Anda di halaman 1dari 27

OLEH:

ABDUL RAUF
Daerah
Bumi
Komponen
Utama
Keadaan
Utama
Tebal
(km)
Atmosfer
Nitrogen, Oxygen, Uap air,
Carbon diok., Gas
2
mulia
Gas -
Hydrosfer
Air (asin dan segar),
Es & Salju
cair, se-
bag.padat
3,8
Kerak Batu
2
an Silikat Padat 17
Mantel
Silikat
2
, Magnesium, Besi
padat (rapat) dan Oksida
2

Padat 2.866
Inti Besi dan Nikel
Cair, pdt
di pusat
3.471
DAERAH BUMI
Karakteristik fisik dan kimia
daerah bumi (Mason,1966).
MAGMA
Komposisi kimia :
1. Senyawa non volatile: 99%, mayor elemen,
SiO
2
, Al
2
O
3
, Fe
2
O
3
, FeO, MnO, CaO, Na
2
O, K
2
O,
TiO
2
dan P
2
O
5
.
2. Senyawa volatile (gas): CH
4
, CO
2
,HCl, H
2
S,
SO
2
, NH
3
dsb.
3. Trace element (minor): Rb, Ba, Sr, Ni, Co, V,
Li, Cr, S, Pb.

DELAPAN UNSUR TERBANYAK PADA KERAK
Unsur % Berat Unsur % Berat
O 46,60 Mg 2,09
Si 27,72 Ca 3,63
Al 8,13 Na 2,83
Fe 5,0 K 2,59
PERUBAHAN SIFAT MAGMA

Magma dapat berubah sifatnya oleh ada-
nya proses :
Hibridisasi
Percampuran dua magma yang berlainan
jenisnya.
Sinteksis
proses asimilasi dengan batuan samping.
Anteksis
peleburan batuan di lokasi yang sangat
dalam.

a. Tahapan kristalisasi
b. Jarak dgn asal magma: - Intra magmatic
- Peri magmatic
- Krypto magmatic
- Apo magmatic
- Tele magmatic
c. Pengendapan: - Kristalisasi dalam magma.
- Terbentuk pada lubang.
- Metasomatisme/replacement
d. Bentuk endapan : - Massif (irregular)
- Stockwork.
- Vein (urat).
- Lapisan.
e. Waktu : - Syngenetic (bersamaan).
- Epigenetic (tidak bersamaan).

1. Fragsinasi
Pemisahan kristal dari larutan magma,
Proses kristalisasi
Perubahan temperatur dan tekanan
2. Gravitational settling (crystal settling)
Pengendapan kristal oleh gaya gravitasi.
3. Liquid Immisibility
Pembekuan larutan magma
Membentuk bahan yang heterogen.
4. Crystal flotation
Pengapungan kristal ringan (sodium & potasium)
5. Vesiculation
Banyak volatil CO
2
,SO
2
, Cl
2
dan H
2
O,
6. Diffusion
Percampuran dinding dan magma

Batuan beku: terbentuk dari pembekuan magma.
Batuan sedimen (detritus): dari pengendapan
bahan-bahan padat dan diangkut dalam
suspensi oleh media angkut(air, udara).
Batuan metamorphic: telah berubah dari aslinya,
tekstur dan komp. mineral, oleh panas, tekanan
dan larutan didalam bumi.

Batuan beku dikelompokkan :
1. Batuan beku dalam (deep seated
rock/tiefengestiene)
2. Batuan beku gang (dike rock/gangestiene)
3. Batuan beku luar (effusive rock/ergusngestein)
Nama Batuan yg terbentuk dr pembekuan magma




TEMPAT
PEMBE-
KUAN
SIFAT BATUAN
ASAM
INTERME
DIATE
BASA
ULTRA
BASA
LUAR
GANG
DALAM
LOGAM UNSUR MINERAL
RUMUS
KIMIA
PRIMER/
SEKUNDER
Besi Fe
Magnetit
Hematit
Ilmenit
Fe3O4
Fe2O3
FeTiO3
Primer
Sekunder
Timah Pth Sn Casiterite SnO2
Primer
Sekunder
Timah Htm Pb
Air Raksa Hg
GEOLOGI PERTAMBANGAN
Keberadaan endapan bahan galian tidak terle-
pas dari kondisi geologinya. Geologi Pertam-
bangan, dapat menjelaskan tentang Fisiografi,
Stratigrafi dan Struktur Geologi.
1. Penjelasan Fisiografi
Berkaitan dengan kondisi fisik suatu wilayah :
1. Ketinggian dan Relief
2. Topografi
3. Morfologi
4. Geomorfologi
5. Pola pengeringan
6. Gerakan Tanah
7. Hidrologi

2. Penjelasan Stratigrafi
Berkaitan dengan Formasi dan Litologi :
1. Perlapisan
2. Susunan perlapisan batuan
3. Ketidak selarasan
4. Nama batuan
5. Jenis batuan
6. Sifat batuan
7. Umur batuan

3. Penjelasan Struktur Geologi
Berkaitan dengan :
1. Sesar
2. Rekahan
3. Patahan
4. Pelipatan
PETUNJUK REGIONAL
Pelajari literatur sebelum mencari EBG. Petunjuk ada-nya
EBG meliputi petunjuk mineralogis, petunjuk fisiografis,
petunjuk geomorfologi, petunjuk litologi, petunjuk
stratigrafi, petunjuk struktur dan petunjuk iklim dan
topografi.

1. Petunjuk Mineralogis
Metallogenic province : kesatuan kandungan mine-ral,
dicirikan dengan komposisi mineral, bentuk dan intensitas
mineralisasi (Petroscheck, 1965).
Bateman (1950): satuan wilayah dicirikan adanya
mineralisasi dengan satu tipe mineral dominan.
Konsep ini telah digunakan oleh Lindgren (1909,1933),
Launay (1913) dan Spurr (1923).
Metallogenic province membentang ratus-
an sampai ribuan kilometer.

Berdasarkan data distribusi mineral yang
ditemukan, tempat penemuan, struktur
tektonik dan umur batuan dapat dibuat
metallogenic province berupa jalur
mineralisasi.

Di Indonesia beberapa ahli menamakan
mandala metalogen yang terbagi menjadi
beberapa jalur yaitu :
a. Jalur Nias
Dari Asia, P. Simelue, P. Enggano dan Selatan Jawa. Berumur
Kapur sampai Tersier Awal dengan kemungkinan endapan Mn.
b. Jalur Bengkulu
Kep. Banyak, Selatan Jawa, Nusa Tenggara. Batuan volkanik
dan pluton (intermediet), Kapur Akhir-Tersier. Di bagian luar Fe,
bagian tengah Au, Ag dan Cu, bagian dalam Cu, Zn, Hg dan Mn.
c. Jalur Barisan- Bobaris
Aceh, Peg Bukit Barisan, Lampung, Bobaris (Meratus). Di
Sumatera (Asam-Int): Ag, Au, Pb dan Zn. Di Kalimantan (Ultra
Basa): Au, Ag dan Pt. Di P. Sebuku (Basa): U, Th, Ra dan (U
Basa): Su, Ni dan Fe.
d. Jalur Bangka
Dari Malaysia Barat, Riau, P. Lingga, P. Singkep, P. Bangka dan
P. Belitung. Batuannya Asam (Paleozoik Akhir - Mesozik Awal):
Sn, Wo, Monasit dan Zirkon. Dimungkinkan jalur ini terus ke
Malaysia (jalur kucing) dg kandungan Fe, Au, Cu, Pb, Zn, Sb, Mc.
e. Jalur Serawak-Sulu
Dari daerah Serawak Utara, Tarakan, Sabah sampai ke Kepulauan
Sulu. Beberapa batuan sedimen dan batuan beku asam
intermediet yang berumur Kapur akhir sampai Tersier Awal.
Asosiasi mineralnya adalah Au, Ag, Hg dan Mn.
f. Busur Barat Sulawesi
Dari kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan sampai
Pulau Selayar. Umumnya terdiri dari batuan vulkanik, pluton asam
dan intermediet. Mineralisasi pada kala Tersier Awal sampai
Pliosen Au, Ag, U, Pb, Zn dan Mc.
g. Jalur Sulawesi Tenggara
Kep. Talaud - Sulawesi Tenggara, Ultra basa, Mezoikum Tengah,
Ni-Fe laterit, Cr dan Mg.
h. Jalur Waigeo
Halmahera Timur, Kepala Burung Utara - Irian Jaya Utara. Ultra
basa, asam dan intermediet, Tersier Akhir. Asosiasi Cr, Co, Ni, Fe
laterit, Au dan Cu.

i. Jalur Timor
Dari Australia yang bercampur dengan batuan kerak asia pada suatu
palung. Timor Buton, Mezoikum, Cu (tipe cyprus/hawai) dan Mn.
j. Jalur Ertsberg/Jaya Wijaya
Peg. Jaya Wijaya, Uberupa batuan ultra basa yang berasosiasi dengan
Cr, Co dan sedikit Ni, Fe laterit. Di bagian Selatan berupa batuan asam
sampai intermediet yang mineralisasinya pada Kapur Akhir sampai
Tersier Awal dan berasosiasi dengan Au dan Cu.
k. Jalur Sula
Dari Kepulauan Sula, Banggai, Misool, sebagian Irian Jaya dan
Australia Utara. Batuan sedimen dari daratan Australia. Asosiasi placer
Au dan Mn. Mineralisasi terjadi pada Mesozik Akhir-Mesozoik Awal.
2. Petunjuk Fisiografis
Menurut Westerveld (1949) penyebaran endapan bahan galian di
Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan teori orogen, tektonik,
magnetik purba serta jenis batuan dan umurnya. Orogen diikuti intrusi
dibagi menjadi 5 orogen yaitu :
a. Orogen Malaya
Pulau2 di Timur Sumatera dan Kalimantan Barat, Yura, Intrusi magma
granit, Sn, Al, Au, Cu dan Mo.
b. Orogen Sumatra
P. Sumatera dan Kal. Selatan bag Timur, Kapur. Ciri-ciri intrusi masa
granit sampai agak Basa, Kapur Atas. Fe, Zn, Cu, Au, Ag, Intan dan Ni.
c. Orogen Sunda
Meliputi daerah pantai Barat Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara bagian
Barat, Sulawesi dan Sulawesi Utara yang berumur Miosen Tengah. Ciri-
ciri intrusi masa granit dan diorit dengan urat kuarsa. Asosiasi
mineralnya mengandung Au, Ag dan Mn.
d. Orogen Maluku
Meliputi pulau-pulau bagian Barat Sumatera, Timor, Maluku dan
Sulawesi bagian Timur yang berumur Pliosen. Ciri-cirinya intrusi masa
gabro - peridotit dengan endapan bahan galian yang diharapkan
mengandung Ni, Fe, Cr dan Cu.
e. Orogen Halmahera - Irian
Meliputi Halmahera dan Irian dengan ciri-ciri intrusi batuan ultra basa
dan asam yang mengandung Au, Ni dan Cu.

3. Petunjuk Geomorfologi
Petunjuk berdasarkan kenampakan morfologi dan pola pengaliran,
misalnya :
a. Air terjun menunjukkan adanya batuan yang resisten atau sesar.
b. Bukit memanjang menunjukkan adanya vein atau urat.
c. Dataran aluvial dan teras sungai menunjukkan endapan bijih placer.
d. Tanggul pantai, berasosiasi dengan endapan pasir besi.
e. Bukit-bukit berbentuk kerucut menunjukkan batu gamping.
4. Petunjuk Litologi
a. Emas pada batuan ultra basa (peridotit) dan batuan intermediet
(andesit mononite) contoh di Cikotok.
b. Batubara, pd bt sedimen klastik misal serpih, batulempung,
batulanau dan batupasir.
c. Batuan gunung api: Perlit, obsidian, bt apung, S dan kalsedon.

Jenis batuan dan sifat batuan:
a. Batuan asam asosiasinya adalah :
Mineral2 sulfida: Cu, PbS, ZnS, HgS, Au, Ag. Mineral oksida : Sn,
Mineral hidroksida : Al dan Mineral2 radioaktif
b. Batuan intermediet umumnya Au dan Ag.
c. Basa dan Ultra Basa : intan, Ni, Co, Pt, Cr, Norite dan permata
seperti garnet. Asbes (ultra basa) peridotit, serpentin di Halmahera.
d. Batuan metamorf berasosiasi marmer, asbes dan batu permata.
e. Batuan sedimen karbonatan: CaCO
3
, MnCO
3
. Aluvial: SnO
2
, Au
dalam bentuk nugget, Ag dan pasir besi (Fe). Pada endapan laut dapat
dijumpai nikel nodula dan Gips (Ca).
5. Petunjuk Stratigrafi
Petunjuk yang mengkaitkan formasi batuan yang mengandung mineral.
Adanya sedimentologi untuk mengenali lingkungan pengendapan.

6. Petunjuk Struktur
Petunjuk yang mengkaitkan kontrol struktur geologi dengan
terdapatnya mineral. hal ini disebabkan terbentuknya mineral pada
tempat tertentu yang merupakan daerah lemah sehingga mudah dilalui
larutan pembawa mineral. Misal yang berkaitan dengan gunung api
adalah hidrotermal, yang berkaitan dengan sesar adalah peningkatan
mutu batubara.

7. Petunjuk iklim dan topografi
Kondisi iklim dan topografi dapat pula menjadi petunjuk adanya
endapan bahan galian, misalnya dataran tinggi beriklim tropis
merupakan petunjuk pembentuk-an laterit. Bauksit laterit di Pulau
Bintan dan di Inggris, Besi laterit di Cuba.
PEMBATASAN DAERAH EKSPLORASI
Per-Men Pertbgan dan Energi, Nomor:04.P/21/M.PE/1984,
KP Penyelidikan umum maksimum 5.000 hektar
KP Eksplorasi maksimum 2.000 hektar.

Menurut Kreiter (1968), batasan daerah eksplorasi
disesuaikan dengan tahapannya, skala peta geologi yang
digunakan dan peta yang dibuat .
1. Prospeksi: Tahap reconnaissance skala 1: 1.000.000
atau 1 : 500.000, Tahap preliminary skala 1 : 200.000 atau
1 : 100.000, Tahap detailled skala 1 : 50.000.
2. Eksplorasi Pendahuluan skala 1 : 10.000 antara 10 s.d.
100 km
2
, skala 1 : 5.000 antara 5 s.d 25 km
2
.
3. Eksplorasi Detil skala 1 : 2.000 antara 1 s.d. 3 km
2
, skala
1 : 1.000 adalah 1 km
2
.
4. Eksplorasi Lanjut: skala 1 : 200 atau peta skala 1 : 100.
Luasan daerah Prospeksi dan Eksplorasi lanjut ini tidak
ditentukan.

PENELITI
IR.DRS. ABDUL RAUF, M.SC.

Geografi, UGM, 1985
Teknik Pertambangan, UPN, 1987
Eksplorasi, ITB, 1992
Lingkungan, AMDAL, 2001

Anda mungkin juga menyukai