Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN Tanaman kenaf adalah salah satu tanaman perkebunan yang dibudidayakan oleh petani kenaf di Indonesia.

Tanaman kenaf ini merupakan bahan baku dari pembuatan karung goni. Pembudidayaan tanaman kenaf dapat mengurangi impor serat, menambah devisa negara, dan juga menambah pendapatan petani. Perusahaan yang membudidayakan tanaman kenaf ini antara lain PTPN X dan PTPN XI. Akan tetapi, dengan munculnya karung plastik menyebabkan karung goni kalah bersaing dengan karung plastik tersebut sehingga kedua PTPN tersebut mengundurkan diri untuk pembudidayaan tanaman kenaf ini. Lalu untuk meneruskan kelangsungan budidaya tanaman kenaf, maka pemerintah bekerja sama dengan PT. GLOBAL AGROTEK NUSANTARA dalam hal mendiversivikasi serat tanaman kenaf menjadi beberapa produk, seperti sebagai pengganti fiber glass, aneka kerajinan rakyat, wall pack, lapisan interior mobil, geotextilles, particle board, dsb. Pengembangan program ini dilaksanakan pada Kabupaten Lamongan, di desa Kecamatan Laren. Penelitian mengenai efisiensi ekonomis dalam usahatani kenaf pernah dilakukan oleh soekartawi di Kabupaten Nganjuk. Dari penelitiannya tersebut didapatkan hasil bawha nilai R/C ratio yang diperoleh adalah 1,31. Tanaman Kenaf tumbuh subur pada kondisi lahan iklim yg basah dengan curah hujan berkisar antara125-400 mm perbulan dan suhu antara 250 C 270 C, tanah dengan PH antara 4,4 6,5, tanah yang kaya dengan bahan organik. Hal-hal yang dilakukan dalam bercocok tanam tanaman kenaf antara lain persiapan dan pengolahan lahan, pemeliharaan, penebangan dan pengolahan hasil. Efisiensi usaha tani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis. Ketiga macam efisiensi tersebut sangat penting dan harus perhatikan oleh para petani bila mereka ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Umumnya memang petani tidak mempunyai catatan usaha tani (farm recording) sehingga sulit bagi petani untuk melakukan analisis usaha taninya. Petani hanya mengingat-ingat cash flow (anggaran arus uang tunai) yang mereka lakukan walaupun sebenarnya ingatan itu tidak terlalu jelek karena mereka masih ingat bila ditanya tentang berapa output yang mereka peroleh dan berapa input yang mereka gunakan. Hal tersebut dapat dijadikan bahan untuk perhitungan mengenai analisis bagi mereka. Tetapi apabila petani dapat menghitung efisiensi teknik, harga, dan ekonomis

maka mereka akan mudah untuk menentukan berapa produksi maksimal yang harus diupayakan sehingga akan menghasilkan keuntungan yang maksimal pula. Pada beberapa pengalaman analisis usaha tani yang dilakukan oleh petani dan produsen memang bertujuan untuk tujuan mengetahui atau meneliti (Soekartawi, dkk, 1990) antara lain keunggulan komparatif (comparative advantage), kenaikan hasil yang semakin menurun (law of diminishing returns), substitusi (substitution effect), pengeluaran biaya usaha tani (farm expenditure), biaya yang diluangkan (opportuniw cost), pemilikan cabang usaha (macam tanaman lain apa yang dapat diusahakan), dan baku timbang tujuan (goal trade-on). Tujuh macam analisis usaha tani tersebut pada dasarnya sama, yaitu mencari informasi tentang keragaan suatu usaha tani yang dilihat dari berbagai aspek. Usaha tani pada skala usaha yang luas pada umumnya memiliki ciri sebagai berikut : bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersial, dan sebaliknya usaha tani skala kecil pada umumnya memiliki ciri : bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usaha tani sederhana dan sifat usahanya subsistem, serta lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Dari hal ini tentunya sangat membedakan antara usahatani dengan skala usaha yang luas dan juga usaha tani dengan skala usaha tani yang kecil. Ini juga berpengaruh terhadap produksi dan penerimaan yang didapatkan oleh petani tersebut. Petani yang memiliki skala usaha yang luas akan mengeluarkan biaya produksi yang lebih besar dibandingkan dengan petani yang memiliki skala usaha yang kecil. Salah satu desa pada Kecamatan Laren yang menjadi tempat pengembangan program pemerintah dalam membudidayakan tanaman kenaf adalah desa Pesanggarahan. Desa ini memiliki wilayah seluas 228,6 Ha, yang terdiri dari tanah sawah, tanah kering dan tanah bonorowo serta tanah pemukiman. Desa ini memiliki beberapa hal yang sangat menguntungkan bagi petugas Dinas Pertanian dalam mengatur pola tanam pada petani di desa Pesanggarahan tersebut, hal tersebut diantaranya jarak dari pusat pemerintahan kecamatan: 10 km, jarak dari 1bu kota Kabupaten: 45 km, jarak dari Ibu kota Propinsi: 77 km, Ketingian tempat 5 m DPL, curah hujan 1000 mm, dan keadaan suhu 350 C. Para penduduk desa Pesanggarahan ini pada umumnya bermata pencarian sebagai petani, sehingga mereka memiliki banyak waktu untuk membudidayakan tanaman kenaf ini. Para petani tersebut rata-rata memiliki lahan yang sangat kecil yaitu

0,1 0,5 Ha. Tetapi ada juga petani yang memiliki lahan antara 0,5 1,0 Ha. Petani yang memiliki lahan tersebut mengeluarkan biaya (TC) sebesar Rp4.165.000,-. Biaya tersebut merupakan hasil penjumlahan dari biaya tetap (TFC) dengan biaya variabel (TVC). Biaya yang terbesar dalam memproduksi dan pengolahan tanaman kenaf ini terletak pada biaya tenaga kerjanya. Hal itu dapat kita lihat pada jurnal di tabel 9. Penerimaan yang diperoleh oleh petani tersebut sebesar Rp5.326.800,-. Penerimaan tersebut berasal dari produksi kenaf yang dihasilkan sebanyak 2.316 Kg dan harga panen saat itu sebesar Rp2.300 /Kg. Keuntungan yang diperoleh oleh para petani kenaf tersebut adalah Rp5.326.800 Rp4.165.000 = Rp1.161.800,- /Ha. Jadi, petani yang memiliki luas lahan 1,0 Ha akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp1.161.800,-. Sedangkan petani yang memiliki luas lahan 0,5 Ha akan mendapatkan keuntungan setengah dari keuntungan yang diterima oleh petani yang memiliki luas lahan 1,0 Ha. Demikian pula dengan petani yang memiliki lahan yang kecil, maka penerimaan yg didapat akan semakin kecil pula. Semakin luas lahan yang dimiliki maka akan semakin tinggi keuntungan yang akan didapatkan. Akan tetapi ada ukuran tertentu untuk memperoleh keuntungan maksimal. Artinya apabila lahan terlalu luas maka akan terjadi penambahan keuntungan yang semakin berkurang. Hal itu juga dapat disebabkan biaya total yang harus dikeluarkan selama masa produksi. Sedangkan nilai R/C ratio yang diperoleh adalah = Rp.5.326.800 : Rp. 4.165.000,-./ha. = 1,27. Hasil ini termasuk pada daerah >1 artinya usahatani kenaf ini menguntungkan bagi para petani yang ada di desa Pesanggarahan. Walaupun dengan lahan yang sempit para petani masih mendapatkan keuntungan. Akan tetapi akan lebih baik jika lahan petani lebih diluaskan.

Anda mungkin juga menyukai