Anda di halaman 1dari 30

PEMBIMBING :

Dr. Hadiyana Sp.B

Disusun oleh : Fitri maulida

IDENTITAS
Nama

Pekerjaan

: Ny. N
: 24 tahun
: Perempuan
: Sunda
: Ibu rumah

tangga
Alamat
Tanggal masuk

: Cisalam
: 5 agustus 2009

Umur
Jenis kelamin
Suku bangsa

Anamnesis
Dilakukan secara
: Autoananesis
Tanggal
: 8 agustus 2009
Pukul
: 10.30 WIB diruang
Agate
Keluhan Utama
Nyeri dan terdapat benjolan diperut
kanan bawah

Pasien datang ke IGD RSU Dr. Slamet Garut pada

tanggal 5 agustus 2009 dengan keluhan nyeri tak


tertahankan pada perut kanan bawah sejak 4 hari
SMRS, disetai rasa mual. Pasien mengatakan bahwa
nyeri pada daerah yang sama sudah pernah dirasakan
kurang lebih 6 bulan lalu, awalnya rasa nyeri dirasakan
pada daerah ulu hati, disertai rasa mual dan muntah,
kemudian berpindah ke bagian perut kanan bawah.
Nyeri tersebut dirasakan secara terus menerus dan
seperti disayat-sayat. Nyeri semakin bertambah bila
pasien berjalan, bergerak dan batuk, namun nyeri akan
berkurang bila pasien tidur miring kekanan.
Awalnya pasien mencoba mengobati sendiri dengan
mengkonsumsi obat anti nyeri di warung dan rasa nyeri
tersebut pun hilang, dan kambuh lagi beberapa minggu
kemudian, meskipun dapat hilang lagi dengan obat
yang sama. Akhir-akhir ini nyeri dirasakan semakin
bertambah dan tidak hilang dengan obat yang biasa ia
konsumsi. Puncaknya 4 hari SMRS nyeri sudah tidak
tertahankan lagi.

Keluhan lain adalah teraba benjolan diperut

kanan bawah sejak 4 hari SMRS, benjolan


terasa sakit bila dipegang dan terasa semakin
membesar. Keluhan benjolan ditempat lain
disangkal. Pasien memiliki riwayat demam 2
minggu SMRS walaupun tidak terlalu tinggi,
begitu pula riwayat perubahan siklus buang
air besar dirasakan mulai sekitar 5 bulan lalu.
Pasien cenderung susah buang air besar.
Saat ini nyeri perut kanan bawah masih
dirasakan, benjolan mulai mengecil, mual
masih dirasakan, muntah disangkal, demam
dan pusing masih dirasakan, BAK lancar,
belum BAB, Amenorhoe,

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat DM dan Hipertensi disangkal.
Pasien memiliki riwayat mengkonsumsi obat
yang menyebabkan urine berwarna merah, 10
hari yang lalu.
Riwayat gangguan siklus menstruasi
disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa pada keluarga
pasien disangkal.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: CM
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 90 x/ menit
Respirasi
: 20x/ menit
Suhu

: 38,7O C
Berat Badan : 55kg
Tinggi badan : 155kg
Gizi
: cukup

Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher

(-),

Thorax
Inspeksi
keadaan
Palpasi
dan kiri
Perkusi
Auskultasi

: Konj. anemis -/-, Sklera ikterik -/-,


Reflek pupil +/+
: Epiktaksis -/-, Deviasi septum (-)
: Tidak ada kelainan
: Trakea ditengah, pembesaran KGB
massa (-)
: Hemitorak kanan dan kiri simetris saat
statis dan dinamis
: Fremitus vocal dan taktil simetris kanan

: Sonor pada kedua hemitorak


: Pulmo; VBS kanan = kiri (normal), ronki -/-,
wheezing -/Cor; bunyi jantung I-II murni regular,
murmur (-),
Gallop (-)

Abdomen

: ( lihat Status lokalis )

Ekstremitas
Atas

Bawah

Tonus otot
Gerakan
Massa
Kekuatan
Edema

:
:
:
:
:

normal
aktif/aktif
-/5/5
-/-

Tonus otot
Gerakan
Massa
Kekuatan
Edema

:
:
:
:
:

normal
aktif/aktif
-/5/5
-/-

Status lokalis
a/r abdomen
Inspeksi : Tampak datar, simetris, kelainan
kulit (-), massa (-)
Auskultasi : Bising usus (+); normal
Palpasi : Pada abdomen kanan bawah teraba
massa
dengan diameter 3x3x2cm, terfiksir,
nyeri
tekan (+), nyeri lepas (+), Rovsing
sign (+), Psoas sign (+), Obturator sign (+),
Defans
muskuler (-),
Perkusi : Timpani seluruh kuadran abdomen
Rectal Toucher
Sfingter ani (+), NT (+) pada pukul 9-12, feses
(+), darah (-), lendir (-), massa (-)

Diagnosis Banding :
Apendisitis infiltrate
Kista ovarium terpuntir
Kehamilan Ektopik Terganggu

Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan kehamilan / konsul dr. spesialis

obstetric dan ginekologi

Hasil Laboratorium (05/08/09)


Darah Rutin

Hb
: 12,6 g/dL

Ht
: 36%

Leukosit
: 12.500/ mm3

Trombosit
: 181.000/ mm3

Eritrosit
: 4.30 juta/ mm3

Kimia Klinik

AST (SGOT)
:13 U/L

ALT (SGPT)
: 12 U/L

Ureum
: 24 mg/dL

Kreatinin
: 0.66 mg/dL

GDS
: 92 mg/ dL
Tes kehamilan
: negative

Balasan konsul spesialis obstetric dan ginekologi :

Pada

anamnesa dan pemeriksaan diperoleh


informasi bahwa ibu P1 A0, ibu menngunakan kb
suntik, dan tidak ada kelainan yang ditemukan
pada bagian obstetric dan ginekologi

USG
Expertise :
USG hepatobilier :
Hepar; besar, bentuk, tepi, permukaan echostruktur,
vaskularisasi baik
Kandung empedu;
Pancreas;
Lien
baik
Ginjal kanan dan kiri;
Vesika Urinaria;
Abdomen kanan bawah tampak bayangan massa
padat, batas kabur, echostruktur heterogen.
Kesan USG: suspect massa abdomen kanan bawah ec
Apendisitis infiltrate; DD/ Mesenterial mass

Diagnosis :
Massa Intra Abdomen ec Apendisitis Infiltrat

Penatalaksanan:
Infus RL 20gtt/ menit (untuk menjaga

keseimbangna elektrolit)
Medikamentosa :
Inj. Cefotaxim 2x1gr (skin tes)
Infus. Metronidazole 3 x 500mg
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Rencana operasi bila keluhan sudah berkurang
dan massa semakin kecil.

Prognosa
Quo ad vitam
Quo ad funtionam

: ad bonam
: Dubia Ad bonam

Anatomi
Appendiks disebut juga umbai cacing, merupakan
suatu organ limfoid berbentuk tabung, panjangnya
kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm) dengan diameter 0,51 cm, dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di
bagian proksimal dan melebar dibagian distal.
Macam macam posisi apendiks :
Posisi retrocecal, kira-kira 65%.
Posisipelvic/apendikstergantungmenyilanglineat
erminalmasukkepelvisminor, tipe desenden 31 %.
Posisiparacolica/apendiks terletak horizontal di
belakang sekum 2 %.
Posisipreileal / apendiks didepan ujung akir ileum 1%.
Posisi post ileal/appendiks dibelakang ujungakir ileum
1%

Pada 65 % kasus, apendiks terletak

intraperitoneal
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang

n.vagus yang mengikuti a.mesenterika


superior dan a.apendikularis, sedangkan
persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X.
Pendarahan apendiks berasal dari a.

apendikularis yang merupakan arteri tanpa


kolateral.

Fisiologi :
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari.

Lendir
di
selanjutnya
hambatan
patogenesis

curahkan
kedalam
lumen
dan
mengalir ke caecum. Jika terjadi
maka
hal
ini
berperan
pada
apendisitis.

Imunoglobulin sekretoar

yang dihasilkan oleh


GALT (Gut associated Lymphoid tissue) yg
terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk
apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat
efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun
demikian,
pengangkatan
apendiks
tidak
mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah
jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan
dengan jumlahnya di saluran cerna dan diseluruh
tubuh.

Apendisitis infiltrat
Apendisitis infiltrate adalah proses radang

apendiks yang penyebarannya dibatasi oleh


omentum/usus-usus dan peritoneum
disekitarnya sehingga membentuk massa
(appendiceal mass).
Massa apendiks lebih sering dijumpai pada

pasien berumur 5thn, karena daya tahan


tubuh telah berkembang dengan baik dan
omentum telah cukup panjang dan tebal
untuk membungkus proses radang.

Etiologi :
Penyebab pasti belum diketahui, tapi ada
beberapa faktor pencetusnya, antara lain :
Obstruksi lumen appendiks akibat : hiperplasi
kelenjar getah bening, fecolith, corpus
alienum, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Infeksi dari bakteri E. Coli dan Streptokokus.
Kebiasaan makan makanan rendah serat yang
dapat menimbulkan konstipasi sehingga
meningkatkan
tekanan
intrasekal
yang
menimbulkan timbulnya sumbatan fungsi
appendiks dan meningkatkan pertumbuhan
kuman
folar
kolon
sehingga
menjadi
appendisitis akuta.

Patofisiologi
Obstruksi produksi mukus mengalami

bendungan tek intra lumen apendiks


mengalami hipoksia, menghambat aliran
limfeulserasi mukosa dan invasi
bakteriInfeksipembengkakan apendiks
bertambah ,iskemik karena terjadi trombosis
pembuluh darah intramural (dinding apendiks).
Pada saat inilah terjadi apendisitis akut
fokalBila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan
akan terus meningkat obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.

Bila

semua proses diatas berjalan lambat,


omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu
massa
local
yang
disebut
infiltrate
apendikularis.

Manifestasi klinik
Appendisitis

infiltrat didahului oleh keluhan


appendisitis akut yang kemudian disertai adanya
massa periapendikular.
Gejala klasik apendisitis akut biasanya bermula
dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus
yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12
jam nyeri beralih kekuadran kanan, yang akan
menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk.
Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan
demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga
terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi
diare, mual dan muntah. Pada permulaan
timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen
yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri
abdomen kanan bawah akan semakin progresif.

Bila letak apendiks retrosekal di luar rongga perut,

karena letaknya terlindung sekum maka tanda nyeri


perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada
rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut
sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan, karena
kontraksi otot psoas mayor yang menegang dari
dorsal.

Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila

meradang, dapat menimbulkan gejala dan tanda


rangsangan sigmoid atau rektum sehingga peristaltik
meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih
cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi
menempel ke kandung kemih, dapat terjadi
peningkatan frekuensi kencing, karena rangsangan
dindingnya.

Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah

nyeri perut, mual, dan muntah. Yang perlu diperhatikan


ialah, pada kehamilan trimester pertama sering juga
terjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut sekum
dengan apendiks terdorong ke kraniolateral sehingga
keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi
lebih ke regio lumbal kanan.

Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : tidak tampak kelinan, kecuali bila
massa cukup besar sehingga dapat terlihat
adanya benjolan pada abdomen kanan bawah
Palpasi : NT (Rovsing Sign) (+) / NL Blumberg
Sign (+)
Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini
dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan
letak apendiks, apabila letaknya sulit
diketahui

Pemeriksaan uji psoas


(+)

Pemeriksaan uji
obturator (+)

2. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Pada pemeriksaan darah lengkap
ditemukan jumlah leukosit antara10.00020.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%,
sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum
yang meningkat.
Radiologi : Pada pemeriksaan ultrasonografi

ditemukan bagian memanjang pada tempat yang


terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada
pemeriksaan CT-scan (apendiceal CT)ditemukan
bagian yang menyilang dengan apendikalit serta
perluasan dari apendiks yang mengalami
inflamasi serta adanya pelebaran sekum.

Diferensial diagnosa
Limfedenitis mesenterika
Infeksi panggul
Kista ovarium
Salphingitis
Kehamilan ektopik terganggu
Diverticulitis mecel

Penatalaksanaan
Pada periapendikular infiltrat, dilarang keras

melakukan tindakan bedah krn akan lebih


sulit & perdarahan lebih banyak, maka cukup
beri terapi konservatif.
1. Total bed rest posisi fowler
2. Diet lunak
3. Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi,
antibiotik kombinasi yang aktif terhadap
kuman aerob dan anaerob.
Baru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar
6-8 minggu kemudian, dilakukan
apendiktomi.
Kalau sudah terjadi abses, dianjurkan
drainase saja dan apendiktomi dikerjakan
setelah 6-8 minggu kemudian.

Komplikasi
Perforasi peritonitis generalisata
Pelvic Abscess, Subphrenic absess,
Intra peritoneal abses lokal.

ASSALAMU ALAIKUM WR, WB

Anda mungkin juga menyukai