MATA KULIAH
TEKNIK DAN
SEDIAAN SEMI
SOLID
KELOMPOK 2
-----------------------------------FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
2015
Kelompok 2
1.
2.
Elisa Galuh S
3.
Hestin Maulida
4.
Hari Suliati
5.
Myzar Deni S
6.
Nur Ridho
7.
Rika Nidiati
8.
Rizky Aprillia
9.
Rohmawati Lailatul R
10.Surya
11.Tutur
Ningtya D.K
Anjar J
Suppositoria
Bentuk sediaan padat yang pemakaiannya
dengan cara memasukkan melalui lubang atau
celah pada tubuh, dimana ia akan melebur,
melunak atau melarut dan memberikan efek lokal
atau sistemik
BENTUK-BENTUK
SUPPOSITORIA DAN
UKURANNYA
PERSYARATAN SUPPOSITORIA
2. Aksi sistemik
Untuk efek sistemik, membran mukosa rektum dan vagina
memungkinkan absorbsi dan kebanyakan obat yang dapat larut walaupun
rektum sering digunakan sebagai tempat absorbsi secara sistemik, vagina
tidak sering digunakan untuk tujuan ini.
Untuk mendapatkan efek sistemik, atau pemakian melalui rektum
mempunyai beberapa kelebihan dari pada pemakian secara oral, yaitu :
a)
Obat yang rusak atau tidak dibuat tidak aktif oleh pH atau
aktifitas enzim dan lambung.
b)
c)
Fisiologi
A. KANDUNGAN KOLON
Apabila diinginkan efek sistemik dari suppositoria yang
mengandung obat absorbsi yang lebih besar, lebih banyak
terjadi pada rectum yang kosong dan rectum yang
dikembungkan oleh fases ternyata obat lebih mengabsorbsi
dimana tidak ada fases.
B. JALUR SIRKULASI
Obat yang diabsorbsi melalui rectum tidak seperti obat yang
diabsorbsi setelah pemberian secara oral. Tidak melalui sirkulasi
porta, sewaktu didalam perjalanan sirkulasi yang lazim. Dalam
hal ini obat dimungkinkan dihancurkan didalam hati.
C. PH
Tidak adanya kemampuan mendapat dari cairan rektum karena
cairan rectum pada dasarnya pada pH 7 8 dan kemampuan
mendapat tidak ada, maka bentuk obat yang digunakan
lazimnya secara kimia tidak berubah oleh lingkungan rektum.
PEMBAGIAN BASIS
Basis lainya
tubuh pasien.
Tidak toksik dan tidak mengiritasi jaringan yang peka dan meradang
BAHAN DASAR
SUPPOSITORIA
1.Bahan dasar berlemak: oleum cacao
Lemak coklat merupakan trigliserida berwarna kekuninagan,
memiliki bau yang khas dan bersifat polimorf (mempunyai banyak
bentuk krital). Jika dipanaskan pada suhu sektiras 30C akan mulai
mencair dan biasanya meleleh sekitar 34-35C, sedangkan dibawah
30C berupa massa semipadat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak
coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan
semua inti kristal menstabil.
Keuntungan oleum cacao:
a.Dapat melebur pada suhu tubuh.
b.Dapat memadat pada suhu kamar.
Kerugian oleum cacao:
a.Tidak dapat bercampur dengan cairan sekresi (cairan pengeluaran).
b.Titik leburnya tidak menentu, kadang naik dan kadang turun apabila
ditambahkan dengan bahan tertentu.
c.Meleleh pada udara yang panas.
BAHAN DASAR
SUPPOSITORIA
2.PEG (Polietilenglikol)
PEG merupakan etilenglikol terpolimerisasi dengan bobot molekul antara 3006000. Dipasaran terdapat PEG 400. PEG 1000, PEG 1500 , PEG 4000 , dan PEG
6000 Formula PEG yang dipakai sebagai berikut:
1.Bahan dasar tidak berair: PEG 4000 4% (25%) dan PEG 1000 96% (75%).
2.Bahan dasar berair: PEG 1540 30%, PEG 6000 50% dan aqua+obat 20%.
Titik lebur PEG antara 35-63C, tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut
dalam cairan sekresi tubuh.
Keuntungan menggunakan PEG sebagai basis supositoria, antara lain:
1.Tidak mengiritasi atau merangsang.
2.Tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibandingkan dengan oleum
cacao.
3.Tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh.
Kerugian jika digunakan sebagai basis supositoria, antara lain:
1.Menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga timbul rasa
yang menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan supositoria ke
dalam air dahulu sebelum digunakan.
2.Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.
Pembuatan supositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan
dasar,lalu dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan supositoria dengan
bahan dasar lemak coklat.
METODE PEMBUATAN
SUPPOSITORIA
Pembuatan supositoria secara umum yaitu bahan dasar supositoria yang
digunakan dipilih agar meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam
bahan dasar, jika perlu dipanaskan. Jika obat sukar larut dalam bahan dasar,
harus dibuat serbuk halus. setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh
atau mencair, tuangkan ke dalam cetakan supositoria kemudian didinginkan.
Tujuan dibuat serbuk halus untuk membantu homogenitas zat aktif dengan
bahan dasar.
Cetakan suppositoria terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau logam lainnya,
namun ada juga yang terbuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara
longitudinal untuk mengeluarkan supositoria. Untuk mengatasi massa yang
hilang karena melekat pada cetakan, supositoria harus dibuat berlebih
(10%), dan sebelum digunakan cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan
parafin cair atau minyak lemak, atau spiritus sapotanus (Soft Soap Liniment)
agar sediaan tidak melekat pada cetakan. Namun, spiritus sapotanus tidak
boleh digunakan untuk supositoria yang mengandung garam logam karena
akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti digunakan oleum
recini dalam etanol. Khusus supositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween
bahan pelicin cetakan tidak diperlukan, karena bahan dasar tersebut dapat
mengerut sehingga mudah dilepas dari cetakan pada proses pendinginan.
METODE PEMBUATAN
SUPPOSITORIA
Dengan tangan
Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur
homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. Mulamula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahan-bahan aktif dengan
menggunakan mortir dan stamper, sampai diperoleh massa akhir yang
homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa digulung menjadi suatu
batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki. Amilum
atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. Batang silinder dipotong dan
salah satu ujungnya diruncingkan.
Dengan mencetak kompresi
Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu
bentuk yang dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston
pada massa suppositoria yang diisikan dalam silinder, sehingga massa
terdorong kedalam cetakan.
Dengan mencetak tuang
Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau
penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan,
kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya.
Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah didinginkan, yang
umumnya dilapisi krom atau nikel.
PENGEMASAN
SUPPOSITORIA
a.Suppositoria gliserin dan supositoria gelatin
gliserin umumnya dikemas dalam wadah gelas
ditutup
rapat
supaya
mencegah
perubahan
kelembapan dalam isi suppositoria.
b.Suppositoria yang diolah dengan basis oleum
cacao biasanya dibungkus terpisah-pisah atau
dipisahkan satu sama lain pada celah-celah dalam
kotak untuk mencegah perekatan.
c.Suppositoria dengan kandungan obat yang sedikit
lebih pekat biasnya dibungkus satu per satu dalam
bahan tidak tembus cahaya seperti lembaran metal
(alumunium foil).
PENYIMPANAN
SUPPOSITORIA
Suppositoria
EVALUASI SUPPOSITORIA
Uji Kisaran Leleh
B. Uji Pencahar atau uji waktu melunak
dari suppositoria
C. Uji Kehancuran
D. Uji Disolusi
E. Uji titik lebur
F. Kerapuhan
G. Volume Distribusi
A.
CARA PEMBERIAN
SUPPOSITORIA
cuci tangan sampai bersih, buka pembungkus
suppositoria, kemudian tidur dengan posisi miring.
Supositoria dimasukkan ke rektum dengan cara
bagian ujung supositoria didorong dengan ujung
jari, kira-kira -1 inci pada bayi dan 1 inci pada
dewasa, bila perlu ujung supositoria di beri air untuk
mempermudah penggunaan. Untuk nyeri dan
demam satu supositoria diberikan setiap 46 jam
jika diperlukan. Gunakan supositoria ini 15 menit
setelah buang air besar atau tahan pengeluaran air
besar selama 30 menit setelah pemakaian
supositoria
SEKIAN
&
TERIMA
KASIH