Anda di halaman 1dari 49

Gravida 2 Para1 Abortus 0, Usia

29 tahun, Hamil 5 Minggu 5 Hari


Dengan Suspek Kehamilan
Ektopik Terganggu
Pembimbing:
dr. Sutrisno, Sp. OG
Aulia Tri Puspitasari Widodo G4A015046
Diana Rizky Ramadhani G4A015047
Nunung Hasanah G4A015048
Maria Savvyany Saputra
G4A015049

PENDAHULUAN

Kehamilan
Ektopik
Terganggu
(KET)
merupakan
kehamilan ektopik yang disertai dengan gejala akut
abdomen. Kondisi ini merupakan kondisi yang gawat
yang bila lambat ditangani akan berakibat fatal bagi
penderita.Kehamilan
Ektopik
Terganggu
(KET)
merupakan salah satu masalah di bidang ginekologi
yang berkontribusi pada mortalitas maternal.
Menurut American College of Obstericians and
Gynecologists (2008), 2% dari seluruh kehamilan di
trimester pertama di Amerika Serikat adalah kehamilan
ektopik.
Riset
World
Health
Organization
(WHO)
2007
menunjukkan bahwa, KET merupakan penyebab satu
dari 200 (5-6%) mortalitas maternal di negara maju.
Diagnosis kehamilan ektopik secara umum ditegakkan
berdasarkan beberapa faktor yaitu: Deteksi dini kelompok resiko
tinggi., riwayat obstetrik dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium (tes kehamilan), kuldosentesis, USG dan
laparoskopi.

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Nama : Ny. Y
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin: Perempuan
Pendidikan Terakhir: SMA
Alamat : Pageragi 01/02Cilongok,
Banyumas
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Identitas contd
Nama Suami : Tn. T
Umur
: 24 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Pendidikan Terakhir: SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Samarinda
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 27 April 2016
Tanggal periksa
: 27 April 2016
No.CM : 00230809

B. Anamnesis
I. Keluhan Utama
Nyeri perut bawah
II. Keluhan Tambahan
Perdarahan jalan lahir
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien baru datang ke VK IGD Rumah Sakit Margono Soekarjo
rujukan dari Rumah sakit Agisna Medika dengan nyeri perut
bawah. Pasien memeriksakan keluhannya pertama kali ke Klinik
Agisna medika dan dilakukan pemeriksaan. Pada saat
memeriksakan diri ke Klinik agisna, pasien baru mengetahui
bahwa dirinya hamil. Hasil pemeriksaan didapati pasien diduga
mengalami kehamilan diluar rahim sehingga di rujuk ke Rumah
Sakit Umum Daerah Margono Soekarjo untuk dilakukan
pemeriksaan USG.

Anamnesis contd
(contd)
Pasien merasakan nyeri perut bawah sejak 3 hari
yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul, disertai
perdarahan dari jalan lahir. Perdarahan tampak
berwarna merah kehitaman, keluar banyak. Pasein
tidak mengeluhkan demam, mual, muntah. Pasien
sedang hamil ke dua dengan kehamilan 6 minggu.
HPHT 17 Maret 2016 dengan perkiraan lahir 24
Desember 2016.
Pasien tidak memiliki riwayat
keguguran sebelumnya. Dari hasil pemeriksaan USG
di Rumah sakit margono Soekarjo didapatkan hasil :
suspek kehamilan heterotopik

Anamnesis contd
IV. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit Jantung : disangkal


Penyakit Paru : disangkal
Penyakit Diabetes Melitus
: disangkal
Penyakit Ginjal : disangkal
Penyakit Hipertensi : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat penyakit hati : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat keluhan yang sama
: disangkal
Riwayat tumor kandungan : disangkal

Anamnesis contd
V. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit Jantung : disangkal


Penyakit Paru : disangkal
Penyakit Diabetes Melitus
: disangkal
Penyakit Ginjal : disangkal
Penyakit Hipertensi : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat penyakit hati : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat keluhan yang sama
: disangkal
Riwayat tumor kandungan : disangkal

Anamnesis contd
VI. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Lama haid: 7 hari
Siklus haid
: teratur, 1x/bulan
Dismenorrhea : tidak ada
Jumlah darah haid :
normal (sehari ganti pembalut 3 kali)
VII. Riwayat Menikah
Pasien menikah sebanyak satu kali selama kurang
lebih sembilan tahun.

Anamnesis contd
VIII. Riwayat Obstetri
G 2P 1A 0
Anak I : Perempuan / 8 tahun/ spontan/
bidan/3200gr
Anak 2 : Hamil ini
IX. Riwayat KB
Pasien pernah menggunakan KB suntik 1x dalam
6 tahun
setelah hamil pertama, kemudian
berhenti memakai KB suntik 1,5 tahun sebelum
kehamilan kedua.

Anamnesis contd
X. Riwayat Ginekologi
Riwayat Operasi: tidak ada
Riwayat Kuret : tidak ada
Riwayat Keputihan :
Pernah, setelah kehamilan pertama, kadang
kadang, warna putih, kental, gatal, jumlah
sedikit, tanpa nyeri.
Riwayat perdarahan pervaginam:
Perdarahan warna merah kehitaman, sedang,
disertai nyeri, mengganggu aktivitas ( April
2016)

Anamnesis contd
XI. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan
suaminya bekerja sebagai buruh. Kesan sosial
ekonomi keluarga adalah golongan menegah ke
bawah.Pasien
menggunakan
Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS-PBI)
dalam masalah kontrol kehamilan dan persalinan.
Pasien tidak memiliki riwayat merokok. Sebelum
pasien sakit, biasanya pasien makan 3 kali
sehari.Pasien
jarang
berolahraga.Riwayat
konsumsi obat-obatan disangkal.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : GCS E4M6V5
(Compos Mentis)

Vital Sign :
o Tekanan Darah : 110/80 mmHg
o Nadi : 80 x/menit
o Respiratori Rate
: 18 x/menit
o Suhu
: 36 C

Tinggi Badan : 158 cm


Berat Badan : 60 kg
Status Gizi : cukup

C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala : Mesocephal, simetris
Mata :
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks
pupil +/+ normal, isokor, diameter 3/3 mm
Telinga :
discharge -/- deformitas -/ Hidung :
discharge -/-, nafas cuping hidung -/ Mulut
:
sianosis (-), lidah kotor -/-

Pemeriksaan Fisik contd


Pemeriksaan leher
Trakea
: deviasi trakea (-)
Gld Tiroid
: tidak teraba
Limfonodi Colli : tidak teraba

Pemeriksaan Fisik contd


Pemeriksaan Toraks
Paru
o
Inspeksi
:
Dada simetris, ketertinggalan gerak (-),
intercosta (-), pulsasi epigastrium (-),
parasternal (-)
o
Palpasi :
Vokal fremitus paru kanan = paru
Ketertinggalan gerak (-)
o
Perkusi :
Sonor pada seluruh lapang paru
o
Auskultasi :
Suara Dasar vesikuler +/+ , SuaraTambahan

retraksi
pulsasi

kiri

-/-

Pemeriksaan Fisik contd


Pemeriksaan Toraks
Jantung
Inspeksi
:
Ictus cordis tampak SIC V 2 jari medial LMCS
Palpasi :
Ictus cordis tampak SIC V 2 jari medial LMCS ictus
cordis kuat angkat (-)
Perkusi : Batas jantung
Kanan atas SIC II LPSD
Kiri atas SIC II LPSS
Kanan bawah SIC IV LPSD
Kiri bawah SIC V 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1>S2, regular, ST -/-

Pemeriksaan Fisik contd


Pemeriksaan ekstermitas
Superior :
Edema (-/-), jari tabuh (-/-), pucat (-/-),
sianosis -/ Inferior :
Edema (-/-), jari tabuh (-/-), pucat (-/-),
sianosis -/-

Pemeriksaan Fisik contd


2. Status Lokalis
Abdomen
Inspeksi
:
Datar, venektasi (-), Spider nevi (-), striae
gravidarum (-)
Palpasi :
Supel, Tidak teraba bagian janin, nyeri tekan
+ regio lower quadran dextra et sinistra
Perkusi
: Tympani
Auskultasi: BU (+) Normal, regular

Pemeriksaan Fisik contd


3. Pemeriksaan Genitalia
Regio Genitalia
Inspeksi :
Rambut pubis tersebar merata, Edema vulva (-), Benjolan (-),
Varises (-), Fluor (-), Perdarahan (+) warna merah kehitaman
Vaginal toucher :
Fluor albus
: tidak ada
Perdarahan pervaginam
: flek
Vagina
: Dinding licin, Konsistensi kenyal,
Massa (-)
Permukaan portio
: licin
Konsistensi portio
: lunak,
Ukuran portio
: sebesar ibu jari tangan orang
dewasa
Nyeri goyang portio: positif
OUE
: terbuka kurang lebih 1 cm
Adneksa
: Normal
Kavum Douglas
: tidak ada penonjolan.

D. Pemeriksaan
Laboratorium

Pemeriksaan USG
Uterus
RF,
tampak
gambaran
seperti
Gestasional sac + intra
uterin denga fetal plate,
IHM -, adneksa kanan
tampak gambaran Gs +
FP -, tampak massa
anekoik unilobular +2cm
kesan
corpus
luteum
gravidarum,
suspek
heterotopik
pregnancy.

E. Diagnosis
G2P1A0, 29 tahun, hamil 5 minggu 5 hari
dengan suspek Kehamilan ektopik terganggu

F. Diagnosis Banding
Appendisitis akut
Adneksitis
Kista ovarii
Abortus imminen
Ureteritis

G. Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Clindamisin 2x300mg
Pro laparotomy besok tgl 29 April 2016.

Follow Up Pasien
Tanggal 27/4/2016:
Pukul 17.30
di VK IGD dr Eva periksa :
instruksi
tunggu
hasil
laboratorium, lapor ulang
Pukul 20.00
Hasil lab keluar : Hb 12,22
tes kehamilan positif
Pukul 20.30
dr. Eva lapor kedr.Ika SpOG
untuk cek ulang Hb serial
tiap 2 jam
Pukul 22.30
Hasil lab +, Hb 11, instruksi
dr. Eva cek Hb serial 2 jam
lagi

Follow Up Pasien
Tanggal 28/4/2016:
Jam 01.00
TD: 90/60
N: 80 x/m
RR : 18 x/m
T: 36 C
Lapor
dr
Mika,
instruksi
guyur
1
flabot RL, cek DL
ulangketiga
Jam 00.40
Hb 11,0

Follow Up Pasien
Tanggal 28/4/2016:
Jam 08.00
TD: 100/70mmHg
N : 80 x/m
RR 18 x/m
T: 36 C
Jam 9.30
dr.Ika USG, instuksi clindamisin,
2x2 tab (200mg), rencana
konsul dr. Daliman
Jam 11.00
Pasien
diperiksa
di
polikebidanan, hasil: G2P1A0
hamil denganKE lapor dr. Ika
isntruksi
laparotomy
elektif
,rawat teratai, observasi ketat
KU, TTV.

Hasil
USG
poli
kebidanan
dr.Daliman:
Tampak uterus antefleksi,
Tak tampak GS,
Tampak pelebaran endometrium,
Tampak
cairan
bebas
retrouterina,
+ kista ovarium melebar sampai
kanan uterus,
GS estrak uterin diameter, 0,6
cm (?)
Kesimpulan:
Sesuai
gambaran
kehamilan
ektopik dari tuba kanan
Saran
Laparotomy persalinan terminasi

Catatan Perkembangan
Pasien
Tanggal 29/4/2016:
Jam 07.15
Anamnesis
S : perdarahan jalan lahir dan
terasa sakit, dan perut terasa
sakit, nafsu makan turun, BAB +,
BAK +, Flatus +
O :
TD : 100/60 mmHg,
Nadi : 80 x/ menit,
Respirasi Rate : 20x/ menit
Suhu : 36 C
Status lokalis Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus (+)
Palpasi : Nyeri Tekan (+) region
bawah abdomen
Perkusi : Timpani

Status genetalis eksterna


PPV : (+), FA : (-)
Assement :
G2P1A0 usia 29 tahun
hamil 6 mgg 1 hari dengan
Kehamilan ektopik DD/
heterotopic pregnancy
Jam 10.15
Pasien dibawa ke ruang IBS
untuk persiapan operasi
Jam 10.50
Operasi di mulai

Laporan Operasi

Dalam spinal anestesi.


Kulit insisi prannemtiel lapisdemi lapis.
Setelah peritoneum dibuka tampak perdarahan (stolsel)
kurang lebih 100 cc.
Explorasi tampak rupture tuba pars ampularis dextra dan
tampak massa kistik ukuran kurang lebih 3 cm, berisi
cairan jernih di ovarium dextra, kesan korpus luteum
graviarum.
Diputuskan
untuk
dilakukan
Tubektomi
dextra/salphyngektomi + oovorektomi partial dextra,
kontrol perdarahan negative.
Cavum abdomen dicuci dengan NACl 0,9% dan dibersihkan.
Explorasi lanjut, uterus dbn, tuba dan ovarium sinistra dbn.

Catatan Perkembangan
Pasien

Follow Up Post Operasi 29/4/2016:

Tanggal 29/4/2016:
Jam 13.45
Operasi selesai
Jam 14.00
Pasien
kembali
keruangan Teratai
Assessment:
P1A1 usia 29tahun post Tubektomi
dextra/salphyngektomi
+
oovorektomi partial dextra +
kuretaseatas indikasi Kehamilan
ektopik
DD/
heterotopic
pregnancy.

Jam 16.00
Anamnesis
S : nyeri bekas operasi, pusing ( - ),
mual ( - ), muntah ( - ), bab ( - ),
flatus ( - )
O :
TD : 100/70 mmHg,
Nadi : 88 x/ menit,
Respirasi Rate : 20x/ menit
Suhu : 36.6 C
Status lokalis Abdomen
Inspeksi
: Datar, terdapat kassa
(+), rembes (-)
Auskultasi : Bising Usus +
Palpasi : Nyeri Tekan +
Perkusi : Timpani
Status genetalis eksterna
PPV : +

MASALAH DAN
PEMBAHASAN

Diagnosis:
Anamnesis
Diagnosis KET ditegakkan pada
pasien berdasarkan anamnesis
pasien yang menyebutkan pasien
memiliki
keluhan
amenorea,
nyeri perut bagian bawah dan
perdarahan dari jalan lahir
sejak 3 hari yang lalu.
Pada pasien ini juga ditemukan
faktor risiko yang mengarah
pada penegakkan diagnosis salah
satunya
yaitu
penggunaan
kontrasepsi
dan
infeksi
reproduksi
dengan
adanya
keputihan.

Kasus

Meskipun begitu pasien akan


menyampaikan
gangguan
haid
atau
amenorea,
namun sebagian penderita
tidak mengalami amenore
karena
kematian
janini
sebelum haid berikutnya.
Selain itu, keluhan nyeri
perut bawah disampaikan
penderita
walaupun
kehamilan ektopik belum
mengalami
ruptur
(Sivalingam, 2011).

Dasar Teori

Diagnosis:
Anamnesis
Diagnosis KET ditegakkan pada
pasien berdasarkan anamnesis
pasien yang menyebutkan pasien
memiliki
keluhan
amenorea,
nyeri perut bagian bawah dan
perdarahan dari jalan lahir
sejak 3 hari yang lalu.
Pada pasien ini juga ditemukan
faktor risiko yang mengarah
pada penegakkan diagnosis salah
satunya
yaitu
penggunaan
kontrasepsi
dan
infeksi
reproduksi
dengan
adanya
keputihan.

Kasus

Pada
anamnesis
dapat
ditemukan keluhan amenorea,
nyeri
abdominal
bagian
bawah,
dan
perdarahan
pervaginam. Diperlukan pula
informasi riwayat kehamilan
sebelumnya, riwayat infeksi
genital, riwayat pembedahan
tuba sebelumnya, infertilitas,
dan penggunaan AKDR (alat
kontrasepsi dalam Rahim). Pada
kehamilan
ektopik
belum
terganggu, keluhan nyeri perut
belum khas.Sementara pada
pemeriksaan fisik, pemeriksaan
status generalis dan tandatanda vital diperlukan untuk
mengetahui hipotensi, takikardi
maupun
febris.
(American
Society
for
Reproductive
Medicine, 2014).

Dasar Teori

Faktor Risiko

Pada kasus ini riwayat


kerusakan tuba, infertilitas,
riwayat infeksi tuba atau
penyakit menular seksual
lain, perlekantan perituba,
usai >35 tahun, riwayat
kehamilan
ektopik
sebelumnya, dan riwayat
abortus
spontan
atau
terinduksi
bukan
merupakan faktor risiko
pada kasus ini.

Kasus

Menurut Cunningham 2014 dan


Sivalingam VN, et.al., 2011 Risiko
terjadinya
kehamilan
ektopik
meningkat
pada
:
riwayat
kerusakan tuba, baik karena
kehamilan ektopik sebelumnya
atau disebabkan pembedahan
tuba untuk mengatasi infertilitas
atau untuk sterilisasi, Infertilitas,
Riwayat
infeksi
tuba
atau
penyakit menular seksual lain,
Merokok,
Perlekatan
perituba
akibat salpingitis, infeksi pascaabortus
atau masa nifas,
apendisitis, atau endometriosis,
mungkin meningkatakan risiko
kehamilan
tuba,
Kegagalan
kontrasepsi, Usia >35 tahun,
Riwayat
kehamilan
ektopik
sebelumnya,
Riwayat
Aborsi
spontan atau terinduksi

Dasar Teori

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan tekanan darah


normal (110/80 mmHg), nadi 80 x/menit, pernapasan 18
x/menit dan suhu 360C.Pada mata tidak ditemukan
konjungtiva anemis, bibir sianosis (-), pemeriksaan
ektremitas superior dan inferior hangat.Pada inspeksi
pemeriksaan abdomen ditemukan perut datar, supel
pada palpasi dan nyeri tekan pada regio lower quadran
destra dan sinistra, timpani pada perkusi dan suara
bising usus (+) normal

Kasus

Pemeriksaan Penunjang

Pada
pemeriksaan
laboratorium tanggal 27 April
2016
dengan
hasil
pemeriksaan Hb 12.2 g/dL,
leukosit
12.310
U/L,
hematokrit 37%, eritrosit 4,5
10^6/uL,
trombosit
256.000/uL dan pemeriksaan
Hb serial 2 jam atas instruksi
dr. Eva untuk mengevaluasi
perjalanan
penyakit,
ditemukan penurunan kadar
Hb (menjadi 11,0 g/dL) atas
indikasi
perdarahan
yang
terjadi. Pada pemeriksaan
urin ditemukan hasil positif
untuk test kehamilan.

Kasus

Test diagnosis untuk kehamilan


ektopik adalah tes kehamilan,
ultrasonografi, laparoskopi, kadar
beta-hCG,
kuldosintesis,
dan
pemeriksaan laboratorium. Pada
tes
kehamilan
ditemukan
hasil positif sebagai tanda
kehamilan. Kehamilan ektopik
diketahui jika pada ultrasonografi
transabdominal tidak ditemukan
kantung gestasi intrauterin dan
kadar beta-hCG meningkat lebih
dari 6500 mIU/mL atau pada
ultrasonografi transvaginal tidak
ditemuan
kantung
gestasi
intrauterine dan kadar beta-hCG
1500 mIU/mL atau meningkat
(Sivalingam, 2011).

Dasar Teori

Pemeriksaan Penunjang

Pada
pemeriksaan
laboratorium tanggal 27 April
2016
dengan
hasil
pemeriksaan Hb 12.2 g/dL,
leukosit
12.310
U/L,
hematokrit 37%, eritrosit 4,5
10^6/uL,
trombosit
256.000/uL dan pemeriksaan
Hb serial 2 jam atas instruksi
dr. Eva untuk mengevaluasi
perjalanan
penyakit,
ditemukan penurunan kadar
Hb (menjadi 11,0 g/dL) atas
indikasi
perdarahan
yang
terjadi. Pada pemeriksaan
urin ditemukan hasil positif
untuk test kehamilan.

Kasus

Pada
pemeriksaan
laboratorium
dapat
ditemukan
penurunan
haemoglobin sebagai akibat
perdarahan
yang
terjadi
dalam rongga perut sebagai
rongga
abdomen.Untuk
membedakan
kehamilan
ektopik dari infeksi pelvik
maupun
infeksi
apendiks
dapat diperhatikan jumlah
leukosit dimana infeksi pelvik
dan
infeksi
apendiks
ditemukan
leukosit
meningkat
(Sivalingam,
2011).

Dasar Teori

Pemeriksaan Penunjang

Penegakkan
diagnosis
kehamilan
ektopik
dikonfirmasi
dengan
pemeriksaan
USG
yang
dilakukan dua kali oleh dr.
Setya Dian Kartika, Sp. OG
pada tanggal 28 April 2016
pukul 09:00 pagi dengan hasil
tampak GS (+) intrauterin,
FP (+), pada adneksa kanan
tampak GS (+), FP (-),
tampak
massa
anekoik
unilobular 2 cm kesan
korpus luteum gravidarum,
suspek
heterotopic
pregnancy.

Kasus

Ultrasonografi
merupakan
cara yang paling baik untuk
mengonfirmasi adanya suatu
kehamilan intrauterin. Kriteria
diagnosis
USG
dengan
menggunakan
transduser
transvagina untuk kehamilan
ektopik termasuk adanya
kompleks
atau
massa
kistik
adneksa
atau
terlihatnya
embrio
di
adneksa
dapat
dideteksi
dan/
atau
tidak
adanya
kantong gestasi (American
Society
for
Reproductive
Medicine, 2014).

Dasar Teori

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan USG dilakukan


kembali oleh dr. Daliman, Sp.
OG di poliklinik kebidanan
RSMS dengan hasil tampak
uteri antefleksi, tak tampak
GS,
tampak
pelebaran
endometrium, tampak cairan
bebas retrouterina, + kista
ovarium
melebar
sampai
kanan
uterus,
GS
ekstrauterin diameter 0.6
cm, kesimpulan: gambaran
kehamilan ektopik dari tuba
kanan, sehingga pada kasus
ini diklasifikasikan sebagai
kehamilan tuba.

Kasus

Pada
dasarnya
ultrasonografi
transvaginal
dapat
memperlihatkan aktivitas jantung
ektopik,
kantung
gestasi
ektopik, massa ektopik, cairan
di kavum Douglas, dan kantung
gestasi intrauterin. Selain itu,
saat serum kadar hCG lebih dari
1500 mIU/mL, usia gestasi lebih
dari 38 hari, atau serum kadar
progesteron kurang dari 5 ng/mL
dan tidak ada kantong gestasi
interuterin yang terlihat dengan
transvaginal
USG,
dapat
dilakukan
kuretase
kavum
endometrial dengan pemeriksaan
histologi (American Society for
Reproductive Medicine, 2014).

Dasar Teori

Pemeriksaan Penunjang

Laparoskopi merupakan alat bantu diagnostic


terakhir untuk kehamian ektopik jika hasil
penilaian
prosedur
diagnostik
yang
lain
meragukan.
Melalui
prosedur
laparoskopik,
ovarium, tuba falopi, uterus, ligamentum maupun
kavum Douglas dapat dinilai. Adanya darah dalam
rongga pelvis mempersulit visualisasi tetapi hal
ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi
(American Society for Reproductive Medicine,
2014)
Dasar Teori

Penatalaksanaan

Pemberian IVFD RL 20 tpm


berfungsi
untuk
mempertahankan keseimbangan
cairan maka input cairan harus
sama untuk mengganti cairan
dan elektrolit yang hilang untuk
mengatasi
syok
dan
mengupayakan
kestabilan
hemodinamik
Clindamicynn 2x300 mg, adalah
antibiotik yang dapat bekerja
baik
secara
bakteriostatik
maupun bakterisidal, tergantung
konsentrasi tempat obat bekerja.
Obat ini diberikan kepada pasien
untuk
mencegah
terjadinya
infeksi.

Kasus

Rencana
laparotomi,
salphingektomi
diindikasikan
pada
pasien
ini
karena
heterotopik. Pada salpingektomi,
bagian tuba antara uterus dan
massa hasil konsepsi diklem,
digunting, dan kemudian sisanya
(stump) diikat dengan jahitan
ligasi.
Arteria
tuboovarika
diligasi,
sedangkan
arteria
uteroovarika
dipertahankan.
Tuba yang direseksi dipisahkan
dari mesosalping. Metode ini
lebih
dipilih
daripada
salpingostomi,
sebab
salpingostomi
dapat
menyebabkan jaringan parut dan
penyempitan lumen pars ismika.

Kasus

Penatalaksanaan

Reseksi tuba dapat dikerjakan baik pada kehamilan tuba yang belum
maupun yang sudah terganggu, dan dapat dilakukan melalui laparotomi
maupun laparoskopi. Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan:
1)kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu),
2)pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif,
3)terjadi kegagalan sterilisasi,
4)telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya,
5)pasien meminta dilakukan sterilisasi,
6)perdarahan berlanjut pascasalpingotomi,
7)kehamilan tuba berulang,
8)kehamilan heterotopik, dan
9)massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm.

Dasar Teori

Penatalaksanaan

Reseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis tuba kadang-kadang


dilakukan pada kehamilan pars ismika yang belum terganggu. Metode ini
lebih dipilih daripada salpingostomi, sebab salpingostomi dapat
menyebabkan jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika yang
sebenarnya sudah sempit.
Pada kehamilan pars interstitialis, sering kali dilakukan pula histerektomi
untuk menghentikan perdarahan masif yang terjadi. Pada salpingektomi,
bagian tuba antara uterus dan massa hasil konsepsi diklem, digunting, dan
kemudian sisanya (stump) diikat dengan jahitan ligasi. Arteria tuboovarika
diligasi, sedangkan arteria uteroovarika dipertahankan. Tuba yang direseksi
dipisahkan dari mesosalping.

Dasar Teori

Prognosis

Sedangakan Prognosis kemungkinan kehamilan kedepan


yaitu secara umum pasien memiliki kemungkinan untuk
hamil, akan tetapi tidak menutup kemungkinan pula
mengalami kehamilan ektopik berulang. Kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik berulang juga tergantung
pada keadaan jaringan tuba pasien setelah dioperasi,
umumnya sebanyak 9% pasien dapat mengalami
implantasi ektopik kedepannya.Kesempatan implantasi
konsepsi setelah salphingektomi rendah, karena itu perlu
dilakukan pertimbangan resiko untuk memberikan
tindakan pada pasien (Alam, 2007).

KESIMPULAN

1. Kehamilan ektopik merupakan keadaan blastokista yang


tertanam di luar lapisan endometrium rongga uterus
2. Kehamilan ektopik merupakan penyebab satu dari 200
(5-6%) mortalitas maternal di negara maju
3. Kehamilan ektopik ditandai oleh trias klasik yaitu
amenore, nyeri abdomen akut dan perdarahan
pervaginam
4. Kehamilan ektopik diklasifikasikan menjadi kehamilan
tuba, kehamilan pars intersialis tuba, kehamilan
abdomen, kehamilan ovarium, kehamilan servik,
kehamilan ektopik ganda, kehamilan ektopik lanjut
5. Test diagnosis untuk kehamilan ektopik adalah tes
kehamilan, ultrasonografi, pemeriksaan
laboratorium, kadar beta-hCG, kuldosintesisdan
laparoskopi.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai