KELOMPOK 4
PENYUSUN:
Amalia Ayuningtyas Zulkarnaen Rangga Adi Wijaya Dilah Rahmah R Irwinda Grafiyan P Oktavia Rahayu A
I. TUJUAN Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi ekstrak dengan menggunakan kromatografi kolom cepat.
II. METODOLOGI 2.1. Alat dan bahan Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu seperangkat alat vakum, kromatografi kolom cepat, timbangan analitik, vial, gelas ukur, kaca arlogi, kertas perkamen, plat KLT, spektrofotometri UV-VIS. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu silica gel 60 GF254, n- heksana, etil asetat, metanol. 2.2 Skema Kerja Eluen - Dilakukan optimasi eluen dengan uji KLT untuk mengetahui komposisi eluen yang memberikan pemisahan yang baik - Digunakan untuk kolom cepat Hasil
Silica gel 60 GF 254 - Ditimbang sebanyak 15 gram menggunakan cawan porselen - Diratakan pada kolom cepat dengan cara ditekan pelan-pelan hingga ketinggian silica dari tinggi kolom sambil dinyalakan vakum - Dimasukkan n-heksana sebanyak 20 ml dan dinyalakan vakum - Ditampung tetesan n-heksena sampai habis
Ekstrak - Ditimbang sebanyak 1% dari jumlah silica gel yang digunakan - Dilarutkan dalam metanol 2 ml - Ditambahkan silica kristal hingga kering - Dimasukkan ke dalam kolom - Dinyalakan vakum
- Ditambahkan satu lapis fase diam dan dinyalakan vakum - Ditambahkan n-heksana 20 ml, dinyalakan vakum dan ditampung tetesan n-heksana sampai habis - Ditambahkan n-heksana: etil asetat (9:1 = 18 ml: 2 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habis - Ditambahkan n-heksana: etil asetat (8:2 = 16 ml: 4 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habis
- Ditambahkan n-heksana: etil asetat (7:3 = 14 ml: 6 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habis - Ditambahkan n-heksana: etil asetat (6:4 = 12 ml: 8 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habis - Ditambahkan n-heksana: etil asetat (5:5 = 10 ml: 10 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habis - Ditambahkan n-heksana: etil asetat (4:6 = 8 ml: 12 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habis - Ditambahkan n-heksana: etil asetat (3:7 = 6 ml: 14 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habis - Ditambahkan n-heksana: etil asetat (2:8 = 4 ml: 16 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habis - Ditambahkan n-heksana: etil asetat (1:9 = 2 ml: 18 ml), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habis - Ditambahkan etil asetat 20 ml, dinyalakan vakum dan ditampung tetesan sampai habis Hasil tampungan - Dilakukan KLT pada tiap hasil tampung menggunakan eluen n-heksana Hasil
III. NO 1
DATA PENGAMATAN PERLAKUAN Cawan porselen kosong ditimbang PENGAMATAN Terdapat berat cawan porselen kosong sebesar 40,1886 gram Terdapat berat silica gel sebanyak 15 gram pada cawan porslen Terdapat alat kolom cepat yang siap dipakai
Disiapkan alat kolom cepat dengan menghubungkan antara vakum dengan labu fitrat lalu alat dihubungkan dengan sumber listrik
lalu dipasangkan pada labu filtrat 5 Vakum dinyalakan dan silica gel ditekan tekan dengan tabung reaksi secara perlahan hingga merata di dalam kolom 6 Vakum dimatikan lalu langkah no 4 dan 5 diulangi hingga ketinggian silica mencapai tinggi kolom 7 Ditambahkan n-heksana 20 ml ke dalam kolom, ditunggu hingga turun 8 Ekstrak ditimbang sebanyak 0,13 gram Terdapat ekstrak sebanyak 0,13 gram Eluen (n-heksana) turun Terdapat silica gel rapat di dalam kolom dengan ketinggia dari kolom Silica gel rata di dalam kolom
10
11
12
Terdapat Ekstrak+metanol di dalam porslen homogen dan kering Terdapat Ekstrak tertutup silica gel
13
14
15
16
Ditambahkan eluen kedua yaitu n heksana:etil asetat (9:1) dan ditampung tetesan dari vial hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom Terdapat vial 2 terisi tetesan dari kolom
17
Ditambahkan eluen ketiga yaitu n heksana:etil asetat (8:2) dan ditampung tetesan dari vial hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom Terdapat vial 3 terisi tetesan dari kolom
18
Ditambahkan eluen ke-4 yaitu n heksana:etil asetat (7:3) dan ditampung tetesan dari vial hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom Terdapat vial 4 terisi tetesan dari kolom
19
Ditambahkan eluen ke-5 yaitu n heksana:etil asetat (6:4) dan ditampung tetesan dari vial hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom Terdapat vial 5 terisi tetesan dari kolom
20
Ditambahkan eluen ke-6 yaitu n heksana:etil asetat (5:5) dan ditampung tetesan dari vial hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom Terdapat vial 6 terisi tetesan dari kolom
21
Ditambahkan eluen ke-7 yaitu n heksana:etil asetat (4:6) dan ditampung tetesan dari vial hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom Terdapat vial 7 terisi tetesan dari kolom
22
Ditambahkan eluen ke-8 yaitu n heksana:etil asetat (3:7) dan ditampung tetesan dari vial hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom Terdapat vial 8 terisi tetesan dari kolom
23
Ditambahkan eluen ke-9 yaitu n heksana:etil asetat (2:8) dan ditampung tetesan dari vial hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom Terdapat vial 9 terisi tetesan dari kolom
24
Ditambahkan eluen ke-10 yaitu n heksana:etil asetat (1:9) dan ditampung tetesan dari vial hingga habis
Terdapat eluen pertama di dalam kolom Terdapat vial 10 terisi tetesan dari kolom
25
26
Masing-masing vial berlabel 1-5 Terdapat totolan tidak berwarna sebanyak 6 ditotolkan pada lempeng KLT sebanyak 6 totolan totolan masing masing terhadap tetesan pada vial berlabel 1-5
27
Masing-masing vial berlabel 611 ditotolkan pada lempeng KLT sebanyak 4 totolan menggunakan pipa kapiler
Terdapat totolan berwarna kuning sebanyak 4 totolan masing masing terhadap tetesan pada vial berlabel 6-11
28
Membuat eluen dengan mencampurkan antara kloroform:ethanol:asam asetat glacial dengan perbandingan (95:5:1) sebanyak 20ml, dimasukkan ke dalam chamber, dimasukkan kertas saring hingga jenuh
eluen kloroform:ethanol:asam asetat glacial dengan perbandingan (95:5:1) sebanyak 20ml terdapat di dalam chamber, dan telah jenuh
29
Lempeng KLT yang telah di totol dengan tetesan dari masing-masing vial dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen lalu di eluasi sampai pada batas atas lempeng KLT
30
31
UV = 254 nm
Keterangan: 1 = Larutan standar 2 = Senyawa curcumin (fraksi 7) 3 = Senyawa curcumin (fraksi 8) 4 = Senyawa curcumin (fraksi 9)
UV = 365 nm
Keterangan: 1 = Larutan standar 2 = Minyak atsiri(fraksi 4 & 5) 3 = Senyawa curcumin (fraksi 7) 4 = Senyawa curcumin (fraksi 8) 5 = Senyawa curcumin (fraksi 9)
Perhitungan Rf: Rf standar : Rf 1 = 1,2/8 = 0,15 Rf 2 = 2/8 = 0,25 Rf 3 = 3,8/8 = 0,475 Pada fraksi 4 : Rf 1 = 7,3/8 = 0,9125 Pada fraksi 5 : Rf 1 = 7,3/8 = 0,9125 Pada fraksi 7 : Rf 1 = 0,8/8 = 0,1 Rf 2 = 1,7/8 = 0,2125 Rf 3 = 4,3/8 = 0,5375 Pada fraksi 8 : Rf 1 = 0,8/8 = 0,1 Rf 2 = 1,6/8 = 0,2 Rf 3 = 4,1/8 = 0,5125 Pada fraksi 9 : Rf 1 = 0,6/8 = 0,075 Rf 2 = 1,5/8 = 0,1875 Rf 3 = 3,9/8 = 0,4875 Pada fraksi 10 : Rf 1 = 0,7/8 = 0,0875
IV. PEMBAHASAN 4.1 Analisa Prosedur Mekanisme kerja dari kromatografi kolom adalah pemisahan suatu senyawa dalam kolom kromatografi dengan silica gel sebagai fasa diam dan campuran pelarut polar-non polar sebagai fasabgerak yang akan mengeluasi sampel, eluen bergerak turun dan mengeluasi sampel digerakkan oleh daya gravitasi bumi. Eluen yang digunakan pada percobaan ini adalah n-heksana dan etil asetat. N-heksana bersifat non polar dan etil asetat bersifat polar. Eluen akan mengeluasi sampel kunyit menuju bawah (keluar kolom menuju vial). Fasa diam (silica gel) memiliki daya absorbsi yang cukup besar sehingga ketika eluen yang membawa sampel melewati fasa diam akan terbentuk fraksifraksi warna yang berbeda. Semakin pekat warna fraksi maka semakin banyak senyawa atau zat aktif yang dipisahkan dalam fraksi tersebut. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat-alat yang akan digunakan yaitu seperangkat alat vakum, kromatografi kolom, timbangan analitik, vial, kertas perkamen, spektrofotometri UV, chamber, pipa kapiler, pipet tetes, gelas ukur, gelas beaker, gelas arloji, batang pengaduk, pinset, kertas saring, lempeng KLT, tissue, pensil, penggaris dan cawan porselen. Alat vakum digunakan untuk mempercepat pemampatan dalam pembentukan fase diam dan juga untuk mempercepat aliran fase gerak pada fase diam, kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan komponen yang ada pada ekstrak menjadi beberapa fraksi (fraksinasi ekstrak), timbangan analitik digunakan untuk menimbang ekstrak dan silica, vial digunakan untuk menampung hasil fraksinasi, chamber digunakan untuk meletakkan eluen dan lempeng KLT sehingga totolan dapat naik, pipa kapiler digunakan untuk menotolkan larutan ekstrak pada lempeng KLT, pipet tetes digunakan untuk mengambil larutan, gelas ukur digunakan untuk mengukur larutan yang akan digunakan, gelas beaker digunakan sebagai wadah dari larutan yang telah diambil, gelas arloji digunakan sebagai penutup chamber dan
wadah dalam penimbangan ekstrak, cawan porselen digunakan sebagai wadah dalam penimbangan ekstrak, batang pengaduk digunakan untuk mengaduk (meratakan) campuran dan mengambil ekstrak, pinset digunakan untuk mengambil lempeng KLT, spektrofotometer UV digunakan untuk melihat noda pada lempeng KLT sehingga dapat diidentifikasi senyawa yang ada, lempeng KLT digunakan sebagai tempat menaiknya totolan sehingga dilihat nodanya pada spektrofotometer UV, tissue digunakan untuk membersihkan alat-alat, penggaris dan pensil digunakan untuk memberi tanda batas atas dan batas bawah pada lempeng KLT. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu ekstrak kunyit (Curcuma domestica), silica gel 60 GF254, n- heksana, etil asetat dan metanol. Ekstrak kunyit (Curcuma domestica) merupakan ekstrak yang akan difraksinasi, silica gel merupakan fase diam yang digunakan pada kromatografi kolom. Silica gel 60 GF254 dengan G melambangkan Gypsum (CaSO4), F melambangkan floroscene dan angka 254 menunjukkan besarnya panjang gelombang, yaitu 254 nm. metanol digunakan untuk melarutkan ekstrak, sedangkan n- heksana dan etil asetat merupakan komposisi dari eluen yang akan digunakan (fase gerak). Silica gel ditimbang sebanyak 15 gram dalam cawan porselen menggunakan timbangan digital (neraca analitik). Kemudian disiapkan alat kolom cepat dengan menghubungkan antara vakum dengan labu fitrat lalu alat dihubungkan dengan sumber listrik. Setelah alat terangkai, silica gel sebanyak 3 spatula dimasukkan ke dalam kolom lalu dipasangkan pada labu filtrat. Vakum dinyalakan dan silica gel ditekan menggunakan tabung reaksi secara perlahan hingga merata di dalam kolom. Vakum dimatikan kemudian langkah diatas diulangi hingga ketinggian silica mencapai tinggi kolom. Setelah itu ditambahkan n-heksana sebanyak 20 ml ke dalam kolom dan ditunggu hingga turun. Hal ini dilakukan untuk pengkondisian kromatografi kolom sebelum dilakukan fraksinasi ekstrak. Ekstrak kunyit (Curcuma domestica) ditimbang sebanyak 0,13 gram di dalam cawan porselen menggunakan timbangan digital dan metanol diukur sebanyak 3 ml menggunakan gelas ukur. Silica gel ditimbang sebanyak 4 gram dalam cawan porselen menggunakan timbangan digital. Kemudian ekstrak dilarutkan dalam metanol pada cawan poselen dan diaguk hingga homogen menggunakan batang pengaduk. Ekstrak
tersebut ditambahkan serbuk silica kering dan diaduk hingga homogen dan ekstrak menjadi kering kembali. Sebelum dilakukan fraksinasi, disiapkan 11 macam eluen yang akan digunakan, seperti pada tabel berikut: Volume eluen yang digunakan (ml) n-heksana 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 Etil asetat 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Fraksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Ekstrak kering dimasukkan ke dalam kolom hingga rata dengan dinyalakan vakum. Kemudian ditambahkan satu lapis fase diam dan dinyalakan vakum. Eluen pertama yaitu n-heksana sebanyak 20 ml dimasukkan ke dalam kolom, dinyalakan vakum dan ditampung tetesan n-heksana pada vial 1 sampai habis. Setelah itu ditambahkan eluen kedua yaitu n heksana:etil asetat (9:1), dinyalakan vakum dan ditampung tetesan pada vial 2 hingga habis. Kemudian dikondisikan kembali dengan nheksana, hal ini diulangi setiap akan dilakukan pergantian eluen pada kolom. Hal yang sama dilakukan pada eluen ketiga hingga kesebelas dan masing-masing hasil ditampung pada masing masing vial (vial 1-11). Dalam proses pemisahan dengan kromatografi kolom, adsorben silica gel harus senantiasa basah karena jika dibiarkan kering, kolom yang terbentuk bisa retak sehingga proses pemisahan zat tidak berjalan optimal. Selain
itu, adsorben yang senantiasa basah berperan untuk memudahkan proses eluasi dalam kolom Pada dasarnya, curcumin banyak terdapat pada kunyit sehingga dapat dipastikan dari setiap fraksi yang diperoleh memiliki kandungan curcumin. Untuk menguji keberadaan curcumin maka dilakukan metode pemisahan dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Pada praktikum ini digunakan dua kromatografi, yaitu kromatografi kolom cepat dan kromatografi lapis tipis. Setelah didapatkan 11 fraksi, dilakukan identifikasi senyawa menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Eluen yang digunakan adalah kloroform:ethanol:asam asetat glacial dengan perbandingan 95:5:1 sebanyak 20ml. Eluen yang telah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam chamber . Setelah itu, kertas saring disiapkan dengan ukuran 2 cm x 10 cm. Kertas saring ini dimasukkan ke dalam chamber lalu ditutup dan dibiarkan hingga jenuh (eluen naik dalam seluruh bagian kertas saring). Dalam waktu yang bersamaan, dilakukan penotolan masing-masing fraksi pada lempeng KLT. Namun sebelumnya, pipa kapiler dicuci terlebih dahulu dengan metanol dengan cara menotolkan metanol pada tissue. Kemudian disiapkan 2 buah lempeng KLT, diberi tanda batas bawah (1,5 cm) dan batas atas (0,5 cm). Fraksi 1-5 ditotolkan pada lempeng KLT pertama sebanyak 6 L (6 kali penotolan) menggunakan pipa kapiler. Sedangkan fraksi 6-11 ditotolkan pada lempeng KLT kedua sebanyak 4 L (4 kali penotolan) menggunakan pipa kapiler. Masing-masing lempeng KLT dimasukkan ke dalam chamber dan diamati totolan tersebut hingga naik mencapai tanda batas atas. Setelah sampai tanda batas atas, lempeng KLT diambil menggunakan pinset dan dibiarkan kering pada lemari asam. Noda yang tampak diamati secara visual, kemudian menggunakan UV 254 dan 366 nm untuk melihat noda lebih jelas 4.2 Analisa hasil Dari hasil kromatografi kolom didapatkan 11 buah fraksi. Sedangkan dari hasil kromatografi lapis tipis didapatkan noda berwarna kuning sedikit orange yang diamati secara visual. Jika diamati menggunakan spektrofotometer UV 254 nm, terdapat tampak noda pada fraksi 7,8 dan 9. Sedangkan pada panjang gelombang 366 nm terlihat tampak
noda pada fraksi 4,5,7,8 dan 9. Ada tidaknyanya noda yang tampak dipengaruhi oleh komposisi eluen yang digunakan. Pada praktikum ini, eluen pada fraksi 7,8 dan 9 merupakan eluen yang paling sesuai digunakan untuk pemisahan senyawa curcumin pada ekstrak kunyit. Fraksi 1 -5 menggunakan eluen dengan komposisi n-heksana yang lebih banyak daripada etil asetat sehingga fasa gerak yang digunakan bersifat non-polar. Fase gerak yang bersifat non-polar ini tidak dapat menarik komponen lain pada ekstrak, karena senyawa curcumin bersifat polar dan fasa diam yang digunakan dalah polar sehingga senyawa curcumin tidak mengalami eluasi yang optimal. Hal ini sesuai dengan teori like dissolve like dimana senyawa yang bersifat polar akan larut pada senyawa yang bersifat polar, begitu pula sebaliknya sehingga pada pengamatan menggunakan sinar UV 366 nm tidak tampak noda pada lempeng KLT. Namun pada pengamatan menggunakan sinar UV 254 nm, terdapat noda berwarna biru tua, yaitu minyak atsiri. Eluen pada fraksi 4 dan 5 kondisinya bersifat non polar, sehingga eluen tersebut hanya bisa memisahkan komponen yang bersifat non polar yaitu minyak atsiri.
Keterangan: 1 = Larutan standar 2 = Senyawa curcumin (fraksi 7) 3 = Senyawa curcumin (fraksi 8) 4 = Senyawa curcumin (fraksi 9)
Keterangan: 1 = Larutan standar 2 = Minyak atsiri (fraksi 4 & 5) 3 = Senyawa curcumin (fraksi 7) 4 = Senyawa curcumin (fraksi 8) 5 = Senyawa curcumin (fraksi 9) Gambar 2. Hasil Kromatogram pada UV 366 nm.
Fraksi 6-9 merupakan fraksi semipolar karena komposisi eluen yang digunakan menyebabkan fasa gerak yang digunakan bersifat semipolar sehingga dapat menarik komponen polar yang terdapat pada ekstrak kunyit (fraksi 7,8 dan 9). Sedangkan fraksi 10 dan 11 merupakan fraksi yang sangat polar karena komposisi eluennya mengandung etil asetat yang lebih banyak daripada n-heksana. Pada fraksi 10 terlihat noda kuning yag samar, sedangkan pada fraksi 11 terlihat noda yang sangat samar (hampir tidak kelihatan). Dari hasil KLT yaitu pada fraksi 7,8 dan 9 diperoleh 3 buah noda yang tampak pada lempeng KLT. Hal ini menunjukkan adanya 3 komponen utama yang terkandung pada senyawa curcumin tersebut. Senyawa curcuminoid tersebut adalah curcumin, demethoxycurcumin dan bis-demethoxycurcumin. Senyawa curcumin dapat mengalami penurunan dengan lepasnya gugus OCH3 dalam setiap penurunan. Curcumin akan mengalami dua kali penurunan. Turunan pertamanya adalah demethoxycurcumin dan turunan keduanya adalah bis-demethoxycurcumin. Curcumin akan terelusi paling akhir (berada paling bawah) karena sifatnya yang polar. Ketika senyawa curcumin mengalami degradasi, akan menjadi senyawa demethoxycurcumin (terdapat pada bagian tengah) yang lebih polar dari curcumin karena telah kehilangan sebuah gugus OCH3. Sedangkan bis-demethoxycurcumin merupakan turunan kedua dari curcumin yang tidak mengandung gugus OCH3 sehingga senyawa ini bersifat paling polar dari ketiga jenis
senyawa curcumin sehingga senyawa ini akan tereluasi terlebih dahulu (berada pada lapisan yang paling atas) karena fasa diam yang digunakan (silica gel) bersifat polar. Jika diurutkan berdasarkan kepolarannya, 3 buah noda yang terdapat pada lempeng KLT fraksi 7,8 dan 9 adalah senyawa curcumin, demethoxycurcumin dan bisdemethoxycurcumin dimana senyawa yang paling bawah adalah senyawa yang paling polar dibandingkan senyawa curcuminoid lainnya yaitu bisdemethoxycurcumin, noda yang ditengah adalah demethoxycurcumin dan yang paling atas adalah curcumin. Noda tersebut diidentifikasi senyawanya berdasarkan harga Rf yang menunjukkan kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram. Dari hasil perhitungan Rf, pada Rf noda pada fraksi 7 dari noda paling atas ke bawah adalah 0,1; 0,2125 dan 0,5375. Sedangkan Rf noda pada fraksi 8 dari noda paling atas ke bawah adalah 0,1; 0,2 dan 0,5125. Rf noda pada fraksi 9 dari noda paling atas ke bawah adalah 0,075; 0,1875 dan 0,4875. Rf senyawa standar adalah Rf 1 = 1,2/8 = 0,15; 0,25 dan 0,475. Sedangkan pada literatur, diketahui Rf noda pada ekstrak Curcuma domestica pada sinar UV 365 nm adalah ~ 0,6 yang menunjukkan senyawa curcumin; demethoxycurcumin dengan nilai Rf berkisar 0,5-0,55; dan bisdemethoxycurcumin dengan nilai Rf ~ 0,3. Dari nilai Rf yang didapat pada percobaan lebih kecil daripada Rf pada literatur,namun hampir sama dengan Rf standar. Berdasarkan kepolarannya dan harga Rf dapat dipastikan bahwa pada fraksi 7,8 dan 9 mengandung senyawa curcuminoid yaitu curcumin, demethoxycurcumin dan bisdemethoxycurcumin.
Gambar 5. Senyawa bisdemethoxycurcumin (Wagner and Bladt, 1996). V. KESIMPULAN Pada praktikum ini, didapatkan 11 fraksi ekstrak Curcuma domestica dengan menggunakan kromatografi kolom cepat dan diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis. Eluen yang dapat memisahkan komponen senyawa dengan baik yaitu eluen pada fraksi 7,8, dan 9. Sedangkan fraksi 4 dan 5 hanya bisa memisahkan minyak atsiri saja. Pada fraksi 7,8 dan 9 terdapat senyawa curcuminoid yaitu curcumin,
DAFTAR PUSTAKA Wagner H, Bladt S. 1996. Plant Drug Analysis: A Thin Layer Chromatography Atlas 2nd Edition. New York: Springer.