Anda di halaman 1dari 25

ABSES PERITONSIL

Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel


respiratori.
Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang
mengelilingi faring.
Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat di dalam rongga mulut yaitu terdiri dari
1. tonsila palatina (tonsil faucial)
2. tonsila faring (adenoid)
3. tonsila lingualis (tonsil pangkal lidah)
4. tonsila tubaria
5. lateral band
6. granula.
5


Tonsil terletak di lateral orofaring, dibatasi oleh:
6

Lateral : m.konstriktor faringeus superior
Anterior : m.palatoglosus
Posterior : m.palatofaringeus
Superior : palatum mole
Inferior : tonsila lingualis

Fosa Tonsilaris
terletak pada tonsila palatine
dibatasi oleh otot-otot orofaring yaitu
batas anterior adalah m.palatoglosus atau disebut plika posterior
batas lateral atau dinding luarnya adalah muskulus konstriktor faringeus
superior
Plika anterior dan plika posterior bersatu di bagian atas pada palatum mole,
ke arah bawah terpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan dinding
lateral faring.
Kapsul Tonsil
Bagian permukaan lateral tonsil ditutupi oleh suatu membran jaringan ikat,
yang disebut kapsul
Kapsul tonsil mempunyai trabekula yang berjalan ke dalam parenkim.
Trabekula ini mengandung pembuluh darah, saraf-saraf dan pembuluh
eferen

Kriptus Tonsil
Kriptus tonsil berbentuk saluran yang tidak sama panjang dan masuk ke
bagian dalam jaringan tonsil
Umumnya terdiri dari 8-20 buah dan kebanyakan terjadi penyatuan beberapa
kriptus.
Secara klinik terlihat bahwa kriptus merupakan sumber infeksi, baik lokal
maupun sistemik karena dapat terisi sisa makanan, epitel yang terlepas dan
kuman
Plika Triangularis
Di antara pangkal lidah dan bagian anterior kutub bawah tonsil terdapat
plika triangularis yang merupakan suatu struktur normal yang telah ada sejak
masa embrio.
Plika triangularis membentuk suatu kantong atau saluran buntu.
Keadaan ini dapat merupakan sumber infeksi lokal maupun sistemik karena
kantong tersebut terisi sisa makanan atau kumpulan debris
Vaskularisasi
Tonsil mendapat vaskularisasi dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu
1. Arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri
palatina asenden.
2. Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden.
3. Arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal.
4. Arteri faringeal asenden.

Inervasi
Tonsil bagian atas mendapat sensasi dari serabut saraf ke V
(nervus trigeminus) melalui ganglion sfenopalatina
bagian bawah dari saraf ke IX (nervus glosofaringeus).
Aliran Getah Bening
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian
getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian
superior di bawah m.sternokleidomastoideus, selanjutnya ke
kelenjar torak dan akhirnya menuju duktus torasikus.
Infeksi dapat menuju ke semua bagian tubuh melalui
perjalanan aliran getah bening.


Ruang Peritonsil
Ruang peritonsil merupakan salah satu dari ruang leher dalam
Ruang leher dalam dibagi menjadi :
1. Ruang yang mencakup seluruh panjang leher :
a. Ruang retrofaring
b. Danger space
c. Ruang vaskular viseral
2. Ruang yang terbatas pada sebelah atas os hioid :
a. Ruang faringomaksila
b. Ruang submandibula
c. Ruang parotis
d. Ruang mastikator
e. Ruang peritonsil
f. Ruang temporal
3. Ruang yang terbatas pada sebelah bawah os hioid :
Ruang viseral anterior

Fisiologi
Peran imunitas tonsil adalah sebagai pertahanan primer untuk
menginduksi sekresi bahan imun dan mengatur produksi dari
imunoglobin sekretoris.
Sewaktu baru lahir, tonsil secara histologi tidak mempunyai
sentrum germinativum, biasanya ukurannya kecil.
Setelah antibodi dari ibu habis, barulah mulai terjadi
pembesaran tonsil dan adenoid, yang pada permulaan kehidupan
masa anak-anak dianggap normal dan dapat dipakai sebagai
indeks aktifitas sistem imun.
Pada waktu pubertas atau sebelum masa pubertas. Terjadi
kemunduran fungsi tonsil yang disertai proses involusi.

Terdapat dua mekanisme pertahanan, yaitu spesifik dan non
spesifik.
1. Mekanisme pertahanan non spesifik
Berupa lapisan mukosa tonsil dan kemampuan limfoid
untuk menghancurkan mikroorganisme.
2. Mekanisme Pertahanan Spesifik
Merupakan mekanisme pertahanan yang terpenting
dalam pertahanan tubuh terhadap udara pernapasan
sebelum masuk ke dalam saluran napas bawah.
Dimana sel-selnya mengandung granula yang berisi
mediator vasoaktif, yaitu histamine.

Definisi
Abses peritonsil atau Quinsy adalah suatu infeksi akut dan
berat di daerah orofaring.
Etiologi
Streptococcus viridians merupakan penyebab terbanyak
infeksi abses peritonsil
diikuti oleh Streptococcus beta hemolyticus grup A
Streptococcus pyogenes
infeksi virus Epstein-Barr
Patofisiologi

perkembangan episode tonsilitis eksudatif akut menjadi
peritonsilitis yang kemudian akan terbentuk nanah (pus).
Pada stadium permulaan (stadium infiltrat), selain
pembengkakan, permukaannya tampak hiperemis.
Bila proses berlanjut, akan terjadi supurasi sehingga daerah
tersebut lebih lunak. Pembengkakan peritonsil ini akan
mendorong tonsil dan uvula kearah kontralateral.
Bila proses berlangsung terus-menerus, peradangan jaringan
disekitarnya akan menyebabkan iritasi pada muskulus pterigoid
interna, sehingga timbul trismus. Abses dapat pecah spontan,
dan mungkin dapat terjadi aspirasi ke paru.
Gejala dan Tanda Klinis

Pemeriksaan Penunjang

1. USG transkutaneus atau intraoral juga dapat membantu
mengidentifikasi adanya abses dan membedakan antara
abses peritonsil dan selulitis peritonsil.
2. CT dapat membedakan antara selulitis peritonsil atau
abses peritonsil, serta menunjukkan penyebaran infeksi
pada daerah leher dalam.
3. MRI memiliki keuntungan dalam melihat jaringan lunak
(soft tissue) dan menghindari paparan radiasi.

Komplikasi
1. Pus turun kebawah, terjadi peri laringitis, peri trakheitis
dan mediastinitis.
2. Pus menjalar ke spatium parafaring: terjadi abses
parafaring (pus antara m. konstriktor faringeus sup dan
fasia cervikalis profunda.
3. Udem laring, bisa sebabkan obstruksi laring
4. Pus pecah spontan, bisa aspirasi
5. Trombosis vena leher (V.Jugularis interna)
6. Sepsis
Diagnosis banding
1. infeksi mononucleosis
2. benda asing
3. tumor / keganasan / limfoma
4. penyakit Hodgkin leukemia
5. adenitis servikal
6. aneurisma arteri karotis interna dan infeksi gigi
7. selulitis peritonsil
Penatalaksanaan
1. Terapi antibiotika
Penisilin
Metronidazol
Tetrasiklin
2. Insisi dan drainase
3. Drainase dengan aspirasi jarum
4. Tonsilektomi

Insisi dan drainase

Lokasi insisi :
1. Pembengkakan di daerah arkus-arkus tonsil atau dipalpasi
pada daerah yang paling fluktuatif.
2. Pada titik yang terletak dua pertiga dari garis khayal yang
dibuat antara dasar uvula dengan molar terakhir.
3. Pada pertengahan garis horizontal antara pertengahan
basis uvula dan M3 atas.
4. Pada pertemuan garis vertikal melalui titik potong pinggir
medial arkus anterior dengan lidah dengan garis horizontal
melalui basis uvula.
5. Pada pertemuan garis vertikal melalui pinggir medial M3
bawah dengan garis horizontal melalui basis uvula Insisi
diperdalam dengan klem dan pus yang keluar langsung
dihisap dengan menggunakan alat penghisap

Teknik insisi
1. Pada penderita yang sadar, dilakukan dengan posisi duduk
2. Anestesi lokal dapat dilakukan pada cabang tonsilar dari nervus
glossofaringeus (N.IX), dengan menyuntikkan lidokain melalui mukosa
ke dalam fosa tonsil
3. Menggunakan pisau skalpel no.11.
4. Menghisap pus ini penting dilakukan untuk mencegah aspirasi yang
dapat mengakibatkan timbulnya pneumonitis.
5. Biasanya bila insisi yang dibuat tidak cukup dalam, harus lebih dibuka
lagi dan diperbesar.
6. Setelah cukup banyak pus yang keluar dari lubang insisi yang cukup
besar, penderita kemudian disuruh berkumur dengan antiseptik dan
diberi terapi antibiotika
7. Pus yang keluar juga sebaiknya diperiksakan untuk tes kultur dan
sensitifitas, biasanya diambil saat aspirasi (diagnosis).
Drainase dengan aspirasi jarum

Teknik aspirasi
1. menggunakan semprit 10 ml, dan jarum no.18
2. pemberian anestesi topical (misalnya xylocain spray)
dan infiltrasi anestesi local (misalnya lidokain)
3. Lokasi aspirasi pertama adalah pada titik atau
daerah paling berfluktuasi atau pada tempat
pembengkakan maksimum
4. Bila tidak ditemukan pus, aspirasi kedua dapat
dilakukan 1 cm di bawahnya atau bagian tengah
tonsil
5. Aspirasi jarum
Tonsilektomi

Indikasi umum :
Resiko penyakit yang lebih berat dari operasi.
Indikasi khusus :
Bila serangan lebih dari 5 kali dalam satu tahun.
Abses peritonsil yang tidak dapat diinsisi dan drainase karena
trismus atau abses yang berlokasi di kutub bawah.
Abses peritonsil yang meluas dari hipofaring ke daerah
parafaring, dengan resiko meluas ke daerah leher dalam.
Penderita dengan DM (Diabetes Melitus) yang memerlukan
toleransi terhadap terapi berbagai antibiotika.
Penderita diatas 50 tahun dengan tonsil-tonsil yang melekat,
karena abses akan sangat mudah meluas ke daerah leher
dalam.

Waktu pelaksanaan tonsilektomi sebagai terapi abses
peritonsil, bervariasi :
1. Tonsilektomi a chaud: dilakukan segera / bersamaan
dengan drainase abses.
2. Tonsilektomi a tiede : dilakukan 3-4 hari setelah insisi
dan drainase.
3. Tonsilektomi a froid : dilakukan 4-6 minggu setelah
drainase
Kontraindikasi :
Infeksi dan infark miokard
DM

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai