Anda di halaman 1dari 17

FRANKY SAPUTRA SUPRIADY

PENDAHULUAN
Pertusis berarti batuk yang sangat berat atau batuk

yang intensif. Pertusis dikenal juga dengan istilah batuk rejan, batuk 100 hari, whooping cough, tussis quinta. Pertusis merupakan infeksi akut pada saluran pernapasan yang sangat menular, dapat menyerang setiap orang yang rentan

ETIOLOGI
Genus Bordetella mempunyai 4 spesies yaitu Bordetella pertussis Bordetella parapertussis Bordetella bronkiseptika Bordetella avium

PATOGENESIS
Bordetella pertussis merupakan patogen ekstraseluler. Faktor virulensi dari Bordetella pertussis ditentukan oleh dua faktor utama: Adhesin seperti filamentous hemagglutinin, pertactin dan fimbriae Toxin seperti pertussis toxin, adenilat siklase, dermonecrotic factor, dan tracheal cytotoxin.

Setelah Bordetella masuk melalui udara Filamentous Hemaglutinin (FHA), Beberapa Aglutinogen ( terutama fimbriae ( FIM) tipe 2 dan 3 ), dan Protein permukaan nonfimbrial 69-kd yang disebut pertactin (Pn) berperan dalam penempelan di epitel bersilia saluran pernafasan.

Sedangkan sitotoksin trakea, adenilat siklase, dan

toksin pertusis menghambat clearance organisme. Toksin pertusis terbukti menyebabkan sensitasi histamin, sekresi insulin, dan disfungsi leukosit yang menimbulkan gejala sistemik.

KLINIS
Stadium Kataralis (1-2 minggu ) Gejala stadium kataral tidak khas, ditandai dengan muncul gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas yaitu dengan timbulnya rinoroe dengan lendir yang cair dan jernih, injeksi konjungtiva, lakrimasi, batuk dan panas yang ringan, kongesti nasal, dan anoreksia. Stadium ini sukar dibedakan dengan common cold namun organisme terdapat dalam droplet dan anak sangat infeksius, pada tahap ini kuman paling mudah diisolasi.

Stadium Paroksismal (1-4 minggu atau lebih ) Batuk menjadi hebat yang ditandai dengan whoop yang terdengar saat penderita menarik napas pada akhir serangan batuk. Kadang episode batuk diakhiri dengan muntah.

Stadium ini dapat berlangsung terus selama beberapa

bulan dan dapat menjadi lebih berat. Selama serangan, muka penderita menjadi lebih merah dan sianotis, mata tampak menonjol, lidah menjulur ke luar dan gelisah, dapat disertai pelebaran pembuluh darah di kepala dan leher hingga terjadi perdarahan subkonjungtival, petechiae di wajah dan leher. Di luar serangan anak tampak seperti biasa.

Stadium Konvalesen (1-2 minggu ) Stadium penyembuhan ditandai dengan berhentinya whoop dan muntah, di mana serangan batuk berangsur-angsur menghilang. Pada beberapa penderita dapat terjadi serangan paroksismal kembali diikuti stadium konvalesens berulang hingga beberapa bulan hingga tahun.

DIAGNOSIS
Anamnesis : Riwayat kontak dengan penderita pertussis Terdapat serangan khas : paroksismal dan whoop yang jelas Riwayat imunisasi Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Laboratorium Isolasi kuman dari hapusan sekret di nasofaring posterior atau sputum. Dari pemeriksaan darah ditemukan leukositosis (20.00050.000/mm3) dengan limfositosis predominan (60%). Khas pada akhir stadium kataral dan selama stadium paroksismal. Pada bayi jumlah leukosit tidak dapat membantu untuk diagnosis, karena respon limfositosis dapat terjadi pada infeksi lain. Enzyme immunoassays untuk mendeteksi IgA and IgG terhadap pertussistoxin, filamentous hemagglutinin, pertactin, dan fimbriae.

PENATALAKSANAAN
Terapi Non-medikamentosa Secara umum, pasien pertussis yang membutuhkan perawatan di rumah sakit adalah bayi dengan usia yang masih muda, sedangkan pasien lainnya dapat dirawat di rumah. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

Bila penderita muntah-muntah sebaiknya diberi

cairan dan elektrolit secara parenteral. Pembersihan jalan nafas. Oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat yang disertai sianosis.

Antimikroba Berbagai antimikroba telah dipakai dalam pengobatan pertussis, namun tidak ada antimikroba yang dapat mengubah perjalanan klinis penyakit ini terutama bila diberikan pada stadium paroksismal. Oleh karena itu, obat-obat ini lebih dianjurkan pemakaiannya pada stadium kataralis dini. Antibiotik yang dapat diberikan : 1. Eritomisin 40-50 mg/kgBB/hari ( maksimal 2 gram/hari ) peroral dibagidalam 4 dosis selama 14 hari 2. Ampisilin 100 mg/kgBB/hari peroral dibagi dalam 4 dosis selama 14 hari.

Kortikosteroid
Salbutamol

PENCEGAHAN
Vaksinasi

Anda mungkin juga menyukai