Presus Obsgyn KET
Presus Obsgyn KET
PENDAHULUAN
Kehamilan
Ektopik
Terganggu
(KET)
merupakan
kehamilan ektopik yang disertai dengan gejala akut
abdomen. Kondisi ini merupakan kondisi yang gawat
yang bila lambat ditangani akan berakibat fatal bagi
penderita.Kehamilan
Ektopik
Terganggu
(KET)
merupakan salah satu masalah di bidang ginekologi
yang berkontribusi pada mortalitas maternal.
Menurut American College of Obstericians and
Gynecologists (2008), 2% dari seluruh kehamilan di
trimester pertama di Amerika Serikat adalah kehamilan
ektopik.
Riset
World
Health
Organization
(WHO)
2007
menunjukkan bahwa, KET merupakan penyebab satu
dari 200 (5-6%) mortalitas maternal di negara maju.
Diagnosis kehamilan ektopik secara umum ditegakkan
berdasarkan beberapa faktor yaitu: Deteksi dini kelompok resiko
tinggi., riwayat obstetrik dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium (tes kehamilan), kuldosentesis, USG dan
laparoskopi.
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. Y
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin: Perempuan
Pendidikan Terakhir: SMA
Alamat : Pageragi 01/02Cilongok,
Banyumas
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Identitas contd
Nama Suami : Tn. T
Umur
: 24 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Pendidikan Terakhir: SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Samarinda
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 27 April 2016
Tanggal periksa
: 27 April 2016
No.CM : 00230809
B. Anamnesis
I. Keluhan Utama
Nyeri perut bawah
II. Keluhan Tambahan
Perdarahan jalan lahir
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien baru datang ke VK IGD Rumah Sakit Margono Soekarjo
rujukan dari Rumah sakit Agisna Medika dengan nyeri perut
bawah. Pasien memeriksakan keluhannya pertama kali ke Klinik
Agisna medika dan dilakukan pemeriksaan. Pada saat
memeriksakan diri ke Klinik agisna, pasien baru mengetahui
bahwa dirinya hamil. Hasil pemeriksaan didapati pasien diduga
mengalami kehamilan diluar rahim sehingga di rujuk ke Rumah
Sakit Umum Daerah Margono Soekarjo untuk dilakukan
pemeriksaan USG.
Anamnesis contd
(contd)
Pasien merasakan nyeri perut bawah sejak 3 hari
yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul, disertai
perdarahan dari jalan lahir. Perdarahan tampak
berwarna merah kehitaman, keluar banyak. Pasein
tidak mengeluhkan demam, mual, muntah. Pasien
sedang hamil ke dua dengan kehamilan 6 minggu.
HPHT 17 Maret 2016 dengan perkiraan lahir 24
Desember 2016.
Pasien tidak memiliki riwayat
keguguran sebelumnya. Dari hasil pemeriksaan USG
di Rumah sakit margono Soekarjo didapatkan hasil :
suspek kehamilan heterotopik
Anamnesis contd
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
Anamnesis contd
V. Riwayat Penyakit Keluarga
Anamnesis contd
VI. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Lama haid: 7 hari
Siklus haid
: teratur, 1x/bulan
Dismenorrhea : tidak ada
Jumlah darah haid :
normal (sehari ganti pembalut 3 kali)
VII. Riwayat Menikah
Pasien menikah sebanyak satu kali selama kurang
lebih sembilan tahun.
Anamnesis contd
VIII. Riwayat Obstetri
G 2P 1A 0
Anak I : Perempuan / 8 tahun/ spontan/
bidan/3200gr
Anak 2 : Hamil ini
IX. Riwayat KB
Pasien pernah menggunakan KB suntik 1x dalam
6 tahun
setelah hamil pertama, kemudian
berhenti memakai KB suntik 1,5 tahun sebelum
kehamilan kedua.
Anamnesis contd
X. Riwayat Ginekologi
Riwayat Operasi: tidak ada
Riwayat Kuret : tidak ada
Riwayat Keputihan :
Pernah, setelah kehamilan pertama, kadang
kadang, warna putih, kental, gatal, jumlah
sedikit, tanpa nyeri.
Riwayat perdarahan pervaginam:
Perdarahan warna merah kehitaman, sedang,
disertai nyeri, mengganggu aktivitas ( April
2016)
Anamnesis contd
XI. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan
suaminya bekerja sebagai buruh. Kesan sosial
ekonomi keluarga adalah golongan menegah ke
bawah.Pasien
menggunakan
Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS-PBI)
dalam masalah kontrol kehamilan dan persalinan.
Pasien tidak memiliki riwayat merokok. Sebelum
pasien sakit, biasanya pasien makan 3 kali
sehari.Pasien
jarang
berolahraga.Riwayat
konsumsi obat-obatan disangkal.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : GCS E4M6V5
(Compos Mentis)
Vital Sign :
o Tekanan Darah : 110/80 mmHg
o Nadi : 80 x/menit
o Respiratori Rate
: 18 x/menit
o Suhu
: 36 C
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala : Mesocephal, simetris
Mata :
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks
pupil +/+ normal, isokor, diameter 3/3 mm
Telinga :
discharge -/- deformitas -/ Hidung :
discharge -/-, nafas cuping hidung -/ Mulut
:
sianosis (-), lidah kotor -/-
retraksi
pulsasi
kiri
-/-
D. Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan USG
Uterus
RF,
tampak
gambaran
seperti
Gestasional sac + intra
uterin denga fetal plate,
IHM -, adneksa kanan
tampak gambaran Gs +
FP -, tampak massa
anekoik unilobular +2cm
kesan
corpus
luteum
gravidarum,
suspek
heterotopik
pregnancy.
E. Diagnosis
G2P1A0, 29 tahun, hamil 5 minggu 5 hari
dengan suspek Kehamilan ektopik terganggu
F. Diagnosis Banding
Appendisitis akut
Adneksitis
Kista ovarii
Abortus imminen
Ureteritis
G. Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Clindamisin 2x300mg
Pro laparotomy besok tgl 29 April 2016.
Follow Up Pasien
Tanggal 27/4/2016:
Pukul 17.30
di VK IGD dr Eva periksa :
instruksi
tunggu
hasil
laboratorium, lapor ulang
Pukul 20.00
Hasil lab keluar : Hb 12,22
tes kehamilan positif
Pukul 20.30
dr. Eva lapor kedr.Ika SpOG
untuk cek ulang Hb serial
tiap 2 jam
Pukul 22.30
Hasil lab +, Hb 11, instruksi
dr. Eva cek Hb serial 2 jam
lagi
Follow Up Pasien
Tanggal 28/4/2016:
Jam 01.00
TD: 90/60
N: 80 x/m
RR : 18 x/m
T: 36 C
Lapor
dr
Mika,
instruksi
guyur
1
flabot RL, cek DL
ulangketiga
Jam 00.40
Hb 11,0
Follow Up Pasien
Tanggal 28/4/2016:
Jam 08.00
TD: 100/70mmHg
N : 80 x/m
RR 18 x/m
T: 36 C
Jam 9.30
dr.Ika USG, instuksi clindamisin,
2x2 tab (200mg), rencana
konsul dr. Daliman
Jam 11.00
Pasien
diperiksa
di
polikebidanan, hasil: G2P1A0
hamil denganKE lapor dr. Ika
isntruksi
laparotomy
elektif
,rawat teratai, observasi ketat
KU, TTV.
Hasil
USG
poli
kebidanan
dr.Daliman:
Tampak uterus antefleksi,
Tak tampak GS,
Tampak pelebaran endometrium,
Tampak
cairan
bebas
retrouterina,
+ kista ovarium melebar sampai
kanan uterus,
GS estrak uterin diameter, 0,6
cm (?)
Kesimpulan:
Sesuai
gambaran
kehamilan
ektopik dari tuba kanan
Saran
Laparotomy persalinan terminasi
Catatan Perkembangan
Pasien
Tanggal 29/4/2016:
Jam 07.15
Anamnesis
S : perdarahan jalan lahir dan
terasa sakit, dan perut terasa
sakit, nafsu makan turun, BAB +,
BAK +, Flatus +
O :
TD : 100/60 mmHg,
Nadi : 80 x/ menit,
Respirasi Rate : 20x/ menit
Suhu : 36 C
Status lokalis Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus (+)
Palpasi : Nyeri Tekan (+) region
bawah abdomen
Perkusi : Timpani
Laporan Operasi
Catatan Perkembangan
Pasien
Tanggal 29/4/2016:
Jam 13.45
Operasi selesai
Jam 14.00
Pasien
kembali
keruangan Teratai
Assessment:
P1A1 usia 29tahun post Tubektomi
dextra/salphyngektomi
+
oovorektomi partial dextra +
kuretaseatas indikasi Kehamilan
ektopik
DD/
heterotopic
pregnancy.
Jam 16.00
Anamnesis
S : nyeri bekas operasi, pusing ( - ),
mual ( - ), muntah ( - ), bab ( - ),
flatus ( - )
O :
TD : 100/70 mmHg,
Nadi : 88 x/ menit,
Respirasi Rate : 20x/ menit
Suhu : 36.6 C
Status lokalis Abdomen
Inspeksi
: Datar, terdapat kassa
(+), rembes (-)
Auskultasi : Bising Usus +
Palpasi : Nyeri Tekan +
Perkusi : Timpani
Status genetalis eksterna
PPV : +
MASALAH DAN
PEMBAHASAN
Diagnosis:
Anamnesis
Diagnosis KET ditegakkan pada
pasien berdasarkan anamnesis
pasien yang menyebutkan pasien
memiliki
keluhan
amenorea,
nyeri perut bagian bawah dan
perdarahan dari jalan lahir
sejak 3 hari yang lalu.
Pada pasien ini juga ditemukan
faktor risiko yang mengarah
pada penegakkan diagnosis salah
satunya
yaitu
penggunaan
kontrasepsi
dan
infeksi
reproduksi
dengan
adanya
keputihan.
Kasus
Dasar Teori
Diagnosis:
Anamnesis
Diagnosis KET ditegakkan pada
pasien berdasarkan anamnesis
pasien yang menyebutkan pasien
memiliki
keluhan
amenorea,
nyeri perut bagian bawah dan
perdarahan dari jalan lahir
sejak 3 hari yang lalu.
Pada pasien ini juga ditemukan
faktor risiko yang mengarah
pada penegakkan diagnosis salah
satunya
yaitu
penggunaan
kontrasepsi
dan
infeksi
reproduksi
dengan
adanya
keputihan.
Kasus
Pada
anamnesis
dapat
ditemukan keluhan amenorea,
nyeri
abdominal
bagian
bawah,
dan
perdarahan
pervaginam. Diperlukan pula
informasi riwayat kehamilan
sebelumnya, riwayat infeksi
genital, riwayat pembedahan
tuba sebelumnya, infertilitas,
dan penggunaan AKDR (alat
kontrasepsi dalam Rahim). Pada
kehamilan
ektopik
belum
terganggu, keluhan nyeri perut
belum khas.Sementara pada
pemeriksaan fisik, pemeriksaan
status generalis dan tandatanda vital diperlukan untuk
mengetahui hipotensi, takikardi
maupun
febris.
(American
Society
for
Reproductive
Medicine, 2014).
Dasar Teori
Faktor Risiko
Kasus
Dasar Teori
Pemeriksaan Fisik
Kasus
Pemeriksaan Penunjang
Pada
pemeriksaan
laboratorium tanggal 27 April
2016
dengan
hasil
pemeriksaan Hb 12.2 g/dL,
leukosit
12.310
U/L,
hematokrit 37%, eritrosit 4,5
10^6/uL,
trombosit
256.000/uL dan pemeriksaan
Hb serial 2 jam atas instruksi
dr. Eva untuk mengevaluasi
perjalanan
penyakit,
ditemukan penurunan kadar
Hb (menjadi 11,0 g/dL) atas
indikasi
perdarahan
yang
terjadi. Pada pemeriksaan
urin ditemukan hasil positif
untuk test kehamilan.
Kasus
Dasar Teori
Pemeriksaan Penunjang
Pada
pemeriksaan
laboratorium tanggal 27 April
2016
dengan
hasil
pemeriksaan Hb 12.2 g/dL,
leukosit
12.310
U/L,
hematokrit 37%, eritrosit 4,5
10^6/uL,
trombosit
256.000/uL dan pemeriksaan
Hb serial 2 jam atas instruksi
dr. Eva untuk mengevaluasi
perjalanan
penyakit,
ditemukan penurunan kadar
Hb (menjadi 11,0 g/dL) atas
indikasi
perdarahan
yang
terjadi. Pada pemeriksaan
urin ditemukan hasil positif
untuk test kehamilan.
Kasus
Pada
pemeriksaan
laboratorium
dapat
ditemukan
penurunan
haemoglobin sebagai akibat
perdarahan
yang
terjadi
dalam rongga perut sebagai
rongga
abdomen.Untuk
membedakan
kehamilan
ektopik dari infeksi pelvik
maupun
infeksi
apendiks
dapat diperhatikan jumlah
leukosit dimana infeksi pelvik
dan
infeksi
apendiks
ditemukan
leukosit
meningkat
(Sivalingam,
2011).
Dasar Teori
Pemeriksaan Penunjang
Penegakkan
diagnosis
kehamilan
ektopik
dikonfirmasi
dengan
pemeriksaan
USG
yang
dilakukan dua kali oleh dr.
Setya Dian Kartika, Sp. OG
pada tanggal 28 April 2016
pukul 09:00 pagi dengan hasil
tampak GS (+) intrauterin,
FP (+), pada adneksa kanan
tampak GS (+), FP (-),
tampak
massa
anekoik
unilobular 2 cm kesan
korpus luteum gravidarum,
suspek
heterotopic
pregnancy.
Kasus
Ultrasonografi
merupakan
cara yang paling baik untuk
mengonfirmasi adanya suatu
kehamilan intrauterin. Kriteria
diagnosis
USG
dengan
menggunakan
transduser
transvagina untuk kehamilan
ektopik termasuk adanya
kompleks
atau
massa
kistik
adneksa
atau
terlihatnya
embrio
di
adneksa
dapat
dideteksi
dan/
atau
tidak
adanya
kantong gestasi (American
Society
for
Reproductive
Medicine, 2014).
Dasar Teori
Pemeriksaan Penunjang
Kasus
Pada
dasarnya
ultrasonografi
transvaginal
dapat
memperlihatkan aktivitas jantung
ektopik,
kantung
gestasi
ektopik, massa ektopik, cairan
di kavum Douglas, dan kantung
gestasi intrauterin. Selain itu,
saat serum kadar hCG lebih dari
1500 mIU/mL, usia gestasi lebih
dari 38 hari, atau serum kadar
progesteron kurang dari 5 ng/mL
dan tidak ada kantong gestasi
interuterin yang terlihat dengan
transvaginal
USG,
dapat
dilakukan
kuretase
kavum
endometrial dengan pemeriksaan
histologi (American Society for
Reproductive Medicine, 2014).
Dasar Teori
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Kasus
Rencana
laparotomi,
salphingektomi
diindikasikan
pada
pasien
ini
karena
heterotopik. Pada salpingektomi,
bagian tuba antara uterus dan
massa hasil konsepsi diklem,
digunting, dan kemudian sisanya
(stump) diikat dengan jahitan
ligasi.
Arteria
tuboovarika
diligasi,
sedangkan
arteria
uteroovarika
dipertahankan.
Tuba yang direseksi dipisahkan
dari mesosalping. Metode ini
lebih
dipilih
daripada
salpingostomi,
sebab
salpingostomi
dapat
menyebabkan jaringan parut dan
penyempitan lumen pars ismika.
Kasus
Penatalaksanaan
Reseksi tuba dapat dikerjakan baik pada kehamilan tuba yang belum
maupun yang sudah terganggu, dan dapat dilakukan melalui laparotomi
maupun laparoskopi. Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan:
1)kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu),
2)pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif,
3)terjadi kegagalan sterilisasi,
4)telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya,
5)pasien meminta dilakukan sterilisasi,
6)perdarahan berlanjut pascasalpingotomi,
7)kehamilan tuba berulang,
8)kehamilan heterotopik, dan
9)massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm.
Dasar Teori
Penatalaksanaan
Dasar Teori
Prognosis
KESIMPULAN
TERIMAKASIH