Anda di halaman 1dari 64

Sexually Transmitted Infection (Infeksi Menular Seksual)

BY TETTI SOLEHATI,SKP.M.KEP

A. Latar Belakang IMS


Sebagian besar IMS dapat diobati Pengendalian IMS dibutuhkan untuk memutus rantai penularan Dibutuhkan banyak Klinik IMS yang bersahabat dan mendahulukan kepentingan pasien

B. INFORMASI DASAR IMS


Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual baik yang menimbulkan gejala klinis (simtomatik) maupun yang tidak (asimtomatik) Istilah ini dipakai sejak tahun1998 sebagai perubahan dari istilah Penyakit Menular Seksual (PMS) yang hanya meliputi IMS dengan gejala klinis saja

C.Dampak IMS scr Global


Infeksi akut Komplikasi dan sequelae Dampak Sosioekonomik Pengaruhnya dlm penularan HIV > 340 juta kasus di dunia setiap tahunnya

D.Estimated New Curable STIs Adults - 1999


North America

14 million

Latin America & Caribbean

17 million 22 million East Asia & Pacific North Africa 18 million & Middle East South 10 million & South-East Asia Sub-Saharan 151 million
Africa

Eastern Europe Western Europe & Central Asia

38 million

69 million

Australia & New Zealand

1 million

Total: 340 million


Source: WHO, 2001

E. Organisme penyebab IMS:


Bakteri : Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Treponema pallidum, Gardnella vaginalis Virus : Herpes simplex, Human papilloma, HIV Jamur : Candida albicans Protozoa : Trichomonas vaginalis

F. Hubungan IMS dan HIV


Perilaku seks Jenis partner, sexual network sirkumsisi (-)

IMS
Merubah frek Merubah perj peny Merubah kerentanan

HIV
Merubah kerentanan Merubah infectivity

Menurunkan imunitas

G. Komplikasi dan Gejala sisa


Infeksi pelvis (infertil, kehamilan ektopik) Lahir mati, prematur, BBLR Ophthalmia neonatorum, chlamydial pneumonia Anogenital cancer, liver cancer Striktur uretra, epididymitis Kematian krn masalah psychosexual Interaksi dengan HIV

H. PROGRAM IMS
1. PENCEGAHAN PRIMER - perubahan perilaku - akses kondom dan pengadaannya 2. PENCEGAHAN SEKUNDER - layanan IMS 3. PENGUATAN JARINGAN PENDUKUNG - logistik obat, bahan habis pakai - surveilans IMS, resistensi obat - pelatihan, buku pedoman

I. Intervention Points for STI Prevention


Exposure of a susceptible person

Condom

Intervention points
Persistence and infectivity of infection

Acquisition of infection

St Louis M, Holmes KK. 1999.

Penentuan Klinik

Penilaian cepat

Pembuatan SA klinik

Lesson Learned

ALUR KEGIATAN UNIT STI

Pelatihan Klinik IMS

Monitoring Evaluasi

Pelay, QC & laborat

Start-up Klinik

J. Intervention: Prevention Strategies


Population with STI Abnormal symptoms recognized Seeks and obtain care Correct diagnosis Correct treatment Treatment completed
Reduce rate of exposure - fewer partners - population STI prev. Reduce efficiency of transmission - safer sex -condoms/barriers

Cured Partner(s) treated

K.STRATEGI & KEGIATAN KLINIK IMS

JEJARING dengan pelayanan kes lain Pelayanan : SCREENING untuk WPS/LPS, waria Pemeriksaan IMS : potensial pelanggan, pasangan PS PROMOSI

L. STRATEGI KLINIK IMS


1. Persiapan dan Peningkatan Kapasitas Lembaga untuk Pelayanan IMS - tempat, alat, sdm, pelatihan 2. Membangun Kerjasama koordinasi, promosi, dan sistem implementasi/penerapan - kesehatan dan non kesehatan 3. Pelayanan IMS, - waktu, standar, sistem pembiayaan, kualitas

M. Penatalaksanaan IMS (Pedoman 2004)


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Anamnesa Pemeriksaan fisik & pengambilan sampel Diagnosa dg bagan alur Terapi Nasehat berkaitan dengan perilaku seks Promosi & penyediaan kondom Penatalaksanaan mitra seksual Pencatatan & pelaporan Tindak lanjut klinis

Administrasi 1. R. Registrasi Anamnesa (rahasia, nyaman) CM Pencatatan

2. R. Pemeriksaan - Bed gyn - spekulum Anuskopi Objek glass pH paper

P a r a m e di s

4. Pengobatan & Konseling


Obat- obatan Kondom

3. Laboratorium Mikroskop Reagensia Laboran

KIE

ALUR PEMERIKSAAN IMS DAN VCT


Model 1

R. admin

R. pem

R. lab

Group educ 5-10 org Pre konseling

R. Tx &
konsl

ALUR PEMERIKSAAN IMS DAN VCT Model 2


R. admin R. pem R. lab

Group educ 5-10 org mau Pre konseling

R. Tx & kons

Pos konseling Manager Kasus CST

N. ANAMNESA
SOPAN & HORMAT KERAHASIAAN TERJAMIN PENUH PERHATIAN & MENDENGARKAN PERTANYAAN TERBUKA & TERTUTUP KOMUNIKASI VERBAL & NON VERBAL TIDAK MENGHAKIMI TERANGKAN APA YANG AKAN DILAKUKAN BAHASA SEDERHANA Masuk lewat kontrasepsi sblm tanya rwyt seksual

Lanjutan
Jelaskan pada pasien mengapa bertanya mengenai pertanyaan yang sifatnya personal, misal: Saya ingin mengetahui lebih detail mengenai kebiasaan seks anda sehingga saya dapat menentukan pemeriksaan, tes, dan pengobatan yang tepat Mulai pertanyaan sederhana & mudah Hindari pertanyaan MENGAPA

YANG PERLU DITANYAKAN


KELUHAN UTAMA, keluhan lain spt diare, batuk, BB turun RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT RWYT SEKSUAL - KONTAK SEKSUAL DG. PRIA / WNT PSK, TEMAN, PACAR, SUAMI / ISTRI - FREKUENSI, WAKTU & ORIENTASI SEK (homo, bi, hetero seksual) - CARA HUB. SEKS (genito-genital, oro-genital, ano-genital) - PASANGAN MEMP. KELUHAN SAMA?

O. PEMERIKSAAN FISIK
PENDERITA BUKA PAKAIAN DALAM WANITA DIBARINGKAN DI MEJA GINEKOLOGI POSISI LITOTOMI PRIA DIBARINGKAN / DUDUK / BERDIRI PF FOKUS DI GENITAL & SKTR INSPEKSI & PALPASI LAB AMBIL SAMPEL

SEDIAAN BASAH (vagina)


Lar NaCl KOH 10%

Trichomonas vaginalis Clue cell

Pseudohifa Bau amis = sniff tes

SEDIAAN HAPUS (serviks, uretra, atau, anus)


Pengecatan Methylen Blue

Diplokokus intraseluler PMN

P. Diagnosa IMS
1.

Etiologis

2.

Diagnosis berdasarkan laboratorium

Klinis

3.

Diagnosis berdasarkan gejala klinis

Sindrom dengan laboratorium sederhana

Diagnosis berdasarkan gejala klinis dan lab sederhana

Q. Terapi
Cefixime 400 mg sd, Ciprofloxacin 500 mg sd Azitromisin 1 gr, Doksisiklin 100 mg Metronidazole 500 mg Nistatin 100.000 IU Benzatin Penicillin 2,4 jt U Podophilin tincture 25%

R. Konseling dan Penyuluhan


Tentang penyakitnya Bagaimana penularannya Cara minum obat: aturan, takaran, cara Pencegahan Demonstrasi kondom Follow up

S. REKOMENDASI PERTEMUAN NASIONAL IMS


Ada kebijakan nasional untuk IMS Penyuluhan kes ditujukan pada kelompok seksual aktif, kelompok remaja, kelompok berperilaku risti Pelaksanaan penyuluhan kes di perluas di tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi, di tempat kegiatan masyarakat keagamaan, dan di tempat strategis lain. Pelaksanaan penyuluhan kes dilakukan secara kreatif dan efektif menggunakan berbagai media yang tersedia sesuai kelompok sasaran.

Lanjutan
Pemerintah & DPR tetapkan PP utk dukung program Penanggulangan IMS, a.l diterimanya penggunaan kondom secara luas untuk cegah IMS Ciprofloxacin tidak efektif untuk pengobatan gonore surat edaran Ditjen P2MPL Pengobatan paling efektif untuk gonore dan klamidia yaitu sefiksim 400 mg dan azitro 1 gr Pewarnaan Gram sebagai metode standar untuk diagnosis, Biru metilen sebagai alternatif utk kondisi yang memerlukan diagnosis cepat. Revisi buku Pedoman Penatalaksanaan IMS 2004

Lanjutan ..
Mendorong produksi azitromisin & sefiksim dalam negeri yang murah untuk keperluan program pengendalian IMS di Indonesia oleh Kimia Farma.

PENYAKIT IMS: HERPES SIMPLEX


PENDAHULUAN Herpes simplex terutama herpes genital menjadi salah satu penyakit menular seksual yang sering ditemui di Amerika Serikat gangguan psikologi dan psikososial sebagai akibat dari nyeri yang timbul serta gejala lain yang menyertai ketika terjadi infeksi aktif.

Oleh karena penyakit herpes genital tidak dapat disembuhkan serta bersifat kambuhkambuhan, maka terapi sekarang difokuskan untuk meringankan gejala yang timbul, menjarangkan kekambuhan, serta menekan angka penularan sehingga diharapkan kualitas hidup dari pasien menjadi lebih baik setelah dilakukan penanganan dengan tepat.

KONSEP Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili herpes viridae yang terdiri dari dua jenis virus yaitu HSV-I dan HSV-II dimana keduanya mempunyai morfologi yang identik dan dapat bersifat laten dalam sel hospes setelah infeksi primer untuk periode yang lama bahkan seumur hidup penderita. Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi infeksi yang rekuren

Herpes simplek merupakan suatu infeksi virus yang disebabkan oleh virus herpes simplek tipe I dan II (HSV-I dan HSV-II). HSV-I sering menyerang daerah sekitar mulut (herpes labialis), sedangkan HSV-II sering mengenai daerah genital (herpes genitalis). Namun karena adanya oral seks atau orogenital seks maka baik HSV-I maupun HSV-II dapat mengenai daerah sekitar mulut maupun genital.

Bentuk serangan HSV pada seorang individu dapat berupa infeksi primer, episode I non primer, rekuren dan asimptomatik.

Transmisi HSV kepada individu yang belum pernah terinfeksi sebelumnya terjadi ketika virus mengalami multiplikasi didalam tubuh host (viral shedding). Lama waktu viral shedding pada tiap episode serangan HSV berbeda-beda. Pada infeksi primer dimana dalam tubuh host belum terdapat antibodi terhadap HSV, maka viral shedding cenderung lebih lama yaitu sekitar 12 hari dengan puncaknya ketika muncul gejala prodormal (demam,lemah, penurunan nafsu makan, dan nyeri sendi)

Viral shedding pada episode I non primer lebih singkat yaitu sekitar 7 hari dan karena pada tahap ini telah terbentuk antibodi terhadap HSV maka gejala yang ditimbulkan lebih ringan dan kadang hanya berupa demam maupun gejala sistemik singkat. Pada tahap infeksi rekuren yang biasa terjadi dalam waktu 3 bulan setelah infeksi primer, viral shedding berlangsung selama 4 hari dengan puncaknya pada saat timbul gejala prodormal dan pada tahap awal serangan.

Viral shedding pada tahap asimptomatik berlangsung episodik dan singkat yaitu sekitar 24-48 jam dan sekitar 1-2 % wanita hamil dengan riwayat HSV rekuren akan mengalami periode ini selama proses persalinan. 3 Seorang individu dapat terkena infeksi HSV karena adanya transmisi dari seorang individu yang seropositif, dimana transmisi tersebut dapat berlangsung secara horisontal dan vertikal.

Horisontal Transmisi secara horisontal terjadi ketika seorang individu yang seronegatif berkontak dengan individu yang seropositif melalui vesikel yang berisi virus aktif (81-88%), ulkus atau lesi HSV yang telah mengering (36%) dan dari sekresi cairan tubuh yang lain seperti salivi, semen, dan cairan genital . Vertikal Transmisi HSV secara vertikal terjadi pada neonatus baik itu pada periode antenatal, intrapartum dan postnatal

GEJALA KLINIS Gingivostomatitis herpetik akut ,penyakit ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas lesi-lesi vesikuloulseratif yang luas dari selaput lendir mulut, demam, lekas marah dan limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek (sekitar 3-5 hari) dan lesi-lesi menyembuh dalam 2-3 minggu. Keratokonjungtivitis, Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat mengakibatkan kebutaan.

Herpes Labialis, Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan mukokutan bibir. Vesikel pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan menyembuh tanpa jaringan parut. Lesi-lesi dapat kambuh kembali secara berulang pada berbagai interval waktu. Herpes Genetalis, Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada penis pria atau serviks, vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa sangat nyeri dan diikuti dengan demam, malaise, disuria, dan limfadenopati inguinal. Infeksi herpes genetalis dapat mengalami kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan bersifat asimtomatik.

Herpes neonatal, Herpes neonatal merupakan infeksi HSV-2 pada bayi yang baru lahir. Infeksi herpes neonatal hampir selalu simtomatik berupa mikrosefalus, hidrosefalus, kelainan SSP, dan kelainan okuler.

TES VIROLOGI 1. Mikroskop cahaya 2. Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi) 3. PCR, Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif dibandingkan kultur viral tradisional 4. Kultur Virus

TES Serologi Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang mempunyai gejala herpes genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus negatif, sebagai konfirmasi pada orang-orang yang terinfeksi dengan gejala- gejala herpes genital, menentukan apakah pasangan seksual dari orang yang terdiagnosis herpes genital juga terinfeksi dan orang yang mempunyai banyak pasangan sex dan untuk membedakan dengan jenis infeksi menular sexual lainnya. Sample pada pemeriksaan serologi ini diambil dari darah atau serum

1. ELISA
2. Western Blot Test 3. Biokit HSV-II

PENATALAKSANAAN Pada prinsipnya, penanganan dari infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) ada 3 macam, yaitu (1) Terapi Spesifik; (2) Terapi NonSpesifik; dan (3) Terapi Profilaksis Tujuan : mempercepat proses penyembuhan, meringankan gejala prodromal, dan menurunkan angka penularan

Herpes Labialis Topikal : Penciclovir krim 1% , Acyclovir krim 5% Sistemik : Valacyclovir tablet 2 gr
Herpes Genitalis Acyclovir 200 mg po , Acyclovir 400 mg po Valaciclovir 1 gr po

HSV pada Kehamilan Penanganan HSV pada kehamilan didasarkan pada riwayat herpes genitalis sebelumnya dan usia kehamilan ketika terjadi serangan

PENYAKIT IMS : CONDILOMA AKUMINATA


Beberapa jenis virus papiloma manusia (human papillomavirus, HPV) menyebabkan kutil mukokutis atau kondilomata akuminata. Kutil genital biasanya disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11 (80-90%) tetapi juga dapat disebabkan oleh tipe 16, 18, dan 30-an, 40an, 50-an dan 60-an.

Infeksi virus papiloma genital-baik dengan atau tanpa gejala sering terjadi.

Untuk alasan-alasan yang tidak diketahui, kutil genital sering meningkat jumlah dan ukurannya selama kehamilan, terkadang memenuhi vagina atau menutupi perineum sehingga pelahiran pervaginam atau episiotomi sulit dilakukan Kemungkinan keadaan basah daerah vulva pada saat kehamilan merupakan kondisi yang bagus untuk pertumbuhan virus

Adanya perubahan endokrin dan imunitas pada kehamilan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kondiloma akuminata Pada kehamilan trimester akhir, kondiloma akuminata sangat kering, mudah rusak dan berdarah. Selama hamil, virus bereplikasi cepat dan dapat menyebabkan tumor Penelitian juga melaporkan selama kehamilan prevalensi kondiloma akuminata meningkat dari trimester 1-3 dan secara signifikan akan mengalami penurunan pada periode post partum.

Penularan kondiloma akuminata berhubungan dengan aktifitas seksual. Kontak jari-anus, jari-vagina, dan mulut-anus dapat meyebarkan virus tersebut Peningkatan risiko terkena kondiloma akuminata juga terdapat pada yang memiliki riwayat terdahulu penyakit menular seksual dan herpes pada mulut

Virus masuk kedalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit pada daerah yang mudah mengalami trauma pada saat berhubungan seksual.

MASA INKUBASI Masa inkubasi kondiloma akuminata berlangsung antara 3 minggu 8 bulan

Klinis tampak lesi papula miliar selanjutnya terbentuk tonjolan-tonjolan (filiformis) atau permukaan berbenjol-benjol menyerupai kembang kol, warna merah dan konsistensi lunak, dapat berbentuk hiperplasia, sesil atau tidak rata2. Lokasi lesi di vulva, labia mayora, minora. Kadang terdapat keluhan gatal atau rasa terbakar pada vulva dan dispareunia.

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah Uji asam asetat, Kolposkopi dan Pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan darah serologis dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding sifilis.

Terapi ditujukan untuk mengurangi toksisitas bagi ibu dan janin serta memperkecil kutil genital pada trimester kedua akhir atau ketiga sehingga kecil kemungkinan terjadi kekambuhan sebelum pelahiran. Terapi meliputi pencucian diikuti dengan pengeringan genitalia dan pemberian Asam trikloroasetat 50 % topikal. Dapat pula diberikan Asam trikloroasetat atau bikloroasetat, 80-90 % secara topikal seminggu sekali.

Terapi bedah bedah skalpel, bedah listrik (electrocautery), bedah beku (), dan bedah laser digunakan untuk mengeksisi masa tumor dan lesi yang luas.

Komplikasi dapat menyebabkan papilomatosis laring, mulut maupun genital pada neonatus, ketuban pecah dini, pelahiran prematur, penyulit penyembuhan laserasi paska melahirkan dan neoplasma servik pada ibu.

Sifilis = Great pox, lues venereum, morbus gallicus Syphilis is an infection that is usually acquired through sexual contact with another infected person Sifilis: merupakan suatu penyakit kronik dan bersifat sistemik yang disebabkan oleh Treponema pallidum.

Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dapat ditularkan melalui kontak seksual dan dari ibu ke janin

Klasifikasi Secara epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi: Stadium dini menular (dalam dua tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium I (9-90 hari), stadium II (6 minggu-6 bulan atau 4-6 bulan setelah muncul lesi primer, dan stadium laten dini (dalam 2 tahun infeksi). Stadium lanjut tak menular (setelah dua tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut (lebih dari 2 tahun), dan stadium III (3-20 tahun).

Anda mungkin juga menyukai