Anda di halaman 1dari 33

PROGRAM IMUNISASI

dr. JULIANTI SUTANTO, M.KES

I. PENDAHULUAN
1956 P. JAWA DG IMUNISASI CACAR, TAHUN 1972 BEBAS CACAR, TAHUN APRIL 1974 INDONESIA BEBAS CACAR (WHO) 1973 VACINASI BCG SECARA NASIONAL 1972 UJI COBA DI JATENG & JATIM UTK IMUNISASI TT 1976 IMUNISASI DPT UJI COBA DI P. BANGKA 1977 PENGEMBANGAN PROGR IMUNISASI (PPI) 1980 PPI DG 7 ANTIGEN : BCG, POLIO, DPT, CAMPAK, HEPATITIS, TT DAN DT 1990 INDONESIA BERHASIL UCI 1993 CAKUPAN UCI MERATA DISELURUH PROPINSI PIN PADA TH 1995, 1996,1997, 2002, SUB PIN 1999 2002 JUMLAH SASARAN PADA ANAK SEKOLAH: DT DAN TT MENJADI BIAS, TT WUS, CRASH PROGRAM BALITA, CATCH UP CAMPAIGN CAMPAK PADA ANAK SEKOLAH, BIAS CAMPAK 2004, UNIJECT (ADS-PID), VACCIN TETRAVALEN DPT DAN HB 20%, TH 2005 50% DAN 2006 100% KIPI (KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI) COLD CHAIN PEMANTAUAN VACCIN DG VVM ( VACCINE VIAL MONITOR), FREEZE WATCH/FREEZEE TAG, TTM (TIME TEMPERATURE MONITOR

TUJUAN UMUM:Meningkatkan Kualitas Program Imunisasi


melalui Penerapan Pengelolaan Vaccin dan Rantai Vaccin yg memenuhi standard yg telah ditetapkan

TUJUAN KHUSUS:
1. Memelihara kualitas vaccin sejak diterima di Propinsi hingga saat diberikan ke sasaran melalui rantai vaccin yg benar. 2. Menggunakan & merawat peralatan rantai vaccin disemua tingkatan administrasi 3. Mencegah terjadinya kerusakan vaccin akibat pembekuan bagi vaccin yg peka thd pembekuan serta akibat paparan panas berlebih bg vacin yg peka thd paparan panas 4. Melaksanakan pemantauan serta pengawasan thd sell proses pengelolaan vaccin, nulai dari perencanaan, penerimaan, pendistribusian, penyimpanan dan penggunaan vaccin

PENGELOLAAN RANTAI VAKSIN


Pengelolaan Vaksin sesuai dg prosedur utk menjaga vaksin tersimpan pd suku & kondisi yg ditetapkan

VAKSIN
Produk biologik yg terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun kuman yg telah dilemahkan atau dimatikan & berguna utk merangsang kekebalan tubuh seseorang

RANTAI VAKSIN
Prosedur yg digunakan utk menjaga vaksin pd suatu suhu tertentu yg telah ditetapkan agar memiliki potensi baik mulai dari pembuatan vaksin sampai pd saat pemberiannya kepada sasaran

II. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN VAKSIN


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. DIFTERI PERTUSIS TETANUS TBC CAMPAK POLIOMIELITIS HEPATITIS B

II. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN VAKSIN


1. DIFTERI
Corynebacterium diphtheriae Penularan kontak langsung & pernafasan Gejala awal : demam ringan, sakit tenggorokan, hilang nafsu makan 2-3 hari timbul selaput putih kebiruan di tenggorokan dan tonsil Komplikasi pada gangguan pernafasan dan dapat berakhir kematian

2. PERTUSIS
penyakit pada sal nafas Bordetella Pertussis Penularan melalui droplets dari batuk dan bersin Gejala:pilek, mata merah, bersin, batuk ringan sp berat, melengking, Komplikasi pneumonia bacterialis dan dapat berakhir kematian

II. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN VAKSIN


3. TETANUS
Clostridium Tetani yg menghasilkan neurotoxin Penyebaran melalui kotoran masuk ke luka Gejala awal: kaku otot rahang, dan leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi (3-28 hari) mempunyai gejala berhenti menetek, kejang hebat dan kaku seluruh tubuh. Komplikasi patah tulang, pneumonia, dan infeksi lain yang menimbulkan kematian

4. TBC
Mycobacterium Tuberculose, yg menyebar melalui bersin dan batuk Gejala awal: lemah, BB turun, demam dan berkeringat malam hari, lanjut dg batuk batuk, nyeri dada dan batuk darah. Gejala lain tergantung dari organ yg diserang, dan dapat menyebabkan kematian.

II. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN VAKSIN


5. CAMPAK
Virus measles. Penularan melalui pernafasan dg droplet waktu batuk atau bersin Gejala : demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjunctivitis, timbul ruam merah pada muka dan leher menyebar seluruh tubuh, tanagn dan kaki. Komplikasi diare hebat, peradangan telinga, infeksi saluran nafas

6. POLIOMIELITIS
Penyakit SSP disebabkan 1 dari 3 virus ( virus polio type 1, 2 atau 3 ) Menyerang pada anak < 15 tahun, dg gejala lumpuh layuh acut, Penyebaran penyakit melalui kotoran manusia yg terkontaminasi. Gejala awal demam, nyeri otot dan kelumpuhan pada minggu I. Bila menyrang pada otot pernafasan dapat menyebabkan kematian

II. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN VAKSIN


7. HEPATITIS B
Virus Hepatitis B yg merusak hati Penularan melalui suntik, dari ibu ke bayi, hub sex, pada anak tidak menimbulkan gejala. Gejala awal: lemah, gangguan perut, gejala lain seperti flu, urine kuning, kotoran pucat, mata dan kulit kuning, Penyakit ini menjadi chronis, cisshosis, kanker hati dan kematian

III. JENIS DAN SIFAT VAKSIN


Definisi Vaksin:
Produk biologis yg terbuat dari kuman, komponen kuman( bacteri, virus atau riketsia), atau racun kuman (Toxoid) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan specifik secara aktif terhadap penyakit tertentu

III. JENIS DAN SIFAT VAKSIN


1. VAKSIN BCG
Indikasi : kekebalan aktif thd TBC Kemasan: Ampul, beku, kering, 1 Box berisi 10 ampul vaksin, setiap 1 ampul vaksin dg 4 ml pelarut Cara Pemberian & Dosis:dilarutkan dg pelarut, dosis 0,05 ml i.c. 1 kali pd lengan kanan atas. Vaksin yg sdh dilarutkan harus dipakai sebelum 3 jam Kontra indikasi: Penyakit kulit berat/khronis, penderita TBC Efek Samping: - Tidak memnyebabkan reaksi umum mis demam. dlm 1-2 minggu timbul indurasi kemerahan pustula, - pecah luka sembuh spontan tanda parut. Kd-kd pembesaran kel lymphe tidak perlu pengobatan.

III. JENIS DAN SIFAT VAKSIN


2. VAKSIN DPT (td Toxoid Difteri dan Tetanus yg dimurnikan, + Bakteri Pertusis yg diinaktikan )
Indikasi : kekebalan secara simultan thd Difteri, Pertusis, & Tetanus Kemasan: Vial 5 ml utk 10 dosis, 1 boks 10 vial, vaksin cair, Cara Pemberian & Dosis:dilocok dulu, dosis 0,5 ml i.m. sebanyak 3 dosis pd paha, umur 2 bulan,kemudian dg interval paling cepat 4 minggu (1 bulan) Note: Di Pos Statis vaksin terbuka boleh digunakan maksimal 4 minggu dg ketentuan tertentu, di posyandu tak boleh dipakai lagi. Kontra indikasi: Gejala keabnormaklan otak pd BBL atau keabnormalan pd syaraf, Bila ssd penyuntikan 1 muncul gejala parah, maka dosis ke 2 & ke 3 diberi DT Efek Samping: - Gejala bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pd suntikan, Kd-ld gejala berat spt demem tinggi, dan iritabilitas

III. JENIS DAN SIFAT VAKSIN


3. VAKSIN TT (td Toxoid Tetanus yg dimurnikan dan terabsorbsi kedlm 3 mg aluminium fosfat, Thimerosal 0,1 mg)
Indikasi : kekebalan aktif thd tetanus Kemasan: Vial 5 ml utk 10 dosis, 1 boks 10 vial, vaksin cair, 1 dosis 0,5 ml mengandung potensi 40 IU Cara Pemberian & Dosis:dilocok dulu,. Bumil sebanyak 2 dosis primer pd lengan atas i.m./s.c dlm, interval 4 minggu (1 bulan), dosis ke 3 stl 6 bulan berikutnya. Utk WUS dianjurkan 5 Dosis, dosis ke 4 & 5 dianjurkan interval 1 tahun. Note: Di Pos Statis vaksin terbuka boleh digunakan maksimal 4 minggu dg ketentuan tertentu, di posyandu tak boleh dipakai lagi. Kontra indikasi: Gejala berat pada pemberian dosis 1 kali. Efek Samping: - Gejala bersifat sementara ringan seperti lemas, kemerahan pd suntikan dan sementara.

III. JENIS DAN SIFAT VAKSIN 4. VAKSIN DT (td Toxoid Difteri & Tetanus yg dimurnikan)
Indikasi : kekebalan simultan thd difteri & tetanus Kemasan: Vial 5 ml utk 10 dosis, 1 boks 10 vial, vaksin cair, 1 dosis 0,5 ml Cara Pemberian & Dosis:dikocok dulu,. Sasaran Anak < 8 th sebanyak 2 dosis pd lengan atas i.m./s.c dlm, interval 4 minggu (1 bulan), Anak > 8 th dianjurkan TT Note: Di Pos Statis vaksin terbuka boleh digunakan maksimal 4 minggu dg ketentuan tertentu, di posyandu tak boleh dipakai lagi. Kontra indikasi: Gejala berat pada pemberian dosis 1 kali. Efek Samping: - Gejala bersifat sementara ringan seperti lemas, kemerahan pd suntikan dan sementara , kd-kd demam ringan

III. JENIS DAN SIFAT VAKSIN 5. VAKSIN POLIO (OPV) adalah Vaksin Polio Trivalent yg td suspensi
virus Polio tipe 1,2, & 3 (strain Sabin) yg sudah dilemahkan, dibuat dlm biakan jaringan ginjal kera & distabilkan dg sukrosa )
Indikasi : kekebalan aktif thd Poliomielitis Kemasan: Vial 1 ml utk 10 dosis, 1 boks 10 vial, vaksin cair, 1 dosis 2 tetes. Tersedia penetes Cara Pemberian & Dosis:dikocok dulu,. Sasaran Bayi diberi 2 tetes setiap dosis, sebanyak 4 kali secara oral interval 4 minggu (1 bulan), setiap membuka vial baru harus diberi penetes baru Note: Di Pos Statis vaksin terbuka boleh digunakan maksimal 2 minggu dg ketentuan tertentu, di posyandu tak boleh dipakai lagi. Kontra indikasi: Immune Defisiency, Diare. Efek Samping: - Paralysis tetapi jarang < 0,17 : 1.000.000.

III. JENIS DAN SIFAT VAKSIN


6. VAKSIN Campak adalah Vaksin Virus hidup yg dilemahkan.Setiap dosis 0,5 ml mengandung 1000 invective unit virus Strain Cam 70 & tdk lebih dari 100 mcg residu Kanamycine, dan 30 mcg residu Erythromycine
Indikasi : kekebalan aktif thd Penyakit Campak Kemasan: Vial 1 ml utk 10 dosis, 1 boks 10 vial, vaksin beku kering 1 Boks pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml. Cara Pemberian & Dosis:dicampur dg pelarut 5 ml & dikocok Sasaran Bayi 9 11 bl , diberi 1 dosis 0,5 ml sc. Pada lengan kiri atas 1 kali , booster usia 6-7 tahun (kl 1 SD) stl catch up campaign campak pd anak SD KL 1 6. Note: Di Pos Statis vaksin terbuka boleh digunakan maksimal 2 minggu dg ketentuan tertentu, di posyandu tak boleh dipakai lagi. Kontra indikasi: Immune Defisiency, atau gangguan respon imun krn penyakit leukemia, atau lymphoma. Efek Samping: - 15% mengalami demam ringan & kemerahan selama 3hr 8/12 hr.

III. JENIS DAN SIFAT VAKSIN


Indikasi : kekebalan aktif thd Penyakit Infeksi krn Virus Hepatitis B Kemasan: 1. PID (Prefile Injection Device), 1 boks 100 HB PID 2. Vial , 1 boks 10 vial 5 dosis. Cara Pemberian & Dosis: dikocok Sasaran Bayi 1 dosis 0,5 ml im/1buah HB PID im anterolat paha 3 kali ,Usia 0-7 hari, dosis berikutnya dg interval minimal 4 minggu (1 bulan). Note: Di Pos Statis vaksin terbuka boleh digunakan maksimal 4 minggu dg ketentuan tertentu, di posyandu tak boleh dipakai lagi. Kontra indikasi: Hipersensitif, infeksi berat yg disertai kejang. Efek Samping: - Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan, bengkak, dan hilang dalam 2 hari.

7. VAKSIN HEPATITIS B adalah Vaksin Virus rekombinan yg tlh diinaktifasikan dan bersifat non infeksious, beasal HBsAg yg dihasilkan dlm sel ragi (Hansenula Polymorpha) menggunakan tehnologi DNA rekombinan.

III. JENIS DAN SIFAT VAKSIN


8. VAKSIN DPT-HB adalah Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri& tetanus yg dimurnikan & Pertusis yg diinaktifasi serta vaksin Hepatitis yg merupakan sub unit vaksin virus yg mengandung HBsAg murni dan besifat non infectious.
Indikasi : kekebalan aktif thd Penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus & Hepatitis B Kemasan: 1 boks vaksin DPT - KB VIAL TD 10 VIAL @ 5 DOSIS. Warna vaksin putih keruh Cara Pemberian & Dosis: dikocok Sasaran Bayi 1 dosis 0,5 ml im anterolat paha 3 kali ,Usia 2 bl, dosis berikutnya dg interval minimal 4 minggu (1 bulan). Note: Di Pos Statis vaksin terbuka boleh digunakan maksimal 4 minggu dg ketentuan tertentu, di posyandu tak boleh dipakai lagi. Kontra indikasi: Hipersensitif, infeksi berat yg disertai kejang. Efek Samping: - Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan, bengkak, dan hilang dalam 2 hari.

Syarat penggunaan Vaksin yang telah dibuka di Pos Statis


1. 2. 3. 4. 5. Belum kadaluwarsa Vaksin disimpan di suhu +2 +8 C Tidak pernah terendam air Sterilitas terjaga VVM dalam kondisi A dan B

SIFAT VAKSIN
Digolongkan berdasarkan kepekaan thd suhu: 1. Vaksin yang peka thd beku (FS) ( rusak thd suhu dingin/beku) mis: Hep B, DPT-HB, DPT, DT, dan TT 2. Vaksin yang peka thd panas (HS) mis: Polio, Campak, dan BCG

KERUSAKAN VAKSIN
A. KERUSAKAN THD SUHU: 1. PEKA THD BEKU ( FS): HEPATITIS B, DPT-HB, DPT, DT DAN TT
VAKSIN HEP B, DPT-HB, DPT,DT,TT DPT, DPT-HB, DT HEPATITIS B DAN TT SUHU -5 O C -5 O C - -10 O C BBRP O C DIATAS SUHU LUAR(AMBIENT TEMP< 34 O C BBRP O C DIATAS SUHU LUAR(AMBIENT TEMP< 34 O C BERTAHAN MAX 30 MENIT Max 1.5 2 jam 14 HARI 30 HARI

2.

PEKA THD PANAS (HS) : POLIO, BCG, CAMPAK


VAKSIN POLIO SUHU -BEBRAPA O CDIATAS SUHU UDARA LUAR (AMBIENT TEMP < 34 O C ) BERTAHAN 2 HARI

CAMPAK DAN BCG

BEBERAPA O C DIATAS SUHU UDARA LUAR(AMBIENT TEMP< 34 O C

7 HARI

B. KERUSAKAN THD SINAR MATAHARI/SINAR ULTRA VIOLET SEMUA VAKSIN AKAN RUSAK BILA TERPAPAR/TERKENA SINAR MATAHARI/SINAR ULTRA VIOLET (MIS: LAMPU NEON, LAMPU HALOGEN)

IV. PENANGANAN PERALATAN RANTAI VAKSIN

DIN KES PROP

SUDIN KES /DINKES KAB

BIOFARMA
SELURUH PERALATAN YG DIGUNAKAN DLM PENGELOLAAN VAKSIN SESUAI DG PROSEDUR UTK MENJAGA VAKSIN PD SUHU YG TELAH DITETAPKAN

PUSKESMAS KEL POSYANDU

PUSKESMAS KEC

IV. PENANGANAN PERALATAN RANTAI VAKSIN DI PUSKESMAS KEL


COLD BOX
PUSKESMAS KEC

KULKAS

VACCINE CARRIER

KULKAS
PUSKESMAS KEL
1. 2. 3. 4. 5. 6. Thermometer Muler Freeze Tag/Freeze watch Cool pack/Cold pack Kartu suhu SOP Buku Stok Vaksin

TERMOS

TERMOS

VAKSINASI

POSYANDU

IV. PENANGANAN PERALATAN RANTAI VAKSIN


1. JENIS: KULKAS, COLD BOX, VACCINE CARRIER/THERMOS, COOL PACK, COLD PACK, 2. PERAWATAN KULKAS : HARIAN, MINGGUAN, BULANAN 3. SUKU CADANG KULKAS 4. PENEMPATAN KULKAS : JARAK 15 CM 5. PENGELOLAAN VAKSIN :Transportasi vaksin, Penyimpanan Vaksin, Pemantauan suhu ( Thermometer Muler, Freeze Watch, Freeze Tag, VVM) Penanganan Vaksin rusak : a. Jumlah sedikit di musnahkan di Puskesmas dg mengubur atau membakar b. Jumlah banyak kumpulkan dan diserahkan ke Dinas Kesehatan Vaksin Rusak : a. VVM pada tingkat C atau D b. Sudah lewat kadaluwarsa c. Beku vaksinnya d. Pecah vaksinnya Penanganan Vaksin sisa : a. Sisa dari Posyandu tidak boleh digunakan b. Sisa dari Pos statis masih bisa digunakan apabila (8) kecuali BCG, Campak hanya sampai 8 jam 6. Penanganan rantai vaksin pada saat pelayanan

IV. PENANGANAN PERALATAN RANTAI VAKSIN (Lanjutan)


6. Penanganan rantai vaksin pada saat pelayanan a. Di Pos Statis (Puskesmas atau RS) : - Perkiraan kebutuhan vaksin berdasar pengalaman yang lalu. - Jauhkan dari sinar matahari langsung - Vaksin disimpan dalam thermos yg diberi cool pack - Pd penggunaan vaksin dialasi dengan spon dan tetap berada dlm thermos - Pd thermos tidak boleh ada air yg merendam vaksin b. Di Posyandu : - Vaksin tetap pada suhu +2 C - +8 C - Perkiraan vaksin dihitung sesuai dengan jumlah bayi + cadangan - Vaksin disusun dalam vaksin carrier atau thermos - Pengelolaan vaksin selama pelaksanaan imunisasi di Posyandu c. Penyusunan Vaksin dalam thermos d. Penanganan Vaksin sisa dari Posyandu : - utuh diberi tgl dibuka disimpan kembali di kulkas, dan segera dipakai pada jadwal berikutnya - terbuka tak boleh digunakan lagi

V. PENYUNTIKAN YANG AMAN


A. Penggunaan alat suntik & tehnik penyuntikan yg aman 1. Jenis alat suntik : - Auto disable : Uniject, Soloshot,Destroject, Univec, Terumo, K1, Modeco inject - Prefilled Auto Disable : Hep B, TT - Disposible 2. Estimasi kebutuhan semprit AD 3. Memberikan Vaksin yg tepat secara aman 4. Cara-cara utk meningkatkan keamanan suntikan 5. Praktek-praktek suntikan tdk aman yg hrs dihindari a. Praktek yg dpt membahayakan penerima suntikan b. Praktek yg dpt membahayakan petugas kesehatan c. Praktek yg dpt membahayakan masyarakat

V. PENYUNTIKAN YANG AMAN (lanjutan)


B. Mencegah luka tusukan jarum dan infeksi 1. Mengurangi keinginan utk memegang jarum dan semprit 2. Memegang jarum dan semprit yang aman 3. Mengatur tata letak tempat pelayanan imunisasi utk mengurangi resiko terluka

V. PENYUNTIKAN YANG AMAN (lanjutan)


C. Membuang semprit dan jarum bekas 1. Penanganan limbah medis tajam secara tepat 2. Menggunakan kotak pengaman 3. Prosedur pembuangan sampah benda-benda tajam dan alat suntuk a. Meletakkan kotak pengaman dekat dg petugas agar mudah jangkauannya b. Kotak pengaman yang hampir penuh ditutup c. Cari tempat yang aman utk menimbun atau membakar kotak d. Membuang kotak keselamatan : Insenerasi, membakar, lubang pembuangan e. Ditimbun di dalam lubang pembuanagn

V. PENYUNTIKAN YANG AMAN (lanjutan)


D. Pemantauan Kejadian Ikutan Pasca imunisasi (KIPI): a. Definisi : Semua kejadian sakit & kematian yg tjd dlm masa 1 bl stl imunisasi Pada kejadian ttt lama pengamatan KIPI dpt mencapai masa 42 hari , atau sp 6 bl. b. Klasifikasi KIPI (WHO 1999): 1. Reaksi Vaccine 2. Kesalahan Program 3. Kebetulan 4. Reaksi suntikan 5. Penyebab tidak diketahui c. Gejala Klinis KIPI 1, Reaksi tidak terjadi bila anak sudah kebal 2. Resiko VAPP lebih banyak terjadi pada penerima dosis pertama 3. Kejang umumnya diawali dengan demam , frequensi tergantung dari riwayat sebelumnya d. Surveilence KIPI: 1. Mendeteksi, memperbaiki dan mencegah kesalahan program 2. Mengidentifikasi peningkatan ratio KIPI yg tdk wajar 3. Memastikan bhw suatu kejadian yg diduga KIPI mrpk koinsidens 4. Menimbulkan kepercayaam masyarakat pada program imunisasi 5. Memperkirakan angka kejadian KIPI pada suatu populasi

V. PENYUNTIKAN YANG AMAN (lanjutan)


e. Pelaporan KIPI: 1. Hal-hal umum yg harus diperhatikan 2. KIPI yg harus dilaporkan 24 jam pasca imunisasi 3. KIPI yg harus dilaporkan 5 hari pasca imunisasi 4. KIPI yg harus dilaporkan 30 hari pasca imunisasi 5. KIPI yg harus dilaporkan 3 bulan pasca imunisasi 6. KIPI yg harus dilaporkan 1-12 bl pasca imunisasi 7. KIPI yg harus dilaporkan pasca imunisasi (tanpa batas) f. Tatalaksana Kasus KIPI 1. Vaksin 2. Tatalaksana Program 3. Faktor penerima pejamu 4. Koinsidens

VI. PERENCANAAN PROGRAM IMUNISASI


A. PENGERTIAN: Perencanaan mrpk salah satu unsur manajemen yg penting dlm Pengelolaan Program Imunisasi. Pada dasarnya perhitungankebutuhanutk pelayananimunisasi hrs berasal dari unit Puskesmas dg dasar besaran jumlah sasaran tiap jenispelayanan imunisasi utk menghindari kelebuhan, kekurangan atau tdk sesuai dg situasi riil di wilayah kerja B. MENENTUKAN JUMLAH SASARAN IMUNISASI Dasar perhitungan dari Jumlah penduduk, pertambahan penduduk, angka kelahiran 1. Menghitung jumlah sasaran: Kec proyeksi, Desa pendataan 2. Menghitung Jumlah sasaran Ibu Hamil, WUS, Anak sekolah kelas 1, 2, 3 C. MENETUKAN TARGET CAKUPAN D. MENGHITUNG INDEKS PEMAKAIAN VAKSIN (IP) E. MENGHITUNG KEBUTUHAN VAKSIN F. PERENCANAAN KEBUTUHAN ALAT SUNTIK DAN SAFETY BOX G. MENGHITUNG KEBUTUHAN PERALATAN RANTAI VAKSIN H. PENGIRIMAN DAN PERMINTAAN VAKSIN I. PERENCANAAN PELAKSANAAN KEGIATAN IMUNISASI DI PUSKESMAS 1. Peta operasional 2. Menghitung jumlah Pelayanan yg diperlukan setiap bulan 3. Membuat Rencana Kerja Puskesmas 4. Mengkaji ulang Rencana Kerja 5. Membuat rencana Kerja khusus 6. Perencanaan Khusus utk Pelayanan Imunisasi Perkotaan 7. Menghitung kebutuhan vaksin dan peralatan untuk pelayanan

VII. PENYELENGGARAAN PELAYANAN IMUNISASI


A. B. 1. Kegiatan Operasional Rutin Kegiatan Operasional Khusus

Menyiapkan Pelayanan Imunisasi: Logistik, Vaksin, Memeriksa vaksin, Siapkan thermos, sipakan tempat kerja. 2. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi a. Penyuluhan sbl & ssd Imunisasi b. Pemeriksaan sasaran dan Pengisian Buku Register c. Memberikan vaksin secara tepat dan aman 3. Kegiatan akhir pelayanan imunisasi a. Pada tempat pelayanan statis b. Pada tempat pelayanan Lapangan

VIII. PENCATATAN PELAPORAN


Alat alat pencatat Data Dasar 1. Buku register Imunisasi 2. Kartu Imunisasi 3. Buku Stok Vaccin 4,. Buku Grafik Pencatatan suhu. 5. Sistem utk menindaklanjuti mereka yg gagal menerima imunisasi B. Membuat laporan 1. Membuat laporan yg baik 2. Hal yg harus dimasukkan kedalam laporan fasilitas kesehatan Menyimpan data dan laporan C. Memantau Kinerja Program 1. PWS Imunisasi 2. Pembinaan D. Menganalisa data cakupan 1. Menghitung cakupan imunisasi 2. Menghitung jumlah bayi yang diimunisasi 3. Menghitung jumlah drop out 4. Mengidentifikasi dan menggolongkan masalah untuk setiap daerah yang dilayani 5. Menggunakan data utk memberikan prioritas pada daerah A.

Anda mungkin juga menyukai