Askep TBC Paru 3
Askep TBC Paru 3
,MARS
A S U H A N K EP ER A W ATA N
TB C PA R U
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C.L., 1996,
Perawatan Medikal Bedah (suatu
pendekatan proses keperawatan),
Bandung- Smeltzer and Bare, 2002,
Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, EGC, Jakarta
Doengoes, M.E, Rencana Asuhan
Keperawatan, edisi 3, EGC, Jakarta
D efi
nisi
Penyakit infeksi bakteri menahun
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang ditandai dengan pembentukan granuloma
Etiologi
TB paru disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis
yang merupakan batang,
aerobic,
tahan
asam,
tumbuh
lambat
dan
sensitive terhadap panas
dan sinar UV.
Tanda D an G ejala
1. Tanda:
Penurunan berat badan
Anoreksia
Dispneu
Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
2. Gejala
Demam :
Biasanya menyerupai demam influenza.
Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya
tahan
tubuh
penderita
dengan
beratringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
Batuk :
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi
batuk produktif (menghasilkan sputum)
Batuk :
Pada keadaan lanjut : batuk darah karena terdapat
pembuluh darahyang pecah.
Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
Sesak nafas :
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
Nyeri dada :
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
(menimbulkan pleuritis)
Malaise :
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat
badan turun, sakit kepala,meriang, nyeri otot, keringat
malam
Patofi
siologi
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu
reaksi jaringan yang aneh di dalam paru-paru meliputi :
penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag,
pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan
fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan
tuberkel.
Banyaknya area fibrosis :
meningkatnya usaha ototpernafasan untuk ventilasi paru
menurunkan kapasitas vital,berkurangnya luas total
permukaan membrane respirasi
penurunan kapasitas difusi paru secara progresif,
rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalamparu-paru
dapat mengurangi oksigenasi darah
Gambaran
diperhatikan adalah :
1.
Klasifi
kasitbc
Berdasarkan terapi, WHO membagi tuberculosis
menjadi 4 kategori :
Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru
dengan sputum positif dan kasus baru dengan
batuk TB berat.
Kategori II : ditujukan terhadap kasus kamb uh
dan kasus gagal dengan sputum BTA positf.
Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA
negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan
kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut
dalam kategori I.
Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.
Stadium TBC
1. Kelas 0 : Tidak ada jangkitan tuberkulosis, tidak
:Dalam
pengobatan
kemoterapi
sejak
kemoterapi diakhiri, tidak lengkap
reaksi teskulit tuberkulin :
Bermakna, Tidak bermakna
Kelas 4
Tuberkulosis saat ini tidak sedang menderita penyakit
(riwayat
mendapatpengobatan
pencegahan
tuberkulosis atau adanya temuan radiografik yang
stabilpada orang yang reaksi tes kulit tuberkulinya
bermakna, pemeriksaanbakteriologis, bila dilakukan
negatif. Tidak ada bukti klinik tentang adanyapenyakit
pada saat ini).
Status kemoterapi :
a.Tidak mendapat kemoterapi
b.Dalam pengobatan kemoterapi
c.Komplit
d.Tidak komplit
Kelas 5
Orang
dicurigai
mendapatkan
tuberkulosis (diagnosis ditunda)
Kasus kemoterapi :
a.Tidak ada kemoterapi
b.Sedang dalam pengobatan kemoterapi
Penanganan
a.Promotif
1.Penyuluhan
2.Pemberitahuan baik melalui
spanduk/iklan tentang bahaya TBC,
carapenularan, cara pencegahan,
faktor resiko
3.Mensosialisasiklan BCG di
masyarakat.
Preventif :
1.Vaksinasi BCG
2.Membersihkan
lingkungan
dari
tempat yang kotor dan lembab.
3.Bila ada gejala-gejala TBC segera ke
Puskesmas/RS
Kuratif:
Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat
D O TS
Strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly
2. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak
enak diperut, penurunan berat
badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit
kering/bersisik, kehilangan lemak
sub kutan.
3. Respirasi
Subjektif:
Batuk produktif/non produktif sesak
napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan
sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak
darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar
bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru,
takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru
dan pleural), sesak napas, pengembangan
pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi
pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),
deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik
4. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif
:
Nyeri dada
meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area
yang
sakit,
prilaku
distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.
5. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama,
masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama
tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung.
tidak sembuh-sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak teratur.
Riwayat kontak dengan penderita
Tuberkulosis Paru.
Daya tahan tubuh yang menurun.
Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
pasien
mendapatkan
pengobatan
sehubungan
dengan
sakitnya.
Jenis,
warna, dosis obat yang
diminum.
Berapa
lama.
pasien
menjalani
pengobatan
sehubungan
dengan
penyakitnya.
Kapan
pasien
mendapatkan
pengobatan terakhir.
Aspek psikososial.
Faktor Pendukung:
Riwayat lingkungan.
Pola hidup.
Pemeriksaan Diagnostik:
Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap
akhir penyakit.
Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 1015 mm terjadi 48-72 jam).
Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada
tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan
dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa
cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak
padat dengan densitas tinggi.
Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau
kerusakan paru karena TB paru.
Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital
menurun.
Tujuan: Mengidentifikasi
intervensi
untuk
mencegah/menurunkan
resiko
penyebaran
infeksi.
Menunjukkan/melakukan
perubahan
pola
hidup
untuk
meningkatkan lingkungan yang. aman.
Intervensi
1. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran
infeksi melalui bronkus pada jaringan sekitarnya atau aliran darah
atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui batuk, bersin,
meludah, tertawa., atau ciuman
Rasional: Membantu pasien agar mau mengerti dan
menerima terapi
komplikasi.
yang
diberikan
untuk
mencegah
2.
Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti
anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
5. Monitor temperatur.
Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 23 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah
terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat
berlanjut sampai 3 bulan.
9.Pemberian
terapi
Pyrazinamid
(PZA)/Aldinamide, para-amino salisik
(PAS), sikloserin, streptomisin.
Rasional:
Rasional:
Untuk
mengawasi
keefektifan obat dan efeknya serta
respon pasien terhadap terapi.
3.
4.
Menyatakan
pemahaman
proses
penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup
unruk memperbaiki kesehatan umurn dan
menurunkan
resiko
pengaktifan
ulang
luberkulosis paru.
Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan
evaluasi/intervensi.
Menerima perawatan kesehatan adekuat.
Rencana Intervensi :
1. Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat
mengurangi
kelelahan,
intake
membantu mengencerkan dahak.
4.Berikan
cairan
pasien
mematuhi
aturan
9.Dorong
pasien
dan
keluarga
untuk
mengungkapkan kecemasan. Jangan menyangkal.
Merokok
tidak
menstimulasi
kambuhnya
Tuberkulosis;
tapi
gangguan
pernapasan/ bronchitis.
12.
Review
tentang
cara
penularan
Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi.
Rasional: