Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN PERTEMUAN IV: PEMERIKSAAN URINE

Disusun oleh: Nama NIM : : Razif Alfaruqi Amin 09640011 6(Enam) Sakinah

Kelompok : Asisten :

PROGAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKHNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2012

Pemeriksaan Urin
I. Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah : a.Mengidentifikasi ciri-ciri dan komposisi urine yang normal. b.Mengidentifikasi kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan.

II.

Dasar Teori

Sistem urinaria terdiri atas ginjal (mengeluarkan secret urin), ureter (menyalurkan urin dari ginjal ke kandung kencing), kandung kencing (bekerja sebagai penampungan), uretra ()mengeluarkan urine dari kandung kencing (Pearce, E.C. 1989, hal ;245). Sistem perkencingan membantu mempertahankan homeostatis dengan cara mengatur keseimbangan air dan mengeluarkan zat-zat yang merugikan dari darah. Darah disaring oleh dua ginjal, yang menghasilkan air seni, cairan yang mengandung zat yang beracun dan hasil buangan. Dari setiap ginjal, air seni mengalir melalui pipa ureter, menuju kandung kemih, untuk disimpan sampai dikeluarkan dari dalam tubuh lewt pupa lain yaitu uretra (Pack, E.P, 2007). Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, di

belakang peritoneum dan karena itu diluar rongga peritoneum. Kedudukan ginjal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebrata torakalis terakhir sampai vertebrata lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah daripada kiri, karena hati menduduki ruang banyak disebelah kanan (Pearce, E.C, 1989, hal; 245). Setiap ginjal panjangnya 6- 7,5 cm dan tebal 1,5- 2,5 cm. Pada orang dewasa beratnya kira-kira 140 gr. Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi dalamnya atau hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum. Diata setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar

suprarenal. Ginjal kana lebih pendek dan lebih tebal dari yang kiri (Pearce, E.C,1989, hal ; 245). Struktur ginjal, setiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dari jaringan fibrus yang rapat membungkusnya dan membentuk pembungkus yang halus. Di dalamnya terdapat struktur-struktur ginjal. Warna ungu tua dan terdiri atas bagian korteks di sebelah luar, dan bagian medulla di sebelah dalam. Bagian medulla ini tersusun atas 15-16 massa berbentuk pyramid yang disebut pyramid ginjal. Puncak-puncaknya langsung mengarah ke hilum dan berakhir di klises. Klises ini menghubungkannya dengan pelvis ginjal (Pearce, E.C, 1989, hal; 246). Nefron, struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuansatuan fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1.000.000 nefron dalam setiap ginjal. Setiap nefron mulai sebagai berkas kapiler (badan malpigi/ glomelurus) yang erat tertanam dalam ujung atas yang lebar pada uriniferus atau nefron.Dari sini tubulus berkelok-kelok dan dikenal sebagian lurus. Bagian pertama tubulus berkelok-kelok dan sebagian kelokan pertama / tubula poksilmal dan sesudah itu terdapat sebuah simpai, simpai henle. Kemudian tubula itu berkelok-kelok lagi, disebut kelokan kedua / tubula distal, yang bersambung dengan tubula penampung yang berjalan melintasi korteks dan medulla, untuk berakhir di puncak salah satu pyramid (Pearce, E.C, 1989, hal; 246). Fungsi ginjal adalah pengaturan keseimbangan air, pengaturan konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah; dan ekskresi bahan buangan dan

kelebihan garam (Pearce, E.C,1989, hal ; 247). Sekresi urine dan mekanisme fungsi ginjal. Glomelurus adalah saringan. Setiap menit kira-kira satu liter darah yang mengandung 500 ccm plasma , mengalir melalui semua glomeruli dan sekitar 100 ccm (10 %) dari itu disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa, dan benda halus lainnya, disaring. Sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembusi pori saringan dan tetap tinggal dalam aliran darah. Cairan yang disaring, yaitu filtrate glmoelurus, kemudian mengalir melalui tubula renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan yang diperlukan tubuh dan ditinggalkan yang tidak diperlukan. Dengan mengubah-ubah jumlah yang diserap atau ditinggalkan dalam tubula,

maka sel dapat mengatur susunan urine disatu sisi dan susunan darah disisi sebaiknya. Dalam keadaan normal semua glukosa diabsorbsi kembali; air sebagian besar di absorbs kembali, kebanyakan produk buangan dikeluarkan. Dalam keadaan tertentu tubula menambah bahan pada urine. Demikian maka sekresi terdiri atas tiga factor; Filtrasidi glomelurus, Reabsorbsi di tubula, Sekresi di tubula (Pearce, E.C, 1989, hal; 247). Terdapat tiga proses penting yang berhubungan dengan proses pembentukan urine yaitu: 1. Filtrasi (penyaringan)

Kapsula bowmen dari dalam malphigi menyaring darah dalam glomelurus yang mengandung air, garam, gula, urea, dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga di hasilkan filtrate glomelurus (Urine Primer).didalam filtrat ini terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna bagi tubuh , misalnya glukosa, asam amino, dan garam-garam. 2. Reabsorpsi (penyerapan kembali)

Dalam tubulus kontortus proksimal dalam urine primer yang masih bergna akan direabsorpsi yang dihasilkan oleh filtrat tubulus (Urine Sekunder)dengan kadar urea yang tinggi. 3. Ekresi (Pengeluaran)

Dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darh menambahkan zat lain yang tidak dipergunakan dan terjadi reabsorpsi aktif ion NA+dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Ditempat ini sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis. Dari kedua ginjal, urine dialirkan oleh pembuluh ureter ke kandung urine (Vesica Urinaria)kemudian melalui uretra, urine dikeluarkan dari tubuh. Hewan yang menghasilkan zat sisa dalam bentuk ammonia, urea, dan asam urat, berturut-turut disebut amonotelik, ureotelik, dan urikoletik. (Wiwi Isnaeni, 2006). Kalau kita bandingkan jumlah yang di saring oleh glomurulus setiap hari dengan jumlah yang biasanya dikeluarkan ke dalam urine maka kita dapat melihat besar daya selaktif sel tubula:

Disaring Air 150 liter

Dikeluarkan 1,5 liter

Garam

700 gram

15 gram

Glukosa

170 gram

0 gram

Urea

50 gram

30 gram

Kini filtratnya telah mencapai pelvis ginjal dan ureter sebagai urine. Ciri-ciri urin normal adalah jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi berbedabeda sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak protein dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan untuk melarutkan ureanya. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, tetapi adakalanya jonjot lender tipis Nampak terapung didalamnya. Baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenis berkisar antara 1010 sampai 1025 (Pearce, E.C, 1989, hal; 251). Komposisi urine normal. Urine terutama terdiri atas air, urea, dan natrium

klorida. Pada seorang yang menggunakan diit yang rata-rata berisi 80-100 gr protein dlam 24 jam, jumlah persen air dan benda padat dalam urin adalah sebagai berikut, air (96%), bend a padat (4 % terdiri atas urea 2% dan produk metabolic lain 2 %). Ureum adalah hasil akhir metabolism protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal,dan diekresikan rata-rata 30 gr sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal tersebut tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum. Asam urat kadar normal asam-urat di dalam darah adalah 2-3 mg setiap 100 ccm, sedangkan 1,5 sampai 2 mg setiap hari di ekresikan ke dalam urine. Kreatine adalah hasil buangan keratin dalam otot. Produk metabolism lain mencakup benda-benda purine, oxalate, fosfat, sulfat, dan urat. Elektrolit atau garam seperti natrium dan kalium khlorida

diekresikan untuk mengimbangi jumlah yang masuk melalui mulut (Pearce, E.C, 1989, hal; 251).

III.

Bahan dan Metode Kerja Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, lampu Bunsen, gelas kimia 100 ml, indkator universal pH, kotek api dan pipet. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel urine yang merupakan urine saudara Aufa, reagen benedict, reagen Biuret, Larutan AgNO 3 1%, dan HNO3 sebagai pengganti larutan iodium tincture. Cara Kerja

1.Mengukur PH urine Untuk melakukan uji pH ini urine di masukkan ke dalam gelas kimia kemudian ukur pH nya dengan menggunakan indicator universal. Di cocokkan indicator warnanya. 2.Menguji ammonia Untuk malakukan uji ammonia ini dapat dilakukan dengan cara urin 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan dengan pembakar spiritus sampai mendidih. Kemudian hasil bau urine tersebut dicatat. 3.Menguji Empedu Dua ml urine dimasukkan ke dalam tabung reaksi , kemudian tabung reaksi dimiringkan dan ditetesi dengan larutan iodium tincture hingga seluruh permukaan urine tertutup. Diperhatikan pada batas urine dan iodium ,kemudian dicatat hasilnya. 4.Menguji Glukosa Urine 2 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 5 tetes reagen benedictkemudian dipanaskan, diamati perubahan warnanya.

5.Menguji Protein Urine 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 tetes reagen biuret kemudian dibiarkan selama 5 menit, dan diamati perubahannya lalu dicatat.

6.Menguji Klorida Urine sebanyak 2 ml di masukkan ke dalam tabung reaksi, di tambahkan 5 tetes larutan AgNO3 1% kemudian dibiarkan selama 5menit , diamati apakah terbentuk endapan putih.

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Hasil Pengamatan

Tabel Hasil Pengamtan No Uji 1 2 3 4 5 6 PH Amonia Empedu Glukosa Ion Klorida Protein Hasil 6 (+) (+) (+) (+) (-) Indikasi PH meter Bau pesing Ada cincin coklat Endapan putih Endapan putih Tidak ada violet Keterangan Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Kepekatan. Kepekatan urin (disebut juga osmolalitas atau specific gravity) dapat dihitung dengan berat jenisnya. Berat jenis adalah perbandingan berat urin dengan air murni dalam volume yang sama. Semakin banyak bahan padat dalam urin, semakin tinggi berat jenis urin. Ketika Anda minum banyak cairan, ginjal akan membuat urin yang encer sehingga berat jenisnya rendah. Bila Anda tidak minum cukup cairan, ginjal Anda membuat urin yang pekat sehingga berat jenisnya tinggi. Mengetahui kepekatan urin membantu penyedia layanan kesehatan memutuskan apakah sampel urin yang mereka dapatkan adalah yang terbaik untuk mendeteksi zat tertentu. Misalnya, jika mereka mencari jumlah protein yang sangat kecil di urin, sampel urin yang pekat di pagi hari adalah yang terbaik (Ganong, 2009). Keasaman. Ginjal berperan penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Oleh karena itu, kondisi apapun yang menghasilkan asam atau basa dalam tubuh atau konsumsi makanan yang bersifat asam atau basa, secara langsung dapat memengaruhi pH urin. Keasaman diukur dengan pH. Urin bersifat asam jika pH-nya kurang dari 7, bersifat basa jika pH-nya lebih dari 7. Urin yang bersifat asam berkaitan dengan risiko penyakit asam urat dan batu ginjal. Sebagian besar penyakit degeneratif berkaitan dengan defisiensi mineral yang menyebabkan cairan tubuh, termasuk urin, menjadi lebih asam. Diet dapat digunakan untuk mengendalikan pH urin. Diet tinggi protein akan membuat urin lebih asam. Diet vegetarian, diet rendah karbohidrat, atau konsumsi buah akan membuat urin lebih basa (Poedjiadi, 1994). Protein. Protein biasanya tidak ditemukan dalam urin. Demam, olahraga keras, kehamilan, dan beberapa penyakit dapat menyebabkan protein berada dalam urin. Kondisi di mana terdapat protein di dalam urin disebut proteinuria. Albumin adalah jenis protein yang lebih kecil dari protein lainnnya dan keberadaannya dalam urin mengindikasikan tahap awal kerusakan ginjal. Keberadaan albumin dalam urin disebut albuminuria. Kondisi lain yang dapat menyebabkan proteinuria adalah gangguan yang meningkatkan protein dalam darah, seperti multiple myeloma, kerusakan sel-sel darah merah, peradangan, keganasan (kanker), atau cedera pada saluran kemih (Ganong, 2009). Glukosa. Glukosa adalah jenis gula yang ditemukan dalam darah. Biasanya glukosa sangat sedikit atau tidak ada dalam urin. Ketika tingkat gula darah sangat tinggi seperti

pada diabetes yang tidak terkontrol ginjal mengekskresikan glukosa ke dalam urin untuk mengurangi konsentrasinya di darah. Keberadaan glukosa dalam urin, yang disebut glukosuria, juga dapat disebabkan oleh gangguan hormonal, penyakit hati, obatobatan,terjadinya infeksi di tubulus kontortus proksimal dan kehamilan. Ketika terjadi glukosuria, tes lain seperti tes glukosa darah biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab yang lebih spesifik (Poedjiadi, 1994). Keton. Bila karbohidrat tidak tersedia, tubuh memetabolisme lemak untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan. Pemecahan lemak untuk energi menghasilkan zat limbah yang disebut keton. Keton biasanya tidak ditemukan dalam urin. Sejumlah besar keton dalam urin dapat menunjukkan kondisi sangat serius yang disebut ketoasidosis diabetik. Diet rendah gula dan karbohidrat, kelaparan, atau muntah parah juga dapat menyebabkan keton berada di urin (ketonuria) (Poedjiadi, 1994). Nitrit. Bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK) membuat enzim yang mengubah nitrat menjadi nitrit. Nitrit dalam urin menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (ISK). Esterase leukosit. Esterase leukosit adalah enzim yang ditemukan dalam sel-sel darah putih. Kehadiran esterase leukosit di urin merupakan pertanda peradangan, yang umumnya disebabkan oleh infeksi saluran kemih (Poedjiadi, 1994). Pada praktikum fisilogi hewan yang berjudul pemeriksaan urine ini bertujuan untuk mengedintifikasi cirri-ciri dan komposisi yang normal dan mengidentifikasi kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan urine. Pada percobaan kali ini alat yang digunakan adalah tabung reaksi yang sebagai tempat reaksinya urine,pembakar spirtus yang berfungsi untuk memanaskan tabung reaksi yang sudah terdapat larutan urine dan larutan pelarut, indicator universal Ph yang berfungsi untuk mengukur kadar Ph yang ada didalam urine. Fungsi perlakuan, pada pengujian ammonia urin yang dimasukkan dalam tabung reaksi dipanaskan dengan lampu Bunsen sampai mendidih bertujuan untuk agar urin dapat menghasilkan uap air sehingga urin dapat diketahui baunya. Pada pengujian empedu urin dalam tabung reaks ditetesi larutan HNO3 pada saat itu tbung reaksi dimiringkan ini bertujuan agar urin cepat bereaksi dan merata dengan larutan itu. Pada uji empedu ini dilakukan di laminar flow karena HNO3 merupakan larutan keras.pada pengujian glukosa urin dalam tabung reaksi di beri 5 tetes reagen benedict kemudian di

panaskan. Proses penmanasan ini bertujuan untuk mempecepat terjadinya reaksi. Pada pengujian protein urin dalam tabung reaksi diberi 5 tetes reagen biuret bertujuan untuk melihat perubahan warnanya. Pada pengujian ion klorida, urine dalam tabung reaksi di beri 5 tetes larutan AgNO3 1 %. Uji fisik urine berwarna kuning bening oleh adanya urokhrom. Secara normal warna dapat berubah, tergantung jenis bahan /obat yang dimakan. banyak carotein, warna kuning banyak melanin, warna coklat kehitam-hitaman. banyak darah, warna merah tua ( hematuria ) banyak nanah, warna keruh ( piuria ) adanya protein, warna keruh ( proteinuri ). Pada hasil percobaan yang dilakukan oleh praktikan Ph urine yang diuji yaitu 6 yang menandakan bahwa urine tersebut dianggap normal, menguji ammoniak menghasilkan positif yang berarti urine tersebut normal hal itu karena adanya asam-asam yang mudah menguap, Menguji empedu pada uji ini dihasilkan positif hal ini saat ditetesi larutan iodium berwarna hijau menjadi oranye yang menandakan terdapat kandungan empedu, Menguji glukosa menghasilkan hasil positif yang ditandai adanya endapan warna kuning coklat yang berarti adanya kadar glukosa dalam hal ini apabila pada uji glukosa meghasilkan hasil yang positif berarti probandus tersebut mengidap penyakit atau bisa dianggap tidak normal, menguji protein menghasilkan hasil yang negative yang ditandai tidak terbentuk warna kuning emas, sedangkan ada uji ion klorida menghasilkan hasil yang positif yang ditandai ada 2 endapan yaitu pada endapan permukaan dan endapan dasar warna kuning cerah.

V.KESIMPULAN Praktikum uji urin berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa: Urin yang normal meliliki pH 4,5-7, mengandung Amonia, mengandung empedu, dan ion klorida. Dari hasil pemeriksaan urin diatas, dapat dikatakan bahwa urin saudara Razif adalah urin normal dan tidak terdapat kelainan apapun.

VI. DAFTAR PUSTAKA Avelyn, C.P. 1993. Untuk Anatomi dan Fisiologi Paramdis. Jakarta: Gramedia Ganong, W. F, (2009). Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku kedokteran, EGC, alih bahasa oleh dr. Petrus Andrianto. Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. Yogyakarta: Gadjah Mada Univer Pack, E. P. 2007. Anatomi dan Fisiologi (diterjemahkan oleh: Theodorus Dharma W). Bandung: PT Intan Sejati Pearch, Evelyn. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis (terjemahan oleh : Sri yuliani H.). Jakarta: PT. Gramedia. Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Wiwi Isnaeni. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai