LAPORAN KASUS Satrio Nindyo Istiko 1310221080 KASUS BAB I IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.S Umur : 39 tahun Alamat : Serka Pekerjaan : Tentara Status : Sudah menikah Tanggal Masuk : 10 Juli 2014 Tanggal Anamnesa : 10 Juli 2014 ANAMNESA KELUHAN UTAMA: Mata kiri merah RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG: Pasien datang dengan keluhan mata kiri merah sejak 4 hari yang lalu. Mata merah tersebut tidak diikuti dengan penurunan penglihatan. Awalnya, pasien naik sepeda, lalu ada hewan terbang yang mengenai mata. Kemudian, mata kiri pasien merah disertai adanya rasa mengganjal. Pasien menyangkal kalau dirinya sering mengejan berlebihan atau batuk-batuk dalam waktu lama.
Selain itu, mata kiri pasien tidak terasa gatal dan tidak mengeluarkan sekret pada pagi hari saat bangun tidur. Mata kiri pasien juga tidak terasa nyeri, silau ketika melihat cahaya, berair, dan disertai kelopak mata bengkak.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU: Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Pasien mengalami trauma pada mata kiri karena hewan terbang 4 hari yang lalu. Pasien menyangkal memiliki hipertensi. Pasien menyangkal memiliki alergi. Pasien menyangkal memiliki DM dan tidak pernah memeriksa gula darahnya.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA: Tidak ada keluarga dan orang dekat yang sakit seperti ini. Riwayat keluarga menderita gangguan pembekuan darah disangkal.
RIWAYAT PENGOBATAN: Pasien tidak pernah mengonsumsi obat-obat antikoagulan. Pasien belum pernah memeriksakan keluhannya sekarang.
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI: Pasien bekerja sebagai tentara. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS. Kesan ekonomi: cukup.
PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum: Kesadaran : Compos mentis Aktivitas : Normoaktif Kooperatif : Kooperatif Status gizi : Baik Tanda Vital: Tekanan Darah : 110/70 mmHg Frekuensi Nadi : 78 x/menit Frekuensi Respirasi : 21 x/menit Suhu : 36.2C Status Generalis: dalam batas normal FOTO MATA TN.S
SKEMA MATA TN.S Skema Mata Tn. S Hematom Subkonjungtiva
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan Prothrombin Time (PT) dan Activated Partial Thrombin Time (APTT) DIAGNOSIS BANDING Oculus Sinister: OS Hematom Konjungtiva Ex Causa Trauma Tumpul dipertahankan karena pasien mengeluhkan mata merah disertai adanya rasa mengganjal yang muncul post trauma dari hewant terbang yang mengenai mata. Berdasarkan pemeriksaan, ditemukan perdarahan subkonjungtiva dan sklera berwarna merah arah temporal. OS Perdarahan Konjungtiva Spontan disingkirkan karena hematom subkonjungtiva yang terjadi ditimbulkan oleh trauma. Faktor resiko seperti mengejan berlebihan, batuk dalam waktu yang lama, hipertensi, dan mengonsumsi obat-obat antikoagulan juga disangkal. OS Konjungtivitis disingkirkan karena mata kiri pasien tidak terasa gatal dan tidak ada secret yang keluar pada pagi hari. Dari pemeriksaan, tidak ditemukan injeksi konjungtiva. OS Episkleritis disingkirkan karena mata kiri pasien tidak terasa nyeri, silau ketika melihat cahaya, berair, dan disertai kelopak mata bengkak. Dari pemeriksaan, tidak ditemukan sklera berwarna biru. DIAGNOSIS KERJA OS HEMATOM SUBKONJUNGTIVA EX CAUSA TRAUMA TUMPUL TERAPI Medikamentosa: Topikal: Isotic neolysion 5ml (yang berisi polikmiksina sulfat 6000 IU, neomisin sulfat 5mg, deksametason na fosfat 1,3mg) 3x1 tetes perhari OS Cd. Vasacon 3x1 tetes OS Oral: Asam Traneksamat 3 x 500 mg Parenteral: - Operatif: Bila terdapat kelainan pada kornea juga dapat dilakukan sayatan dari konjungtiva untuk drainase dari perdarahan.
Non-Medikamentosa: Kompres air hangat PROGNOSIS OCULUS DEXTER (OD) OCULUS SINISTER (OS) Quo Ad Visam : Bonam Bonam Quo Ad Sanam : Bonam Bonam Quo Ad Functionam : Bonam Bonam Quo Ad Kosmetikam : Bonam Bonam Quo Ad Vitam : Bonam Bonam KOMPLIKASI Perdarahan subkonjungtiva akan diabsorpsi sendiri oleh tubuh dalam waktu 1-2 minggu, sehingga tidak ada komplikasi serius yang terjadi. Pada perdarahan subkonjungtiva yang sifatnya menetap atau berulang harus dipikirkan keadaan lain dan pemeriksaan lebih lanjut karena dapat dicurigai limfoma adneksa okuler EDUKASI Menjelaskan kepada pasien jika keadaan ini bisa disebabkan karena bagian mata yang dinamakan konjungtiva mengandung banyak pembuluh darah kecil yang rapuh dan mudah pecah sehingga dapat pecah walaupun tidak diketahui penyebabnya. Perdarahan subkonjungtiva bisa disembuhkan dan dalam waktu 1-2 minggu perdarahan ini akan diabsorbsi sendiri oleh tubuh, sehingga tidak ada komplikasi serius yang terjadi. Apabila perdarahan ini menetap ataupun berulang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kompres air hangat untuk membantu proses penyembuhan. RUJUKAN Pasien tidak perlu dirujuk ke bagian disiplin ilmu lainnya. PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA BAB II DEFINISI DAN ETIOLOGI Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rupturnya pembuluh darah dibawah lapisan konjunctiva. Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan-keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemoragic, anemia, pemakaian antikoagulan dan batuk rejan).Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma langsung maupun tidak langsung, yang kadangkadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi. KLASIFIKASI PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA SPONTAN: Perdarahan tipe ini diakibatkan oleh menurunnya fungsi endotel sehingga pembuluh darah rapuh dan mudah pecah. Keadaan yang dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi rapuh adalah umur, hipertensi,arterisklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan dan batuk rejan. Perdarahan subkonjungtiva tipe spontan ini biasanya terjadi unilateral. PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA TRAUMATIK: Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sebelumnya mengalami trauma di mata langsung atau tidak langsung yang mengenai kepala daerah orbita.Perdarahanyang terjadi kadang kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi. Pada fraktur basis kranii akan terlihat hematoma kaca mata karena berbentuk kacamata yang berwarna biru pada kedua mata (racoon eyes). Trauma tumpul yang mengenai konjungtiva dapat menyebabkan dua hal, yaitu : EDEMA KONJUNGTIVA: Kemosis adalah nama yang diberikan untuk edema atau pembengkakan pada konjungtiva. Pembuluh darah konjungtiva membesar karena kompresi venaorbital dan dalam kasus yang parah konjungtiva dapat menjadi edema sehingga terbentuk sebuah kantong berisi cairan menggantung di bawah kelopak mata.Hal ini terjadi terutama dengan peradangan tetapi juga dapat terjadi secara terpisah, misalnya karena abnormalitas aliran orbita atau obat-obatan tertentu.Selain itu kemosis konjungtiva mungkin terjadi karena alergi, meskipun agen penyebabnya seringkali tidak dapat ditemukan. HEMATOM SUBKONJUNGTIVA: Bila perdarahan ini timbul sebagai akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan bahwa tidak terdapat robekan di di bawah jaringan konjungtiva atau sklera. ANAMNESA Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis yang berhubungan dengan perdarahan subkonjungtiva selain terlihat darah pada bagian sklera. Sangat jarang mengalami nyeri ketika terjadi perdarahan subkonjungtiva pada permulaan. PEMERIKSAAN FISIK Perdarahan subkonjungtiva sendiri akan jelas terlihat, permukaannya berwarnamerah terang dan halus disekitar sklera bahkan seluruh permukaan sklera dapatterisi darah. Pada perdarahan subkonjungtiva spontan (idiopatik), tidak ada darah yang akan keluar dari mata. Jika mengusapkan tisu ke bola mata maka tidak akandidapati darah di tisu tersebut. Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama setelah itu kemudianakan berkurang perlahan ukurannya karena diabsorpsi.Karena struktur konjungtiva yang halus, sedikit darah dapat menyebar secara difus di jaringan ikat subkonjungtiva dan menyebabkan eritema difus, yang biasanya memiliki intensitas yang sama dan menyembunyikan pembuluh darah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pasien dengan pendarahan berulang, tes laboratorium seperti Prothrombin Time (PT), Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) dan hitung darah lengkap harus diperiksa untuk menyingkirkan penyakit sistemik. Tes laboratorium ini juga penting untuk pasien yang menggunakan obat antikoagulan seperti heparin dan warfarin, penyakit von Willebrand's, hemofili, dan defisiensi vitamin K. Tes laboratorium PT adalah untuk protrombin, yang merupakan protein yang diproduksi oleh hati dan yang produksinya tergantung pada vitamin K. PT mengevaluasi mekanisme pembekuan ekstrinsik, termasuk faktor I, II, V, VII dan X. TERAPI Perdarahan subkonjungtiva biasanya tidak memerlukan pengobatan.Pada bentuk-bentuk berat yang menyebabkan kelainan dari kornea, dapat dilakukan sayatan dari konjungtiva untuk drainase dari perdarahan. Pemberian air mata buatan juga dapat membantu pada pasien yang simtomatis. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dicari penyebab utamanya, kemudian terapi dilakukan sesuai dengan penyebabnya
Asam Traneksamat: Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans dari asam karboksilat siklobeksana aminometil. Secara invitro, asam traneksamat 10 kali lebih poten dari asam aminokaproat.Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor dari activator plasminogen dan penghambat plasmin.Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin dan factor pembekuan darah lain, oleh karena itu asam traneksamat dapat digunakan untuk membantu mengatasi pendarahan akibat fibrinolysis yang berlebihan.
TRAUMA TUMPUL BAB III TRAUMA TUMPUL PALPEBRA HEMATOM PALPEBRA: Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Bila pendarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk kaca mata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut sebagai hematoma kaca mata. Hematoma kaca mata merupakan keadaan gawat. Hematoma kaca mata terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. ABRASI DAN LASERASI KELOPAK MATA: Adanya defek kelopak mata, harus dilakukan penutupan langsung jika memungkinkan, karena hal ini dapat memberikan hasil fungsional dan kosmetik yang paling baik. TRAUMA TUMPUL KONJUNGTIVA EDEMA KONJUNGTIVA: Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik akibat trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip, maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva. Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva. HEMATOM SUBKONJUNGTIVA: Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada / atau di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Perdarahan superfisial dapat tampak mengkhawatirkan tetapi sebenarnya tidak berarti banyak. Jejak perdarahan biasanya hilang dalam satu atau dua minggu. TRAUMA TUMPUL KORNEA EDEMA KORNEA: Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema kornea, bahkan hingga ruptur basement Descement. Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi di sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif. Edema kornea akut terjadi akibat disfungsi endotel kornea local atau difus. Biasanya terkait dengan pelipatan pada membran Descemet dan penebalan stroma. EROSI DAN ABRASI KORNEA: Erosi kornea karena keadaan dimana epitel kornea terkelupas. Hal ini dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Dalam waktu cepat, epitel sekitarnya akan bermigrasi dan menutupi defek epitel tersebut.Pasien akan merasa sakit sekali karena erosi merusak kornea yang memiliki banyak serat sensible, mata yang berair, blefarospasme, fotofobia, dan penglihatan yang terganggu akibat kornea keruh. Apabila erosi terdapat didepan area pupil, pasien akan mengeluh penurunan tajam penglihatan yang buruk. Pada pemeriksaan fluorescein, akan tampak defek epitel kornea yang berwarna hijau. TRAUMA TUMPUL COA HIFEMA: Hifema merupakan keadaan dimana darah terdapat dalam bilik mata depan. Hal ini dapat disebabkan oleh trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Sel darah merah akan menumpuk pada inferior bilik mata depan dan membentuk fluid level kecuali terjadi hifema total. Terkadang, sesudah hifema hilang atau satu minggu setelah trauma, dapat terjadi perdarahan baru atau hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat. TRAUMA TUMPUL IRIS IRIDODIALISIS: Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil dapat berubah.
Robekan pada pangkal iris dapat terjadi akibat trauma tumpul dan mengakibatkan berubahnya bentuk pupil. Pupil biasanya berbentuk huruf D dan dialysisnya terlihat sebagai area bikonveks gelap deket limbus. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Akan terlihat pupil lonjong pada iridodialisis dan biasanya terjadi bersama hifema. IRIDOPLEGIA: Trauma tumpul pada uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter pupil (iridoplegia) sehingga pupil menjadi lebar. Kerusakan pada sfingter pupil dapat menyebabkan midriasis traumatik, yang dapat bersifat sementara ataupun permanen. Reaksi pupil menjadi lambat ataupun menghilang pada refleks cahaya dan akomodasi. Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, dan silau akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil. IRIDOREKSIS: Robekan pada akar iris sehingga pupil agak ke pinggir letaknya pada pemeriksaan biasa terdapat warna gelap selain pada pupil. TRAUMA TUMPUL LENSA DISLOKASI LENSA: Trauma tumpul lensa dapat menyebabkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonula Zinn yang akan mengakibatkan kedudukan lensa terganggu. SUBLUKSASI LENSA: Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula Zinn sehingga lensa berpindah tempat. Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Subluksasi lensa akan memberikan gambaran pada iris berupa iridodonesis. LUKSASI LENSA ANTERIOR: Bila seluruh zonula Zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat masuk ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan, maka akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul glaukoma kongestif akut dengan gejala-gejalanya.
LUKSASI LENSA POSTERIOR: Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terkjadi luksasi lensa posterior akibat putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa terjatuh ke dalam badan kaca. Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya. TRAUMA TUMPUL RETINA EDEMA RETINA: Edema retina akan memberikan warna retina yang lebih abu-abu. Edema retina pada trauma tumpul juga akan mengakibatkan edema makula sehingga tidak akan tampak cherry red spot. ABLASIO RETINA: Biasanya pasien telah memiliki bakat untuk terjadinya ablasi retina, seperti retina tipis akibat retinitis semata, miopia, dan proses degenerasi lainnya. Pada pasien akan terdapat keluhan seperti adanya selaput yang seperti tabir yang mengganggu lapang pandangnya. TRAUMA TUMPUL KOROID Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar kosentris di sekitar papil saraf optik. Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka tajam penglihatan akan turun drastis. Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina agak sukar dilihat namun bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan terlihat bagian ruptur bewarna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa koroid TRAUMA TUMPUL SARAF OPTIK Pada trauma tumpul dapat terjadi avulsi saraf optik atau terlepasnya saraf optik dari pangkal-pangkalnya di dalam bola mata. Keadaan ini menyebabkan penurunan visus dan sering berkahir pada kebutaan.Selain itu, trauma tumpul juga dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik, demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik. Penglihatan akan berkurang setelah cidera mata dan terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retina. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah gangguan penglihatan warna dan lapang pandang.