masing-masing pemimpin pendidikan. tipe atau
gaya kepemimpinan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil kerja
yang di capai oleh suatu lembaga.
Menurut E. Mulyasa, Gaya kepemimpinan adalah cara yang
dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Menurut

12
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional(dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK),
hlm. 24-25

22
Toha gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan
seseorang pada sasat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang
lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha diselaraskan persepsi diantara
orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan yang akan dipengaruhi
menjadi amat penting kedudukannya
13

Pelaksanaan kepemimpinan dari seorang pemimpin pendidikan,
antara satu dengan lainnya menunjukkan sikap, temperamen dan ciri
kepribadian yang berbeda, hal ini merupakan ciri khas dari masing-masing
pemimpin pendidikan. Perilaku pemimpin tersebut akan mempengaruhi
kualitas hasil kerja yang dapat dicapai oleh lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
Pendapat Bill Wood dalam Syaiful sagala mengemukakan tentang
gaya atau tipe kepemimpinan yang diperagakan ada tiga yaitu :
a. Otokrasi yaitu pemimpin membuat keputusan sendiri, karena kekuasaan
terpusatkan dalam diri satu orang, ia memikul tanggung jawab dan
wewenang penuh
Ciri-cirinya yaitu :
1) Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
2) Tujuan pribadi sama dengan tujuan organisasi
3) Bawahan dianggap sebagai alat
4) Tidak mau menerima kritik, saran, maupun pendapat dari bawahan
5) Mengandalkan kekuasaan formal (pangkat atau jabatan)

13
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung,: PT Remaja RosdaKarya, 2004), hlm. 108

23
6) Dalam menggerakkan bawahan, mempergunakan cara paksaan atau
perintah yang mengandung unsur-unsur ancaman sebagai hukuman
b. Demokrasi (partisipatif) yaitu pemimpin itu berkonsultasi dengan
kelompok mengenai masalah yang menarik perhatian mereka dimana
mereka dapat menyumbang sesuatu.
Ciri-cirinya yaitu :
1) Selalu memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa bawahan
adalah manusia yang mempunyai hak-hak asasi yang harus
dihormati.
2) Selalu berusaha agar terdapat serasi, keseimbangan dan
keselamatan antara kepentingan organisasi dan bawahannya.
3) Senang menerima saran dan pendapat yang bertujuan untuk
perbaikan.
4) Mengutamakan kerja sama dengan team work dalam usaha
mencapai tujuan organisasi.
5) Bersifat mendidik dengan jalan memberi kesempatan kepada
bawahan untuk berkembang.
6) Berpendaat bahwa keberhasilan usaha adalah hasil bersama bukan
hanya dari hasil pemimpin.
7) Berusaha agar kepemimpinannya selalu berkembang guna
mengikuti kamajuan demi keberhasilan bersama berikutnya.
8) Menerima pendapat dalam musyawarah untuk memperoleh
kesepakatan bersama.

24

c. Kendali Bebas yaitu berpangkal tolak dari pemikiran bahwa sagala
aktivitas dalam organisaai biar berjalan lancar dan berhasil mencapai
tujuan yang telah tentukan apabila kepada bawahannya dalam
melaksanakan pekerjaan diberi kekuasaan untuk memutuskan segala apa
yang dikehendaki kemudian melaksanakan sesuai keinginannya pula.
Gaya kendali bebas ini biasanya tidak berguna, tetapi dapat menjadi
efektif dalam kelompok profesional yang bermotifasi tinggi.
Ciri-cirinya yaitu :
1) Pemimpin memberi kekuasaan pada bawahan.
2) Pengarahan tidak ada atau hanya sedikit.
3) Kelompok dapat mengembangkan sasarannya sendiri dan
memecahkan masalahnya sendiri.
14

Menurut beberapa kelompok sarjana (dalam Kartono, 2003); Shinta
(2002) membagi Tipe Kepemimpinan berbagai macam.
a. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya
tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,
sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan
pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik
dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-

14
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Allfa Beta, 2005), hlm. 151

25
kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi,
keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas
kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang
amat besar.
b. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan Paternalistik lebih diidentikkan dengan
kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1)
mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap
terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak
pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5)
mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya
kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan Maternalistik tidak jauh beda
dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam
kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu
melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih
lebihan.

26


c. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan Militeristik ini sangat mirip dengan tipe
kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan
militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang
bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat
menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran
yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari
bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-
kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
d. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1)
mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
(2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi
untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan
sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang
rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik
terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya
sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan

27
prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan
bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
e. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin,
dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri.
Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya.
Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya
sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki
keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak
buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu
menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin
biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat
marit dan kacau balau.
f. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta
bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan
penghidupan kembali sikap nasionalisme.


28
g. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang
mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-
administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan
birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini
diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri,
manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
h. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat
koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa
tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan
tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu,
mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui
keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu

29
memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat
dan kondisi yang tepat.
15

Dari keterangan tipe-tipe diatas dapat disimpulkan bahwa banyak
model tipe-tipe kepemimpinan yang dapat diterapkan oleh seorang
pemimpin, semua itu disesuaikan dengan kepribadian seseorang, kebijakan,
situasi, dan kondisi yang dihadapi pada saat tertentu demi tercapainya tujuan
yang diharapkan.
Pada dasarnya Tipe Kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak
untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu
memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan tertentu
dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya
kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam
aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi
dan kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu
untuk mendapatkan manfaat.






15
Prof. DR. Syahrizal Abbass, Manajemen Perguruan Tinggi : Beberapa Catatan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2009) cek II, hal 41 - 45

30
4. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial
dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang
mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam dan bukan di luar
situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus
diwujudkan dalam interaksi antar individu didalam situasi sosial suatu
kelompok atau organisasi. Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan
atau kegunaan suatu hal atau kerja suatu bagian tubuh.
Menurut Wahjosumidjo menyatakan bahwa "fungsi kepemimpinan
adalah memudahkan pencapaian tujuan secara koperatif diantara para
pengikut dan para saat yang sama menyediakan kesempatan bagi
pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka"
16

Fungsi kepemimpinan merupakan hal yang utama diprioritaskan
dalam kepemimpinan. Suatu yang harus diwujudkan dalam kelompok baik
pimpinan maupun bawahan untuk bekerja sama dan saling memberi
dukungan agar tugas-tugas pokok terealisasikan dengan baik.

5. Keterampilan Kepemimpinan Pendidikan
Kepala madrasah harus mempunyai beberapa keterampilan yang
perlu diterapkan dalam kegiatan kepemimpinannya untuk mendukung
keberhasilan dalam suatu lembaga yang dipimpinnya

16
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Allfa Beta, 2005), hlm. 150

31
Pidarta dalam E. Mulyasa mengemukakan tiga macam
keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala madrasah untuk menyukseskan
kepemimpinanny. Ketiga keterampila tersebut adalah :
a. keterampilan konseptual, yaitu keterampilan untuk memahami dan
mengoprasikan organisasi.
b. keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerja sama,
memotivasi dan memipin.
c. serta keterampilan teknik ialah keterampilan menggunakan
pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk meyelesaikan
tugas tertentu.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan,
terutama keterampilan konsep, para kepala madrasah diharapkan melakukan
kegiatan-kegiatan sebagai beriut :
a. Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari kerja para
guru dan pegawai madrasah lainnya.
b. Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana.
c. Membaca sebagai hal yang berkaitan dngan kegiatan-ketiatan yang
sedang dilaksanakan.
d. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain.
e. Berpikir untuk masa yan gakan datang.
f. Merumuskan ide-ide yang dapat diuji cobakan.
17


17
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Madarasah (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm
126

32
Dalam kepemipinan kepala madrasah harus dapat menerapkan gaya
kepemimpinan yang efektif sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi
yang ada. Selain itu pemimpin harus mempunyai syarat-syarat yang
mendukung, serta keterampilan-keterampilan yang sesuai untuk dijadikan
panutan bagi bawahannya. Sehingga dapat menerapkan fungsi dan mencapai
tujuan yang diharapkan.

6. Perang Kepala Marasah
a. Kepala Madrasah Sebagai Manager
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota sependayagunanaan
seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dari definisi
tersebut:
1) Proses adalah sutatu cara yang sistematis dalam mengerjakan sesuatu.
2) Sumber daya suatu sekolah
3) Mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan
Menurut Stones ada delappan macam fungsi seorang manager yang
perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi yaitu bahwa manager:
1) Belajar dengan dan melalui orang lain
2) Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan
3) Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai
persoalan

33
4) Berfikir secara sealistik dan konseptual
5) Adalah juru penenggah
6) Adalah seorang politisi
7) Adalah seorang diplomat
8) Pengambilan keputusan yang sulit
Peran kepala madarasah sebagai manager sangat memerlukan
ketiga macam keterampilan
1) Tecnikal skills. Menguasai pengetahuan tentang metode proses
prosedur dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus.
Kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayaguakan sarana
peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat
khusus tersebut.
2) Human skills. Kemampuan untuk memahami prilaku manusia dan
proses kerja sama. Kemampuan untuk memahami isi hati sikap dan
motif orang lain, mengapa mereka berkata dan berprilaku.
Kemampuan untuk berkomonikasi secara jelas dan efektif.
Kemampuan untuk menciptakan kerja sama yang efektif, kooperatif
praktis dan diplomatis.
3) Conceptual skills. Kemampuan analisis. Kemampuan berfikir rasional.
Ahli dan cakap dalam berbagai macam konsepsi.
18




18
Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Grafindo Persada 2002), Hal 84-101

34
b. Kepala Madrasah Sebagai Pemimpin
Kepala madrasah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai
peranan yang sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di
sekolah atau madrasah. Bekembangnya semnagta kerja, kerja yang
harmonis, miat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang
sangat menyenangkan dan perkembangan mutu profesionalisme di antara
gur banyak ditemukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.
Sebagai peimpin penddikan kepala madrasah harus mampu menolong
stafnya untuk memahami tujuan bersama yang akan di capai. Ia harus
memberikan kesempatan kepada stafnya untuk saling tukar pendapat dan
gagasan sebelum menetapkan tujuan.
19

Kepala madrasah merupakan motor penggerak, penentu arah
kebijakan sekolah yang akan menentukan bagai mana tujuan-tujuan
sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan sehubungan dengan
MBS, kepala madrasah dalam kaitanya dengan MBS adalah segala upaya
yang dilakukan dan hasil yang dapay dicapai oleh kepala madrasah dalam
mengimplementasikan MBS disekolahnya untuk mewujudkan tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal tersebut,
kepemimpia kepala madrasah yang efektif dalam MBS dapat dilihat
berdarkan kriteria berikut:
1) Mampu memberdayagunakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajran dengan baik lancar dan produktif

19
Soewarji lazaruth, Kepala Sekolah dan tanggung Jawabnya, (Yogyakarta: PT. Kanus, 1992)
hal 60

35
2) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang
telah di tentukan.
3) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat
sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka
mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
4) Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan
tingkat kedewasaan guru dan pegawai sekolah.
5) Bekerja dengan tim manajemen.
6) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
20


c. Kepala Madrasah Sebagai Administrasi
Kepala madrasah sebagai administrator memiliki hubungan yang
sangat erat sekali dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang
bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokomumenan seluruh program
kerja madrasah. Secara spesifikasi, kepala sekolah harus memiliki
kemampuan untuk mengelola kurukulum, mengelola administrasi sarana
prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi
keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilaksanakn secara afektif dan efisien
agar dapat menunjang produktifitas madrasah.
21

Tugas kepala madrasah dalam bidang administrasi. Tugas ini
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan menyediakan, mengatur,

20
Eco Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 23
21
E. Mulyasa, menjadi Kepala Seolah Yang Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003) hal, 110

36
memelihara dan melengkapi fasilitas material dan tenaga-tenaga personil
sekolah. Tugas kepala madrasah dalam bidang administrasi antara lain:
pengelolaan pengajaran, pengelolaan kepegawaian, pengelolaan gedung
dan halaman, pengelolaan keuangan, pengelolaan hubungan sekolah dan
masyarakat, dan pengelolaan kesiswaan.
Selanjutnya untuk memperlancar kerja dan membina tanggung
jawab bersama dikalangan staf sekolah, maka tugas-tugas kepala sekolah
dalam bidang administrasi sebagia dipancarkan dan delegasikan
penyelengaraan dan penanggung jawab peraturannya kepada guru-guru,
staf tata usaha sekolah dan petugas-petugas sekolah lainya, sebagian lagi
diselengarakan dengan mengikut sertakan wakil-wakil murid, wakil-wakil
orang tua atau masyarakat dan pejabat setempat dan wakil kepala sekolah
sendiri. Jadi partisipasi pengikut sertakan administrasi sekolah dalam arti
luas secara keseluruhan.
Kepala madrasah sebagai yang bertanggung jawab di sekolah
mempunyai kewajiban-kewajiban menjalankan sekolahnya. Ia selalu
berusaha agar segala sesuatu di sekolahnya berjalan dengan lancar,
misalnya murid-murid dapat belajar dengan tepat waktu, guru-gurunya
siap untuk memberikan pelajaran, waktu untuk mengajarkan dan belajar
agar teratur. Dengan singkat dapat dirumuskan kepala madrasah harus
berusaha agar semua potensi yang ada di sekolahnya baik potensi yang ada
pada unsur manusia maupun yang ada pada alat, perlengkapan keuangan

37
dan sebagainya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, agar tujuan sekolah
dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.
22

d. Kepala Madrasah Sebagai Supervisior
Super visi adalah aktivitas menentukan kondisi atau syarat-syarat
yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Melihat definisi tersebut kepala madrasah sebagai supervisor berarti
bahwa dia hendaknya pandai meneliti, mencari, menentukan syarat-syarat
mana saja yang diperlukan bagi kemajuan madrasah sehingga tujuan
pendidikan disekolah dapat tercapai.
Sedangkan menurut Jhon Minor Gwyn yang dikutib oleh Piet A
Sahartian, ada tiga tanggung jawab utama yang harus dilaksanakan oleh
seorang kepala madrasah sebagai supervisor yaitu:
1) Bertanggung jawab untuk menolong guru-guru secara individual
2) Bertanggung jawab dalam mengkoordinir dan lebih memperbaiki
seluruh staf sekolah dalam melakukan tugas pelayanan pendidikan
dan pengajaran disekolah.
3) Bertanggung jawab dalam mendayagunakan berbagai sumber daya
manusia sebagai sumber yang membantu pertumbuhan guru dan
sekaligus penerjemahan, baik program-program sekolah kepada
sekolah-sekolah lain maupun kepada masyarakat.


22
H.M Daryanto, administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) ,hal. 91-92

38
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa fungsi dan atau tugas
supervisi ialah sebagai berikut:
1) Menjalankan aktivitas untuk mengetahui situasi administrasi
pendidikan, sebagai kegiatan pendidikan disekolah dalam segala
bidang.
2) Menentukan syarat-syarat yang diperlukan untuk menciptakan situasi
pendidikan di sekolah.
3) Menjalankan aktivitas untuk mempertinggi hasil dan untuk
menghilangkan hambatan-hambatan.
4) Atau dengan singkat bahwa fungsi utama dari supervisor adalah
ditujukan kepada perbaikan pengajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka sering memberikan
delapan fungsi supervisor sebagai mana berikut:
1) Mengkordinir semua usaha sekolah
2) Memperlengkapi kepemimpinan kepala sekolah
3) Memperluas pengalaman guru-guru
4) Menstimulir usaha-usaha yang kreatif
5) Memberikan fasilatas dan penilaian yang terus menerus
6) Menganalisii situasi belajar mengajar
7) Memberikan pengetahuan skill kepada setiap anggota staf.
8) Membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
23



23
H.M Daryanto,op cit, hal. 179-180

39
e. Kepala Madrasah Sebagai Pendidik
Pendidik adalah orang yang mendidik, sedangkan mendidik
diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhak dan
kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat diartikan proses perubahan
sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Betapa berat dan mulia peranan seorang kepala sekolah sebagai
pendidik apabila dikaitkan denga berbagai sumber di atas. Sebagai seorang
pendidik dia harus mampu mananamkan, memajukan dan meningkatkan
paling tidak empat macam nilai, yaitu:
1) Mental, hal-ha yang berkaitan dengan sikap batin dan watak
manusia.
2) Moral, hal-hal yang berkaitan dengan baik buruk mengenai
perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagai
ahklak, budi pekerti dan kesusilaan.
3) Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan,
kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriah.
4) Artistik, hal-hal yang berkitan kepekaan manusia terhadap seni dan
keindahan.
Ada tiga kelompok sasaran utama, yaitu para guru atau fungsional
yang lain, tenaga admisnistrasi (staf) dan kelompok para siswa atau peserta
didik. Kepala madrasah sangat berperan dan menjadi sumber motivasi
yang kuat terhadap keberhasilan ketiga organisasi tersebut. Secara singkat

40
keberadaan ketiga organisasi tersebut dirasa penting dan diperlukan dalam
rangka pembinaan sekolah yaitu: organisasi orang tua siswa, organisasi
siswa dan organisasi guru.
24

f. Kepala Madrasah Sebagai Staf
Sebagai bawahan, seorang kepala madarasah juga melakukan
tugas-tugas staf artinya seseorang yang bertugas membantu atasan dalam
roses pengelolaan organisasi.
Agar tugas-tugas kepala sekolah sebagai staf dalam mebantu
atasan, dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka kepala madrasah
selalu:
1) Melihat memperhatikan dan mencari cara-cara baru untuk maju
2) Memberikan informasi yang diperlukan tentang sebab-sebab dan
akibat-akibat suatu tindakan
3) Memiliki perasaan prioritas, cara berfikir tepat waktu, strategi,
perspektif dan pertimbangan-pertimbangan yang lain.
4) Menyadari kedudukan sebagai pemikir (brain trus) atau otak (brain
power), dari pemimpin bukan sebagai pengambil keputusan dan
pemberi perintah.




24
Wahyosumidjo, op. Cit, hal, 122-132

41
Memperhatikan tugas-tugas staf tersebut, memberikan indikasi
bahwa hakikat pekerjaan staf adalah:
1) merupakan bagian integral dari pada kegiatan yang harus
terselenggarakan dilingkungan organisasi
2) mendukung kegiatan manajemen dan berperan membantu atasan
atau pemimpin untuk menjadi lebih efektif
3) menungkatkan kemampuan kerja dan mewujudkan perbaikan-
perbaikan yang diperlukan.
4) Meningkatkan produktivitas organisasi sebagai satu keseluruhan.
Tugas-tugas sebagai staf kepala madrasah hanya dapat berhasil
afektif, apabila semua kepala sekolah menyadari dan memahami
perananya sebagai staf, serta mampu mewujudkan dalam perilaku
dan perbuatan.
25


g. Pendekatan Kepala Sekolah Dalam Meningkatakan Kualitas
Pendidikan Agama Islam
Dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam, kepala
maderasah harus melalui beberapa tahab yang oleh para ahli disimpulkan
menjadi tiga pendekatan yaitu :
a. Pendekatan Menurut Pengaruh Kewibawaan
Menurut pendekatan ini, dikatakan bahwa keberhasilan
pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya sejumlah

25
Wahyosumidjo, op cit, hal 105-106

42
kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara yang
bagaimana para pemimpin mengemukakan kewibawaan tersebut kepada
bawahan. Pendekatan ini menekankan sifat timbal balik, proses saling
mempengaruhi dan pentingnya pertukaran hubungan kerjasama antara
para pemimpin dengan bawahan.
b. Pendekatan Sifat
Pendekatan sifat mencoba menerangkan sifat-sifat yang
membuat seseorang berhasil. Pendektan ini bertolak dari asumsi bahwa
individu merupakan pusat kepemimpinan. Kepemimpinan
dipandangsebagai sesuatu yang mengandung lebih banyak unsur
individu, terutama pada sifat-sifat individu. Penganut pendekatan ini
berusaha untuk mengidentifikasikan sifat-sifat kepribadian yang
dimiliki oleh pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil.
26

Pendekatan ini menekankan pada kualitas pemimpin.
Keberhasilan pemimpin ditandai dengan daya kecakapan luar biasa
yang dimiliki pemimpin seperti :
1) Tidak kenal lelah atau penuh energi
2) Instuisi yang tajam
3) Tinjauan ke masa depan yang tidak sempit
4) Kecakapan meyakinkan yang sangat menarik



26
Ibid., hal. 108

43
c. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku menekankan pentingnya perilaku yang
dapat diamati atau yang dilakukan oleh para pemimpin dari sifat-sifat
pribadi atau sumber kewibawaan yang dimilikinya. Oleh sebab itu
pendekatan ini mempergunakan acuan pribadi dan kewibawaan.
d. Pendekatan kontingensi atau situasional
Pendekatan kontingensi menekankan pad ciri-ciri pribadi
pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur
atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan
dengan garis pedoman prilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada
kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situsional.
Sejarah pertumbuhan peradaban manusia banyak menunjukkan
bukti bahwa salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan
keberlangsungan organisasi kuat tidaknya kepemimpinan. Kegagalan
dan keberhasilan organisasi banyak ditentukan oleh pemimpin karena
pemimpin merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak
ditempuh oleh organisasi menuju tujuan yang akan dicapai. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Siagian bahwa arah yang
hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuan harus sedemikian rupa
sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan
prasarana yang tersedia. Arah yang dimaksud tertuang dalam strategi
dan taktik yang disusun dan dijalankan oleh organisasi bersangkutan.

44
Perumus serta penentu strategi dan taknik adalah pimpinan dalam
organisasi tersebut.
27

Dalam kaitannya dengan peranan gaya kepemimpinan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam, perlu dipahami bahwa
setiap pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi
bawahannya, dan dia sendiri harus dapat melaksanakannya. Pemimpin
juga harus memberi contoh yang baik bagi bawahannya, terutama bagi
para pengajar, pegawai, peserta didik, dan dia sendiri harus berbuat
baik, sabar, dan penuh pengertian. Fungsi pemimpin hendaknya
diartikan seperti moto Ki Hajar Dewantoro "Ing ngarso sung tulada, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani" yang artinya (didepan
menjadi teladan, ditengah membina kemauan, dibelakang menjadi
pendorong atau pemberi daya.)










27
Ibid., hlm. 117

45
B. PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Pengertian Pendidikan Agam Islam
Prof. Dr. Zakiah derajat menjelaskan pengertian pedidikan agama
Islam sebagai berikut;
4) Pendidikan agama Islam adalah usaha b erupa bimbingn an asuhan
terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikanya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikanya
sebagai pandangan hidup ( wai of life).
5) Pendidikan agam Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan
berdasarkan ajaran Islam.
6) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melaluai ajaran- ajaran
Islam, yaitu berupa bimbingan asuhan terhadap peserta didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati dan mengamalkanajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaan agama Islam itu
sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamaan hidup di dunia
maupun di akhirat nanti.
28

Menurut Muhaimin "Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar,
yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan
secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai
29

Menurut Abdul Majid menyatakan "Pendidikan Agama Islam adalah
uapaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

28
Abdul Rachman Shaleh, pendidikan agama & pembangunan watak bangsa (Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada, 2005) Hal 6
29
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2002), hlm. 76

46
memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi
dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antara umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa".
Dapat disimpulkan dari beberapa teori diatas, bahwa Pendidikan
Agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan pendidik
dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah disiapkan,
dan menghasilkan out put sumber daya manusia yang handal berpengetahuan
dan jauh dari kebodohan.
Dimensi-dimensi ajaran agama baik yang vertikal meupun horisontal,
semuanya harus termuat dan tercakup dalam pendidikan agama. Untuk tidak
sekedar membentuk kualitas dan kesalahan individu semata, tetapi juga
sekaligus kualitas dan kesallehan sosial, serta kesalehan terhadap alam
semesta.








47
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di madrasah mempunyai dasar
yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dapat ditinjau dari berbagai segi
yaitu :
a. Dasar yuridis atau hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam berasal dari
perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan
dalam melaksanakan pendidikan agama Islam di madrasah secara formal.
Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam yaitu :
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara pancasila, sila pertama :
ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Dasar struktural atau konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab XI
pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi : a) negara berdasarkan ats
ketuhanan Yang Maha Esa; b). negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agama dan kepercayaannya itu.
3) Dasar oprasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV / MPR / 1973
yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No. IV / MPR 1978 jo.
Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR 1993
tentang garis-garis haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan
bahwa pelaksaan pendidikan agama Islam secaralangsung
dimaksudkan dalam kurikulum madrasah-madrasah formal, mulai dari
madrasah dasar hingga perguruan tinggi.

48
b. Segi Religius
Yang dimaksudkan dengan dasar religius adalah dasar yang
bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah
perintah tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-
Qur'an banyak ayat yang menunjukkan perintaha tersebut, antara lain:
2) Dalam Al-Qur'an surat An-Nahl : 125
7vu1- _O) O):Ec
El)4O
gOE'g4^)
gOgNOE^-4
gO4L=OO4^- W
_^gE_4
/-) "Og-
}=O;O _ Ep) El+4O
4O- OU;N }E) E=
}4N g)-O):Ec W 4O-4
OU;N
4g4-;_^)
^g)
Artinya "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

3) Al-Qur'an surat Al-Imran : 104
}74^4 74g)` OE`q
4pONN;4C O) )OOC^-
4pNON`4C4
NOuO^)
4pOE_uL4C4 ^}4N
@O4^- _

49
Elj^q4 N-
]O)U^^- ^j

artinya " Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung.

4) Al-Hadist yang artinya : "Sampaikanlah ajaran kepada orang lain
walaupun hanya sedikit."
c. Aspek Psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan masyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada
hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga
memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Zuhairini bahwa : semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya
pegangan hidup yang dsebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam
jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa,
tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya.
Hal yang demikian ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun
masyarakat yang yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tentram
hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat Yang Maha
Kuasa

50
Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa untuk membuat hati
tenang dan tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ra'ad ayat 28:
4g~-.- W-ONL4`-47
O'4;C>4 _+OU~
@O^O) *.-
@O-O) *.- O'E;C>
COU^- ^gg
artinya"..ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tentram"
30


Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, dasar
pendidikan Islam, dibagi menjadi tiga bagian bagian sebagai mana berikut
ini;
1) Dasar religius
Dasar religius adalah dasar yang diturunkan dari ajaran agama.
Adapun tujuan dari agama itu untuk memelihara manusia (hifdz al nafs),
memelihara agama (hifdz al-din), memelihara akal fikiran (hifdz al-aql),
memelihara keturunan (hifdz al-nasl), dan memeilihara harta benda (hifdz
al-mal). Dan ada juga pendapat yang lain mengatakan bahwa inti ajaran
agama ialah terbentuknya akhlak mulia yang yang bertumpu pada hubungan
yang harmonis antara manusia dan tuhan, dan antara manusia dengan
manusia. Dasar religius seperti inilah yang harus dijadikan dasar bagi
perumusan berbagai komponen pendidikan. Visi, misi, tujuan, kurikulum,

30
Abdul Majid dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Komptensi (Bandung: Rosda Karya, 2004)
hlm. 132

51
bahan ajar, sifat dan karakter pendidik, peserta didik, hubungan pendidika
dan peserta didik, lingkungan pendidikan, manajemen pengelolaan, dan
lainya harus berdasarkan pada dasar religius.

2) Dasar filsafat
Dasar filsafat adalah dasar yang di gali dari hasil pemikiran
spekulatif, mendalam, sistematik, redikal, dan universal tentang berbagai hal
yang selanjutnya digunakan sebagai dasar bagi perumusan konsep ilmu
pendidikan Islam. Dalam filsafat Islam juga di jumpai pembahasan tentang
masalah ketuhanan, alam jagat raya, manusia, masyarakat, ilmu
pengetahuan dan akhlak.
3) Dasar ilmu pengetahuan
Dasar ilmu pengetahuan adalah dasar nilai guna dan manfaat yang
terdapat dalam setiap ilmu pengetahuan bagi kepentingan pendidikan dan
pengajara
31

Dalam pendidikan agama Islam memuat tiga hal dasar pokok baik
mengenai hukum bangsa, hukum agama, maupun tentang psikologi manusia
harus diperhatikan, jika dari kegiatannya saling berkesinambungan, maka
kegiatan pendidikan akan berjalan dengan lancar dan terwujud sesuai
dengan apa yang telah diharapkan.

3. Tujuan Dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

31
Prod. Dr.H. Abuddin Nata,M.A Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group
2010) hal 90-96

52
Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang mulia untuk
kemaslahatan kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat, semua itu
untuk mencetak insan yang kamil dalam kehidupan. Manusia tidak hanya
berpengetahuan saja tetapi juga dapat mengapliksikannya dalam kehidupan
sehari-hari..
Menurut Abdul Majid,
Pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalamanserta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam menjadi manusia muslim yang harus
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi
32
.

Menurut Abuddin Nata tujuan pendidikan Islam dapat dikemukakan
sebagai berikut ini;
1. Melakukan pembuktian terhadap teori-teori kependidikan Islam
yang merangkum aspirasi atau cita-cita Islam yang harus
diihktiarkan agar menjadi kenyataan.
2. Memberikan bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan
pendidikan dalam segala aspeknya bagi pengembangan ilmu
pendidikan Islam. Ia memberikan bahan masukan kepada ilmu ini.
3. Menjadi korektor terhadap kekurangan teori-teori yang dipegangi
oleh ilmu pendidikan Islam sehingga kemungkinan pertemuan

32
Ibid., hlm. 135

53
antara teori dan praktek semakin dekat dan hubungan antara
keduanya bersifat interaktif (saling mempengaruhi).
33

Sedangkan Prof.H.M Arifin,M.Ed. menyebutkan bahwa tujuan akhir
pendidikan agama Islam itu pada hakikatnya adalah realisasi dari cita-cita
ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia
di dunia dan akhirat.
34


Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan, maka ruang
lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara lain:
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
Menurut abuddin Nata mangatakan ruang lingkup ilmu pendidikan
Islam dapat di kemukakan sebagai berikut ini;
1. teori-teori dan konsep-konsepyang diperlukan bagi perumusan desain
pendidikan Islam dengan berbagai aspeknya; visi, misi, tujuan,
kurikulum, proses belajar mengajar, dan sebagainya. Teori-teori dan
konsep-konsep tersebut di bangun dari hasil kajian yang ilmiah dan
mendalam terhadap sumber ajaran Islam yang terdapat dalam al qur an

33
Prod. Dr.H. Abuddin Nata,M.A Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan multidisipliner
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2009) Hal 21-22
34
Prof.H.M Arifin,M.Ed. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdsarkan
pendekatan Interdisipliner (Jakarta: PT Bumi Aksara 2003) hal 28

54
ad al hadits, serta dari berbagai disiplin ilmu yang relevan:sejarah,
filsafat, psikologi,sosiologi dan lain-lain sebagainya.
2. Teori dan konsep yang diperlukan untuk kepentingan praktek
pendidikan, yaitu mempengaruhi peserta didik agar mengalami
perubahan, peningkatan, dan kemajuan, baik dari segi wawasan,
keterampilan, mantal spiritual, sikap, pola pikir, dan kepribadianya.
Berbagai komponen keterampilan terapan yang di perlukan dalam
praktek pendidikan, berupa praktek pedagogis, didaktik, dan metodik
didasarkan pada teori-terori dan konsep-konse yag terdapat dalam ilmu
pendidikan Islam.
35


4. Fungsi Pendidikan Islam
Menurut DR. Abdul Mujib, M.Ag & Dr. Jusuf Mudzakkir,M.Si.
fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat
memungkinkan tugas-tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan
dengan lancar.
36

Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah / madrasah
mempunyai beberapa fungsi. Fungsi tersebut adalah garis-garis besar
penjabaran dari fungsi pendidikan agama Islam. Adapun fungsi tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:

35
Prod. Dr.H. Abuddin Nata,M.A Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan multidisipliner
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2009) Hal 22-23
36
DR. Abdul Mujib, M.Ag & Dr. Jusuf Mudzakkir,M.Si. Ilmu pendidikan Islam (Jakarta:
Kencana Prenada Media 2006)Hal 68

55
1. Fungsi Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama tama kewajiban menanamkan
keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri
anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
2. Fungsi Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
3. Fungsi Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat
mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4. Fungsi Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Fungsi Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya
dan menghambat perkembangannya menuju manusia seutuhnya.
6. Fungsi Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.

56
7. Fungsi Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi
orang lain.
37





5. Kualitas Pendidikan Agama Islam
Masa depan umat manusia di abad 21 sangat ditentukan seberapa jauh
manusia yang dapat merubah tantangan menjadi peluang dan dapat mengisi
peluang secara produktif. Sementara faktor kepribadian atau moralitas yang
baik akan menjadi salah satu daya tarik dalam berkomunikasi dengan sesama
manusia. Masa depan membutuhkan manusia-manusia kreatif, inovatif,
dinamis, bermoral baik dan mampu berkomunikasi.
Untuk mewujudkan manusia yang sanggup menghadapi tantangan,
peluang dan kendala dalam memasuki kehidupan masa depan itu, pendidikan
Islam memiliki peluang yang amat luas. Hal ini mudah dimengerti karena
pendidikan Islam adalah pendidikan yang seimbang dalam mempersiapkan
anak didik yaitu anak didik yang tidak hanya mampu mengembangkan
kreatifitas intelektual dan imajinasi secara mandiri tetapi juga memiliki
ketahanan mental spiritual serta mampu beradaptasi dan meresponi

37
http://kafeilmu.com/2011/05/fungsi-pendidikan-agama-islam.html#ixzz1rbwVwiPi


57
problematika yang dihadapinya sesuai kerangka dasar ajaran Islam. Atas dasar
ini pula tidaklah mengherankan jika pada saat ini masyarakat lebih banyak
menaruh minatnya untuk mendidik anak-anak pada sekolah-sekolah yang
memiliki keunggulan sesuai ajaran Islam.
Para orang tua murid selain menginginkan anak-anaknya menjadi
orang yang berguna bagi diri sendiri, Negara dan bangsa tetapi juga menjadi
anak yang berakhlak mulia dan berjiwa Islami. Hal ini mereka pertaruhkan
harapannya pada lembaga-lembaga pendidikan Islam yang berkualitas. Adapun
kriteria pendidikan Agama Islam yang berkualitas adalah sebagai berikut:
a. Mampu memberi pengaruh yang positif sehingga dapat menambah dan
merubah pengetahuan, sikap, nilai dan tingkah laku menjadi manusia
(anak didik) yang beriman dan berakhlaqul karimah;
b. Mampu menyadarkan manusia (anak didik) sebagai hamba Allah.
Manusia sebagai makhluk yang berketuhanan, sikap dan watak
religiusitasnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu
menjiwai dan mewarnai kehidupannya;
c. Mampu membentuk manusia (anak didik) beriman yang meyakini suatu
kebenaran dan berusaha mengimplementasikan ajaran Islam dalam
kehidupn sehari-sehari.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pengelola lembaga
pendidikan Islam untuk meningkatkan kualitasnya, yaitu:
a. Profesionalisme Setiap lembaga pendidikan Islam tidak boleh lagi dikelola
sekadarnya. Karena itu, semuanya harus berbenah secara serius menuju

58
area professionalisme. Pendidikan Islam sangat butuh orang-orang yang
dapat menahan diri untuk tidak membawa masalah luar ke dalam
organisasi. Jangan lagi ada orang yang hanya menjadikan lembaga sebagai
kendaraan ambisi pribadinya, mendapat kedudukan, kekayaan atau
mendongkrak prestasi. Tentu saja semua tenaga professional diberi
imbalan yang sesuai prestasi. Tentu saja semua tenaga professional itu
diberi imbalan yang sesuai.
b. Kemandirian Kemandirian. Ketergantungan yang besar terhadap pihak
tertentu, terutama masalah finansial, membuat pendidikan Islam sulit
berkembang. Apalagi jika harapan satu-satunya sumber finansial itu adalah
siswa atau orang tua. Pengelola harus lebih kreatif dan gigih menyongsong
kemandirian finansial. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menggali lebih
serius potensi internal lembaga atau membangun kerjasama dengan
berbagai pihak. Saat ini, sangat banyak lembaga pendidikan lain yang
eksis hanya karena bisa bekerjasama dengan orang atau lembaga donor,
nasional dan internasinal, tanpa mengorbankan jati diri mereka. Jangan
alergi dulu dengan lembaga internasional, apalagi kalau alasan ini hanya
untuk menutupi ketidakmampuan pengelolanya.
c. Menggairahkan ke-Islaman Tidak dapat dipungkiri bahwa sepinya peminat
pendidikan Islam karenaadanya anggapan, yang banyak benarnya, bahwa
pendidikan Islam hanyaberorientasi akhirat. Mereka memburu pendidikan
umum karena butuh ilmu untuk sukses dalam kehidupan di dunia, atau
dunia akhirat. Para pelajar dan orang tua lebih berminat memasuki

59
program studi umum karena dianggap lebih menjamin masa depan. Trend
ini harus dihadapi dengan menggairahkan studi Islam. Materi
pembelajaran tidak boleh lagi dibiarkan terus-menerus menjauh dari
realitas dunia, tapi harus ada upaya pembumian. Orang yang mendalami
ilmu-ilmu Islam tidak boleh lagi merasa di awang-awang, tapi menginjak
bumi karena hasil studinya akan dapat dinikmati dalam kehidupan dunia
dan akhirat.
38


PENUTUP
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan/pemimpin dapat
mempengaruhi bawahannya/orang lain, agar bawahan/orang lain tersebut mau
melakukan apa yang diinginkan oleh pimpinan/pemimpin tersebut. Gaya
kepemimpinan adalah cara yang digunakan pimpinan/pemimpin dalam
mempengaruhi bawahan/orang lain, agar tercapai apa yang diinginkannya.
Produktivitas kerja adalah hasil kerja yang nyata diperoleh oleh tenaga kerja
yang didasari sikap mental yang patriotik yang menganggap bahwa hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Cara-cara kerja hari ini harus lebih baik dari cara-cara kerja kemarin, dan cara-
cara kerja hari esok harus lebih baik dari cara-cara kerja hari ini.
Untuk meningkatkan Produktivitas kerja, gaya kepemimpinan situasional
adalah gaya yang paling sesuai diterapkan seorang pemimpin/pimpinan saat

38
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2173998-kualitas-pendidikan-agama-
islam/#ixzz1rc0SKvnQ



60
ini, mengingat bahwa penerapan gaya ini disesuaikan dengan tingkat
kematangan bawahan/pengikut. Hal ini didasari asumsi bahwa setiap
bawahan/orang lain akan memiliki tingkat kematangan yang berbeda satu sama
lain.

Anda mungkin juga menyukai