Pengenalan
LMA diperkenalkan pada sekitar tahun 1980an dan menjadi pilihan yang popular pada
operasi dengan anestesi umum.
Jika dibandingkan dengan tuba endotrakeal
(ETT), komplikasi pada saluran nafas oleh LMA
adalah lebih jarang.
Sebelumnya, terdapat kasus paralisis pita
suara transien atau permanen pada
pemasangan ETT, paling mungkin disebabkan
oleh tekanan yang lama pada saraf laring
rekuren anterior oleh belon ETT.
Kasus
Pasien wanita 63 tahun, 48.8kg rencana operasi di bahu kiri,
PF normal, ASA I. Premedikasi (-) , Induksi thiopental sodium
secara I.V., LMA ukuran 3. Anestesi dipertahankan dengan
N20, sevoflurane dalam oksigen dan anestesi epidural pada
Ch7/Th1. Durasi operasi 425 minit. LMA dilepas setelah
selesai operasi.
2 jam setelah selesai operasi, pasien mengeluh sesak nafas.
Pemeriksaan dengan laringoskopi fleksibel menunjukkan pita
suara bilateral tidak bisa bergerak. Juga terlihat edema
arytenoid bilateral dan lipatan aryepiglottic. Pasien segera
dilakukan tindakan trakeostomi dan keluhannya berkurang.
Diskusi
Komplikasi dari pemasangan LMA sangat
jarang. Biasanya hanya nyeri tenggorokan ( 712% ), regurgitasi ( <2%) dan kegagalan
pemasangan LMA (0.19%).
Penyebab
Sebab pasti tidak diketahui.
Teori 1 : difusi jelly lidokain sewaktu
memasang LMA merusak saraf tersebut.
(Sacks & Marsh)
Teori 2 : tekanan pada belon LMA meningkat
karena difusi gas N2O yang bisa melebihi
tekanan perfusi kapiler sekitar muka faring.
Guidelines
1. gunakan teknik yang sesuai standard
2. gunakan ukuran LMA yang besar untuk
menurunkan tekanan belon yang diperlukan
3. monitor tekanan LMA sepanjang operasi,
maksimum tidak melebihi 60cm H20
4. beri perhatian pada tanda malposisi LMA