Definisi
Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah
tersensitisasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi
paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut
(von Pirquet, 1986).
Etiologi
Debu
Bulu hewan
Makanan
Serbuk sari tanaman
Serta segala partikel yang terbawa udara
Patofisioilogi
Alergan masuk hidung(sensitisasi)makrofag/
monosit akan tangkap alergan tersebutbentuk
fragmen pendek peptide dan bergabung dengan
molekul HLA kelas IIjadi peptide MHC kelas II
(Major Histocompatibility Complex)lepaskan IL1
aktifkan Th0aktifkan Th1 + (Th2)hasilkan IL3,
IL4, IL5, IL13 IL4+IL13 menempel di sel limfosit
jadi limfositnya aktifIgEmasuk ke sirkulasi
darahmasuk ke jaringandi ikat oleh reseptor
IgE
Respon sekunder
Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang
mempunyai tiga kemungkinan ialah sistem
imunitas seluler atau humoral atau keduanya
dibangkitkan. Bila Ag berhasil dieliminasi pada
tahap ini, reaksi selesai. Bila Ag masih ada, atau
memang sudah ada defek dari sistem
imunologik, maka reaksi berlanjut menjadi
respon tersier.
Respon tersier
Reaksi imunologik yang terjadi tidak
menguntungkan tubuh. Reaksi ini dapat bersifat
sementara atau menetap, tergantung dari daya
eliminasi Ag oleh tubuh.
Diagnosis rhinitis
Anamnesis (50% bisa diagnosis)
Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya
serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluar
hingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung
tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadangkadang disertai dengan banyak air mata keluar
(lakrimasi). Kadang-kadang keluhan hidung
tersumbat merupakan keluhan utama atau satusatunya gejala yang diutarakan oleh pasien
Pemeriksaan fisik
Ditemukan juga allergic crease yaitu berupa garis
melintang pada dorsum nasi bagian sepertiga
bawah. Garis ini timbul akibat hidung yang sering
digosok-gosok oleh punggung tangan (allergic
salute). Pada pemeriksaan rinoskopi ditemukan
mukosa hidung basah, berwarna pucat atau livid
dengan konka edema dan sekret yang encer dan
banyak.
Pemeriksaan penunjang
In vitro
Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau
meningkat. Demikian pula pemeriksaan IgE total (pristpaper radio imunosorbent test) sering kali
menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi
pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya
selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau
urtikaria. Lebih bermakna adalah dengan RAST (Radio
Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme Linked
Immuno Sorbent Assay Test).
In vivo
Alergen penyebab dapat dicari dengan cara
pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau
intradermal yang tunggal atau berseri (Skin Endpoint Titration/SET). SET dilakukan untuk alergen
inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam
berbagai konsentrasi yang bertingkat
kepekatannya.
Terapi
Non Farmakologi
Terapi yang paling ideal adalah dengan alergen
penyebabnya (avoidance) dan eliminasi.
Farmakologi
Komplikasi
Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis:
inspisited mucous glands, akumulasi sel-sel
inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih
eosinofil dan limfosit T CD4+), hiperplasia epitel,
hiperplasia goblet, dan metaplasia skuamosa.