Anda di halaman 1dari 40

ISTC

International
Standard for
Tuberculosis Care

Deddy herman
TB MASALAH
DULU & SEKARANG
Didukung oleh :
WHO
Dutch Tuberculosis Foundation ( KNCV )
American Thoracic Society (ATS)
International Union Against Tuberculosis & Lung DiseaseI
(IUATLD)
US Centers for Disease Control & Prevention
Stop TB Partnership
Indian Medical Association
Organisasi Profesi Indonesia :
IDI, PDPI, IDAI, PAPDI, POGI, PAMKI
ISTC
ISTC : kumpulan standar penanganan TB
internasional untuk dapat diterima luas yang harus
dijalankan oleh semua praktisi
Standar ini digunakan untuk semua jenis TB
Jika penanganan TB dibawah standar maka
kemungkinan gagal, MDR (multy drug resistant) akan
ISTC terdiri dari : 1-6 standar diagnosis, 7-13 standar
pengobatan, 14-17 standar penanganan TB dengan
infeksi HIV dan komorbid lain dan 18-21 standar
pelayanan kesehatan masyarakat
6 Standar Diagnosis
Standar 1

Setiap individu dengan batuk produktif selama
2-3 minggu atau lebih yang tidak dapat
dipastikan penyebabnya harus dievaluasi untuk
tuberkulosis
Standar 2
Semua pasien yang diduga menderita TB paru,
(dewasa, remaja dan anak yang dapat
mengeluarkan dahak) harus menjalani
pemeriksaan mikroskopis sputum sekurang-
kurangnya 2 kali dan sebaiknya 3 kali
Bila memungkinkan minimal 1 x pemeriksaan
berasal dari sputum pagi hari
Standar 3
Pada semua pasien yang diduga menderita TB
ekstra paru, (dewasa, remaja dan anak) harus
diambil bahan pemeriksaan mikroskopis dari
kelainan yang dicurigai.
Bila tersedia fasilitas dan sumber daya, juga
harus dilakukan biakan dan pemeriksaan
histopatologi

Pemeriksaannya mudah, dapat dilakukan di
hampir semua pusat kesehatan
Data terakhir :
Pemeriksaan sputum I : kepositifan 83-87%
sputum II : kepositifan bertambah 10-12%
sputum III : kepositifan bertambah 3-5%

Sedikit M.tb yang ditemukan pada ekstra
paru
Pada pleuritis tb : BTA (+) hanya 5-10%
Pada meningitis TB lebih rendah lagi
Biakan dan pemeriksaan histopatologi lebih
penting (spt biopsi jarum pada kgb)
Standar 4
Semua individu dengan foto toraks
yang mencurigakan akan TB harus
menjalani pemeriksaan sputum secara
mikrobiologi
Standar 5
Diagnosis TB paru, BTA negatif harus berdasarkan
kriteria sebagai berikut :
pemeriksaan mikroskopis sputum negatif paling
kurang 3x (termasuk minimal 1x terhadap sputum
pagi hari),
foto toraks menunjukkan kelainan sesuai TB,
tidak ada respons terhadap antibiotik spektrum
luas
Bila ada fasilitas, pada kasus tersebut harus
dilakukan pemeriksaan biakan. Pada pasien dengan
atau diduga HIV, evaluasi diagnostik harus
disegerakan, klinis mendukung pengobatan dimulai
Standar 6
Diagnosis TB intratoraks (paru, pleura,KGB
hilus/mediastinum) pada anak dengan BTA
negatif harus berdasarkan
foto toraks yang sesuai dengan TB dan
terdapat riwayat kontak dengan penderita menular
atau bukti infeksi tb (uji tuberkulin/interferon gamma
release assay positif)
Pada pasien demikian, bila ada fasiliti harus dilakukan
pemeriksaan biakan dari bahan yang berasal dari
batuk, bilasan lambung atau induksi sputum
Standard 7
Setiap praktisi menjalankan fungsi
kesehatan masyarakat
Mampu memberikan paduan pengobatan yang
sesuai dan memantau kepatuhan pengobatan
Terjamin kepatuhan pengobatan lengkap
Standar 7
Melindungi penyebaran TB di masyarakat
Deteksi pasien TB mengobati dengan
pengobatan yang efektif menjamin
kesembuhan
Tidak hanya mengobati TB-nya saja tetapi juga
penyakit penyerta, kesehatan masyarakat
Mengobati dengan regimen standar
Standar 8
Semua pasien (termasuk HIV) yang belum pernah
diobati
Paduan lini pertama
- Fase awal : RHZE ; 2 bulan & Fase lanjutan : RH ; 4
bulan
Pemberian HE selama 6 bulan paduan alternatif
khususnya HIV jika keteraturannya tak dapat dinilai
Kerugiannya : kekambuhan dan kegagalan yang
Dosis OAT sesuai rekomendasi internasional
Kombinasi dosis tetap : 2 obat ( RH), 3 obat (RHZ),
4 obat ( RHZE) sangat dianjurkan untuk yg tidak
dilakukan pengawasaan langsung saat menelan obat
Rifampisin merupakan tulang punggung OAT sangat efektif 2
bln dengan pirazinamid lama pengobatan minimal 6 bulan
jika < 6 bln maka angka kekambuhan
Pada penderita TB-HIV jika diberi rifampisin maka angka
kekambuhan minimal
WHO dan IUTLD tidak merekomendasi pemberian intermiten
2x/minggu pada fase lanjutan
Pengobatan TB pada keadaan khusus seperti kelainan ginjal, hati,
kehamilan,HIV sesuai petunjuk
Tidak ada bukti bahwa kombinasi dosis tetap lebih baik dari pada
OAT yang bukan kombinasi
Kombinasi dosis tetap : me resistensi serta kesalahan medik,
kepatuhan penderita
Tabel 1. Rekomendasi pasien yang tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya
Ranking Fase awal Fase lanjutan
dianjurkan RHZE
1,2
tiap hari,2 bulan
RHZE
11,2
3x/minggu,2 bulan
RH tiap hari ,4 bulan
alternatif RHZE tiap hari, 2 bulan HE tiap hari , 6 bulan
Tabel 2. Dosis OAT lini pertama pada dewasa dan anak

Obat
Dosis yang direkomendasi dalam mg/kg BB
Tiap hari 3X/minggu
Isoniazid (H) 5 (4-6),maximum 300 / hari 10
Rifampisin
(R)
10 (8-12), maks 600 /hari 10 (8-12),maks 600 /hari
Pirazinamid
(P)
25 (20-30) 35 (30-40)
Etambutol (E) anak 20 (15-25)*
Dewasa 15 (15-20)
30 (25-35)
Streptomisin
(S)
15 (12-18) 15 (12-18)
Standar 9
Menjaga dan menilai kepatuhan terhadap pengobatan
perlu dikembangkan berdasarkan kebutuhan pasien
Supervisi dan dukungan :
Gender, Kel.usia tertentu, Edukasi dan Konseling pasien
Elemen utama pada strategi yang berpihak kepada
pasien pengukuran untuk menilai dan meningkatkan
kepatuhan berobat
Pengukuran khusus dibuat untuk masing-masing
individu dan dapat diterima baik oleh kedua pihak
Salah satu pengukuran : pengawasan langsung minum
obat oleh PMO diterima oleh pasien dan sistem
kesehatan serta bertanggung jawab kepada pasien dan
sistem kesehatan

Standar 9
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Sosial ekonomi
Sistim kesehatan/ sistim pelayanan
kesehatan
Kondisi pasien
Pengobatan
Pasien

Standar 10
Respon terapi harus dimonitor
Penilaian : pengulangan sputum minimal 2x yaitu
pada akhir fase awal, bulan ke 5 dan akhir
pengobatan
Gagal terapi : BTA tetap (+) pada bulan ke 5
diberikan obat dgn modifikasi yang tepat (
standar 14 dan 15 )
Penilaian respon terapi pd TB ekstra paru dan
anak : secara klinis
Pemeriksaan foto toraks untuk evaluasi tidak
diperlukan menyesatkan

lanjutan
Memantau pasien :
Respon pengobatan
Efek samping obat
Gagal terapi pada bulan ke 5 memerlukan
kultur resistensi
Foto toraks sering digunakan untuk evaluasi
tidak dapat dipercaya untuk evaluasi pengobatan

Standar 13
Pencatatan tertulis :
Semua pengobatan yang diberikan
Respons bakteriologik
Efek samping
Standar 13
Pencatatan pelaporan sangat penting untuk
mengetahui pasien yang gagal terapi, pindah
atau pelacakan pasien DO
Pencatatan pelaporan yang baik dapat
memberikan hasil pemeriksaan :mikroskopik/
kultur, foto toraks , perbaikan klinik, efek
samping dll
Pencatatan juga penting untuk mengetahui jenis
riwayat pengobatan kasus kambuh, DO, MDR
Setiap Petugas Kesehatan (pemerintah &
Swasta) punya tanggung jawab kesehatan
masyarakat

terimakasih

Anda mungkin juga menyukai