Anda di halaman 1dari 26

SUPPOSITORIA

MATA KULIAH

TEKNIK DAN
SEDIAAN SEMI
SOLID

KELOMPOK 2
-----------------------------------FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
2015

Kelompok 2
1.

Elisa Dwi Restiana

2.

Elisa Galuh S

3.

Hestin Maulida

4.

Hari Suliati

5.

Myzar Deni S

6.

Nur Ridho

7.

Rika Nidiati

8.

Rizky Aprillia

9.

Rohmawati Lailatul R

10.Surya
11.Tutur

Ningtya D.K

Anjar J

Suppositoria
Bentuk sediaan padat yang pemakaiannya
dengan cara memasukkan melalui lubang atau
celah pada tubuh, dimana ia akan melebur,
melunak atau melarut dan memberikan efek lokal
atau sistemik

(Ansel, hal 576)

Suppositoria untuk rectum


(rectal)

BENTUK-BENTUK
SUPPOSITORIA DAN
UKURANNYA

Suppositoria untuk vagina


(vaginal)

Suppositoria untuk saluran


urin (uretra)

PERSYARATAN SUPPOSITORIA

Supositoria sebaiknya melebur dalam beberapa


menit pada suhu tubuh atau melarut (persyaratan
kerja obat).

Pembebasan dan responsi obat yang baik.

Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa


ketengikan, pewarnaan, penegerasan, kemantapan
bentuk, daya patah yang baik, dan stabilitas yang
memadai dari bahan obat).

Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil.

Efek Terapi Suppositoria


1. Aksi lokal

Begitu dimasukkan, basis suppositoria meleleh, melunak


atau melarut menyebarkan bahan obat yang dibawahnya
kejaringan-jaringan didaerah tersebut obat ini bisa
dimaksudkan untuk ditahan dalam ruang tersebut
Untuk efek kerja lokal atau bisa juga dimaksudkan agar
diabsorbsi untuk mendapatkan efek sistemik.
Suppositoria rektal dimaksudkan untuk kerja lokal dan
paling sering digunakaan untuk menghilangkan konstipasi
dan rasa sakit, iritasi rasa gatal dan radang sehubungan
dengan wasir atau kondisi anarektal lainnya.
Suppositoria vagina yang dimaksudkan untuk efek lokal,
digunakan terutama sebagai antiseptik pada higiene
wanita dan sebagai zat khusus untuk memerangi dan
menyerang penyebab penyakit.

2. Aksi sistemik
Untuk efek sistemik, membran mukosa rektum dan vagina
memungkinkan absorbsi dan kebanyakan obat yang dapat larut walaupun
rektum sering digunakan sebagai tempat absorbsi secara sistemik, vagina
tidak sering digunakan untuk tujuan ini.
Untuk mendapatkan efek sistemik, atau pemakian melalui rektum
mempunyai beberapa kelebihan dari pada pemakian secara oral, yaitu :

a)

Obat yang rusak atau tidak dibuat tidak aktif oleh pH atau
aktifitas enzim dan lambung.

b)

Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa


menimbulkan rangsangan.

c)

Merupakan cara yang efektif dalam perawatan pasien


yang suka muntah, dan lain sebagainya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi . . .


Faktor

Fisiologi

Rectum manusia panjangnya 15 30 cm. Pada waktu


kosong, rectum hanya berisi 2 3 ml cairan mukosa yang
inert. Dalam keaadan istirahat, rectum tidak ada gerakan
vili dan microvili pada mukosa rectum.

Akan tetapi terdapat vaskularisasi adsorbsi obat dan


rectum adalah kandungan kolon, jalur sirkulasi dan pH
serta tidak adanya kemampuan mendapat cairan
rectum.

A. KANDUNGAN KOLON
Apabila diinginkan efek sistemik dari suppositoria yang
mengandung obat absorbsi yang lebih besar, lebih banyak
terjadi pada rectum yang kosong dan rectum yang
dikembungkan oleh fases ternyata obat lebih mengabsorbsi
dimana tidak ada fases.

B. JALUR SIRKULASI
Obat yang diabsorbsi melalui rectum tidak seperti obat yang
diabsorbsi setelah pemberian secara oral. Tidak melalui sirkulasi
porta, sewaktu didalam perjalanan sirkulasi yang lazim. Dalam
hal ini obat dimungkinkan dihancurkan didalam hati.

C. PH
Tidak adanya kemampuan mendapat dari cairan rektum karena
cairan rectum pada dasarnya pada pH 7 8 dan kemampuan
mendapat tidak ada, maka bentuk obat yang digunakan
lazimnya secara kimia tidak berubah oleh lingkungan rektum.

FAKTOR FISIKA KIMIA


a. Kelarutan lemak air
Suatu obat lifofil yang terdapat dalam suatu basis. Suppositoria berlemak
dengan konsistensi rendah memiliki kecenderungan yang kurang untuk
melepaskan diri dari kedalam cairan sekelilingnya. Dibandingkan jika tidak
ada bahan hidrofilik pada bahan/basis berlemakdalam batas-batas untuk
mendekati jenuhnya.
b. Ukuran Partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin mudah larut dan lebih besar
kemungkinan untuk lebih cepat diabsorbsi.
c. Sifat basis
Basis harus mampu mencair, melunak atau melarut supaya pelepasan
kandungan obatnya untuk diabsorbsi. Apa bila terjadi interaksiantara basis
dengan lelehan lepas, maka adsorbsi akan terganggu atau malah dicegah

alasan penambahan bahan

Menurut Ansel (hal 578)


Dalam berbagai obat terdapat bahan yang
dirusak oleh lambung sehingga tidak dapat
memberi efek.

Menurut Ansel (hal 579 581)


Bahan obat yang masuk tidak mengalami
metabolisme dihati.

PEMBAGIAN BASIS

Basis berminyak atau berlemak

Basis yang larut dalam air dan basis


yang bercampur dengan air

Basis lainya

Tujuan Penggunaan Suppositoria

Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau


hemoroid dan penyakit infeksi lainnya. Suppositoria juga
dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat diserap
oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan
terutama bila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan
seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.

Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal


akan lebih cepat karena obat diserap oleh mukosa rektal dan
langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh darah.

Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam


saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia
di dalam hati

Keuntungan & Kerugian Suppositoria


Kerugian
Keuntungan

Obat yang masuk dibuat tidak aktif oleh

rektum mungkin lebih besar atau lebih

pH atau aktivitas enzim dalam lambung

kecil daripada yang dipakai secara oral

atau perlu dibawa untuk masuk ke dalam

lingkungan merusak ini.

tergantung pada faktor-faktor kedalam

Obat yang merangsang lambung dapat

tubuh pasien.

dibiarkan tanpa menimbulkan


perangsangan.

Obat yang dirusak dalam partal dapat


melewati hati setelah diabsorbsi pada
rectum.

Dosis obat yang digunakan melalui

Cara ini lebih sesuai digunakan oleh


pasien dewasa dan anak-anak yang tidak
dapat atau tidak mau menelan obat.

Sifat fisika kimia obat dari kemampuan


obat melewati penghalang fisiologis,
untuk diabsorbsidan sifat basis suppo
yang dimaksudkan untuk obat-obat
sistemik efek lokal umumnya terjadi
dengan bentuk/waktu setengah jam
sampai sedikit 4 jam.

SYARAT BASIS YANG IDEAL

Telah mencapai kesetimbangan kristalivitas dimana komponen mencair


dalam temperatur rectum (360C)

Tidak toksik dan tidak mengiritasi jaringan yang peka dan meradang

Dapat bercampur dengan berbagai jenis obat.

Basis suppositoria tersebut tidak mempunyai bentuk meta stabil (tidak


berubah bentuk dalam keadaan semula pada saat pelelehan)

Basis suppositoria tersebut menyusut secukupnya pada pendinginan

Basis suppositoria mempunyai sifat membasahi dan mengemulsi

Basis suppositoria tidak merangsang

Angka air tinggi maksudnya persentase air yang tinggi dapat


dimaksudkan kedalamnya.

Stabil pada penyimpanan maksudnya warna, bau dan pola pelepasan


obat

Tidak mempunyai efek obat

Dapat dibuat suppositoria dengan tangan mesin kompressi atau

MACAM MACAM BASIS


SUPPOSITORIA
1.Basis berlemak, contohnya: oleum cacao.
2.Basis lain, pembentuk emulsi dalam
minyak: campuran tween dengan gliserin
laurat.
3.Basis yang bercampur atau larut dalam
air,
contohnya:
gliserin-gelatin,
PEG
(polietien glikol).

BAHAN DASAR
SUPPOSITORIA
1.Bahan dasar berlemak: oleum cacao
Lemak coklat merupakan trigliserida berwarna kekuninagan,
memiliki bau yang khas dan bersifat polimorf (mempunyai banyak
bentuk krital). Jika dipanaskan pada suhu sektiras 30C akan mulai
mencair dan biasanya meleleh sekitar 34-35C, sedangkan dibawah
30C berupa massa semipadat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak
coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan
semua inti kristal menstabil.
Keuntungan oleum cacao:
a.Dapat melebur pada suhu tubuh.
b.Dapat memadat pada suhu kamar.
Kerugian oleum cacao:
a.Tidak dapat bercampur dengan cairan sekresi (cairan pengeluaran).
b.Titik leburnya tidak menentu, kadang naik dan kadang turun apabila
ditambahkan dengan bahan tertentu.
c.Meleleh pada udara yang panas.

BAHAN DASAR
SUPPOSITORIA
2.PEG (Polietilenglikol)
PEG merupakan etilenglikol terpolimerisasi dengan bobot molekul antara 3006000. Dipasaran terdapat PEG 400. PEG 1000, PEG 1500 , PEG 4000 , dan PEG
6000 Formula PEG yang dipakai sebagai berikut:
1.Bahan dasar tidak berair: PEG 4000 4% (25%) dan PEG 1000 96% (75%).
2.Bahan dasar berair: PEG 1540 30%, PEG 6000 50% dan aqua+obat 20%.
Titik lebur PEG antara 35-63C, tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut
dalam cairan sekresi tubuh.
Keuntungan menggunakan PEG sebagai basis supositoria, antara lain:
1.Tidak mengiritasi atau merangsang.
2.Tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibandingkan dengan oleum
cacao.
3.Tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh.
Kerugian jika digunakan sebagai basis supositoria, antara lain:
1.Menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga timbul rasa
yang menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan supositoria ke
dalam air dahulu sebelum digunakan.
2.Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.
Pembuatan supositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan
dasar,lalu dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan supositoria dengan
bahan dasar lemak coklat.

METODE PEMBUATAN
SUPPOSITORIA
Pembuatan supositoria secara umum yaitu bahan dasar supositoria yang
digunakan dipilih agar meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam
bahan dasar, jika perlu dipanaskan. Jika obat sukar larut dalam bahan dasar,
harus dibuat serbuk halus. setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh
atau mencair, tuangkan ke dalam cetakan supositoria kemudian didinginkan.
Tujuan dibuat serbuk halus untuk membantu homogenitas zat aktif dengan
bahan dasar.
Cetakan suppositoria terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau logam lainnya,
namun ada juga yang terbuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara
longitudinal untuk mengeluarkan supositoria. Untuk mengatasi massa yang
hilang karena melekat pada cetakan, supositoria harus dibuat berlebih
(10%), dan sebelum digunakan cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan
parafin cair atau minyak lemak, atau spiritus sapotanus (Soft Soap Liniment)
agar sediaan tidak melekat pada cetakan. Namun, spiritus sapotanus tidak
boleh digunakan untuk supositoria yang mengandung garam logam karena
akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti digunakan oleum
recini dalam etanol. Khusus supositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween
bahan pelicin cetakan tidak diperlukan, karena bahan dasar tersebut dapat
mengerut sehingga mudah dilepas dari cetakan pada proses pendinginan.

METODE PEMBUATAN
SUPPOSITORIA
Dengan tangan
Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur
homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. Mulamula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahan-bahan aktif dengan
menggunakan mortir dan stamper, sampai diperoleh massa akhir yang
homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa digulung menjadi suatu
batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki. Amilum
atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. Batang silinder dipotong dan
salah satu ujungnya diruncingkan.
Dengan mencetak kompresi
Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu
bentuk yang dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston
pada massa suppositoria yang diisikan dalam silinder, sehingga massa
terdorong kedalam cetakan.
Dengan mencetak tuang
Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau
penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan,
kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya.
Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah didinginkan, yang
umumnya dilapisi krom atau nikel.

PENGEMASAN
SUPPOSITORIA
a.Suppositoria gliserin dan supositoria gelatin
gliserin umumnya dikemas dalam wadah gelas
ditutup
rapat
supaya
mencegah
perubahan
kelembapan dalam isi suppositoria.
b.Suppositoria yang diolah dengan basis oleum
cacao biasanya dibungkus terpisah-pisah atau
dipisahkan satu sama lain pada celah-celah dalam
kotak untuk mencegah perekatan.
c.Suppositoria dengan kandungan obat yang sedikit
lebih pekat biasnya dibungkus satu per satu dalam
bahan tidak tembus cahaya seperti lembaran metal
(alumunium foil).

PENYIMPANAN
SUPPOSITORIA
Suppositoria

yang basisnya oleum cacao


harus disimpan di bawah 300F (-1,1C) dan
akan lebih baik apabila disimpan di dalam
lemari es.
Suppositoria yang basisnya gelatin gliserin
baik sekali bila disimpan di bawah 350F
(1,6C).
Suppositoria dengan basis polietilen glikol
mungkin dapat disimpan pada suhu ruang
biasa tanpa pendinginan.

EVALUASI SUPPOSITORIA
Uji Kisaran Leleh
B. Uji Pencahar atau uji waktu melunak
dari suppositoria
C. Uji Kehancuran
D. Uji Disolusi
E. Uji titik lebur
F. Kerapuhan
G. Volume Distribusi
A.

SPESIFIKASI UNTUK BASIS


SUPPOSITORIA

Menurut Ansel hal 585


1.
Dengan cara mencetak
-Melebur basis
-Mencampurkan bahan obat yang digunakan
-Menuang hasil leburan ke dalam cetakan
-Membiarkan leburan menjadi dingin dan mengental menjadi suppositoria
-Melepaskan suppositoria dengan oleum cacao, gelatin, gliserin, polieleglikol
dan basis suppositoria lainnya yang cocok dibuat dengan cara mencetak.
2.Dengan Cara Kompressi
Suppossitoria dapat juga dibuat dengan menekan massa yang terdiri dari,
campuran basis dengan bahan obatnya dalam cetakan khusus memahami
obat/mesin pembuat suppositoria. Dalam pembuatan dengan cara kompressi
dalam cetakan. Basis suppositoria dan bahan lainnya dalam formula
dicampurkan atau diaduk dengan baik, penggeseran pada proses tersebut
menjadikan suppositoria lembek seperti kentalnya pasta.
3.Secara Menggulung dan Membentuk dengan Tangan
Dengan terdapatnya cetakan suppositoria dalam macam-macam ukuran bentuk.
Pengolahan suppositoria dengan tangan oleh ahli farmasis, sekarang rasanya
hampir tidak pernah dilakukan. Namun demikian melintang dan memuat
suppositoria dengan tangan merupakanbagian dari rendah sejarah seni ahli
farmasi.

CARA PEMBERIAN
SUPPOSITORIA
cuci tangan sampai bersih, buka pembungkus
suppositoria, kemudian tidur dengan posisi miring.
Supositoria dimasukkan ke rektum dengan cara
bagian ujung supositoria didorong dengan ujung
jari, kira-kira -1 inci pada bayi dan 1 inci pada
dewasa, bila perlu ujung supositoria di beri air untuk
mempermudah penggunaan. Untuk nyeri dan
demam satu supositoria diberikan setiap 46 jam
jika diperlukan. Gunakan supositoria ini 15 menit
setelah buang air besar atau tahan pengeluaran air
besar selama 30 menit setelah pemakaian
supositoria

SEKIAN

&

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai