Anda di halaman 1dari 22

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

• Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat


digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya beljar setiap mata pelajaran,
mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang
kompleks (hal 1)
• Model pembeljaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di dalam
kelas (hal 2)
• Kerja tim tersebut belum dianggap selesai bila seluruh anggota tim belum tuntas
menguasai bahan yang dipelajari itu (hal 3)
• Tiga ide utama model pembelajaran tim siswa yaitu: penghargaan tim, tanggung
jawab individual, dan kesempatan yang sama untuk berhasil (hal 3)
• Penghargaan tim dan tanggung jawab individual merupakan unsur penting untuk
mencapai hasil belajar keterampilan-keterampilan dasar (hal 4)
• Penghargaan untuk peningkatan menyebabkan keberhasilan itu tidak selalu sukar
atau terlalu mudah bagi siswa untuk mencapainya (hal 5)
• Model Pembelajaran Tim Siswa. Lima model pembelajaran tim siswa yaitu; STAD,
TGT, Jiksaw II, CIRC, dan TAI (hal 5).

1
• Students Teams-Achievement Divisions (STAD)
Dalam STAD, siswa dikelompokkan dalam tim-tim pembelajaran dengan empat-
anggota tersebut campuran ditinjau dari tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku (hal 5)
Apabila siswa menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka
harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar tersebut (hal 6)
Tanggung jawab individual ini memotivasi siswa melakukan sebuah pekerjaan
tutorial dengan baik dan saling menjelaskan satu sama lain, mengingat satu-satunya
cara tim tersebut berhasil jika seluruh anggota tim telah menuntaskan informasi atau
keterampilan yang sedang dipelajarinya (hal 7)
• Teams-Games-Tournaments (TGT)
TGT memiliki dinamika motivasi sebanyak yang dimiliki STAD, hanya bedanya
ditambah dengan satu dimensi kegembiraan yag terjadi karna menggunaan
permainan (hal 8)
Apabila para siswa sedang bertanding, teman sesama tim tidak dapat membantunya,
dengan demikian terjadinya tanggung jawab individual (hal 8)

2
• Jigsaw II
Jikasaw II merupakan sebuah adaptasi dari teknik jiksaw Elliot Aronson (1978).
Dalam Jiksaw II, siswa bekerja dalam kelompok empat anggota, yang sama dengan
tim-tim heterogen seperti pada STAD dan TGT (hal 9).
• Team Accelerated Instruction (TAI)
TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual (hal 9)
Siswa memiliki tanggung jawab untuk saling memeriksa pekerjaan mereka (hal 10)
Tanggung jawab individual terjamin karena satu-satunya skor yang diperhitungkan
adalah skor tes final, dan siswa mengerjakan tes tersebut tampa bantuan teman
sesama tim (hal 11)
Siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil karena semua siswa telah
ditempatkan sesuai dengan tingkat pengetahuan awal mereka (hal 11)
• Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
CIRC merupakan suatu program konprehensif untuk pengajaran membaca dan menulis
pada kelas-kelas tinggi sekolah dasar dan sekolah menengah pertama (Moden, stevens
& Slavin, 1986), (hal 12)
Siswa bekerja dalam tim untuk menuntaskan ide-ide utama dan keterampilan-
keterampilan pemahaman yang lain (hal 12)
3
• Pembelajaran kooperatif bukan merupakan sebuah permainan, dan bukan suatu cara
bagi beberapa siswa untuk mnegerjakan pekerjaan siswa lain. Siswa-siswa amat
termotivasi untuk memastikan bahwa setiap orang di dalam timnya beljar bahan ajar
tertentu, sehingga mereka terus melakukan aktivitas yang baik sperti diskusi,
menjelaskan asesmen, dan menjelaskan ulang bahan ajar hingga mererka yakin bahwa
setipa orang dalam tim itu akan berhasil dalam sebuah asesmen individual (hal 19).

STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

• STAD terdiri dari lima komponen utama: presentasi kelas, kerja tim, skor perbaikan
individual, dan penghargaan tim (hal 20)
• Tim tersusun dari empat atau lima siswa yang mewakili heterogenitas kelas dalam
kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku (hal 20)
• Kerja tim merupakan ciri terpenting dari STAD (hal 21)
• Setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum kepada timnya dalam sistem
penskoran , namun tidak seorang siswa pun dapat melakukan seperti itu tampa
menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu (hal 22)
• STAD dapat diterapkan dengan menggunakan bahan ajar yang khusus dirancang untuk
pembelajaran tim siswa (hal 23)
4
• Siswa ditemapatkan ke dalam tim oleh guru, bukan oleh siswa yang memilih anggotanya
sendiri, karena siswa akan cendrung memilih anggota yang memiliki kesamaan dengan
dirinya sendiri (hal 24)
• Langkah-langkah penyusunan tim
1. Buat salinan format lembar ikhtisar tim (hal 24)
2. Merangking siswa (hal 24)
3. Menetapkan jumlah anggota tim (hal 24)
4. Menempatkan siswa ke dalam tim. Saat menempatkan siswa ke dalam tim, seimbangkan
tim-tim tersebut sedemikian rupa sehingga (a) setiap tim tersusun dari yang tingkat
kinerjanya yang memiliki rentang mulai dari rendah ke rata-rata sampai ke yang tinggi (b)
tingkat kinerja rata-rata dari seluruh tim di dalam kelas tersebut kurang lebih sama (hal 25)
5. Mengisi format lembar ikhtisar tim (hal 27)
• Penentuan skor dasar awal. Skor dasar mewakili skor rata-rata siswa pada kuis yang lalu (hal
27)
• STAD terdiri dari suatu siklus kegiatan pengajaran tetap seperti berikut: Mengajar, Belajar
Tim, Kuis, Penghargaan Tim (hal 28)
• Ingatkan siswa bahwa jika mereka memiliki pertanyaan, mereka harus bertanya lebih dulu
kepada seluruh anggota sesama tim sebelum bertanya kepada guru (hal 32)
• Jangan memperbolehkan siswa bekerja sama pada saat kuis (hal 32-33)
5
• Jangan memperbolehkan siswa bertukar lembar jawaban dengan anggota tim lain, atau
mengumpulkan pekerjaan teman (hal 33)
• Skor dasar dan poin perbaikan adalah untuk memungkinkan seluruh siswa
memberikan poin maksimum kepada tim mereka, berapapun tingkat kinerja mereka
yang lalu (hal 34)
• Kriketeria untuk penghargaan ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan
berdasarkan skor tim rata-rata.
Kriketeria (rata-rata tim) Penghargaan
15 TIM BAIK
20 TIM HEBAT
25 TIM SUPER

• Di dalam sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim mendapatkan penghargaan
TIM SUPER atau TIM HEBAT asal kriketeria di atas terpenuhi
• Nilai akhir tersebut seharusnya didasarkan pada skor kuis siswa sebenarnya, bukan
poin perbaikan mereka atau skor tim (kecuali bila diberikan poin bonus lima
berdasarkan pada keberhasilan tim tersebut (Hal 39)

6
TEAMS-GAMES-TURNAMENTS (TGT)
• TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam tiap hal kecuali
satu; sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu. TGT menggunakan
turnamen permainan akandemik (hal 40)
• Bertanding dengan lawan seimbang ini, menyerupai sistem skor perbaikan
individual pada STAD, yang memungkinkan bagi setiap siswa dari seluruh tingkatan
kinerja yang lalu menyumbang secara maksimal kepada skor timnya apabila mereka
melakukan yang terbaik (hal 41).
• Bahan ajar untuk TGT adalah sama seperti bahan ajar untuk STAD. (hal 42)
• Menempatkan siswa ke dalam tim-tim heterogen yang terdiri dari empat sampai lima
siswa persis sama seperti untuk STAD (hal 42)
• Menempatkan siswa pada meja-meja turnamen awal (hal 43)
• TGT terdiri dari suatu siklus kegiatan pengajaran yaitu; Mengajar, Belajar Tim,
Turnamen, Penghargaan Tim (hal 45)
• Menugasi salah seorang siswa membantu membagi satu lembar permainan, satu
lebar kunci jawaban, dan satu tumpuk kartu bernomor, dan satulembar skor
permainan kepada tiap meja (hah 46-47)

7
• Pada saat permainan tersebut dimulai, pembaca mengocok kartu dan mengambil
sebuah kartu paling atas. Ia kemudian membaca dengan keras pertanyaan yang sesuai
dengan nomor pada kartu tersebut, termasuk seluruh pilihan jawaban apabila
pertanyaan tersebut berbentuk pilihan ganda (hal 48)
• Penghargaan tim. Sesegera mungkin setelah selesai turnamen tersebut, hitung skor tim
dan siapkan sertifikat tim atau tuliskan hasil turnamen untuk diumumkan pad a papan
buletin (hal 51)
• Penghargaan kepada kinerja tim. Seperti pada STAD, ada tiga tingkat penghargaan
diberikan berdasarkan pada skor tim rata-rata (hal 52)
• Buping. Penempatan kembali siswa kemeja turnamen hal ini baru dilakukan setelah
setiap turnamen selesai dan disiapkan turnamen berikutnya (hal 53).
• Pengubahan tim, setelah lima dan enam minggu TGT, tempatkan siswa pada tim-tim
baru (hal 58)
• Penggabungan TGT dengan kegiatn-kegitan lain. Guru dapat menggunakan TGT
untuk sebagian pengajaran mereka, dan metode atau metode lain untuk sebagian
pengajaran lain. TGT dapat juga dikombinasikan dengan STAD (hal 58-59)
• Pemberian nilai. TGT tidak secara otomatis menghasilkan skor yang dapat digunakan
untuk menghitung nilai individual. Nilai siswa seharusnya didasrkan pada skor kuis
atau asesmen individual lain, bukan pada poin turnamen atau skor tim (hal 59)
8
• Mengembangkan lembar kegiatan siswa dan kuis untuk STAD dan TGT.
Mengembankan bahan ajar untuk STAD dan TGT sangat mirip dengan
pengembangan lembar kegiatan siswa dan kuis untuk setiap satuan pengajaran.
Langkah-langkah mengembangkan bahan ajar STAD dan TGT (hal 59-60)
1.Mengembangkan LKS dan kunci LKS untuk setiap satuan pelajaran (hal 60)
2. Mengembangkan sebuah permainan/kuis dan kunci permainan/kuis untuk setiap
unit (hal 61)
untuk TGT, banyak butir pada permainan seharusnya tigapuluh, karena angka ini
sama dengan banyaknya kartu yang digunakan dalam mpermainan TGT (hal 65)

JIGSAW II
• Jigsaw II dapat digunakan apabila bahan yang dipelajari berbentuk naratif tertentu
(hal 63)
• Tujuan pembelajaran lebih menekankan pada konsep daripada keterampilan (hal 63)
• Siswa bekerja dalam tim-tim heterogen seperti pada STAD dan TGT. Siswa ditugasi
mempelajari bab atau bahan-bahan lain untuk dibaca, dan diberikan “lembar ahli”
yang berisi topik yang berbeda untuk anggota setiap tim agar pada setiap membaca
dapat memfokus pada topik tersebut (hal 63)
9
• Siswa dari tim berbeda dengan topik yang sama bertemu dalam sabuah “kelompok Ahli”
(hal 63)
• Para ahli ini kemudian kembali kepada tim asal mereka dan secara bergantian mengajar
teman satu timnya tentang topik-topik “keahlian mereka”
• Jigsaw adalah saling ketergantungan , yaitu setiap siswa bergantung kepada anggota
timnya untuk mendapat informasi yang dibutuhkannya agar dapat mengajarkan kuis
dengan baik (hal 64)
• Persiapan mengunakan Jigsaw
1. Bahan ajar
Apabila siswa harus membaca di kelas, bahan bacaan itu harus dapat diselesaikannya
dalam waktu tidak lebih dari setengah jam (hal 64)
Langkah-langkah mengembangkan bahan ajar
 Pilih beberapa bab, cerita, atau unit-unit lain (hal 64)
 Buatlah lembar ahli untuk setiap unit (hal 65)
 Buatlah kuis untuk setiap unit
Seluruh siswa harus menjawab semua pertayaan itu. Kuis tersebut seharusnya dapat
diselesaikan tidak lebih dari sepuluh menit (hal 66)
 Menggunakan kerangka diskusi (pilihan), (hal 67)

10
2. Menempatkan siswa dalam tim (hal 68)
3. Menempatkan siswa dalam kelompok ahli (hal 68)
Anda dapat menempatkan siswa kedalam kelompok ahli secar acak. Sebagai
alternatif, terlebih dahulu guru dapat menempatkan siswa mana yang akan bergabung
dalam tiap kelompok ahli, untuk menjamin bahwa ada siswa berkemampuan tinggi,
rata-rata dan rendah pada tiap kelompok (hal 68)
4. Penentuan skor dasar awal (hal 68)
5. Jadwal kegiatan, Jigsaw II terdiri dari siklus teratur kegiatan pengajaran sebagai
beriku; Membaca, diskusi kelompom Ahli, Laporan Tim, Kuis, dan Penghargaan
tim (hal 69)
 Pastikan bahwa setiap kelompok ahli memiliki pembaca berkemampuan tinggi, rata-rata,
dan rendah (hal 70)
 Jika kelompok ahli memiliki lebih dari 6 orang siswa, pisahkan kelompok ahli tersebut
menjadi dua kelompok yang lebih kecil (hal 71)
 Tunjukkan seorang pemimpin diskusi untuk tipa kelompok (hal 71)
 Seluruh angota kelompok seharusnya mencatat seluruh poin yang didiskusikan (hal 71)
 Guru dapat mengingatkan para pemimpin diskusi bahwa sebagian dari tugas mereka
adalah adalah mengupayakan agar setiap orang berperan serta (hal 71)
11
• Para ahli seharusnya diberi waktu sekitar lima menit untuk menelaah ulang segala
sesuatu yang telah mereka paelajari tentang topik-topik dari bacaan dan diskusi
mereka dalam kelompok-kelompok ahli (hal 72)
• Beri penekanan kepada siswa bahwa mereka memiliki tanggung jawab kepada teman
satu timnya untuk menjadi guru yang baik sekaligus itu juga menjadi pendengar yang
baik (hal 72)
• Penghargaan tim
Skoring untuk jigsaw II adalah sama dengan skoring untuk STAD, meliputi skor
dasar, poin peningkatan, dan prosedur penskoran tim (hal 73)
• Cara lain dalam penggunaan Jigsaw II.
Jigsaw II merupakan slah satu bentuk pembelajaran tim siswa yang paling luwes.
 Sebagai gantinya disusun topik-topik yang mengacu pada bahan bacaan yang
diberikan kepada siswa
 Siswa diminta untuk menulis sebuah karangan atau menyampaikan laporan lisan
sebagai ganti mengerjakan kuis setelah menyelesaikan laporan ahli
 Sebagai gantinya seluruh tim mempelajari bahan yang sama, berikan pada setiap
tim topik yang unik untuk dipelajari bersama (hal 73)

12
MODEL KOOPERATIF INFORMAL

• Banyak guru menggunakannya sebagai strategi gabungan (hal 74)


• Kelompok-kelompok diskusi, tugas utama dalam menata sebuah kelompok diskusi
adalah memastikan bahwa setiap anggota kelompok berperan serta (hal 74)
• Seluruh pekerjaan (dan pembelajaran) tidak menjadi tanggung jawab seorang anggota
saja (hal 75)
• Salah satu cara yang baik untuk mengupayakan agar setiap anggota tim berperan serta
adalah dengan meminta setiap orang menulis sebuah pendapat atau ide sebelum
kelompok tersebut mulai berdiskusi (hal 75)
• Tugas utama lain dalam menata diskusi kelompok adalah fokus (hal 76)
• Proyek-proyek kelompok. Upayakan setiap orang untuk berperan serta, dan jangan
membiarkan satu atau dua orang siswa pada setiap kelompok mengambil seluruh
tanggung jawab kelompok (hal 76)
• Setiap anggota harus ikut menulis satu bagian laporan atau mempresentasikan kepad
kelas (hal 77)

13
• Metode-metode Kagan
1. Diskusi kelompok spontan (hal 77)
2. Numbered head together (NHT), ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk
seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tampa memberi tahu terlebih dahulu
siapa yang akan mewakili kelompoknya itu (hal 78)
3. Think-pair-share. Siswa diminta untuk think (memikirkan) sendiri jawaban
pertanyaan itu, kemudian pair (berpasangan) dengan pasangannya berdiskusi
untuk mencapai konsensus atas jawaban tersebut, dan share (berbagi) jawab
yang mereka sepakati itu kepad semua siswa di kelas (hal 79)
PENGELOLAAN KELAS PEMBELJARAN KOOPERATIF
• Teori; penghargaan positif berbasis kelompok
Pendekatan paling efektif pada pengelolaan kelas untuk pembelajaran kooperatif
adalah menciptakan suaru sistem penghargaan positif berbasis kelompok (hal 80)
• Unsur penting lain dalam sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif yang
berhasil adalah harapan-harapan yang jelas (hal 81)

14
• Prilaku terpuji teramasuk membantu teman, kerjasama dengan teman satu tim, dan
perhatian terhadap kebutuhan, pendapat, dan keinginan orang lain (hal 81-82)
• Teknik –teknik Pengelolaan
1. Siyal menghentikan kegaduhan (the zero noise signal) merupakan sinyal bagi siswa
untuk berhenti berbicara, agar memberi perhatian penuh kepada guru, dan meminta
agar tangan dan tubuh mereka tidak bergerak (hal 82)
2. Penghargaan Kelompok, pengalaman membuktikan bahwa penghargaan kelompok
patut jadi perhatian dalam pengelolaan kelas kooperatif
Penghargaan kelompok menanamkan norma-norma pada kelas; siswa belajar
prilaku mana yang dihargai dan prilaku mana yang menerima penghargaan khusus
(hal 84)

PEMBENTUKAN TIM
• Nama tim, Panji-panji, Logo. Pada saat tim pertama kali dibentuk mereka diminta
untuk memberi nama tim mereka sendiri (hal 86)
• Proses kesepakatan kelompok selanjutnya, yang harus memasukkan partisipasi,
kosensus, dan penghormatan terhadap hak individu (hal 86)

15
MEMPERBAIKI BENTUK-BENTUK PEMBELJARAN TIM SISWA OLEH ANDA
SENDIRI
• Tiga Prinsip dasar
1. Pastikan guru memiliki sejenis pengakuan atau penghargaan bagi tim-tim yang
berhasil (hal 87)
2. Buat setiap siswa bertanggung jawab untuk kinerjanya sendiri
3. Tetapkan suatu sistem penskoran yang memungkinkan siswa dari seluruh tingkat
kinerja untuk menyumbang secara bermakna kepada skor atau produk timnya. Dalam
sebuah sistem yang lebih menghargai perbaikan dalam kinerja dari pada
kemampuan, setiap siswa dapat berhasil atau gagal berdasarkan upaya mereka
sendiri.
sistem ini menjadikan setiap anggota tim potensial untuk memberi sumbangan besar
(hal 88)

MENGATASI KESULITAN

• Siswa dalam satu tim atau lebih tidak dapat menyesuaikan diri. Solusi utama dalm
masalah ini adalah waktu (hal 89)
16
• Melaksanakan kehendak atau menolak membantu teman satu tim bukan merupakan
cara efektif bagi tim untuk dapat berhasil dan penolakan dapat diteriam (hal 90)
• Sebuah cara yang efektif untuk mengupayakan agar siswa dapat bekerja sama
dengan baik adalah menyediakan penghargaan ekstra bagi tgim yang berhasil (hal
90)
• Siswa berperilaku menyimpang. Sebuah cara untuk mendorong siswa berperilaku
benar adalah dengan memberi setiap tim poin sampai tiga poin tambahan per hari
berdasarkan perilaku tim, kerja sama, dan upaya tim (hal 91).
• Poin yang diperoleh sebagai penghargaan atas perilaku mereka seharusnya bukan
merupakan kejutan, seharusnya mencerminkan apa yang sedang diucapkan guru
selama perode kelas itu.
• Siswa terlalu gaduh. Solusi pertama mengatasi masalah kegaduhan adalah
menghentikan seluruh kegiatan, upayakan kelas tenang mutlak, dan kemudian
ucapkan dengan pelan sebuah permainan agar siswa berbicara secara pelan (hal 91)

17
• Ketidakhadiran. Ketidak hadiran siswa dapat menjadi masalah utama dalam sebuah
kelas pembelajaran tim siswa karena siswa bergantung satu sama lain (hal 92)
• Paras siswa yang jelek kehadirannya hendaknya didistribusikan secar merata diantara
tim-tim sebagi anggota kelima atau keenam, sehingga paling sedikit ada tiga tau
empat orang siswa tetap ada dalam setiap tim setiap hari (hal 92)
• Siswa tidak menggunakan waktu latihan tim secara efektif. Masalah ini dapat
diatasi dengan menyediakan LKS tiap tim sehingga siswa harus bekerja sama. Selain
itu dengan meminta siswa membuat kartu kegiatan atau flashcrds dengan
pertanyaan pada satu sisi dan jawab apad sisi lain (hal 93)
• Rentang tingkat kinerja di dalam kelas terlalu lebar untuk pengajaran
kelompok.
• Masalah-masalah dengan STAD. Masalah-masalah dengan STAD adalah sama
dengan hampir seluruh masalah dengan tim-tim, yang dibahas di atas. Namun, STAD
punya sebuah masalah tambahan. Karena penggunaan sistem skor perbaikan
individual, beberapa siswa yang sebelumnya mencapai kinerja tinggi keberatan
dengan cara yang tidak adil tersebut (hal 94).

18
• Masalah dengan turnamen TGT. Masalah yang sering muncul datang dari kesslah
membaca aturan-aturan tersebut dan tentang tantangan. Apabila ada seseorang yang
menantang dan jawabannya salah, ia mengembalikan satu kartu yang dimenangkan
sebelumnya (bila ada) ke tumpukan kartu (hal 95)
• Guru saharusnya mendorong siswa memainkan dua turnamen atau lebih apabila
mereka menyelesaikannya dengan cepat (hal 95)
• Siswa tidak pernah memberi lawan, kartu yang mereka telah menangkan sebelumnya
(hal 95-96)
• Masalah-masalah dengan Jigsaw II.
 Apabila siswa tampak tidak menggunkan waktu yang disediakan untuk
diskusi kelompok ahli dengan baik, solusi umumnya adalah memberlakukan
mekanisme yang lebih terstruktur (hal 96)
 Satu cara untuk mengatasi ketidakhadiran yang serius adalah membuat
tim enam anggota dan meminta siswa bekerja pada tiap tiga topik secara
berpasangan (hal 97)
 Anda dapat mengurangi banyak topik untuk tim empat atau lima orang,
usahakan agar ada paling sedikit tiga siswa hadir untuk mengambil topik-topik
tersebut (hal 97)
19
• Masalah-masalah penskoran. Anda benar bila para siswa diberi poin perbaikan
nol bagi perhitungan skor timnya, apabila mereka tidak mengikuti pelajaran,
namun cara ini seharusnya tidak dihitung sebagai nol dalam perhitungan ulang
skor dasar, ketidak hadiran tersebut seharusnya dianggap kosong (hal 98).
• Masalah-masalah beban kerja yang terlampau banyak bagi guru. Terlalu
banyak kerjaan meruapak keluhan yang paling sering terdengar dari guru
tentang pembelajaran tim siswa, khususnya bgai guru yang membuat bahan ajar
sensiri (hal 98)
• Beberapa cara untuk mengurangi beban guru, salah satunya adalah mengunakan
siswa untuk membantu penskoran, menghitung skor tim, mengerjakan buping
untuk TGT bagi kelas-kelas yang bukan kelas mereka sensiri (hal 99)
• Jika sedang digunakan bahan ajar yang telah disiapkan oleh beberapa pusat
pengembangan bahan ajar, bahan ajar tambahan tidak sulit dibuatnya (hal 99).

20
SOAL-SOAL

1. Apakah yang menjadi ide utama model pembelajaran kooperatif ? (hal.


3)
Jawaban :
Ada tiga ide utama didalam pembelajaran kooperatif yaitu;
a. Penghargaan tim
b. Tanggung jawab individual
c. Memiliki kesempatan yang sma untuk berhasil
2. Bagaimanakah cara guru mengurangi beban kerja yang terlampau banyak ? (hal 98)
Jawaban;
a. Menggunakan siswa dalam membatu penskoran
b. Menguankan siswa untuk membantu menghitung skor tim
c. Mengunakan siswa mengerjakan buping untuk TGT bagi kelas-kleas yang
bukan kelas mereka sendiri
d. Siswa sukarelawan dapat digunakan untuk membantu meskor kuis.

21
SOAL TAMPA JAWABAN

1. Apakah yang menjadi landasan pemikiran utama dari pembelajaran


kooperatif ?

___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
2. Bagaimanakah model evaluasi dari pembelajaran koopearatif dan
apakah didalam evaluasi itu ada yang menunjukkan ciri dari
pembelajaran kooperatif tersebut ?

___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
3. Apakah jumlah kelompok yang berbeda-beda dalam pembelajaran
kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan ?

___________________________________________________________
___________________________________________________________ 22

Anda mungkin juga menyukai