Anda di halaman 1dari 9

Para ahli ada yang menggolongkan jamur didasarkan kepada berbagai sifat yang dimilikinya, antara lain bentuk

tubuh dan cara perkembangbiakannya secara seksual. Tetapi, hasil penggolongan terhadap jamur yang dilakukan seorang ahli mungkin berbeda dengan yang dilakukan oleh ahli lainnya, demikian pula dalam pemberian nama penggolongan jamur. Penggolongan jamur didasarkan pada perbedaan struktur dalam dan alat perkembangbiakannya. Dengan demikian, penggolongan jamur dapat dibedakan menjadi Oomycotina, Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina, dan Deutromycotina. 1. Oomycotina Hifa pada jamur ini bersifat senositik, yaitu tidak bersekat-sekat sehingga inti sel banyak tersebar di dalam protoplasma. Dinding selnya tersusun atas selulosa, hal inilah yang membedakan dengan golongan jamur lainnya. Pertumbuhan hifa jamur terjadi pada bagian ujungnya yang menghasilkan beberapa percabangan. Pada akhir ujung percabangan itu terbentuk gelembung sporangium yang dipisahkan oleh sekat. Hal ini merupakan awal perkembangbiakan jamur secara tidak kawin (aseksual). Dalam sporangium terdapat protoplasma yang banyak mengandung inti sel. Protoplasma akan terbagi-bagi dan setiap bagian memperoleh satu inti sel yang berkembang menjadi spora dengan dua flagel sebagai alat geraknya. Spora yang mempunyai flagel disebut zoospora yang merupakan ciri khas Oomycotina. Selanjutnya, zoospora akan keluar dari sporangium kemudian melepaskan flagelnya sambil membentuk dinding selulosa. Jika zoospora ini sampai di tempat yang sesuai, maka akan menjadi tumbuh hifa baru. Ciri-ciri jamur yang termasuk golongan Oomycotina adalah sebagai berikut. a. Hifa tidak bersekat. b. Reproduksi aseksual dengan zoospora yang mempunyai dua flagel. c. Reroduksi seksual dengan bersatunya gamet betina dan gamet jantan membentuk oospora (sel telur yang telah dibuahi membentuk dinding yang tebal) kemudian memasuki periode istirahat. Jenis jamur yang termasuk Oomycotina adalah Saprolegnia sp, Phytophtora sp, dan Phytium sp. a. Saprolegnia sp Jamur ini umumnya hidup saprofit. Miseliumnya berkembang di dalam substrat, sedangkan yang terlihat di luar substrat berfungsi untuk perkembangbiakan. Jika Anda amati jamur ini dengan mikroskop, di bagian ujung miseliumnya akan tampak sporangium yang menghasilkan zoospora. Saprolegnia sp yang hidup saprofit mudah dikembang-biakkan dengan meletakkan serangga mati atau biji kacang tanah pada cawan berisi air kolam. Hifa yang baru tumbuh akan menembus tubuh serangga atau biji kacang tanah untuk mendapatkan makanan. Sebagian hifa lainnya akan

tumbuh keluar membentuk sporangium penghasil zoospora, sedangkan oogonium dan anteridiumnya berperan pada perkembangbiakan seksual. Contoh jamur dari Oomycotina lainnya adalah Achlya sp yang hidup saprofit seperti Saprolegnia sp.; Plasmopora sp hidup parasit pada tanaman anggur; serta Sclerospora maydis penyebab penyakit bulai pada jagung seperti pada gambar 1 berikut ini

Gambar 1. Sclerospora maydis

b. Phytophtora sp Contoh jamur dari golongan Oomycotina ini antara lain: Phytophtora infestans yang hidup parasit pada tanaman kentang. Pada jamur ini, ujung-ujung hifa tidak membentuk zoosporangium melainkan membentuk konidium. Konidium adalah spora yang dibentuk secara aseksual dan terjadi akibat diferensiasi dari ujung hifa. Ujung hifa menyembul di permukaan daun kentang melalui stoma (mulut daun) yang terkena infeksi. Untuk lebih jelasnya dapat dipelajari pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Ujung hifa Phytophtora infestans menembus stoma daun kentang

Phytophtora sp tidak hanya menyebabkan penyakit pada tanaman kentang, melainkan dapat pula menyebabkan penyakit pada buah cokelat, tanaman lada, kina, kelapa, cengkeh, tem-bakau, dan jarak. c. Pythium sp Phytium sp hidup saprofit di tanah lembab, tetapi zoospora yang dihasilkannya melalui perkembangbiakan aseksual sedangkan oospora melalui perkembangbiakan seksual. Jamur ini dapat menginfeksi tanaman seperti pada persemaian tem-bakau yang dikenal dengan penyakit patah rebah semai. Jamur ini juga dapat menyebabkan penyakit busuk pada kecambah tembakau, kina, bayam, jahe, nenas, dan kemiri.

2. Zygomycotina Jamur ini hidup sebagai saprofit atau parasit. Sebagai jamur parasit dapat menyebabkan pembusukan tanaman ubi jalar dan buah arbei, sedangkan sebagai jamur saprofit dapat hidup pada roti, nasi, dan wortel. Perlu diketahui bahwa jamur saprofit ini sangat bermanfaat dalam fermentasi pembuatan tempe. Hifa yang menyusun jamur ini bersifat senositik (tidak bersekat-sekat sehingga inti sel banyak tersebar di dalam protoplasma), sedangkan dinding selnya tersusun dari kitin (sejenis karbohidrat mengandung nitrogen). Contoh jenis jamur Zygomycotina yang mudah diperoleh adalah jamur tempe dan jamur roti. Hifa kedua jenis jamur ini pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor). Jenis jamur yang termasuk Zygomycotina adalah Rhizopus stolonifer yang dapat diamati dengan menggunakan mikroskop seperti pada gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Rhizopus stolonifer

3. Ascomycotina Sebagian besar dari jamur yang termasuk golongan Ascomycotina mempunyai hifa bersekatsekat dan bercabang-cabang. Selain itu, terdapat jenis jamur yang mempunyai hifa berlubang sehingga protopolasma dan inti sel dapat mengalir dari satu sel ke sel lainnya. Struktur tubuh jamur dari golongan Ascomycotina ada yang multiseluler atau uniseluler seperti pada ragi. Ascomycotina merupakan kelompok jamur yang terbesar, ada yang hidup parasit atau saprofit. Jamur yang hidup sebagai parasit, dapat menimbulkan penyakit yang sangat merugikan seperti pada tanaman tembakau, pepaya, karet, teh, cokelat, dan padi. Sedangkan jamur saprofit hidup pada bahan makanan atau sampah. Beberapa jenis jamur Ascomycotina yang bermanfaat bagi manusia adalah Saccharomyces sp, Penicillium sp, Aspergillus sp dan Neurospora sp. a. Saccharomyces sp Ciri umum Saccharomyces sp (ragi) tidak mempunyai hifa dan tubuh buah. Jenis ragi yang dimanfaatkan untuk pem-buatan tape atau pengembang adonan roti adalah Saccharo-myces cerevisiae. Jamur ini dapat memfermentasi glukosa menjadi alkohol dan karbon dioksida. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut. C6H12O6 --> 2C2H5OH + 2CO2 + energi (gkukosa) (alkohol) Saccharomyces cerevisiae sebagai pengembang roti atau kue akan berhenti tumbuh jika kadar alkohol mencapai 4-5%, sedangkan CO2 yang dihasilkan akan mengembangkan adonan roti. Alkohol akan menguap habis ketika roti dibakar. Saccharomyces cerevisiae yang dimanfaatkan dalam minuman beralkohol baru berhenti tumbuh (berkembang biak) pada kadar alkohol mencapai 14-17%. b. Penicillium sp Jamur ini tumbuh di mana-mana dan tampak tumbuh sebagai noda hijau atau biru pada buahbuahan ranum atau penganan yang bergula. Selain itu, jamur ini dapat tumbuh baik pada roti dan nasi. Oleh karena itu, jika menyimpan roti dan nasi di tempat yang agak lembab, maka akan ditumbuhi jamur Penicillium sp. dengan konidia yang berwarna kehijauan.

Gambar 4. Penicillium sp dengan konidium Jenis jamur yang dimanfaatkan sebagai obat antibiotika (penisilin) adalah Penicillium chrysogenum dan Penicillium notatum, sedangkan jamur yang dimanfaatkan sebagai penghasil keju adalah Penicillium camemberti dan Penicillium roqueforti . c. Aspergillus sp Jamur ini ada yang hidup sebagai saprofit atau parasit. Jamur yang hidup parasit dapat menimbulkan penyakit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Penyakit yang disebabkan oleh Aspergillus sp disebut aspergilosis. Jamur ini dapat tumbuh di daerah yang beriklim subtropis dan tropis. Bila dalam keadaan lembab, maka dapat hidup pada makanan, pakaian, buku, dan kayu. Koloni jamur ini biasanya berwarna hitam, abu-abu, kuning hingga coklat, sedangkan konidium Aspergillus sp berbeda dengan susunan konidium Penicillium sp. Hal ini tampak jelas sekali apabila diamati dengan mikroskop seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 5. Aspergillus sp dengan konidium Jenis jamur yang berbahaya dan merugikan adalah Aspergillus flavus yang menghasilkan racun aflatoksin. Racun ini dapat menyebabkan kematian pada manusia atau ternak. Bahkan, racun jamur banyak disebut-sebut sebagai penyebab penyakit kanker. Sebaliknya, ada juga jenis jamur yang dimanfaatkan untuk meramu makanan seperti dalam pembuatan tape dan sake (minuman

khas Jepang), yaitu Aspergillus oryzae. Sedangkan Aspergillus wentii dimanfaatkan dalam pembuatan kecap dan tauco. d. Neurospora sp Jenis jamur ini (Neurospora sp.) di Jawa Barat mudah diperoleh dari oncom. Jamur ini dapat pula tumbuh subur pada tongkol jagung yang telah direbus dan diambil bijinya. Biarkan tongkol jagung itu selama beberapa hari, agar ditumbuhi Neurospora sp. dengan konidia yang berwarna jingga. Neurospora sp., selain dimanfaatkan dalam fermentasi pembuatan oncom, banyak juga dimanfaatkan dalam penelitian genetika, yaitu untuk mengetahui pengaruh sinar X yang dapat menyebabkan mutasi. Dwidjoseputro (1961) telah menemukan cara perkembangbiakan seksual jamur oncom, sehingga jamur oncom dimasukkan ke dalam Ascomycotina. Oleh karena itu, yang semula nama ilmiah jamur oncom itu Monilia sitophila diganti nama spe-siesnya menjadi Neurospora sitophila. Jika Neurospora sitophila jenis (+) bertemu dengan Neurospora sitophila jenis (-), maka terjadilah perkembang-biakan seksual kemudian terbentuklah askus yang berisi askospora. Askus-askus ini tubuh di dalam tubuh buah yang disebut peritesium . Tiap askus mengandung 8 askospora.

Gambar 6. Struktur tubuh Neurospora sitophila : (1) miselium; (2) kon-idia; (3) peritisium; (4) askus; dan (5) spora

4. Basidiomycotina Struktur tubuh jamur ini pada umumnya lebih mudah diamati. Spora tumbuh menjadi miselium dan hifanya bersekat-sekat. Miselium ini menyusun tubuh-tubuh buah yang disebut basidiokarp . Bentuk basidiokarp beraneka ragam, ada yang serupa payung, papan, bentuk lembaran yang berliku-liku, dan bentuk cakram. Di dalam tubuh buah terdapat anyaman hifa yang ujungnya menggelembung. Gelembung ini disebut basidium. Banyak tubuh buah dari jamur ini yang dapat dimakan seperti: jamur merang (Volvariella volvacea) ; jamur kuping (Auricularia polytricha); dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) . Tetapi, ada juga jamur dari Basidiomycotina yang beracun.

Sulit untuk membedakan antara jamur beracun dan jamur yang dapat dimakan karena tidak ada ciri-ciri morfologi yang dapat dijadikan acuan. Oleh karena itu, bagi orang awam sebaik-nya hanya memakan jamur yang sudah dikenal betul sebagai jamur yang aman untuk dimakan. Untuk lebih jelasnya beberapa jenis jamur yang dapat dimakan, dapat dipelajari pada gambar 7, 8, dan 9 berikut ini.

Gambar 7. Tubuh jamur merang (Volvariella volvacea) : (1) dilihat dari atas; (2) dilihat dari bawah; (3) jamur yang masih muda; (4) potongan melintang melalui bagian tepi

Gambar 8. Tubuh jamur kuping (Auricularia polytricha) : (1) tubuh buah dan (2) basidium dengan basidiokarp

Gambar 9. Tubuh jamur tiram (Pleurotus ostreatus) Jenis jamur yang tubuh buahnya berbentuk cakram berlapis-lapis dan berlubang pada permukaan bawahnya seperti jamur kayu (Polyporus versicolor) pada gambar 10 berikut ini.

Gambar 10. Tubuh jamur kayu (Polyporus versicolor) Tidak semua jamur dari Basidiomycotina, baik membentuk tubuh buah maupun menghasilkan basidium serupa gelembung seperti yang telah diuraikan di atas. Misalnya, Puccinia sorghi dan Ustilago scitaminae yang menghasilkan basidium bersekat-sekat. Kedua jenis jamur ini hidup parasit pada tanaman jagung yang sangat merugikan manusia. Beberapa jenis jamur Basidiomycotina hidup bersimbiosis dengan tumbuhan tingkat tinggi sebagai mikorhiza, biasanya hifa jamur ini bersifat ektomikorhiza. Misalnya, jamur tangkil (Scleroderma aurantium) yang kulit luarnya kasar dan keras.

5. Deutromycotina Kelompok jamur yang hifanya bersekat dan belum di-ketahui pembentukan spora seksualnya digolongkan ke dalam Deutromycotina. Pada jamur ini, perkembangbiakan aseksual dengan konidium pada golongan jamur ini serupa dengan Ascomycotina. Jenis jamur golongan Deutromycotina kira-kira terdapat 1500 spesies yang belum diketahui spora seksualnya. Jika satu spesies jamur diketahui cara pembentukan spora seksualnya, maka akan dikeluarkan dari golongan Deutromycotina. Contoh, semula jamur oncom orange (Monilia sitophila) termasuk Deutromycotina, kemudian ditemukan cara pembentukan spora seksual-nya, sekarang dimasukkan ke dalam golongan Ascomycotina sehingga namanya berubah menjadi Neurospora sitophila. Beberapa spesies jamur golongan Deutromycotina yang hidup parasit pada tubuh manusia dan hewan adalah Epidermophyton floocosum menyebabkan penyakit pada kaki dan penyakit kurap disebabkan oleh jamur genus Epidermophyton; Microsporum, dan Trichophyton. Jamur dari golongan Deutromycotina yang melakukan simbiosis dengan akar tumbuhan disebut mikorhiza. Mikorhiza Apabila Anda melewati daerah yang ditanami pohon pinus, kemungkinan di bawah pohon itu banyak ditemukan sejenis jamur berbentuk payung. Hifa jamur ini bersimbiosis dengan akar tanaman pinus. Akar pinus yang bersimbiosis dengan jamur tersebut disebut mikorhiza. Jamur

yang bersimbiosis dengan tumbuhan dan membentuk mikorhiza biasanya dari jamur golongan Zygomycotina, Ascomycotina, dan Basidiomycotina. Sebagaimana kita ketahui bahwa mikorhiza itu terdapat dua tipe, yaitu ektomikorhiza dan endomikorhiza . a. Ektomikoriza Jamur yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan tertentu membentuk ektomikorhiza. Tubuh buahnya seperti payung atau bulat. Banyak pohon-pohon pinus yang ditanam tidak dapat tumbuh pada tahun pertama karena tanpa adanya mikorhiza. Hifa ektomikorhiza tidak dapat menembus ke dalam akar (korteks), tetapi hanya sampai epidermis. Dengan ektomikorhiza itu akar tidak lagi memerlukan bulu-bulu akar, tetapi tumbuhan pinus mendapatkan air dan unsur-unsur hara dari tanah yang lebih banyak. Selain itu, tumbuhan pinus lebih tahan kekeringan dan terlindung dari jamur lain yang hidup parasit. Jamur pada ektomikorhiza tidak dapat tumbuh dan bereproduksi tanpa bersimbiosis dengan akar tumbuhan inang. Dari tumbuhan inang, jamur memperoleh bahan makanan seperti glukosa, vitamin, protein, dan makanan lainnya. b. Endomikoriza Pada endomikorhiza, hifa jamur menembus akar sampai ke bagian korteks. Endomikorhiza terdapat pada tanaman anggrek, sayuran, kopi, bit, dan berbagai jenis pohon. Jamur pada endomikorhiza dapat hidup tanpa bersimbiosis yang terdapat pada berbagai jenis pohon. Jamur ini hidup di mana-mana pada tanah dan tidak mempunyai tumbuhan inang khusus. Jamur ini penting untuk beberapa jenis tanaman polongan, karena dapat merangsang pertumbuhan bintil akar yang bersimbiosis dengan Rhizobium sp. sehingga mempercepat terjadinya fiksasi nitrogen.

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas I
    Tugas I
    Dokumen8 halaman
    Tugas I
    Dhemy S Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ii
    Tugas Ii
    Dokumen5 halaman
    Tugas Ii
    Dhemy S Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Tugas I
    Tugas I
    Dokumen8 halaman
    Tugas I
    Dhemy S Nugraha
    Belum ada peringkat
  • Makalah Protista
    Makalah Protista
    Dokumen10 halaman
    Makalah Protista
    Dhemy S Nugraha
    100% (1)
  • Tugas Ii
    Tugas Ii
    Dokumen5 halaman
    Tugas Ii
    Dhemy S Nugraha
    Belum ada peringkat