Anda di halaman 1dari 25

DHF

Sebagai dokter puskesmas 5 langkah awal


yang dilakuakan setelah menerima laporan
Pengawasan dalam pencatatan setiap kasus DHF
Menyiapkan peralatan survei, seperti: tensimeter,
termometer, senter, formulir PE (penyelidikan
epidemiologi), dan surat tugas
Memberitahukan kepada Kades/Lurah dan Ketua
RW/RT setempat bahwa di wilayahnya ada
penderita DBD dan akan dilaksanakan PE
Masyarakat di lokasi tempat tinggal penderita
membantu kelencaran pelaksanaan PE
Pelaksanaan PE:

Pelaksanaan PE
Petugas puskesmas memperkenalkan diri dan selanjutnya
melakukan wawancara dengan keluarga, untuk mengetahui
ada tidaknya penderita DBD lainnya (sudah ada konfirmasi
dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya),
dan penderita demam saat itu dalam kurun waktu 1 minggu
sebelumnya
Bila ditemukan demam tanpa sebab yang jelas, dilakukan
pemeriksaan kulit (petekie), dan uji tourniquet
Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan
(TPA) dan tempat-tempat lain yang dapat menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti baik dalam
maupun luar rumah
Kegiatan PE dilakukan dalam radius 100 meter dari lokasi
tempat tinggal penderita

Bila penderita adalah siswa sekolah dan pekerja, maka


selain dilakukan di rumah PE juga dilakukan di
sekolah/tempat kerja penderita oleh puskesmas setempat
Hasil pemeriksaan adanya penderita DBD lainnya dan hasil
pemeriksaan terhadap penderita demam (tersangaka DBD)
dan pemeriksaan jentik dicatat dalam formulir PE
Hasil pe segera silaporkan kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk tindaklanjut lapangan
dikoordinasikan dengan Kades/Lurah
Bila hasil PE + (ditemukan 1 atau lebih penderita DBD
lainnya dan/atau > 3 orang tersangka DBD, dan ditemukan
jentik (>5%), dilakukan penanggulangan fokus (Fogging,
Penyuluhan, PSN dan Larvasida selektif) sedangkan bila
hasil PE dilakukan Penyuluhan, PSN, dan Larvasida selektif

Cara mencegah penyebaran


Pengendalian DHF yg tepat adlah pemutusan
rantai penularan dengan pengendalian vektor
Penyebaran vektor sudah menyebar karena
disebabkan perubahan iklim global serta perilaku
masyarakat yg belum mendukung upaya
pengendalian
Cara pencegahan:

Pemberantasan sarang nyamuk


Kimiawi
Biologi
Manajemen lingkungan

Pemberantasan sarang nyamuk

Pemberantasan vektor DHF paling


efektif dan efisien yaitu memutus
rantai penularan melalui
pemberantasan jentik

Kimiawi
Menggunakan insektisida dengan sasaran
stadium dewasa dan pradewasa
Penggunaan insektisida harus di pertimbangkan
dampak terhadap lingkungan dan organisme
karena merupakan racun
Golongan insektisida untuk pengendalian DBD
adalah:
Sasaran dewasa (nyamuk): organophospat yang
diaplikasikan dengan cara pengabutan panas/fogging
Sasaran pradewasa(jentik): temephos atau bubuk abate

Biologi

Menggunakan agen biologi


yaitu musuh alami stadium
pradewasa vektor dbd
seperti ikan pemakan
jentik (cupang, gabus)

Manajemen
lingkungan
Upaya pengelolaan
lingkungan sehingga
tidak kundusif sebagai
habitat
perkembangbiakan
dan menghambat
pertumbuhan vektor,
seperti melakukan 3M
plus

Kegiatan 3 M yaitu Menguras dan menyikat tempattempat penampungan air seperti bak mandi,drum,
dan lain-lain seminggu sekali (M1), menutup rapatrapat tempat penampungan air seperti gentong
dan lain-lain (M2), memanfaatkan atau mendaur
ulang barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3). Selain itu ditambah
(plus) dengan cara lainnya, seperti:
Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau
tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali
Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak
lancar/rusak
Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon,
dan lain-lain
Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/ bak
penampung air
Memasang kawat kasa
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam
kamar
Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang
memadai
Menggunakan kelambu

Untuk tau kasus tersebut KLB atau bukan?


Kriteria?

KLB (Kejadian Luar Biasa) adalah timbulnya suatu kejadian


kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu
tertentu.

Tujuan penanggulangan KLB agar tidak meluasnya


penularan DBD ke wilayah lainnya

Upaya penanggulangan KLB meliputi:


Pengobatan/perawatan penderita
Pemberantasan vektor penularan DHF
Penyuluhan kepada masyarakat
Evaluasi penilaian dan penanggulangan yg dilakukan
diseluruh wilayah yg terjadi KLB

Dapat dikatakan KLB jika (sesuai Permenkes nomer 1501


tahun 2010 disebutkan 7 kriteria KLB, tetapi untuk
pengendalian DBD hanya ada 3 kriteria yg digunakan):
Terjadinya penyakit DBD yg sebelumnya belum ada atau
belum dikenal pada suatu daerah
Jumlah penderita kasus DBD dalam periode waktu 1
bulan menunjukkan kenaikan 2kali atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam
tahun sebelumnya
Angka kematian kasus penyakit DBD (Case Fatality Rate)
dalam kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50%
atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus
suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktiu
yang sama

Dalam keputusan Menteri Kesehatan nomer


1202/Menkes/SK/VIII/2002 tentang indikator KLB demam
berdarah dengue yaitu: Angka kesakitan (morbiditas) DBD
adalah jumlah kasus DBD di suatu wilayah tertentu selama
satu tahun dibagi jumlah penduduk, di wilayah dan kurun

Pencarian kasus Demam


Berdarah
Penemuan penderita:
penemuan penderita secara aktif dilakukan pada saat
penyelidikan epidemiologi (PE) dengan mencari
penderita DBD lainnya
Penemuan penderita secara pasif dilakukan oleh
puskesmas atau unit pelayanan kesehatan lainnya

Tahapan penemuan
penderita

Keluarga yg anggotanya menunjukkan gejala penyakit


demma berdarah dengue memberikan pertolongan
pertama (memberi minum banyak< kompres dingin dan
obat penurun panas yang tidak menganduk asam salisilat)
dan dianjurkan segera memeriksakan kepada dokter atau
unit pelayanan kesehatan
Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan, penentuan
diagnosa dan pengobatan/peawatan sesuai dengan
keadaan penderita dan wajib melaporkan kepada
puskesmas
Kepala keluarga diwajibkan segera melaporkn kepada
lurah/kepala desa melalui kader, ketua RT/RW, ketua
lingkungan/kepala dusun

Kepala asrama, ketua RT/RW, ketua lingkungan, kepala


dusun yang mengetahui adanya penderita/tersangka
diwajibkan u tuk melaporkan kepada puskesmas atau
melalui lurah/kepala desa
Lurah/kepala desa yang menerima laporan, segea
meneruskan kepada puskesmas
Puskesmas yg menerima laporan wajib melakukan
penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit

Sumber penularan
Vektor DBD
Virus dengue ditularkan dari orang ke
orang melalui vektornya yaitu nyamuk
Aedes aegypti betina sebagai vektor
epidemi utama (meskipun juga dapat
ditularkan oleh Aedes albopictus yg
hidup di kebun)

Siklus hidup vektor


Nyamuk Aedes aegypti mengalami
metamorfosis sempurna yaitu
telur jentik- pupa nyamuk
Telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam 2
hari setelah telur terendam air
Stadium jentik/larva berlangsung 6-8 hari
Stadium kepompong/pupa berlangsung 2- 4 hari
Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa
selama 9-10hari
Umur nyamuk betina biasanya hanya mencapai
2-3 bulan

Habitat perkembangan

Habitat perkembangan aedes sp ialah tempat tempat


yang menampung air di dalam, di luar atau sekitar rumah
serta tempat tempat umum. Habitat perkembangan
nyamuk aedes aegypti dapat dikelompokkan sabagai
berikut:
Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan seharihari seperti drum, tangki, tempayan, bak mandi, dan
ember
Tempat penampungan air bukauntuk keperluan seharihari, vas bunga, dan, kaleng, botol, plastik, dll
Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang batu,
lubang pohon, potongan bambu, dll

Perilaku nyamuk dewasa

Setelah keluar dari pupa, nyamuk istirahat di permukaan air untuk


sementara waktu, beberapa saat setelah itu, sayap meregang
menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu terbang mencari makan.
Nyamuk betina lebih suka darah manusia daripada darah hewan,
sedangkan nyamuk jantan lebih suka menghisap tumbuhan atau
sari bunga.
Darah diperlukan untuk pematangan telur agar cepat menetas.
Aktivitas menggigit nyamuk aedes aegypti biasanya mulai dari
pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00.
Aedes aegypti mempunyai kebiasan menghisap darah berulang
kali silus gonotropik.
Siklus gonotropik adalah jangka waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan perkembangan telur mulai dari yamuk menghisap
darah sampai telur dikeluarkan , waktunya bervariasi 3-4hari.

Setelah menghisap darah nyamuk akan beristirahat pada


tempat yang gelap dan lembab di dalam atau luar rumah,
pada tempat tersebut nyamuk menunggu proses
pematangan telurnya.
Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai,
nyamuk betina akan meletakkan telurnya di atas
permukaan air, kemudian telur menepi dan melekat pada
dinding habitat perkembangbiakannya.
Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat menghasilkan
telur sebanyak 100 butir.
Telur tersebut tahan ditempat kering selama 6 bulan, jika
tempat-tempat tersebut tergenang air atau kelembapannya
tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat.

Penyebaran
Kemampuan terbang nyamuk aedes sp etina ratarata 40 meter, namun secara pasif misalnya
karena angin, terbawa kendaraan dapat
berpindah lebih jauh.
Nyamuk aedes aegypti dapat hidup dan
berkembang biak sampai ketinggian daerah 1000
meter dpl, karena diatas meter dpl suhu udara
terlalu rendah sehingga tidak memungknkan
nyamuk berkembang biak

Siklus penularaan
Nyamuk aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada
saat dia menghisap darah dari seorang yang sedang dalam fase
demam akut (viremia) yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari
setelah demam timbul.
Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari sesudah menghisap darah
penderita yg sedang viremia (periode inkubasi ekstrinsik) dan
tetap infektif selama hidupnya.
Setelah periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah
nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan
ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan
cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain.
Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 3-4 hari (ratarata 4-6 hari) timbul gejala awal ditandai dengan demam,
pusing, myalgia, hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda
atau gejala lainnya.

Viremia biasanya muncul pada saat atau sebelum


gejala awal penyakit tampak dan berlangsung
selama kurang lebih lima hari
Saat penderita tersebut dalam masa sangat
infektif untuk vektor nyamuk yg berperan dalam
siklus penularan, jika penderita tidak terlindungi
terhadap kemungkinan digigit nyamuk

Masa inkubasi
Infeksi dengue mempunyai masa inkubasi antara
2-14 hari, biasanya 4-7 hari

Dukungan nutrisi
Bahan makanan yg kaya energi atau
tinggi kalori, protein dan
mengandung kalium

Anda mungkin juga menyukai