Anda di halaman 1dari 48

ELISABETH, SKp.

,MARS

A S U H A N K EP ER A W ATA N
TB C PA R U

DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C.L., 1996,
Perawatan Medikal Bedah (suatu
pendekatan proses keperawatan),
Bandung- Smeltzer and Bare, 2002,
Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, EGC, Jakarta
Doengoes, M.E, Rencana Asuhan
Keperawatan, edisi 3, EGC, Jakarta

D efi
nisi
Penyakit infeksi bakteri menahun
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang ditandai dengan pembentukan granuloma

padajaringan paru yang terinfeksi.


Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang
paru tetapi dapat menyebar kehampir seluruh
bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang,
nodus limfe.
Infeksi awalbiasanya terjadi 2-10 minggu setelah
pemajanan.
Individu
kemudian
dapat
mengalamipenyakit aktif karena gangguan atau
ketidakefektifan respon imun

Etiologi
TB paru disebabkan oleh

Mycobakterium tuberculosis
yang merupakan batang,
aerobic,
tahan
asam,
tumbuh
lambat
dan
sensitive terhadap panas
dan sinar UV.

Tanda D an G ejala
1. Tanda:
Penurunan berat badan
Anoreksia
Dispneu
Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.

2. Gejala
Demam :
Biasanya menyerupai demam influenza.
Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya
tahan
tubuh
penderita
dengan
beratringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
Batuk :
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi
batuk produktif (menghasilkan sputum)

Batuk :
Pada keadaan lanjut : batuk darah karena terdapat
pembuluh darahyang pecah.
Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
Sesak nafas :
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
Nyeri dada :
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
(menimbulkan pleuritis)
Malaise :
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat
badan turun, sakit kepala,meriang, nyeri otot, keringat
malam

Patofi
siologi
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu
reaksi jaringan yang aneh di dalam paru-paru meliputi :
penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag,
pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan
fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan
tuberkel.
Banyaknya area fibrosis :
meningkatnya usaha ototpernafasan untuk ventilasi paru
menurunkan kapasitas vital,berkurangnya luas total
permukaan membrane respirasi
penurunan kapasitas difusi paru secara progresif,
rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalamparu-paru
dapat mengurangi oksigenasi darah

Pem eriksaan Penunjang


Pembacaan hasil tuberkulin dilakukan setelah 4872

jam; dengan hasil positifbila terdapat indurasi


diameter lebih dari 10 mm, meragukan bila 5-9 mm.
Uji tuberkulinbisa diulang setelah 1-2 minggu.
Pada anak yang telah mendapt BCG, diameter
indurasi 15 mm ke atas baru dinyatakan positif,
sedangkan pada anak kontrak erat denganpenderita
TBC aktif, diameter indurasi 5 mm harus dinilai
positif.
Alergi disebabkan oleh keadaan infeksi berat,
pemberian immunosupreson, penyakit keganasan
(leukemia), dapat pula oleh gizi buruk, morbili,
varicella dan penyakit infeksi lain

Gambaran

radiologis yang dicurigai TB


adalah
pembesaran
kelenjar
nilus,paratrakeal,
dan
mediastinum,
atelektasis,
konsolidasi,
efusi
pleura,
kavitas dan gambaran milier.
Bakteriologis, bahan biakan kuman TB
diambil dari bilasan lambung, namun
memerlukan waktu cukup lama.
Serodiagnosis,
beberapa
diantaranya
dengan cara ELISA (enzyime linked
immunoabserben assay)

Tes tuberkulin positif, mempunyai arti :


1. Pernah
mendapat
infeksi
basil
tuberkulosis yang tidak berkembang
menjadi penyakit.
2. Menderita tuberkulosis yang masih aktif
3. Menderita TBC yang sudah sembuh
4. Pernah mendapatkan vaksinasi BCG
5. Adanya reaksi silang (cross reaction)
karena infeksi mikobakterium atipik

Epidem iologiD an Penularan TBC


Dalam penularan infeksi M.tuberculosis hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah :
1.

Reservour, sumber dan penularan


Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran
pernafasan dari orang dengan lesi aktif terbuka memindahkan
infeksi langsung melalui droplet.
2. Masa inkubasi :Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi
primer umumnya memerlukan waktu empat sampai enam
minggu, interval antara infeksi primer dengan reinfeksi
bisabeberapa tahun.
3. Masa dapat menularselama yang bersangkutan mengeluarkan
bacil Turbekel terutama yang dibatukkan atau dibersinkan.
4. Immunitas : Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena
sejak lahir sampai satu bulan bayidiberi vaksinasi BCG yang
meningkatkan tubuh terhadap TBC

Klasifi
kasitbc
Berdasarkan terapi, WHO membagi tuberculosis
menjadi 4 kategori :
Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru
dengan sputum positif dan kasus baru dengan
batuk TB berat.
Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh
dan kasus gagal dengan sputum BTA positf.
Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA
negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan
kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut
dalam kategori I.
Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.

Stadium TBC
1. Kelas 0 : Tidak ada jangkitan tuberkulosis, tidak

terinfeksi (tidak ada riwayat terpapar,reaksi terhadap


tes kulit tuberkulin tidak bermakna).
2. Kelas 1 : Terpapar tuberkulosis, tidak ada bukti
terinfeksi (riwayat pemaparan, reaksi testuberkulosis
tidak bermakna)
3. Kelas 2 : Ada infeksi tuberkulosis, tidak timbul penyakit
(reaksi tes kulit tuberkulinbermakna, pemeriksa bakteri
negatif, tidak ada bukti klinik maupun
radiografik).Status kemoterapi (pencegahan) :
Tidak ada
Dalam pengobatan kemoterapi
Komplit (seri pengobatan dalam memakai resep dokter)
Tidak komplit

Kelas 3Tuberkuosis saat ini sedang sakit

(M. tuberkulosis ada dalam biakan, selain


itu reaksi kulit tuberkulin bermakna dan atau
bukti radiografik tentang adanya penyakit).
Lokasi penyakit : paru, pleura, limfatik,
tulang
dan/atau
sendi,kemih
kelamin,
diseminata (milier), meningeal, peritoneal
dan lain-lain.
Status bakteriologis : Positif dengan
Mikroskop saja
Biakan saja
Mikroskop dan biakan

Negatif : Tidak dikerjakan


Status
kemoterapi

:Dalam
pengobatan
kemoterapi
sejak
kemoterapi diakhiri, tidak lengkap
reaksi teskulit tuberkulin :
Bermakna, Tidak bermakna

Kelas 4
Tuberkulosis saat ini tidak sedang menderita penyakit
(riwayat
mendapatpengobatan
pencegahan
tuberkulosis atau adanya temuan radiografik yang
stabilpada orang yang reaksi tes kulit tuberkulinya
bermakna, pemeriksaanbakteriologis, bila dilakukan
negatif. Tidak ada bukti klinik tentang adanyapenyakit
pada saat ini).
Status kemoterapi :
a.Tidak mendapat kemoterapi
b.Dalam pengobatan kemoterapi
c.Komplit
d.Tidak komplit

Kelas 5
Orang
dicurigai
mendapatkan
tuberkulosis (diagnosis ditunda)
Kasus kemoterapi :
a.Tidak ada kemoterapi
b.Sedang dalam pengobatan kemoterapi

Penanganan

a.Promotif
1.Penyuluhan
2.Pemberitahuan baik melalui
spanduk/iklan tentang bahaya TBC,
carapenularan, cara pencegahan,
faktor resiko
3.Mensosialisasiklan BCG di
masyarakat.

Preventif :
1.Vaksinasi BCG
2.Membersihkan
lingkungan
dari
tempat yang kotor dan lembab.
3.Bila ada gejala-gejala TBC segera ke
Puskesmas/RS

Kuratif:
Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat

antimikroba dalamjangka waktu yang lama.


Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah
timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah
terjangkit infeksi.
Penderita TBC dengan gejala klinis harus mendapat
minuman dua obat untukmencegah timbulnya strain
yang resisten terhadap obat.
Kombinasi obat-obatpilihan adalah isoniazid (hidrazid
asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol (EMB) atau
rifamsipin (RIF).
Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10mg/kg
atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60 hari,
kemudian 15mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari.

Eek samping etambutol adalah Neuritisretrobulbar

disertai penurunan ketajaman penglihatan. Uji


ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan
agar keadaan tersebut dapat diketahui.
Efek samping INH yang berat jarang terjadi.
Komplikasi yang paling berat adalah hepatitis.
Disfungsi
hati, terbukti denganpeningkatan
aktivitas serum aminotransferase, ditemukan
pada 10-20% yang mendapat INH.
Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah
konversibiakan sputum menjadi negatif. Sesudah
itu masuk harus dianjurkan terapi dengan INH
saja selama satu tahun

D O TS
Strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly

Observed Treatment Short Course (DOTS) rekomendasi WHO t.d 5


komponen :
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan
dalam penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik
langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti
pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit
pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus
minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang
cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

N ursing Care Plan


1.Pengkajian
a.Riwayat keperawatan : riwayat kontak dengan
penderita
b.Manifestasi klinis seperti demam, anoreksia,
penurunan berat badan, berkeringatmalam,
keletihan, batuk dan pembentukan sputum, fungsi
pernafasan, nyeri dada,bunyi nafas, kesiapan
emosional,
c.persepsi
dan
pengertian
tuberkulosis
danpengobatannya,
d. pemeriksaan fisik
e. laboratorium.

1. Pola aktivitas dan istirahat


Subjektif
: Rasa lemah cepat lelah,
aktivitas berat timbul. sesak (nafas
pendek), sulit tidur, demam, menggigil,
berkeringat pada malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea
saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut;
infiltrasi radang sampai setengah paru),
demam subfebris (40 410C) hilang
timbul.

2. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak
enak diperut, penurunan berat
badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit
kering/bersisik, kehilangan lemak
sub kutan.

3. Respirasi
Subjektif:
Batuk produktif/non produktif sesak
napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan
sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak
darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar
bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru,
takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru
dan pleural), sesak napas, pengembangan
pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi
pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),
deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik

4. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif
:
Nyeri dada
meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area
yang
sakit,
prilaku
distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.

5. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama,
masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama
tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung.

Riwayat Penyakit Sebelumnya:


Pernah sakit batuk yang lama dan

tidak sembuh-sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak teratur.
Riwayat kontak dengan penderita
Tuberkulosis Paru.
Daya tahan tubuh yang menurun.
Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

Riwayat Pengobatan Sebelumnya:


Kapan

pasien
mendapatkan
pengobatan
sehubungan
dengan
sakitnya.
Jenis,
warna, dosis obat yang
diminum.
Berapa
lama.
pasien
menjalani
pengobatan
sehubungan
dengan
penyakitnya.
Kapan
pasien
mendapatkan
pengobatan terakhir.

Riwayat Sosial Ekonomi:

Riwayat pekerjaan :Jenis pekerjaan, waktu dan


tempat bekerja, jumlah penghasilan.

Aspek psikososial.

Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi


dengan bebas, menarik diri, biasanya pada
keluarga yang kurang marnpu, masalah
berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang
banyak,
masalah
tentang
masa
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat
dan putus harapan

Faktor Pendukung:
Riwayat lingkungan.
Pola hidup.

Nutrisi, kebiasaan merokok,

minum alkohol, pola istirahat dan


tidur, kebersihan diri.
Tingkat pengetahuan/pendidikan

pasien dan keluarga tentang


penyakit, pencegahan, pengobatan
dan perawatannya.

Pemeriksaan Diagnostik:
Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap

akhir penyakit.
Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 1015 mm terjadi 48-72 jam).
Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada
tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan
dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa
cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak
padat dengan densitas tinggi.
Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau
kerusakan paru karena TB paru.
Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital
menurun.

D iagnosa keperaw atan


A.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan


permukaan parenkimparu
Rencana Intervensi :
1. Kaji dispnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi nafas,
peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding
dada, dan kelemahan
2. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat perubahan
pada warna kulit,termasuk membran mukosa dan kuku.
3. Dorong bernafas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk
pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
4. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas
perawatan diri sesuai keperluan.
5. Kolaborasi periksaan AGD dan pemberian oksigen tambahan
yang sesuai

B.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


penumpukan sputum
Rencana Intervensi :
1. Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan, irama dan
kedalaman danpenggunaan otot aksesori.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukus/batuk
efektif,
catat
karakter,jumlah
sputum,
adanya
hemoptisis.
3. Berikan pasien posisi semi fowler atau fowler tinggi.
Bantu pasien untukbatuk dan latihan nafas dalam.
4. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
kecuali kontraindikasi.
5. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen
mukolitik,bronkodilator, kortikosteroid).

C. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia
Rencana Intervensi :
1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor
kulit,
berat
badan,integritas
mukosa
oral,
riwayat
mual/muntah atau diare.
2. Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai/tidak disukai.
3. Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik.
4. Dorong dan berikan periode istirahat sering.
5. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan
pernafasan.
6. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi
protein dankarbohidrat.
7. Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan komposisi diit

D.Risiko infeksi dan penyebaran infeksi


berhubungan dengan: Daya tahan
tubuh
menurun,
fungsi
silia
menurun, sekret yang inenetap,
Kerusakan jaringan akibat infeksi
yang
menyebar,
Malnutrisi,
Terkontaminasi
oleh
lingkungan,
Kurang pengetahuan tentang infeksi
kuman

Tujuan: Mengidentifikasi

intervensi
untuk
mencegah/menurunkan
resiko
penyebaran
infeksi.
Menunjukkan/melakukan
perubahan
pola
hidup
untuk
meningkatkan lingkungan yang. aman.
Intervensi
1. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran
infeksi melalui bronkus pada jaringan sekitarnya atau aliran darah
atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui batuk, bersin,
meludah, tertawa., atau ciuman
Rasional: Membantu pasien agar mau mengerti dan

menerima terapi
komplikasi.

yang

diberikan

untuk

mencegah

2.
Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti
anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.

Rasional: Orang-orang yang beresiko perlu program terapi obat untuk


mencegah penyebaran infeksi.

3. Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di


tempat penampungan yang tertutup jika batuk.

Rasional: Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan


infeksi

4. Gunakan masker setiap melakukan tindakan.

Rasional: Mengurangi risilio penyebaran infeksi.

5. Monitor temperatur.

Rasional: Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.

6. Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi


ulang Tuberkulosis paru, seperti: alkoholisme, malnutrisi,
operasi bypass intestinal, menggunakan obat penekan imun/
kortikosteroid, adanya diabetes melitus, kanker.

Rasional: Pengetahuan tentang faktor-faktor ini membantu


pasien
untuk
mengubah
gaya
hidup
dan
menghindari/mengurangi keadaan yang lebih buruk.

7. Tekankan untuk tidak menghentikan terapi


yang dijalani.

Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 23 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah
terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat
berlanjut sampai 3 bulan.

8. Pemberian terapi INH, etambutol, Rifampisin.


Rasional: INH

adalah obat pilihan bagi


penyakit Tuberkulosis primer dikombinasikan
dengan obat-obat lainnya. Pengobatan jangka
pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan
Etambutol untuk 2 bulan pertama.

9.Pemberian
terapi
Pyrazinamid
(PZA)/Aldinamide, para-amino salisik
(PAS), sikloserin, streptomisin.
Rasional:

Obat sekunder diberikan


jika obat-obat primer sudah resisten.

10. Monitor sputum BTA

Rasional:
Untuk
mengawasi
keefektifan obat dan efeknya serta
respon pasien terhadap terapi.

E. Kurang pengetahuan tentang kondisi,


pengobatan, pencegahan.
Tujuan:
1.
2.

3.
4.

Menyatakan
pemahaman
proses
penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup
unruk memperbaiki kesehatan umurn dan
menurunkan
resiko
pengaktifan
ulang
luberkulosis paru.
Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan
evaluasi/intervensi.
Menerima perawatan kesehatan adekuat.

Rencana Intervensi :
1. Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat

kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi,


lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media,
orang dipercaya.
1.

Rasional:Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi


dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada kemarnpuan
pasien.

2. Identifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada


dokter misalnya: hemoptisis, nyeri dada, demam,
kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
. Rasional: Indikasi

perkembangan penyakit atau efek


samping obat yang membutuhkan evaluasi secepatnya.

3.Tekankan pentingnya asupan diet


Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan
intake cairan yang adekuat.
Rasional: Mencukupi kebutuhan metabolik,

mengurangi
kelelahan,
intake
membantu mengencerkan dahak.

4.Berikan

cairan

Informasi yang spesifik dalam


bentuk tulisan misalnya: jadwal minum obat.
Rasional: Informasi
tertulis
dapat
membantu mengingatkan pasien.

5. jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan


dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama. Ulangi
penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis dengan
obat lain.

Rasional: Meningkatkan partisipasi


terapi dan mencegah putus obat.

pasien

mematuhi

aturan

6. jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering,


konstipasi,
gangguan
penglihatan,
sakit
kepala,
peningkatan tekanan darah

Rasional: Mencegah keraguan terhadap pengobatan sehingga


mampu menjalani terapi.

7. Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang


terapi INH.

Rasional: Kebiasaan minurn alkohol berkaitan dengan terjadinya


hepatitis

8. Rujuk perneriksaan mata saat mulai dan menjalani


terapi etambutol.

Rasional: Efek samping etambutol: menurunkan visus,


kurang mampu melihat warna hijau.

9.Dorong
pasien
dan
keluarga
untuk
mengungkapkan kecemasan. Jangan menyangkal.

Rasional: Cemas dan penyangkalan dpt memperburuk


mekanisme koping.

10. Berikan gambaran tentang pekerjaan yang


berisiko terhadap penyakitnya misalnya: bekerja di
pengecoran logam, pertambangan, pengecatan.

Rasional: Debu silikon beresiko keracunan silikon yang


mengganggu fungsi paru/bronkus.

11. Anjurkan untuk berhenti merokok.


Rasional:

Merokok
tidak
menstimulasi
kambuhnya
Tuberkulosis;
tapi
gangguan
pernapasan/ bronchitis.

12.
Review
tentang
cara
penularan
Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi.
Rasional:

Pengetahuan yang cukup dapat


mengurangi resiko penularan/ kambuh kembali.
Komplikasi
Tuberkulosis:
formasi
abses,
empisema, pneumotorak, fibrosis, efusi pleura,
empierna, bronkiektasis, hernoptisis, u1serasi
Gastro, Instestinal (GD, fistula bronkopleural,
Tuberkulosis laring, dan penularan kuman.

Anda mungkin juga menyukai