DEP PENYAKIT DALAM RSPAD GATOT SOEBROTO Pendahuluan Kasus orang tenggelam yang menelan korban banyak antara lain : Akhir tahun 2005 Tsunami di Aceh Tenggelamnya kapal laut Senopati Tenggelamnya kapal Levina yang terbakar. Tenggelam terjadi pada : Media cair : air tawar, laut, payau Media padat : tanah longsor, salju longsor Tertimbun di gurun pasir. Epidemiologi Tahun 2000 WHO melaporkan 400.000 orang tenggelam Angka kematian tenggelam di Afrika adalah 8 kali dibanding di Amerika dan Australia. Renata kematian di Cina dan India adalah 43% dari kasus tenggelam di dunia. Data di Indonesia belum ada. Definisi : Drowning = Tenggelam Berdasar Kongres Tenggelam sedunia tahun 2002. Tenggelam adalah keadaan dimana terjadi gangguan pernafasan akibat terendamnya saluran respirasi oleh cairan atau partikel padat yang menyebabkan terjadinya kematian karena asfiksia. Near drowning adalah penderita tenggelam yang terselamatkan dari episode akut dan beresiko mengalami disfungsi organ berat yang mempunyai mortalitas tinggi. Patogenesis Patogenesis dari tenggelam terkait dengan hipoksemia dan aspirasi. Aspirasi tenggelam di air asin dan air tawar berbeda pada plasma darah. Air asin : plasma darah hipertonik Air tawar : plasma darah hipotonik Pada aspirasi air tawar, maka air akan cepat diabsorbsi dari alveoli sehingga menyebabkan hipervolemia intervaskular, hipotomi, dilusi elektrolit serum dan hemolisis intravaskular. Patogenesis Pada aspirasi air asin menyebabkan hipovolemia, hemokonsentrasi dan hipertonis. Pada kontak pertama cairan dengan saluran nafas memicu spasme berat dari larynx yang menyebabkan hipoksia walau aspirasi cairan/partikel padat tidak banyak. Cairan/partikel padat yang teraspirasi menyebabkan obstruksi jalan nafas, konstriksi bronchus, kerusakan alveolar dan endotel kapiler. Patogenesis Cairan yang ikut tertelan masuk lambung menambah berat aspirasi dan kerusakan- kerusakan saluran nafas, lebih separuh penderita tenggelam mengalami sindrom gagal nafas akut = Acuta respiratory distress sindrome (ARDS). Bila terjadi benturan pada kepala sehingga terjadi cedera otak dimana terjadi edema otak dan naiknya tekanan intra cranial akan memperburuk perfusi serebri dan hipoksia semakin berat. Patogenesis Hipoksia, asidosis metabolik dan respiratorik pada pemeriksaan Analisa gas darah (Astroof), reflek vagal dan gangguan elektrolit menyebabkan artimia Atrium dan Aritmia Ventrikel jantung (VES, SVES). Hipoksemia dan hipotomi menyebabkan acute tubular necrosis ginjal. Disseminated intravascular coagulation (DIC) menyebabkan rhabdomyolisis dan hemolisis yang berakhir gagal ginjal. Gambaran Klinis Terisinya alveoli oleh air serta hilangnya surfaktan dan cedera kapiler menyebabkan atelektase dan edema paru-paru. Aspirasi cairan yang keruh dan kotor serta banyak benda asing menyebabkan cedera paru yang lebih parah. Pada foto dada awalnya bisa normal, tetapi 2 sampai 3 hari akan didapat infiltrat pada kedua paru dan selanjutnya terjadi sindrom gagal nafas akut. Pada para penyelam dengan tabung gas dapat terjadi barotrauma, pneumothorak, dan emboli udara. Pengobatan Harus dibebaskan jalan nafas dari kotoran dan air yang didapat di saluran napas (airway). Hipoksia harus secepatnya diatasi dengan intubasi endotracheal. Pernafasan (breating) harus dijaga normal, dengan pAO2 = tekanan arteri oksigen lebih dari 90% dengan pemberian oksigen konsentrasi tinggi atau dengan CPAP = Continous positive airways pressure dengan ventilator (mesin nafas) dengan positive end expiration pressure (PEEP). Pengobatan Sirkulasi (circulation) darah dari jantung harus dibuat stabil. Hipotensi yang terjadi perlu resusitasi yang cukup dengan cairan. Monitor cairan dengan pemasangan central venous pressure (CVP). Koreksi gangguan asam basa, yang diperoleh dari pemeriksaan analisa gas darah (Astroof). Pemberian Bicarnonas Natricus harus hati-hati, karena sering tak perlu diberikan. Ventilator diperlukan agar dapat diatasi alkalosis metabolik berat. Pengobatan Koreksi elektrolit pada tenggelam di air tawar tidak diperlukan. Pada tenggelam di air asin akan terjadi hiper Natriaemia dan hiperchloraemia dimana perlu diuresis yang kuat. Mengoreksi cairan intra vena dan bila perlu hemodialisa bila terjadi hiperkalsemia dan hipermagnesemia. Prognosis Dirawat di ICU rumah sakit 58% berhasil terutama bila tidak ada defisit neurologis. Pra hospital dengan ABC amat menentukan prognosis keberhasilan. Daftar Bacaan Pradjoko Ismu dkk. Farmacia. Vol. VI. No.9, April 2007. 31-32. Basic Life Support Drowning. TNI-AL. RS Mintohardjo. (Korespondensi). Terima Kasih