Anda di halaman 1dari 4

LTM II MODUL INDERA TATALAKSANA PADA MATA KATARAK DAN RETINOPATI DIABETIK Oleh: Anggi P N Pohan, 0906487695 A.

Tatalaksana Katarak Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obatobatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.1,2,3,4 Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun, teknik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga teknik hari ini, phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi. 1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE) Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.1,5,6 2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE) Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan.1 Kemudian, robekan ini akan dijahit.7 Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.1,5,6 3. Phakoemulsifikasi Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.1,5,6

4. SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.5 Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut: kacamata afakia yang tebal lensanya lensa kontak lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat. Kekuatan implan lensa intraokular yang akan digunakan dalam operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik dan kelengkungan kornea (maka juga kekuatan optik) secara optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung, sehingga pasien tidak akan membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi oleh refraksi mata kontralateral dan apakah terdapat katarak pada mata tersebut yang membutuhan operasi. Jangan biarkan pasien mengalami perbedaan refraktif pada kedua mata.7 Perawatan Pasca Bedah Katarak Jika digunakan teknik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen (biasanya 6-8 minggu setelah operasi ).1,2 Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan menggunakan metode fakoemusifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi, mak pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibuthkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan. Selain itu juga akan diberikan obat untuk: 1,2 - Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul beberapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan. - Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna. - Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah. - Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah. Hal yang boleh dilakukan antara lain: 1,2 - Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan - Melakukan pekerjaan yang tidak berat - Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas. Yang tidak boleh dilakukan antara lain:1,2 - Jangan menggosok mata - Jangan membungkuk terlalu dalam - Jangan menggendong yang berat - Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya - Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar - Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

B. Tatalaksana Retionapti Diabetik Pencegahan dan pengobatan retinopati diabetik merupakan upaya yang harus dilakukan secara bersama untuk mencegah atau menunda timbulnya retinopati dan juga untuk memperlambat perburukan retinopati. Tujuan utama pengobatan retinopati diabtik untuk mencegah terjadinya kebutaan permanen. Pendekatan multidisiplin dengan melibatkan ahli diabetes, perawat edukator, ahli gizi, spesialis mata, optometris, dan dokter umum, akan memberikan harapan bagi pasien untuk mendapatkan pengobatan optimal sehingga kebutaan bisa dicegah. Kontrol glukosa yang baik merupakan dasar dalam mencegah timbulnya retinopati diabetik yang sudah ada. Metode pencegahan dan pengobatan retinopati diabetik saat ini meliputi:8 Kontrol glukosa darah Kontrol glukosa darah berfungsi untuk melindungi visus dan mengurangi risiko kemungkinan menjalani terapi fotokoagulasi dengan sinar laser. Kontrol glukosa darah tidak dapat mencegah terjadinya retinopati secara sempurna, namun dengan kontrol glukosa darah dapat mengurangi risiko timbunya retinopati diabetik dan memburuknya retinpati yang sudah ada.8 Kontrol tekanan darah8 Ablasi kelenjar hipofisis melalui pembedahan atau radiasi8 Fotokoagulasi dengan sinar laser Indikasi terapi fotokoagulasi ialah retinopatik diabetik proliferatif, edema makula, dan neovaskular yang terletak pada chamber anterior. Ada tiga metode terapi fotokoagulsi dengan laser, yaitu :8 1. Scatter (panretinal) photocoagulation, dilakukan pada kasus dengan kemunduran visus yang cepat dan untuk menghilangkan neovaskular pada saraf optikus dan permukaan retina atau pada sudut chamber anterior. 2. Focal photocoagulation, ditujukan pada mikroaneurisma di fundus posterior yang mengalami kebocoran untuk mengurangi atau menghilangkan edema makula. 3. Grid photocoagulation, suatu teknik penggunaan laser dimana pembakaran dengan bentuk kisi-kisis diarahkan pada daerah edema. Pasien dengan makulopati, retinopati praproliferatif, atau yang lebih buruk harus durujuk ke spesialis mata. Tiap pasien dengan kehilangan penglihatan yang tidak dapat dijelaskan juga harus dirujuk. Terapi utama untuk retinopati diabetik yang mengancam penglihatan adalah laser. Angiogram fluoresein dapat dilakukan pada beberapa pasien untuk menilai derajat iskemia retina dan mendapatkan area kebocoran baik dari mikroaneurisma maupun dari pembuluh darah baru.7 Terapi laser pada makulopati dan pembuluh darah baru dapat dilakukan pada klinik rawat jalan. - Makulopati diabetik diterapi dengan mengarahkan laser pada titik-titik kebocoran. Eksudat seringkali didaptkan dengan pola sirsinata dengan fokus kebocoran atau mikroaneurisma di bagian tengah. Jika efektif, edema retina dan eksudat akan tereabsorbsi meski mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan.7 - Lempeng optik dan pembuluh darah baru retina diterapi dengan pembakaran laser yang tersebar ke seluruh retina sehingga menghasilkan daerah yang tidak diterapi di sekitar makula dan lempeng optik. Terapi leser menghilangkan retina yang mengalami iskemia sehingga mencegah pelepasan faktor vasoproliferatif. Hal ini menyebabkan regresi pembuluh darah baru dan mencegah perkembangan retinopati lebih lanjut. 7 Perkembangan perdarahan vitreous yang tidak hilang setelah beberapa bulan atau traksi fibrosa pada retina menyebabkan terlepasnya retina dari epitel pigmen di bawahnya (ablasio retina traksional) mungkin membutuhkan terapi bedah. Vitrektomi dilakukan untuk mengangkat gel vitreous dan darah serta memperbaiki retina yang mengalami ablasio.7 Virektomi untuk perdarahan vitreus atau ablasio retina Virektomi dini perlu dilakukan pada pasien yang mengalami kekeruhan (opacity) vitreus dan yang mengalami neovaskularisasi yang ekstensif atau yang mengalami proliderasi fibrovaskular. Selain itu virektomi juga diindikasikan bagi pasien yang mengalami ablasio retina, perdarahan vitreus setelah fotokoagulasi, RDP berat, dan perdarahan vitreus yang tidak mengalami perbaikan.8

Kaitan dengan Pemicu Perempuan usia 65 tahun tersebut kemungkinan mengalami katarak pada mata sebelah kanan dan retinopati diabetik pada mata sebelah kiri. Apabila memang benar pasien mengalami katarak, tatalaksana yang bisa dilakukan adalah melalui pembedahan. Pembedahan yang paling cocok untuk pasien tersebut adalah pembedahan dengan metode phakoemulsifikasi, karena metode ini banyak digunakan untuk katarak senilis (pada orang tua). Untuk tatalaksana dari retinopati diabetiknya, pasien harus bisa mengontrol glukosa darah, tekanan darah, dan fotokoagulasi dengan sinar laser.

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P. Oftalmologi umum. Ed 4. Jakarta :Widya medika; 2000. p.401-6. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005. p.72-5. Lang, Gerhard K. Opthalnology, a short textbook. New York: Thieme Stuttgart; 2000. p.173-85. Kohnen, T. Cataract and refractive surgery. Gremany: Springer; 2005. p.19. Titcomb, Lucy C. Understanding cataract extraxtion. 2010. [Cited 2012 February 22]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1041971/pdf/brjopthal00575-0027.pdf Ocampo, Vicente Victor D. Senile cataract. 2009. [Cited 2012 February 22]. Available from: www.emedicine.com/. James B, Chew C, Bron A. Oftalmologi. 9th Ed. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2005. p.134-5. Pandelaki, K. Retinoapti diabetik. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Ed 5. Jakarta : Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009. p. 1933-4.

Anda mungkin juga menyukai