Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ENDOKRINOLOGI

Mekanisme Aksi Seluler Hormon-Reseptor dari Hormon Polipeptida dan Contoh Hormonnya

Oleh: DIANIDYA K. S (150130100111028) KELAS : A

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

Penyusun utama hormon adalah protein (polipeptida) dan steroid dari kolesterol. Hormon bekerja sama dengan sistem saraf sebagai fungsi pengatur (homeostatis) dan berperan dalam proses metabolisme dalam tubuh. Dalam proses bekerja suatu hormon, diperlukan reseptor untuk mengadakan komunikasi antar sel. Reseptor hormon adalah molekul pengenal spesifik dari sel tempat hormon berikatan sebelum memulai efek biologiknya. Umumnya pengikatan hormon bersifat reversible dan nonkovalen. Reseptor hormon biasanya terdapat di permukaan sel atau membran plasma atau interseluler. Interaksi hormon dengan reseptor pada membran plasma akan membentuk sinyal untuk memulai komunikasi antar sel yang disebut second messenger dimana hormon berperan sebagai first messenger. Setiap reseptor hormon memiliki dua sisi aktif yang berfungsi untuk mengenali dan mengikat hormon dan menghasilkan sinyal kimia yang merangkaikan pengaturan beberapa fungsi intrasel. Reseptor hormon polipeptida yang mentransduksikan sinyal melalui pengubahan produksi cAMP ditandai dengan adanya tujuh buah domain (sisi aktif) untuk merentangkan membran plasma. Hormon Polipeptida Hormon polipeptida meliputi hormon-hormon yang disekresikan oleh hipotalamus, pankreas, hipofisis, tiroid, pineal, paratiroid, timus dan hormon-hormon

gastrointestinal. Banyak hormon polipetida kecil, juga merupakan neurotransmiter penting, mereka disintesis dan dilepaskan dari neuron dan bekerja setempat dalam organ yang sama. Tentu saja, dalam hal releasing-inhibiting factor hipofise seperti thyrotropin-releasing hormon (TRH), somatosin dan hormon-hormon pencernaan khususnya dalam usus seperti koleosistokinin, polipeptida vasoaktif intestinal, kadar mereka yang redah dalam darah lebih mencerminkan sebagai rembesan hormon sntsr jaringan yang berperan penting. Hormonhormon disekresikan sebagai respon terhadap suatu rangsangan. Sebagian besar kelenjar penghasil hormon menggunakan lintasan sekretorin agar dapat menyimpan hormon dalam granula sekretorik dan melepaskannya sebagai repon terhadap suatu rangsangan. Sebagian besar hormon polipeptida tidak terdapat pada konsentrasi dan tidak terikat dengan protein lain. Vasopresin dan oksitosin berikatan dengan neurofisin. Hormon pertumbuhan berikatan dengan suatu protein yang identik dengan bagian pengikat hormon dari reseptor hormon pertumbuhan. Sejumlah peptida-peptida ini, dan sejumlah kecil insulin dan ACTH ditambah dengan reseptor masing-masing ditemukan di dalam otak. Neurohormon sesungguhnya disintesis oleh neuron-neuron glandular, disalurkan sepanjang akson traktus hipotalamo-hipofisialis dan dikeluarkan disekitar pembuluh darah pars nervosa (organ nerohemal). Pituisit adalah neroglia dan tidak dianggap lagi sebagai

sumber sekresi hormon neurohormon tetapi pituisit masih berperan dalam mekanisme pelepasan maupun pemisahan peptid-peptid aktif dari zat pengangkut. Faktor-faktor yang terlibat dalam sekresi nerohipofisis secara sempurna belum jelas. Pelepasan antidiuretik hormon (ADH) dapat diubah dengan mengubah tekanan osmotik dan volume darah, refleksrefleks sensori tertentu, dan aksi yang terjadi di dalam saraf pusat 1. Hipotalamus Hipotalamus mempunyai sel-sel saraf khusus yang memproduksi neurohormon. Neurohormon ada yang berfungsi sebagai hormon penggiat (realising) dan berfungsi sebagai penghambat (inhibiting). Hormon penggiat yang dihasilkan diangkut melalui pembuluh portahipotalamohipofisis menuju ke hipofisis. Jika hormon itu tiba di hipofisis, maka hipofisi akan mensekresikan hormon yang sesuai. Ada lima macam hormon yang berfungsi sebagai realising hormone yaitu : Kortikotropin (CRF), untuk merangsang lobus anterior hipofisis agar menskresi ACTH (Adrenocorticotrophic Hormone). Hormon pertumbuhan atau GRF (Growth Hormone Releasing Factor), untuk merangsang pengeluaran hormone STH (Somatotrophic Hormone). Thyrotrophic Releasing Factor, untuk merangsang lobus anterior hipofisis agar mensekresikan Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Folicel Stimulating Hormon Releasing Factor (FRF), untuk merangsang lobus anterior hipofisis mensekresikan hormon FSH. Hormon penggiat hormon LH, untuk merangsang lobus anterior

mensekresikan LH. Neurohormon yang bekerja sebagai faktor penghambat, mislanya Prolactin Inhibiting Factor (PRF) yang berfungsi menghambat pengeluaran prolaktin. Hipotalamus juga menghasilkan hormon yang bukan faktor penggiat. Hormon ini diangkut oleh neurit sel-sel neurosekresi ke dalam hipofisis bagian belakang. Hormon-hormon tersebut adalah vasopresin (mempengaruhi pengeluaran air pada urin) dan oksitosin (mempengaruhi kontraksi uterus). 2. Kelenjar hipofisis dibagi menjadi 3 lobus yaitu bagian anterior, tengah, dan posterior. Hipofisis mensekresikan hormon yang digunakan untuk mengontrol kegiatan kelenjar endokrin lainnya. Hipofisis bagian anterior disebut adenohipofisis menghasilkan STH, TH, ACTH, FSH, LH, PRL, MSH, ADH, dan oksitosin. Hipofisis bagian tengah hanya aktif saat bayi dan menghasilkan hormon MSH (Melanocyte Stimulating Hormone) yang berfungsi untuk mensintesis melanin. Hipofisis posterior disebut neurohipofisis, menghasilkan dua jenis hormon yaitu hormon antidiuretik (ADH) dan hormon oksitosin.

3.

Kelenjar pineal menghasilkan melatonin. Konsentrasi melatonin dalam darah naik turun sesuai siklus diurnal. Kelenjar pineal membantu mengatur siklus proses fisiologi siang dan malam sehingga mempengaruhi pola tidur, selera makan, dan suhu tubuh.

4. Kelenjar tiroid atau kelenjar gondok terdiri atas dua lobus yang terletak di sebelah kanan dan kiri trakea. Sekresi kelanjar tiroid diatur oleh sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar hipofisis, yaitu hormon tirotropik. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin yang berfungsi mengatur reaksi metabolisme karbohidrat, mengatur penggunaan oksigen dan karbondioksida, mempengaruhi perkembangan tubuh dan mental. 5. Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid yang berfungsi mengatur kandungan ion pospat dan ion kalsium dalam darah dan tulang. Kerja hormon ini dibantu oleh vitamin D. Kekurangan hormon ini mengakibatkan tetani. Dan jika kelebihan mengakibatkan kalsium dan fosforus dalam tulang dikeluarkan dan dimasukkan kembali ke dalam serum darah. Akibatnya tulang akan mudah patah dan di dalam urin banyak mengandung kapur dan fosforus sehingga dapat menimbulkan batu ginjal dan kegagalan ginjal. 6. Pankreas terdapat pulau Langerhans yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin. Hormon ini membantu mengubah gula menjadi glikogen pada hati dan otok lurik. Kekurangan hormon ini akan mengakibatkan gula darah tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga menyebabkan timbulnya penyakit diabetes melitus. Pankreas juga menghasilkan hormon glukagon yang berfungsi untuk menaikkan gula darah dengan mengubah glikogen menadi glukosa. 7. Hormon-hormon gastrointestinal adalah polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel mukosa endokrin lambung dan usus halus. Hormon ini berperan pada pengaturan fungsi pergerakan dan sekresi lambung, usus halus, hati, saluran empedu, dan pankreas. Tiga hormon gastrointestinal utama adalah gastrin, sekretin, dan koleosistokinin (pankreozimin). Gastrin adalah aktivator sekresi asam lambung yang paling efektif, gastrin juga dapat merangsang pepsin dan pengeluaran faktor instrinsik dari mukosa lambung. Gastrin merangsang pengeluaran sekretin baik secara langsung maupun dengan merangsang sekresi asam dan dapat juga menghambat pengeluaran isi lambung ke dalam duodenum dengan mengurangi kecepatan pengosongan lambung. Sekresi asam lambung akibat rangsangan vagus diperbesar oleh gastrin. Sekretin adalah perangsang yang paling kuat untuk sekresi air dan bikarbonat oleh pankreas. Sekretin ditemukan dalam bentuk mukosa duodenum dan jejenum. Sekretin terdiri atas peptida dengan 27 asam amino. Sekretin merangsang sekresi pepsin dalam lambung, juga menghambat sekresi

asam lambung dan aktivitas pergerakan usus. Koleosistokinin adalah zat perangsang penting untuk sekresi enzim pankreas dan kontraksi kandung empedu. Koleosistokinin disekresi dari mukosa usus halus karena rangsangan asam, asamasam amino, asam-asam lemak dan berbagai pengaruh kolinergik. Koleosistokinin dalam otak berperan sebagai pengatur rasa kenyang, analgesik, hipotermi, depresi sistem saraf pusat. Pada sebagian besar kasus, (1) hormon yang aktif adalah hormon yang bebas, (2) kadar bebas hormon merupakan penyebab daru umpan balik dan pengaruh pengaturan yang mengendalikan pelepasan hormon, (3) kadar hormon bebas mempengaruhi kecepatan konsentrasinya, (4) kondisi klinik berhubungan erat dengan kadar hormon bebas. Kerja hormon pada organ sasaran umumnya diatur oleh lima faktor yaitu: 1. Kecepatan sintesis dan sekresi hormon yang disimpan dari kelenjar endokrin asal. 2. Dalam beberapa hal, sistem transpor spesifik dalam plasma. 3. Kadang-kadang perubahan menjadi bentuk yang lebih aktif dalam jaringan sasaran. 4. Reseptor spesifik untuk hormon untuk hormon dalam sitosol atau membran plasma sel sasaran yang berbeda dari jaringan ke jaringan. 5. Degradasi terakhir atau ekskresi hormon. Kerja Hormon pada Tingkat Membran Banyak hormon protein misalnya insulin dan katekolamin menyebabkan perubahan metabolik sekunder yang cepat dalam jaringan sasarannya tetapi mempunyai sedikit pengaruh terhadap aktivitas metabolik sediaan-sediaan bebas membran. Biasanya hormonhormon ini dapat mengaktifkan sistem enzim berbagai membran dengan bergabung langsung pada reseptor membran protein spesifik yang utuh.Tingkat reseptor sendiri sangat sensitif terhadap perubahan sekitarnya dan perubahan metabolik. Misalnya, pemberian insulin dalam beberapa jam menyebabkan penurunan sintesis dan jumlah reseptor membran insulin (down regulation). Pada keadaan lain, aktivitas afinitas reseptor pada hormon mungkin terganggu.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Ruswan. 2005. Pelepasan dan Sintesis Hormon; Biosentesis, Sekresi dan Mekanisme Kerja Hormon. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Indah, Mutiara. 2004. Mekanisme Kerja Hormon. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Martin, David W. 1984. Biokimia: Review of Biochemistry. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran. Turner, C. Donnel. 1988. Endokrinologi Umum. Surabaya : Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai