Dispepsia: Sindrom / kumpulan gejala : Nyeri / tak nyaman ulu hati : Mual, muntah : Rasa penuh / cepat kenyang : Kembung & sendawa Keluhan bervariasi dlm jenis & intensitasnya Penyebabnya beragam : organis & fungsional Patofisiologinya multi faktorial Dua dekade terakhir penatalaksanaan dispepsia berkembang pesat
Dispepsia
Keluhan yang sering pada sindroma dispepsia adalah berpusat pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan bersifat kronik (periodik/menetap ) : Nyeri perut ( abdominal discomfort ) Rasa pedih di ulu hati Mual, kadang sampai muntah Nafsu makan berkurang Rasa cepat kenyang Perut kembung Rasa panas di dada dan perut Regurgitasi Banyak mengeluarkan gas masam dari perut
Penyakit SCBA
Tukak peptik Gastritis Keganasan Gastropareis
Obat - obatan
OAINS Teofilin Digitalis Antibiotik
Hepatobillier
Hepatitis Kolesistitis Kolelitiasis Keganasan
Sistemis
DM Penyakit tiroid Gagal Ginjal Kehamilan IHD
Pankreas
Pankreatitis Keganasan
Nyeri uluhati
Waktu perut kosong + malam hari Berkurang setelah makan/ antasid Dispepsia tipe dismotilitas :
Overlap syndromes ( not primarily dyspepsia, if main symptom ) Gastroesofageal reflux disease Heartburn, acid regurgitation Irritabel Bowel syndrome Pain relieved with defecation Biliary tract disease Right upper quadran abdominal pain
Kortikostiroid Merokok HCL Pepsin HCL Pepsin HCL Pepsin H. Pylori HCL Pepsin
Alkohol OAINS HCL Pepsin H+ Mukus HCO3 HCL Pepsin HCL Pepsin
H+
Mukus HCO3 Mukus HCO3 Mukus HCO3
H+
Mukus HCO3
Mukus HCO3
Mukus HCO3
Prostaglandin
Resusitasi sel
Faktor agresif
PATOFISIOLOGI DISPEPSIA FUNGSIONAL Patofisiologi multifaktoral Faktor yang diduga berpengaruh Inflamasi / Infeksi H.P HP (+) : 50% Mediator proinflamasi reseptor lokal & SSP Faktor-faktor Patofisiologi Dispepsia fungsional Sekresi HCL lambung Sekresi HCL Basal & puncak = populasi normal Sensitifitas mukosa terhadap HCL Dismotilitas lambung 25%-50% disp. fung Perlambatan pengosongan lambung Ggn koordinasi antroduodenal Persepsi viseral lambung Diet Faktor pencetus Asam, asinan, kopi, alkohol Abnormal Balon intra gaster nyeri pada inflasi < N
Definisi
Diskontinuitas mukosa, bersifat fokal di infiltrasi oleh sel radang disertai nekrosis koagulasi, mencapai kedalaman muskularis mukosae atau lebih. disebut tukak peptik : Terletak pd SMBA yg bersentuhan dgn asam lambung & pepsin (esofagus, lambung & duodenum diatas lig treitz)
Muskularis
Serosa
Jaringan parut
Tukak peptik, digambarkan suatu erosi, suatu tukak akut dan kronik. Tukak akut dan kronik keduanya dpt mengikis seluruh dinding lambung
Tukak sering terjadi disekitar mucosal junction : Esofago gastric junction Corpus antrum junction Gastro duodenal junction
Patofisiologi
A. Sekresi asam lambung a. Sekresi asam basal b. max acid output c. Sekresi asam nokturnal d. Sensitivitas thd gastric secretagogues e. Sekresi asam lambung akibat terpacu makanan B. Peran Helicobacter Pylori (HP) C. Peran mucosal barrier D. Peran faktor eksogen 1. Aspirin & NSAID 2. Merokok
DIAGNOSIS
Gastroskopi (Endoskopi SCBA) Biopsi
Komplikasi
1. Perdarahan 2. Perforasi
Penatalaksanaan Dispepsia
Tujuan pengobatan dispepsia
Mengatasi keluhan
Mempercepat penyembuhan
Mencegah kekambuhan tukak Mencegah komplikasi
DYSPEPSIA
1. Alarm features ? 2. Strong fear of serious disease ? 3. NSAIDs ? 4. Age > 45 years ?
If < 2-4 weeks : Dietary advise and observe Review current medication Yes Investigate : 5. Endoscopy
Failure or relapse after early response 9. Locally validated H. Pylori test (ulcer test) 10. Negative Positive Eradication therapy 11. Dysmotility like : Prokinetics 12. Ulcer like : Anti secretary 13. Non specific : Prokinetic or antisecretory Evaluation after 4 weeks Failure 14. Change to another Class therapy ? Final evaluation after 8 weeks Failure 15. Specialist referral SUCCESS Structural disease e.g Ulcer, cancer, oesophagitis
Treat appropriately
SUCCESS
Follow up
Failure
Prokinetic = PREPULSID
Suportif
Prinsip
Menghindari faktor risiko : stress Menghentikan pemasukan bahan agresif Obat-obat mengurangi asam lambung
Nama Obat
Mekanisme kerja
Dosis Dewasa Kontra Indikasi Interaksi obat Ibu Hamil Efek samping Precaution
Menetralkan asam secara local, dpt mengabsorbsi pepsin & garam aluminium dpt menambah sekresi mucus Diberikan sebelum dan sesudah makan dan sebelum tidur x 15 45 cc (30 cc) setiap 3 6 jam atau 1 3 jam
Hipersensitif terhadap Alumunium dan Magnesium Menurunkan efektifitas terhadap Fluoroquinolon, Kortikosteroid, Benzodiazepin , dan penotiazin Memperkuat efek dari sulfonilurea , quinidine dan levodopa Keamanan pd ibu hamil hati2 Diare , berinteraksi dgn digitalis, kinidin, INH, barbiturat & salisilat , Kemasan tablet & cairan ( absorbsi lebih baik ) Tidak boleh diberikan pd Hiperfosfatemia , Hipokalemi, gagal ginjal
N H Simetidine N
CH3
Imidazol
CH2SCH2CH2NHCNHCH3
NCN
H3 C H3 C Ranitidine
NCH2
CH2SCH2CH2NHCNHCH3
Furan CHNO2
N H Simetidine N
CH3
Imidazol
CH2SCH2CH2NHCNHCH3
NCN
H3 C H3 C Ranitidine
NCH2
CH2SCH2CH2NHCNHCH3
Furan CHNO2
Cimetidin Memblokir kerja histamin pd reseptor H2 dari sel parietal dgn perkataan lain memblokir pengeluaran asam oleh sel parietal . Inhibisi ini bersifat reversible Inj bolus cimetidine 300-400 mg tiap 6 jam. Injeksi bolus cimetidine intravena 300-400 mg tiap 4-6 jam pd hari pertama masuk RS dilanjutkan peroral melalui pipa nasogastrik. Pipa nasogastrik ditutup selama 30 menit setiap kali pemberian. Infus cimetidine 100 mg/jam Menggangu klirens dari obat lain : diazepam, klordiazepoksid, teofilin, warfarin, adrenergik bloker dll . Ginekomastia, Impotensi bila dosis , pusing, diare, rash, mialgia, bradikardi Pansitopeni & neutropeni Hati2 pd penderita gagal ginjal & usia lanjut dpt timbulkan konfusio mental, somnolen, letargi, halusinasi Pada hati terjadi kenaikan transaminase, bahkan dpt timbul hepatitis Penghentian mendadak dpt terjadi tukak kekambuhan Hipersensitif terhadap cimetidin
Dosis
Efek Samping
Precaution
Kontra indikasi
Ranitidin ( Zantac ) H2 antagonis Hampir sama dgn cimetidin , >potensial 8 kali bila diberikan IV & 4 kali bila diberikan peroral Injeksi bolus ranitidine 50 mg tiap 6-8 jam. Inf ranitidine 0,125 mg/Kg BB/jam utk 12 jam. Injeksi bolus ranitidine 50 mg, diikuti dgn infus 1-2,5 mg/jam. Injeksi bolus ranitidine 0,5 mg/Kg BB, diikuti dgn infus 0,25 mg/Kg BB/jam Tergolong rendah daripada antagonis reseptor H2 terdahulu. Seperti gatal di kulit , pusing & sakit kepala Pada wanita menorrhoe , hiperprolaktenemia Pada pria : impotensi , diare , somnolen Hipersensitiv terhadap ranitidin Me efek ketokonazol dan itrakonazol . Merubah dlm serum kadar SF , diazepam Biasanya aman tetapi manfaatnya harus lebih banyak dari resikonya Sesuaikan dosis pd penderita gagal ginjal Hindari penggunaan pd penderita dgn sakit hati . Sebabkan : malaise , sakit kepala , insomnia , sedasi & atralgia
Dosis
Efek Samping Kontra Indikasi Interaksi obat Pada wanita hamil Precatioun
H N
O S CH2 N
N
H3CO
H3 C OCH3
CH2
Omeprazole
Ca2+
cAMP
ATP
Ca2+
Protein Kinase H+/K+ ATPase Activated H+/K+ Pump In gastric vesicle X Omeprazol
Omeprazole ( Prilosec ) 20 mg / hari, single dose Menghambat sekresi asam lambung pd proton pump (H+ /K+ - ATPase) pd sel parietal lambung sehingga secara selektif non kompetitif menghambat secara sempurna dalam 24 jam
Hipoklorhidri yg menyebabkan pertumbuhan bakteri Menimbulkan gangguan fungsi hati Inaktifasi enzim duodenum
Hipersensitiv terhadap Omeprazole Meningkatkan waktu paruh diazepam, phenitoin & walfarin Me- absorbsi itraconazole, ketokonazle, zat besi & ampicillin ester Keamanan selama hamil tidak bisa Sebabkan sakit kepala, mual diare & muntah
- Domperidone
Obat eradikasi kuman HP Pengobatan psikis
Terapi dispepsia fungsional tipe dismotilitas diberikan obat-obat prokinetik. Pada dasarnya obat ini mempunyai efek perifer pada sistem saraf enterik, meningkatkan neurotransmitter acetylkolin, atau menghambat reseptor dopamin perifer, sehingga fungsi motorik otot polos dan motilitas saluran cerna membaik. Sebagian obat mempunyai efek central, misalnya pada pusat muntah di chemo trigger zone (CTZ), sehingga mempunyai efek anti emetik. Metoklopropamid: mempunyai efek meningkatkan kadar acetylkolin pleksus mesenterikus sistem saraf enterik, dan menghambat reseptor dopamin perifer dan sentral. Obat ini merangsang kontraksi lambung, memperbaiki motilitas dan pengosongan lambung, serta mempunyai efek anti emetik yang cukup kuat. Obat ini dapat melewati sawar otak, secara sentral mempunyai efek samping parkinsonisme (20%).
Domperidon: obat ini tergolong antagonis reseptor dopamin perifer, dan relatif tidak melewati sawar otak sehingga efek samping sentral tidak terjadi. Karena masih dapat mencapai pusat muntah, obat ini mempunyai efek anti emetik yang cukup baik. Pemberian awal obat ini akan mempercepat pengosongan lambung. Cisaprid: obat ini merupakan agonis reseptor hidroksitriptamin (HT), terutama bekerja pada pleksus mesenterikus sistem saraf enterik, dengan meningkatkan jumlah acetylkolin di ujung saraf cholinergik post ganglioner. Obat ini dapat mengurangi pengosongan lambung yang terlambat. Efek samping obat ini berupa arythmia jantung.
Eritromisin: obat ini mempunyai efek prokinetik karena mempunyai ciri sebagai agonis motilin. Eritromisin akan mengikat reseptor motilin yang terdapat di otot polos antrum dan duodenum, dan selanjutnya akan memperbaiki interdigestif, mengosongkan lambung dari residu makanan yang tersisa. Akarbose: pemberian obat yang tergolong inhibitor disakaridase dapat memperbaiki gejala bila diberikan bersama sukrosa cair. Obat ini tidak mempengaruhi pengosongan lambung tetapi menghambat pemecahan sukrosa dan zat tepung dalam lumen usus, sehingga osmolaritas dalam lumen tidak meningkat yang akan mencegah pergeseran cairan plasma ke dalam lumen.
Oktreotid: obat ini tergolong analog somatostatin dapat diberikan untuk mengurangi diare akibat sindroma dumping. Efeknya memperlambat transit, menekan sekresi usus. Tegaserod: obat ini tergolong 5HT4 agonist yang parsial. Pemberian tegaserod merangsang reseptor 5HT4, mengaktifkan reflek peristaltik. Tegaserod merangsang pengeluaran neurotransmitter, seperti CGRP (Calcitonin gene-related peptide), substance P, VIP (vasoactive intestinal peptide). Efek pada saluran cerna mempengaruhi kontraktilitas saluran cerna atas maupun bawah, mempercepat pengosongan lambung dan gastrointestinal transit.
Teprenon (Purubex)
4.
5.
Tindakan khusus
Pemberian somatostatin/ocreotide
Hemostatik perendoskopi :
: - Adrenalin - Etoksisklerol - Fibrinogen thrombin Tindakan : - Heat probe - Laser - Couter listrik Embolisasi arteri perarteriografi Obat
Vagotomi
Kandung empedu
54%(1) (1)
Amoxicillin Amoxicillin
Omeprazole Omeprazole
30%(3) (3)
4%(2) (2)
1
Peterson et al, 1993; 2 Unge et al, 1992; 3 Weil et al, 1988; 4 ACT 10 study, 1996