Anda di halaman 1dari 26

Kasus I

Kasus I Nn. Ari, 22 tahun, mahasiswi sebuah PT Swasta di Jakarta, akibat pergaulan bebas sudah 2 bulan terlambat menstruasi, dan tenyata tes kehamilannya positif. Ia minta bantuan pada dokter untuk menggugurkan kandungannya, dengan alasan belum siap menikah dan kehamilannya hanyalah suatu kecelakaan saja Kasus II Ny. Budi, 38 tahun, sudah positif hamil dua bulan. Ini kehamilan yang ketujuh. Anak terkecil berumur 2 tahun. Mengingat kondisi ekonominya yang tidak menunjang, Bapak dan Ibu Budi sepakat minta bantuan dokter untuk menggugurkan kandungannya.

Kasus III Ny. Clara 38 tahun, sudah menikah 10 tahun, namun belum dikaruniai anak. Kondisi fisik Ny. Clara tampak tidak sehat dan ternyata ia mengidap lemah jantung yang sangat membatasi aktifitas fisiknya. Ny. Clara begitu gembira ketika menstruasinya terlambat dan tes kehamilannya ternyata positif. Mendengar berita itu, suaminya menjadi bingung dan cemas, takut kalau-kalau kehamilan istrinya itu dapat menyebabkan kematiannya. Hasil konsultasi pada dokter keluarganya, Ny.Clara dianjurkan untuk menggugurkan kehamilannya, demi menyelamatkan jiwanya. Anjuran ini serta merta ditolak, Ny.Clara tetap ingin mempertahankan kehamilannya, walaupun taruhannya adalah nyawanya.
Kasus IV Nn. Dini, 20 tahun, akibat diperkosa oleh orang yang tak dikenal, kini ia hamil 2 bulan. Demi masa depan, Nn. Dini minta bantuan dokter untuk menggugurkan kandungannya.

Kasus I
Aspek Etika - kehamilan diluar nikah, termasuk perzinahan - melanggar moralitas karena berkeinginan membunuh janin yang tidak berdosa - hak janin untuk hidup -termasuk abortus provokatus Aspek Hukum KUHP Pasal 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun. KUHP Pasal 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan tersebut pada pasal 346, maka pidana yang ditentukan dalam pasal ini dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

Aspek Agama Islam Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakanakan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya. (QS AL-Maidah: 32) Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara). (QS AL-Isra :33) Menurut Majelis Ulama Indonesia, aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan akibat zina. Kristen Secara singkat di dalam Alkitab dapat disimpulkan bahwa aborsi dalam bentuk dan alasan apapun dilarang karena : Apabila ada sperma dan ovum telah bertemu maka unsur kehidupan telah ada Anak adalah pemberian Tuhan Aborsi untuk menyembunyikan aib tidak dibenarkan

Katolik Hampir sama dengan pernyataan agama Kristen,dalam agama katolik aborsi juga dilarang. Hindu Aborsi dalam Teologi Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut Himsa karma yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, menyakiti, dan menyiksa. Oleh karena itu perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa, maka aborsi dalam agama hindu tidak dikenal dan tidak dibenarkan. Buddha Dalam agama Buddha, perbuatan aborsi tidak dibenarkan karena suatu karma harus diselesaikan dengan cara yang baik, jika tidak maka akan timbul karma yang lebih buruk lagi.

Kasus II
Aspek Etika Abortus provokatus kriminalis adalah tindakan yang melanggar hak janin untuk hidup. Ini menunjukkan orang tua yang tidak bertanggungjawab. Sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi Genewa yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan Aspek Hukum Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): Pasal 299 (1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. (2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. (3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.

Pasal 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Pasal 347 (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. (2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 348 (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

Kasus III
Aspek etika Menurut etika profesi kedokteran: Seorang dokter dilarang melakukan aborsi kecuali untuk alasan medis. Menurut bioetika: The Rule Of Double Effect abortus terapi atas indikasi medis untuk menyelamatkan jiwa ibu. Dokter tidak berhak memutuskan siapa yang selamat, tetapi harus diusahakan untuk menyelamatkan kedua-duanya. Tetapi jika dalam usaha penyelamatan ibu, bayinya meninggal, itu sebagai risiko, bukan kesengajaan

Aspek Hukum Pada kasus III beberapa aspek hukum nya antara lain: KUHP 347 ayat 1 Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun. UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 Pasal 15 ayat 1 Dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa si ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. UU Kesehatan tahun 2009 Pasal 75 Setiap orang dilarang melakukan aborsi Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dikecualikan berdasarkan: indikasi kedaruratan medis cacat bawaan/kelainan genetic berat Pasal 76 Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan: Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali kedaruratan medis Dengan persetujuan ibu hamil ybs

Aspek Etika Melanggar etika normatif karena tindakan Nn. Dini yang ingin menggugurkan kandungan adalah salah secara moral. Bedasarkan teori etika deontologi adalah buruk karena menggugurkan termasuk pembunuhan. Berdasarkan teori etika teleologi adalah buruk karena aborsi mengakibatkan kematian janin. Aspek Hukum Menurut Undang-Undang Kesehatan tahun 2009 Pasal 75 Setiap orang dilarang melakukan aborsi. Larangan sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 dapat dikecualikan berdasarkan: Indikasi kedaruratan medis, cacat bawaan/ kelainan genetik berat. Kehamilan akibat perkosaan yang menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Tindakan sebagaimana dimaksudkan pada ayat 2 hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. Pasal 76 Aborsi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan: Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali kedaruratan medis. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang dimiliki sertifikat yang ditetapkan menteri.

Kasus IV

Aspek Agama Islam Menurut agama Islam tindakan Nn. Dini meminta dokter untuk menggugurkan kandungannya yang berusia 2 bulan adalah diharamkan karena berdasarkan sebagai berikut: Menurut Qs. Al-Isra(17):33 Dan Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara). Rasullulah SAW bersabda: Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus seorang malaikat padanya, lalu Dia membentuk nutfah tersebut; Dia membentuk pendengarannya, pengelihatannya, kulitnya, dagingnya dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah), Ya Tuhanku, apakah dia( akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan? Maka Allah kemudian memberi keputusan(HR.Muslim dari Ibnu Masud r.a) Fatwa MUI Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh tim yang berwenang yang didalamnya terdapat antara lain dokter, ulama, keluarga korban.

Kristen Melarang tindakan aborsi. Ayub 1:21b; Ulangan 32:39b Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil Kejadian 9:5-6. Pembunuhan adalah dosa yang berat. Yeremia1:5; Mazmur 139:13-16. Manusia mempunyai arti dan nilai pribadi di mata Tuhan sebelum ia jadi dalam kandungan ibu. Keluaran 21:22 Anak yang masih dalam kandungan sudah dilindungi hukum Tuhan.
Katholik Melarang tindakan aborsi Gereja purba: Arbortus dilarang (Didache- naskah kristiani awal, Surat Barnabas, Surat Petrus, St Agustinus, St Hieronimus) Paus Pius XI. Abortus = kejahatan sangat berat. Paus Pius XII. Dokter tidak punya hak membunuh. Paus Paulus VI: abortus tidak boleh, walaupun untuk mengontrol kelahiran sejak proses generative dimulai. Kitab hukum kanonik 1983: Barang siapa melakukan pengguguran kandungan dan berhasil terkenaekskomunikasi yang bersifat otomatis. Yang terkena ekskomunikasi adalah wanita yang melakukan pengguguran, pelaksana dan pembantu pengguguran (dokter, bidan, perawat, keluarga), bila imam, dikeluarkan dari keimamannya.

Buddha Melarang tindakan aborsi Dalam agama Buddha tidak dibenarkan karena melanggar sila pertama( Latihan untuk tidak memusnahkan makhluk hidup). Lima latihan sila : Tidak membunuh. Sila pertama : Pnatipt Tidak memusnahkan makhluk hidup

Hindu Melarang tindakan aborsi Berdasarkan Slokantara sloka 14 Orang yang menggugurkan buntingan (kandungan), orang yang melakukan pembunuhan, orang yang memperkosa gadis, orang yang kawin sebelum saudarasaudara yang lebih tua, orang yang tidak tahu mana baik untuk mengerjakan sesuatu, ini termasuk orang - orang yang berdosa.

PRO DAN KONTRA ABORSI


Pro aborsi Kontra aborsi Ibu memiliki hak untuk mempertahankan atau Jika dilakukan tidak berdasarkan indikasi medis menggugurkan janinnya merupakan pelanggaran terhadap etika, hukum dan agama.

Bagi korban perkosaan untuk menjaga nama Melanggar hak hidup atas janin
baik dirinya dan keluarganya. Diperbolehkan untuk aborsi jika kandungan Melanggar sumpah dokter. Jika dilakukan oleh

tersebut membahayakan jiwa ibu.


Untuk mengendalikan pertambahan penduduk

dokter tanpa ada indikasi medis yang kuat


Aborsi sama dengan pembunuhan. aborsi dilakukan tanpa persetujuan

Memperbolehkan aborsi atas indikasi social Jika ekonomi. Mencegah kriminalis. terjadinya abortus provokatus

melanggar hak otonomi ibu.

Solusi
Dokter perlu memberikan penjelasan bahwa aborsi bukan solusi malah akan menambah masalah baru. Kasus I : Mendekatkan diri ke Tuhan Memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi sedini mungkin Menjelaskan bahwa aborsi bukanlah sebuah solusi, tapi sebuah masalahmasalah yang menimbulkan masalah baru Kasus II : jika sudah resmi menjadi suami istri dan tidak akan mempunyai anak lagi, harus benar-benar menggunakan alat kontrasepsi Kasus III : KIE ibu dan suaminya Kasus IV : Konsultasi ke psikiatri

Kesimpulan
Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan

alasan apapun dilarang karena bertentangan dengan etika, hukum,


agama.

Namun, dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu (UU Kesehatan No.23 tahun 1992 Pasal 15). Pengecualian juga jika kehamilan akibat perkosaan yang menyebabkan trauma

(UU Kesehatan tahun 2009 Pasal 75).

Kasus II
Di Desa Senangmiskin berdiri sebuah rumahsakit Serba Bisa (RSBB) yang peralatannya serba lengkap dengan berbagai dokter spesialis terkenal yang dikontrak selama setahun untuk bekerja purna waktu oleh investor sekaligus pemiliknya, seorang bekas narapidana korupsi yang dihukum selama setahun dan kini sudah bebas. Dono (laki-laki), dan Dini (perempuan), adalah bayi kembar dempet torako-sefalo kompleks berumur 3 bulan anak sepasang suami-istri miskin yang tinggal di desa Senangmiskin. Kebetulan di desa itu sedang ramai kampanye pilkades dengan dua kandidat Pak Poland an Ibu Polin. Dalam kampanyenya untuk menarik simpati masyarakat, kedua calon kades berjanji akan membiayai operasi pemisahan Dono-Dini di RSSB. Pihak RSBB segera bersiap dan membentuk Tim lengkap yaitu : Tim Bedah, Tim Medis, Tim Rawat Intensif, dan Tim Etikolegal. Dalam pemeriksaan prabedah, tampak bahwa secara MRI dan radiologis, esophagus dan trakea hingga bronkus kanan Dono-Dini terpisah. Hanya bifurkasio trachea ke arah bronkus kiri masih belum jelas terpisah. Demikian pula ada lobus paru kiri yang melengket antara Dono dan Dini. Menyikapi hasil pemeriksaan ini pihak RSSB memberikan keterangan kepada orangtua Dono-Dini, kemungkinan terburuk adalah keduanya tak tertolong. Kemungkinan berikutnya adalah salah satu bayi akan dikorbankan bila paru dan bronkus kiri yang melengket tadi tidak bisa dipisahkan.

Orang tua dan kedua balon kades yang mendampingi, hanya diam mendengarkan penjelasan dokter dan mengangguk-angguk. Dalam wawancara pers yang dihadiri wartawan dalam dan luar negeri, tim RSSB menyatakan bahwa operasi akan berjalan selama 9 jam, mohon doa restu masyarakat. Kedua balon kades secara terpisah di depan wartawan berjanji akan sama-sama membantu financial warganya. Operasi tengah berjalan 3 jam, pelengketan salah satu bronkus sudah 80 % dilepaskan, tiba-tiba terjadi komplikasi, jaringan distal bronkus dan paru kiri yang menyatu tadi begitu rapuh. Tim Bedah berkonsultasi dengan Tim Medik dan Tim ICU di meja operasi. Kesimpulannya, salah satu bayi dikorbankan. Hal ini harus diinformasikan kepada orangtua yang harus memilih bayi mana yang dipilih untuk diselamatkan. Orangtua Dono-Dini bingung dan hanya menangis tidak bisa menentukan pilihan. Pak Polan balon kades yang mendampingi ayah Dono-Dini, menganjurkan untuk memilih Dono saja yang diselamatkan. Sedangkan Ibu Polin yang mendampingi ibu Dono-Dini menganjurkan untuk memilih Dini yang diselamatkan. Sementara itu, Tim Bedah lebih memilih Dono, karena dari sudut bedah lebih baik (posisi anatomis-fisiologisnya), sedangkan Tim Medis lebih memilih Dini karena dari sudut medis lebih baik (mencegah status imuno kompromis).

Operasi sepakat ditunda 15 menit untuk menentukan prioritas. Dokter Bedah plastic, anggota Tim Bedah menyetujui, udah, pilih saja Dini yang diselamatkan, karena dari kosmetis, dia lebih elok kalau hidup nanti. Akhirnya disepakati Dinilah yang diutamakan untuk diselamatkan. Mendengar penjelasan pihak RSSB, ibu Dono-Dini akhirnya setuju Doni yang diselamatkan. Ibu Polin balon yang mendampingi ibu Dono-Dini masih sulit menerima dan bertanya pada dokter:kok alasannya kosmetis sih dok? Saya belum bisa menerima. Tiba-tiba ada berita dari Tim Patologi klinik, ternyata Dini HIV-nya positif. Dijelaskan bahwa hasil tsb baru saja diperoleh (7 jam masa berlangsungnya operasi) sebagai pelengkap kondisi imunokompromisnya. Seharusnya Donolah yang dipilih untuk diselamatkan, namun operasi sudah tinggal menutup jahitan luar saja secara jahitan plastic-rekonstruksi. Tim dokter RSSB bingung bagaimana cara menyampaikan hasil tindakan medis ini kepada orangtua dan juga bingung member tahu balon kades.

MASALAH ETIKOLEGAL
Pada kasus ini telah terjadi pelanggaran masalah etika klinik yang menggunakan 4 topik yang penting dalam pelayanan klinik yaitu: Medical indication Patient preferences Quality of life Contextual features. Pada kasus ini juga telah terjadi pelanggaran dalam prinsip kedokteran yang dikenal dengan prinsip moral utama, yaitu Prinsip otonomi Prinsip beneficence Prinsip non maleficence Prinsip Justice Jika dilihat pada kasus ini telah terjadi pelanggaran dari sisi informed consent

PENYEBAB MUNCULNYA MASALAH

Persiapan operasi yang kurang baik, karena hasil dari pemeriksaan


patologi klinik baru didapatkan hasil HIV+ setelah operasi hampir selesai. Pemilihan bayi yang seharusnya dilakukan sebelum operasi Informed consent hanya diberikan secara lisan, seharusnya untuk tindakan invasive informed consent diberikan secara tertulis

PANDANGAN AGAMA
Islam Berdasarkan kaidah fiqih Jika terdapat 2 mudharat (bahaya) dalam satu hukum maka dipilih yang mudharatnya paling ringan. Dengan kata lain diperbolehkan untuk memilih salah satu jika diketahui salah satunya mempunyai harapan hidup yang lebih baik daripada yang lainnya. Manusia hanya bisa berusaha sekuatnya dan Allah SWT lah yang menentukan. Melakukan perbuatan baik bukan semata-mata karena Allah SWT melainkan mengharap imbalan dari manusia sama seperti yang dilakukan oleh Pak Poland an Ibu Polin. Katholik Kehidupan manusia itu kudus tidak ada seorang pun mempunyai hak untuk mengakhiri hidup manusia. Manusia tidak berhak menentukan hak hidup seseorang sehingga dalam kasus ini tetap diperjuangkan kehidupan kedua bayi tapi jika ada yang harus dikorbankan adalah risiko. Membantu sesama harus ikhlas

Kristen Hidup manusia ditentukan oleh Tuhan. Tetap bersyukur dengan apa yang ada jangan disesali.

Buddha Tidak ada larangan, hanya memberitahukan akibat dari perbuatan

selama tidak mengganggu sesama.

KESIMPULAN
Operasi bayi kembar siam ini dilakukan dengan kurang
persiapan dan bukan atas dasar-dasar medis yang tepat sehingga menimbulakn masalah-masalah. Tim dokter yang bekerja tidak sesuai etikolegal dan standard profesi medis yang berlaku.

SOLUSI

Tim dokter harus menyampaikan sejujurnya hasil tindakan medis yang telah berlaku. Perencanaan pengobatan antiretroviral pada HIV + dan observasi untuk mencegah perkembangan ke arah yang lebih buruk. Dilakukan tes ulang terhadap HIV nya, karena dapat terjadi hasil yang false positif

Anda mungkin juga menyukai